MENGAPA PERANG TERJADI HAMPIR DI SELURUH DUNIA ?
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kenapa pihak yang kuat (berkuasa) senantiasa berlaku semena-mena terhadap pihak yang lemah (kaum mustadh'afin?) Kenapa pihak penjajah tidak pernah sadar untuk me ninggalkan kerjanya yang senantiasa merugikan kemanusiaan yang pada hakikatnya merugikan diri mereka sendiri dihadapan Allah kelak? Untuk menjawab persoalan dia tas tidak boleh tidak kita harus berpedoman kepada keputusan Pemilik Dunia itu sen diri dan sejarah kemanusiaan. Allah berfirman:"Dan tidaklah Kujadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk patuh kepa daKu" (QS Azzariat 56).
Menurut ayat tersebut diatas terjadinya peperangan disebabkan adanya pihak yang tidak tunduk patuh kepada Allah sendiri. Perang pertama di permukaan Bumi ini menurut sejarah yang juga diabadikan Allah dalam Al Qur-anul Karim adalah perang antara Qabil dan Habil. Perang ini dimenagkan oleh Qabil di Dunia, namun di Akhirat kelak justeru Habillah yang menang sementara Qabil masuk Neraka (kalah). Perang tersebut terjadi disebabkan keti dakpatuhan Qabil terhadap peraturan perkawinan yang telah ditetapkan Allah swt terhadap mereka.
Dibandingkan dengan pelanggaran yang dilakukan manusia-manusia diabad 21 ini yang membuat mereka saling berperang satu sama lainnya, Qabil hanya sedikit saja melakukan pelanggarannya. Pada mulanya, Qabil senantiasa tunduk patuh kepada Allah melalui RasulNya yang kebetulan ayahnya sendiri (Nabi Adam), kecuali undang-undang perkawainan. Namun lihalah, kendatipun sedikit saja ayat Allah yang tidak di setujuinya dapat membuat dia sebagai pembunuh pertama dalam sejarah kemanu siaan.
Sesuai dengan perkembangan manusia pada saat itu yang tidak ada orang lain kecuali keluarga Nabi Adam sendiri, Allah menetapkan pasangan untuk berkeluarga: Qabil de ngan Labuda dan Habil dengan Iklima. Hanya sedikit saja persoalannya, yaitu Iklima sedikit lebih cantik dibandingkan Labuda. Justeru itulah yang membuat Qabil tidak tun dukpatuh kepada Allah. Qabil menuduh ayahnya memihak kepada Habil, bahwa pera turan itu bukan dari Allah. Sebetulnya itu saja sudah membuat Qabil keluar dari Islam (murtad). Ketika Rasulullah, Adam as mengadu kepada Allah tentang ketidakpatuhan Qabil terhadap PeraturanNya, Allah mewahyukan kepada Adam agar Qabil dan Habil mengadakan "Qurban", dengan ketetapan siapapun yang diterima pengorbanannya, dialah yang berhak mengawini Iklima.
Antara Qabil dan habil hampir tidak ada perbedaan yang signifikan, kecuali pekerjaan mereka. Qabil bekerja sebagai petani sedangkan Habil bekerja sebagai pengembala. Sebagai petani, Qabil mengklaim hampir semua tanah yang subur sebagai pemiliknya. Padahal Allah tidak pernah memberikan hak untuk memiliki, kecuali hak pakai. Akibat nya dapat memudharatkan pihak yang lain dalam hal ini Habil adalah korbannya, dima na Habil terpaksa mengadakan pengembalaannya ke tempat yang agak jauh dari tem pat tinggalnya. Dewasa ini kita juga dapat menyaksikan sepak terjang "Qabil-Qabil" modern, mengklaim semua tanah-tanah di daerah pegunungan sebagai pemiliknya (petani berdasi), yang membuat "Habil-Habil" menderita. Sementara para "Qabil" me miliki inkamperkapita yang begitu lumayan di kota-kota.
Sebagai Pengembala, Habil menyerahkan seekor binatang ternaknya yang paling baik untuk pengorbanan, sementara Qabil sebagai petani menyerahkan gandum layu. Jus teru keikhlasan Habil dan ketidak ikhlasnya Qabil, Allah hanya menerima pengorbanan Habil yang menjadi teladan bagi kita manusia yang mendiami planet Bumi ini. Sesuai peraturan pengorbanan yang ditetapkan Allah melalui RasulNya Adam as, Habillah yang berhak mengawini gadis yang diperebutkan (Iklima). Lalu Qabil tambah penasa ran, bertekat untuk membunuh Habil tanpa berfikir panjang akan akibatnya yang meru gikan diri sendiri di akhirat kelak, yakni kekal didalam neraka. Demikianlah "Qabil-qa bil" Hindunesia-Jawa sekarang yang masih mengklaim dirinya sebagai orang Islam, sementara sepakterjangnya lebih keji daripada Qabil, pembunuh Habil dulu.
Pembaca yang mulia !
Andaikata Qabil termasuk orang yang tunduk patuh kepada Allah sebagaimana tujuan hidup manusia yang dinyatakan Allah dalam surah Azzariat ayat 56 tersebut diatas, sudah barang pasti perang dengan Habil tidak akan pernah terjadi. Kecantikan Iklima merupakan ujian bagi Qabil dalam mengarungi hidupnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia diuji Allah dengan berbagai ujian dan percobaan yang berfariasi da lam segi kwantitas dan kwalitasnya. Kadangkala kita diuji dengan harta, tahta dan wa nita. Justeru kita lihat Indunesia-Jawa diuji dengan banyaknya minyak bumi dan lain-lainnya di Acheh. Andaikata mereka tunduk patuh kepada Allah, sungguh mereka akan mengakui hak bangsa Acheh untuk menentukan nasibnya. Lalu mereka akan keluar dari bumi Acheh dengan suka rela, sementara bangsa Achehpun akan membantu me reka (kaum mustadh'afin Jawa) yang wajib mendapat bantuannya. Namun disebabkan mereka (baca pemimpin-pemimpin Hindunesia-Jawa) demikian penasaran, bahkan lebih penasaran daripada Qabil (moyangnya) yang membunuh Habil dulu, mereka menjadi gelap pikirannya untuk tetap bersikukuh menjajah Bangsa Acheh-Sumatra. Mereka tidaklah termasuk orang-orang yang tundukpatuh kepada Allah, sebaliknya mereka tundukpatuh kepada Thaghut, tuhannya Qabil-Qabil di seluruh pelosok dunia.
Secara idiology, Qabil menjadi simbolisasi bagi siapa saja yang membunuh manusia yang lain tanpa keredhaan Allah baik secara indifidual ataupun secara massal seperti yang diaplikasikan "Qabil-qabil" Hindunesia-Jawa terhadap Bangsa Acheh - Sumatra, Papua dan Maluku. Demikian jugalah sepak terjang "Qabil-qabil" di seluruh pelosok dunia yang kita saksikan sejak dulu sampai sekarang ini. Justeru secara idiologylah dapat kita pahami ketimpangan manusia-manusia "Qabil" yang tidak tundukpatuh kepada peraturan Pemilik Dunia ini, bersekongkol dengan "Qabil-qabil" manapun di seluruh planet Bumi ini.
Jadi persoalan perang adalah persoalan permusuhan. Persoalan permusuhan adalah persoalan ketidaktundukpatuhan manusia terhadap Peraturan Pemilik Alam semesta. Manusia sejati adalah manusia yang tunduk patuh kepada Allah (baca, Habil-habil) se dangkan manusia palsu adalah manusia yang tidak tunduk patuh kepada Allah (baca, Qabil-qabil). Secara idiology, bendera "Qabil" diwarisi oleh Namrud, Firaun, Kaisar-kaisar di Roma, Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah dan "Qabil-qabil" moderen dimanapun di seluruh pelosok dunia yang senantiasa se pak terjangnya merugikan kehidupan manusia. Sementara bendera "Habil" diperju angkan Ibrahim, Musa, Isa bin Maryam, Muhammad bin Abdullah, Ali bin Abi Thalib, Hussein bin Ali di Karbala dan "Habil-habil" manapun yang berani menentang sege nap bentuk penjajahan dimanapun di seluruh pelosok Bumi ini.
Berbicara Habil dan Qabil, tidak perlu kita mengatakan bahwa kami ini "Islam", "Kristein ","Hindu", "Budha" dan sebagainya. Semuanya itu adalah gombal, sebagaimana yang kita saksikan di Syria sekarang, dimana konspirasi jahat, para teroris dan segenap pendukungnya dari Arab Saudi, Qatar, Turkey dan sebagainya masih saja menamakan diri atas nama Islam. Berbicara Habil dan Qabil adalah berbicara tentang kemanusia an, berbicara tentang kema nusiaan adalah berbicara tentang "ketundukpatuhan kita" kepada Pemilik Alam Semesta.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia
----------
Kenapa pihak yang kuat (berkuasa) senantiasa berlaku semena-mena terhadap pihak yang lemah (kaum mustadh'afin?) Kenapa pihak penjajah tidak pernah sadar untuk me ninggalkan kerjanya yang senantiasa merugikan kemanusiaan yang pada hakikatnya merugikan diri mereka sendiri dihadapan Allah kelak? Untuk menjawab persoalan dia tas tidak boleh tidak kita harus berpedoman kepada keputusan Pemilik Dunia itu sen diri dan sejarah kemanusiaan. Allah berfirman:"Dan tidaklah Kujadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk patuh kepa daKu" (QS Azzariat 56).
Menurut ayat tersebut diatas terjadinya peperangan disebabkan adanya pihak yang tidak tunduk patuh kepada Allah sendiri. Perang pertama di permukaan Bumi ini menurut sejarah yang juga diabadikan Allah dalam Al Qur-anul Karim adalah perang antara Qabil dan Habil. Perang ini dimenagkan oleh Qabil di Dunia, namun di Akhirat kelak justeru Habillah yang menang sementara Qabil masuk Neraka (kalah). Perang tersebut terjadi disebabkan keti dakpatuhan Qabil terhadap peraturan perkawinan yang telah ditetapkan Allah swt terhadap mereka.
Dibandingkan dengan pelanggaran yang dilakukan manusia-manusia diabad 21 ini yang membuat mereka saling berperang satu sama lainnya, Qabil hanya sedikit saja melakukan pelanggarannya. Pada mulanya, Qabil senantiasa tunduk patuh kepada Allah melalui RasulNya yang kebetulan ayahnya sendiri (Nabi Adam), kecuali undang-undang perkawainan. Namun lihalah, kendatipun sedikit saja ayat Allah yang tidak di setujuinya dapat membuat dia sebagai pembunuh pertama dalam sejarah kemanu siaan.
Sesuai dengan perkembangan manusia pada saat itu yang tidak ada orang lain kecuali keluarga Nabi Adam sendiri, Allah menetapkan pasangan untuk berkeluarga: Qabil de ngan Labuda dan Habil dengan Iklima. Hanya sedikit saja persoalannya, yaitu Iklima sedikit lebih cantik dibandingkan Labuda. Justeru itulah yang membuat Qabil tidak tun dukpatuh kepada Allah. Qabil menuduh ayahnya memihak kepada Habil, bahwa pera turan itu bukan dari Allah. Sebetulnya itu saja sudah membuat Qabil keluar dari Islam (murtad). Ketika Rasulullah, Adam as mengadu kepada Allah tentang ketidakpatuhan Qabil terhadap PeraturanNya, Allah mewahyukan kepada Adam agar Qabil dan Habil mengadakan "Qurban", dengan ketetapan siapapun yang diterima pengorbanannya, dialah yang berhak mengawini Iklima.
Antara Qabil dan habil hampir tidak ada perbedaan yang signifikan, kecuali pekerjaan mereka. Qabil bekerja sebagai petani sedangkan Habil bekerja sebagai pengembala. Sebagai petani, Qabil mengklaim hampir semua tanah yang subur sebagai pemiliknya. Padahal Allah tidak pernah memberikan hak untuk memiliki, kecuali hak pakai. Akibat nya dapat memudharatkan pihak yang lain dalam hal ini Habil adalah korbannya, dima na Habil terpaksa mengadakan pengembalaannya ke tempat yang agak jauh dari tem pat tinggalnya. Dewasa ini kita juga dapat menyaksikan sepak terjang "Qabil-Qabil" modern, mengklaim semua tanah-tanah di daerah pegunungan sebagai pemiliknya (petani berdasi), yang membuat "Habil-Habil" menderita. Sementara para "Qabil" me miliki inkamperkapita yang begitu lumayan di kota-kota.
Sebagai Pengembala, Habil menyerahkan seekor binatang ternaknya yang paling baik untuk pengorbanan, sementara Qabil sebagai petani menyerahkan gandum layu. Jus teru keikhlasan Habil dan ketidak ikhlasnya Qabil, Allah hanya menerima pengorbanan Habil yang menjadi teladan bagi kita manusia yang mendiami planet Bumi ini. Sesuai peraturan pengorbanan yang ditetapkan Allah melalui RasulNya Adam as, Habillah yang berhak mengawini gadis yang diperebutkan (Iklima). Lalu Qabil tambah penasa ran, bertekat untuk membunuh Habil tanpa berfikir panjang akan akibatnya yang meru gikan diri sendiri di akhirat kelak, yakni kekal didalam neraka. Demikianlah "Qabil-qa bil" Hindunesia-Jawa sekarang yang masih mengklaim dirinya sebagai orang Islam, sementara sepakterjangnya lebih keji daripada Qabil, pembunuh Habil dulu.
Pembaca yang mulia !
Andaikata Qabil termasuk orang yang tunduk patuh kepada Allah sebagaimana tujuan hidup manusia yang dinyatakan Allah dalam surah Azzariat ayat 56 tersebut diatas, sudah barang pasti perang dengan Habil tidak akan pernah terjadi. Kecantikan Iklima merupakan ujian bagi Qabil dalam mengarungi hidupnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia diuji Allah dengan berbagai ujian dan percobaan yang berfariasi da lam segi kwantitas dan kwalitasnya. Kadangkala kita diuji dengan harta, tahta dan wa nita. Justeru kita lihat Indunesia-Jawa diuji dengan banyaknya minyak bumi dan lain-lainnya di Acheh. Andaikata mereka tunduk patuh kepada Allah, sungguh mereka akan mengakui hak bangsa Acheh untuk menentukan nasibnya. Lalu mereka akan keluar dari bumi Acheh dengan suka rela, sementara bangsa Achehpun akan membantu me reka (kaum mustadh'afin Jawa) yang wajib mendapat bantuannya. Namun disebabkan mereka (baca pemimpin-pemimpin Hindunesia-Jawa) demikian penasaran, bahkan lebih penasaran daripada Qabil (moyangnya) yang membunuh Habil dulu, mereka menjadi gelap pikirannya untuk tetap bersikukuh menjajah Bangsa Acheh-Sumatra. Mereka tidaklah termasuk orang-orang yang tundukpatuh kepada Allah, sebaliknya mereka tundukpatuh kepada Thaghut, tuhannya Qabil-Qabil di seluruh pelosok dunia.
Secara idiology, Qabil menjadi simbolisasi bagi siapa saja yang membunuh manusia yang lain tanpa keredhaan Allah baik secara indifidual ataupun secara massal seperti yang diaplikasikan "Qabil-qabil" Hindunesia-Jawa terhadap Bangsa Acheh - Sumatra, Papua dan Maluku. Demikian jugalah sepak terjang "Qabil-qabil" di seluruh pelosok dunia yang kita saksikan sejak dulu sampai sekarang ini. Justeru secara idiologylah dapat kita pahami ketimpangan manusia-manusia "Qabil" yang tidak tundukpatuh kepada peraturan Pemilik Dunia ini, bersekongkol dengan "Qabil-qabil" manapun di seluruh planet Bumi ini.
Jadi persoalan perang adalah persoalan permusuhan. Persoalan permusuhan adalah persoalan ketidaktundukpatuhan manusia terhadap Peraturan Pemilik Alam semesta. Manusia sejati adalah manusia yang tunduk patuh kepada Allah (baca, Habil-habil) se dangkan manusia palsu adalah manusia yang tidak tunduk patuh kepada Allah (baca, Qabil-qabil). Secara idiology, bendera "Qabil" diwarisi oleh Namrud, Firaun, Kaisar-kaisar di Roma, Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah dan "Qabil-qabil" moderen dimanapun di seluruh pelosok dunia yang senantiasa se pak terjangnya merugikan kehidupan manusia. Sementara bendera "Habil" diperju angkan Ibrahim, Musa, Isa bin Maryam, Muhammad bin Abdullah, Ali bin Abi Thalib, Hussein bin Ali di Karbala dan "Habil-habil" manapun yang berani menentang sege nap bentuk penjajahan dimanapun di seluruh pelosok Bumi ini.
Berbicara Habil dan Qabil, tidak perlu kita mengatakan bahwa kami ini "Islam", "Kristein ","Hindu", "Budha" dan sebagainya. Semuanya itu adalah gombal, sebagaimana yang kita saksikan di Syria sekarang, dimana konspirasi jahat, para teroris dan segenap pendukungnya dari Arab Saudi, Qatar, Turkey dan sebagainya masih saja menamakan diri atas nama Islam. Berbicara Habil dan Qabil adalah berbicara tentang kemanusia an, berbicara tentang kema nusiaan adalah berbicara tentang "ketundukpatuhan kita" kepada Pemilik Alam Semesta.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia
----------
http://www.presstv.ir/live.html
Allahuakbar...3x
BalasHapusDjroh that catatan Sejsrah Peradaban Manusia.
Alhamdulillah, pencerahan jang djroh Tgk meuteuwah..
BalasHapus