Senin, 28 November 2016

SETIAP MU’MIN ADALAH MUSLIM TETAPI TIDAK SETIAP MUSLIM ADALAH MU’MIN.







https://www.youtube.com/watch?v=Itcz9CgdZP0&t=603s
https://www.youtube.com/watch?v=Itcz9CgdZP0&t=603s



Benar sekali apa yang dijelaskan Gurubesar Universitas Brawijaya di youtube diatas, hanya sedikit yang musti kita perbaiki saat beliau mengatakan bahwa Abu Thalib bukan Muslim. Ini masuk perangkap orang-orang yang anti keluarga Rasulullah dimana mereka mem fitnah Abu Thalib agar orang ramai belakangan meyakini keturunan Imam Ali pantas dijauhkan dari kepemimpinan Islam. Dengan fitnah itu pulalah Yazid masih dianggap Muslim kendatipun membunuh Imam Hussein dan keluarga Rasulullah lainnya. 

Hadist made in Abu Hurairah yang menyatakan kisah meninggalnya Abu Talib tidak sempat mengucapkan dua kalimah shahadah walaupun Rasulullah menuntunnye adalah palsu. Hadis palsu ini jugalah yang membuat Ahok keliru mengatakan bahwa Abu Talib sendiri tidak dapat hidayah, apalagi saya (kata ahok saat menceritakan pengakuan sebahagian rakyat Belitung dan juga rakyat  Jakarta bahwa sebenarnya Ahoklah yang Islam tetapi belum mendapat hidayah Allah). Ketika Abu Thalib meninggal, Abu Hurairah jauh dari kota. Anak cucu Imam Ali dan Fathimah Az Zahara serta keluarga Rasul Allah saw tidak pernah meragukan keimanan Abu Thalib.  

Di dalam Mazhab Ahli Sunnah dapat dibilang satu­satunya hadis yang meriwayatkan ‘kekafiran’ Abu Thalib adalah Abu Hurairah. Tetapi bagaimana ia dapat menyaksikan peristiwa mening galnya Abu Thalib sedang ia pada waktu itu berada di kampung Daus, Yaman, dan baru muncul di Madinah dan masuk Islam sepuluh tahun kemu dian, bagaimana mungkin dia mengetahui proses kematian Abu Thalib, pelindung Rasulullah yang nomorwahid? (Insya Allah nanti akan saya paparkan bahwa yang terbanyak memalsukan Hadist Rasulullah adalah Abu Hurairah, kemudian Abdullah bin Umar bin Khattab dan sahabat keliru lainnya di priode kekuasaan Muawiyah, motor product Hadist palsu). Justeru itulah kalau kita berdebat tidak pernah selesai sebab kebanyakan kitab yang dikarang para ahli di support dengan hadist palsu.

Keberanian Muawiyah meracuni Imam Hassan via isterinya, Ja’dah binti Asy’ats bin Qais al­Kindi, berpunca dari sebagian sahabat yang ambisius kepemimpinan berani menjauhkan pengganti yang telah ditunjuki Rasulullah di Ghadirkhum paska Haji Wada’, dari kedudukannya sebagai pemimpin. Mereka juga berani menghalangi Rasulullah untuk menulis wasiatnya saat beliau berada di katilnya (tragedi Hari Kemis). Sepakterjang mereka yang berani melawan Rasulullah dilanjutkan oleh Muawiyah bin Abi Sofyan dan anaknya, Yazid bin Muawiyah (prototype Samiri), hingga berjuta Hadis dipalsukan untuk membenarkan mereka dan pengikutnya. Hal ini jugalah yang membuat muslim di zaman kita ini saling bermusuhan, sementara Muslim sejati pasti yang mengikuti tuntunan Allah swt dan RasulNya pasti berwawa san kemanusiaan (dengan non Muslim saja bersahabat konon pula sesama mos lem). 

Kalau kita tidak mampu memahami surah Al Maidah ayat 51 yang disalah gunakan agar Ahok tidak jadi Gubernur Jakarta dan juga difitnah Ahok menistakan Agama, carilah hadist murni Rasulullah, bukan hadist palsu. Kalau anda sukar mendapatkan Hadist murni disebabkan kemana anda berpaling kerap dihadang oleh hadist palsu disebabkan berjuta hadist palsu bertebaran dikalangan kita, carilah pengikut Ahlul bayt di zaman kita ini. Mereka memahami persis hadist murni Rasulullah dan bahkan memahami makna Qur-an yang tersirat dan juga ayat-ayat mutasyabihat, yang se ring dipelintirkan pengikut non Ahlulbayt. Mengapa mereka mampu? Sebab mereka mengikuti arahan pendamping Qur-an. Bagaimana caranya?  

Lihatlah secara bernegara, kenapa Republik Islam Iran  bersahabat dengan negara-negara Amerika Latin yang non Moslem sebaliknya Arab Saudi bermusuhan dengan Republik Islam Iran namun bersahabat karib dengan Zionis dan AS. Kenapa Ahmadinejad bersahabat dengan Hogo Charves? Sebaliknya lihat pula kenapa pe mimpin AS bermusuhan dengan Hugo Charves dan Ahmadinejad tetapi bersahabat baik dengan Raja-raja Arab?  Kenapa Ahmadinejad bermasalah besar dengan Zionis tetapi berteman dengan Yahudi?  (Perlu digarisbawahi bahwa setiap Yahudi belum tentu Zionis tatapi setiap zionis pasti Yahudi). Kenapa Hizbullah berusaha agar presiden Libanon dipimpin oleh non Muslim dan berhasil? Kenapa Ahok yang sudah terbukti memimpin Belitung, Jakarta secara Islami namun dipersoalkan tanpa memahami hakikat surah al Maidah, bukan saja ayat 51 tetapi juga bahkan ayat 44, 45 dan 47?.

Pembaca yang mulia. Kafir yang dinyatakan Allah swt di ayat 6 dan 7 surah Baqarah adalah kafir Harbi yang sangat benci terhadap Islam murni tetapi bersahabat dengan Islam palsu. Realitanya banyak juga kafir yang masuk Islam, apakah bertentangan dengan ayat Baqarah diatas? Apanya yang salah? Makanya terbukti bahwa kita tidak akan mampu memahami maksud Allah dalam Qur-an tanpa mengikuti pendamping nya. Pendamping Qur-an yang pertama adalah Rasulullah sendiri. Setelah itu 12 Imam yang ditentukan oleh Allah sendiri, dimana para Imam tersebut semuanya berguru hanya kepada Ayah mereka sendiri dimana sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah, kecuali Imam Hassan dan Hussein disamping berguru pada Ayah mereka, juga berguru pada Rasulullah, sebab keduanya juga hidup dizaman Rasulullah saww.  Justeru itulah agama mereka tidak pernah berselisih antara satu Imam dengan Imam lainnya (baca juga Hadist Tsaqalain murni dan Hadist Pintu Ilmu). 

Apabila alinia diatas telah kita pahami, barulah kita ketahui bahwa adanya kafir Jimmi. Mereka inilah yang berkemungkinan masuk Islam setelah menyaksikan kebenaran prilaku kita kaum muslimin benaran. Mereka  tidak benci kepada Islam serta kaum muslimin, namun mereka dibenci oleh kafir Harbi yang bersatupadu dengan kaum munafiqun. Dalam tulisan ini saya sebut kata kafir untuk membuat pembaca memahami persis permasalahannya namun perlu digarisbawahi bahwa dalam pergaulan bermasyarakat dan bernegara tidak etis kita menyebut mereka kafir tetapi sebutlah sebagai non Moslem. 

Propessor itu benar ketika mengatakan Islam dibela oleh non Moslem macam Waraqah bin Naufal dan Raja Najasyi saat pengikut Rasulullah hijrah ke Habsyi. Namun masih lebih terharu lagi ketika non Moslem menolong Rasulullah saww saat beliau sekeluarga dan sahabat sejati, disekap (dibekot) kaum Quraisy di lembah Abu Thalib atau lembah Syi’it. Sementara «sahabat besar» lainnya berada di kota tanpa berbuat sesuatu untuk kebebasan Rasulullah saww dari embargo tersebut. Untuk lanjutannya silakan lihat di http berikut ini: http://achehkarbala.blogspot.no/2012/02/maaf-belum-ada-judulnya-yang-tepat-ii.html

Kesimpulannya surah Al Maidah ayat 51, pertama diberlakukan di negara Islam bukan di negara Muslim (analisalah dimana perbedaan antar negara Islam dan negara Muslim). 

Kedua Maula disitu memang dimaksudkan sebagai teman. Ketiga yang dilarang Allah berteman dari kafir Harbi, bukan kafir Jimmi, tersirat dalam ayat ini juga bahwa kita muslim benaran dilarang berteman atau memilih pemimpin yang munafiq, sebab kaum munafiq itu sama dengan kafir Harbi (tidak ada kebaikan disisi mereka). Keempat bila Ahok tidak dipilih disebabkan keliru memahami ayat tersebut, mana fenomena type kepemimpinnya yang dilarang Allah, rakyat Jakarta akan memilih pemimpin lain yang “Muslim” tetapi rakyat tidak dipimpin secara Islami. Ini telah terbukti dalam sejarah Indonesia dimana segelintir orang hidup berfoya-foya semen tara mayoritas rakyat hidup menderita. Korupsi dan kezaliman lainnya hidup subur alias membudaya dimana para Alim palsu diam seribu satu bahasa dan mereka mendapat “Sedekah” dalam persekongkolannya dengan penguasa yang despotic. Pemimpin Muslim benaran memang terbaik tetapi pemimpin non Moslem yang Jimmi jauh lebih baik dari pemimpin “Muslim” (baca Muslim palsu)



Kamis, 24 November 2016

HADIST RASULULLAH SAWW, IMAM ALI DAN ABU DZAR GHIFARI






HADIST RASULULLAH SAWW, IMAM ALI DAN ABU 

DZAR GHIFARI


"Kata Rasulullah saww: "Kemiskinan akan membuat manusia menjadi kekafiran. Imam Ali menimpali, andaikata kemiskinan itu berbentuk makhluk akan kubunuh dia. Abu Dzar Ghifari melanjutkan, ketika kemiskinan masuk melalui pintu, Iman akan keluar mela lui jendela"

Dalam kontek ini kita bisa menganalisa persoalan Indonesia dan Acheh Sumatra, dimana sejak kawasan ini dikuasai Suharto  s/d Yudhoyono, mayoritas Rakyat Indonesia dan Acheh hidup dalam kondisi ekonomi yang morat-marit. Hanya segelintir rakyat yang hidup mewah dari usahanya sendiri  dan segahagiannya dari kedekatannya dengan penguasa yang despotic tadi.

Sebelum kemunculan Jokowi dan Ahok sepertinya Indonesia itu tidak ada harapan lagi untuk mengembalikan hak rakyatnya (baca kekayaan negara adalah milik rakyat yang akan dikembalikan manakala negara dipimpin oleh manusia Habil). Hal ini disebabkan bahwa korupsi sudah mendarah daging atau membudaya. Ini terindikasi bahwa Indonesia pra Jokowi – Ahok adalah termasuk negara yang despotic klas tinggi di Asia dan Afrika. Sayapun yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan terlalu lama rakyat menderita disuatu negara. Betapa kuatnya persekongkolan Fir’un, Karun, Hamman dan Bal’m di zaman pra Nabi Musa dan Harus as, namun aklhirnya runtuh juga via Musa dan Harun. Perlu kita garisbawahi bahwa kendatipun Fir’un cs sudah tenggelam dan mati di laut Merah, ideology mereka tetap hidup biarpun pada mulanya bergerak dibawah tanah. Kemunculan Samiri merupakan sinyal-sinyal kemunculan ideology Fir’un cs kembali. Demikian juga kemunculan «samiri-samiri» paska kewafatan Rasulullah saww, berlangsung terus sampai ke zaman kita sekarang ini.

Secara ideology, hanya ada dua kutup saja manusia yang saling bermusuhan di planet Bumi ini, kutub Qabil dan Habil. Bendera Qabil senantiasa diperagakan oleh manusia-manusia yang tidak berwawasan kemanusiaan sementara bendera Habil diperjuangkan oleh manusia-manusia yang berwawasan kemanusiaan.

Dari gambaran diatas realitanya sekarang di Indonesia dimunculkan Allah dua figur manusia yang berwawasan kemanusiaan dan mereka itu pintar, jujur, berani dan kawi, tidak mudah mengalah kepada manusia-manusia yang berwawasan Qabil yang telah begitu lama meninabobokkan rakyat jelata via alimpalsu (Para Bal’am). Justeru itu jangan heran kalau manusia-manusia kutup Qabil begitu gencar berdaya upaya agar Indonesia tetap berada dalam permainan politik kotor mereka, kendatipun anda lihat pakaian mereka mentreng-mentreng yang mereka peroleh dari hasil korupsi, baik korupsi biasa maupun korupsi yang legitimate.

Korupsi di Indonesia dulu pra Jokowi – Ahok, ada disemua lini lembaga pemerin tahan, bukan saja di badan Legislatif, yudikatif dan eksekutif tetapi juga lembaga-lembaga yang ikut melanggengkan kekuasaan manusia kutub Qabil, yaitu MUI dan ormas-ormas berkedok agama seperti FPI dan semacamnya.

Ketika Jokowi dan Ahok sadar akan tujuan kekuasan yang harus berpihak rakyat mayoritas, mereka mulai bersemayam dihati mayoritas rakyat Jakarta, sungguhpun belum meluas seluruh Nusantara, termasuk Acheh – Sumatra, masih banyak rakyat yang belum sadar akan wawasan kemanusiaannya. Justeru itu para koruptor kelas kakap berdaya upaya bagaimana cara agar rakyat terpropokasi bahwa Jokowi dan Ahok harus disingkirkan. Hal ini tidak obahnya seperti kaum yang tidak berdaya membuktikan bahwa pengikut Ahlulbayt bukan Islam, dengan cara mempropokasi bahwa mereka punya Qur-an yang berbeda. Kalau propokasi mereka semacam itu mampu mereka yakini rakyat mayoritas, berhasillah mereka menghancurkan komunitas pengikut Ahlulbayt macam di Sampang Dan belahan Bumi lainnya seperti di Timur Tengah yang sedang mulai membuka mata orang-orang yang mau berfikir secara ‘arif.

Justeru itu para koruptor kelas kakap memanfaatkan para Alim palsu disetiap lini pemerintahan untuk membuat propokasi murahan  bahwa Ahok telah menistakan agama Islam. Ironisnya yang benar-benar menistakan agama yang dilakukan dengan persekongkolan «Fir’un, Karun, Hamman dan Bal’am» di priode Suharto sampai Yudhoyono tidak nampak dalam pikiran mereka, kenapa? Sebab mereka adalah bahagian dari persekongkolan Fir-un, Karun, Hamman dan Bal’am.

Saat manusia kutub Qabil berkuasa di Indonesia dulu, Qabil-qabil di lembaga DPR (Dewan Penipu Rakyat) memilih presiden setiap priode yang telah ditetapkan. Lalu presidennya memilih menteri-menterinya dari Qabil-qabil yang ada di lembaga DPR, makanya rakyat dengan mudah mereka tipu. Kini ketika Jokowi jadi Presiden, terpaksa juga beliau pilih dari lembaga DPR untuk jabatan menteri-menterinya. Diantara mereka masih ada yang masih berpikiran Qabil hingga berdaya upaya untuk menghancurkan Pemerintah Jokowi secara intern. Ini adalah tugas Jokowi untuk membersihkan kabinetnya dari unsur-unsur bahaya laten tersebut.

Saat jokowi sedikit lambat membereskan kabinetnya, para manusia kutub Qabil macam Fadli Zon dengan lantang bersuara, mendiskreditkan Jokowi dan Ahok. Saya juga melihat Padli Zon ikut demo bersama Ketua FPI dan juga Amin Rais memberikan semangat kepada sebagian rakyat yang belum sadar. Fadli adalah wakil di DPR yang berarti kekuatan Qabil masih agak kuat di lembaga legislatif priode Jokowi – Ahok ini. Untungnya PDIP dan Nasdem sudah sadar untuk memiliki wawasan kemanusiaan via memihak rakyat jelata dibawah pimpinan Jokowi – Ahok. Adapun Golkar sebagai kenderaan Suharto yang mampu mempermainkan DR Amin Rais pasca Referendumnya dulu, masih kita ragukan sepakter
jangnya.

Berbicara Golkar, terbawa nama Amin Rais yang mampu melengserkan Raja koruptor tersebut. Namun kesalahan mutlak Amin adalah ketidakmantapannya ideology Islam dalam bereferendum. Semestinya suharto dan kenderaan politiknya harus ikut dilengserkan, hingga Indonesia benar-benar bebas dari sepakterjang manusia-manusia kutub qabil. Akibat kelengahan Amin, percuma saja kejatuhan Suharto, rakyat jelata tetap saja hidup morat-marit dibawah kekuasaan presiden-presiden berikutnya.


Semoga orang-orang yang kita sebutkan masuk perangkap manusia qabil sadar untuk memperbaiki jati dirinya (bertaubat) bukan malah menganggap kita telah menyakiti hati mereka. Kita melihat sudah banyak pihak yang sudah sadar macam tentara dan polisi. Kalau tentara dan polisi sudah berwawasan kemanusiaan, merupakan sinyal-sinyal bahwa Rakyat Indonesia secara mayority akan mendapat “angin segar” di bawah kepemimpinan Jokowi – Ahok. Semoga kekuasaan "qabil" benar-benar berakhir di Nusantara ini dan berganti dengan kepemimpinan "Habil”

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp 

di Acheh - Sumatra