Senin, 28 Mei 2012

SEPERTINYA DUNIA SEDANG MENYONGSONG KEMUNCULAN IMAM ZAMAN DAN NABI 'ISA BIN MARYAM


KITA SEDANG MENYAKSIKAN PEWARIS QABIL 
(PEMBUNUH MANUSIA PERTAMA) 
DISELURUH DUNIA TANPA SADAR DEMIKIAN MENGGEBU-GEBU 
MEMBUNUH MANUSIA YANG TIDAK BERDOSA . 
SEMOGA PEWARIS HABIL JELI MELIHAT FENOMENA INI AGAR MAMPU MEROBAH DIRI KITA DARI "HABIL" MENJADI "HUSSEIN" AGAR REVOLUSI BERHASIL
(Angku di Awegeutah, Tampokdjok)
Acheh - Sumatra


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allah swt berkata:
Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak men jadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menja dikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpah kan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Rabb berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui". (QS. 2:30)

Saat para Malaikat mempertanyakan kepada Allah, kenapa di jadikan khalifahnya orang yang akan mengadakan pertumpahan darah dan juga sepertinya para Malaikat menghen daki agar mereka yang diangkat Allah sebagai waklilNya, Allah menjawab bahwa Dia tau apa yang mereka tidak tau. Selanjutnya Allah membuktikan kebenarannya: 

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian me ngemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama ben da-benda itu jika memang kamu orang yang benar!", (QS. 2:31)

Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami;  sesungguhnya Engkaulah Yang Mengetahui lagi  Bijaksana 35. (QS. 2:32)

Tidak sepereti kebanyakan orang di planet Bumi ini tetap bersikukuh pada pendiriannya yang keliru saat berhadapan dengan pengikut Ahlulbayt, para Malaikat langsung menga ku saat kebenaran membuktikan kesalahan mereka.

Lalu Allah memerintahkan Manusia (Adam) yang sudah dibekali dengan ilmu "nama-na ma dari alam semesta" agar memberitahukan para Malaikat: 

Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukan kepada mereka nama-nama benda ini". Maka se telah diberitahukannya nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Kukata kan kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan menge tahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan", (QS. 2:33)

Dan (ingatlah) ketika Kami memberitahukan kepada para Malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam", maka sujudlah mereka kecuali iblis; ia enggan dan takabbur dan adalah ia terma suk golongan orang-orang yang kafir. (QS. 2:34)

Manusia lebih unggul daripada Malaikat. Hal ini dibuktikan dalam negosiasinya dimana kelebihan Manusia adalah memiliki ilmu "nama-nama" yang tidak dimiliki para Malaikat. Disinilah buktinya bahwa kedudukan manusia diatas para malaikat. Perlu digaris bawahi bahwa hanya sebahagian manusia yang lebih unggul dari para malaikat walaupun manusia tidak mampu melihat malaikat kecuali para Rasul, Nabi dan aulia Allah. Kebanyakan Manusia kecuali zaman Imam Mahdi nanti, adalah "Setan". Merekalah yang membuat pertumpahan darah di planet Bumi ini sebagaimana kita saksikan sekarang di Afganistan, Pakistan, Irak, Mesir, Syria dan di belahan Dunia lainnya. 

Mereka yang ingkar kepadsa Allah secara tranparan tidak perlu kita pertanyakan tetapi ironisnya sebahagian manusia yang lain masih saja mengaku diri mereka beragama Islam, kerjanya juga "membunuh manusai" dan bersekongkol dengan "manusia setan" lainnya. Dalam konteks ini Allah berfirman: 

Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian 22", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. (QS. 2:8)

Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri sedang mereka tidak sadar. (QS. 2:9)

Dalam hati mereka ada penyakit 23, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. (QS. 2:10)

Dan bila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi 24". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan". (QS. 2:11)

Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. (QS. 2:12)

Pembaca yang mulia!
Seorang saja manusia yang kita bunuh tanpa redha Allah, sama dengan kita telah membunuh manusia seluruhnya. Lalu kita pertanyakan, berapa banyak manusia yang dibunuh di Acheh - Sumatra, West Papua, Am bon, Tunisia, Mesir, Libya, Afganistan, Pakistan, Irak, Iran dan Syria? Apakah pembunuhan itu mendapat redha Allah? Pastinya tidak. Mereka yang di bunuh itu mendapat kemenangan disisi Allah dan mere ka yang bersatupadu dalam "mesin pembunuh" itu pasti Neraka tempatnya kelak (na'uzu billahi min zalik)

Allah berfirman: Oleh karena itu kami tetapkan (suatu hukum) bagi bani Israil, bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain 411, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya 412. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan menusia, seolah-olah dia telah menghidupkan manusia seluruhnya.  Dan sesung guhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (keterangan-keterangan) yang jelas, kemudian banyak di antara mereka sesudah itu 413 sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi. (QS. 5:32)

Tulisan singkat ini kita tulis khususnya untuk bangsaku Acheh - Sumatra agar tidak lagi terulang pembunu han terhadap orang-orang yang menuntut "haq" nya di saat yang akan datang termasuk sekarang. Tulisan ini juga sebagai peringatan bagi siapapun  di belahan planet Bumi ini secara umum. Akhirnya kita tutup dengan peringatan Allah dalam surah Yasin yang banyak orang membacanya tetapi tidak menganalisa apa yang dimaksudkan Allah hingga bermanfaat bagi kita khususnya dan Dunia pada umumnya:  

"Bukankah sudah kuperintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaithan. Sesungguhnya syaithan itu mu suh yang nyata bagi kamu. Dan tunduk patuhlah kepada Ku. Inilah jalan yang selu rus-lurusnya. Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar dian tarakamu. Apakah kamu tidak berfikir? Inilah neraka Jahannam yang dulu kamu diancam (dengan nya). Masuklah kamu kedalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan dan kaki Kami minta kesaksian terhadap apa yang telah mereka kerjakan dahulu" (QS,36: 60-65)

 "Dan Kami tidaklah menganiaya mereka, namun merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri...." (QS, 11: 101)

Betapa jelasnya ancaman Allah swt kepada orang orang yang lalai dan membang kang perintahNya saat di dunia, namun orang orang yang telah banyak melakukan kesalahan sudah tertutup mata hatinya untuk taubat, betapapun jelasnya dakwah yang dialamatkan kepada mereka, malah mereka mengang gap pendakwah itu telah menghinanya, menyakiti hatinya dan sebagainya.

     Baarakallaahu lii walakum...
(Angku di awegeutah, tampokdjok)
          Acheh - Sumatra

Minggu, 20 Mei 2012

BAGAIMANA MUNGKIN MEREKA MENILAI ALIRAN LAIN SESAT SEMENTARA MEREKA SENDIRI TERPERANGKAP DALAM SYSTEM TAGHUT DESPOTIC, CORRUPT DAN HYPOCRITE



ADA 2 PERSOALAN YANG SIGNIFIKAN KITA ANGKAT KALI INI
"NABI PALSU" DAN "ALIRAN SESAT"
KEMUNCULAN ORANG-ORANG YANG MENGAKU SEBAGAI NABI DIANTARANYA DISEBABKAN TIDAK ADANYA RAHMAT DALAM SYSTEM YANG MEREKA SAKSIKAN SEMENTARA KEYAKINAN MEREKA BAHWA ISLAM ITU RAHMATAN LIL 'ALAMIN
hsndwsp
Acheh -Sumatra

Bismillaahirrahmaanirrahiim 
Pertama sekali kita berpedoman pada firman Allah berikut ini:

 إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَّا مِن بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِآيَاتِ اللَّهِ فَإِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ ( 19 

  "Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya."(QS, 3: 29)

Kedua kita juga harus yakin bahwa agama Islam itu pasti membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil'alamin). Allah swt berkata: 

 وَما أَرْسَلْناكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعالَمِينَ

 “Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107)

 Analisis Permasalahan
Berdasarkan ayat pertama diatas menunjukkan bahwa sejak dari Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saww hanya satu saja agama yaitu Islam. Sedangkan agama Yahudi bukan agama nabi Musa as melainkan agama seorang tokoh yang kontraversi dengan Nabi Musa yang bernama Yahuda. Sedangkan agama Nasrani bukan agama Nabi 'Isa bin Maryam melainkan agama seorang tokoh yang kontraversi dengan Nabi 'Isa bin Maryam yang bernama Nashara.
  Allah berfirman: 


قُلْ أَتُحَآجُّوْنَنَا فِي اللهِ وَ هُوَ رَبُّنَا وَ رَبُّكُمْ وَ لَنَا أَعْمَالُنَا وَ لَكُمْ أَعْمَالُكُمْ وَ نَحْنُ لَهُ مُخْلِصُوْنَ

 "Katakanlah : Apakah kamu hendak membantah kami perihal Allah? Padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu? Dan bagi kami adalah amalan kami dan bagi kamu adalah amalan kamu. Dan kami terhadapNya adalah ikhlas".(QS, 2 :139)

 أَمْ تَقُوْلُوْنَ إِنَّ إِبْرَاهِيْمَ وَ إِسْمَاعِيْلَ وَ إِسْحَاقَ وَ يَعْقُوْبَ وَ الْأسْبَاطَ كَانُوْا هُوْدًا أَوْ نَصَارَى قُلْ أَأَنْتُمْ أَعْلَمُ أَمِ اللهُ وَ مَنْ أَظْلَمُ مِمَّنْ كَتَمَ شَهَادَةً عِنْدَهُ مِنَ اللهِ وَ مَا اللهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

 "Ataukah kamu mengatakan: "Sesungguhnya Ibrahim dan Ismail dan Ishak dan Ya'qub dan anak-cucu mereka adalah semuanya Yahudi, atau Nasrani?  Katakanlah: "Apakah kamu yang lebih tahu ataukah Allah? Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang menyembunyikan kesaksian dari Allah yang ada padanya? Dan Allah tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan". (QS, 2 : 140)



وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُم بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِن وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ ( 120 


 "Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan merasa senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu". (QS. al-Baqarah (2) : 120)

  
Sepanjang sejarah Islam (satu-satunya agama yang haq disisi Allah swt), senantiasa mengalami dekaden ditangan pengikutnya yang despotik dan hypocrite. Justeru itulah Allah swt mengutus Rasul-rasulNya silih berganti untuk meluruskan kembali risalahNya yang telah dipelintirkan atau mengalami dekaden. Islam yang dipandu Nabi dan manusia pertama, Adam as dipelintirkan oleh anaknya sendiri yaitu Qabil, (pembunuh saudaranya sendiri, Habil). Islam yang dipandu Nabi Musa as dipelintirkan oleh Samiri dan Yahuda. Islam yang dipandukan Nabi 'Isa bin Maryam dipelintirkan oleh Nashara. Sedangkan Islam yang dipandu Nabi terakhir, Muhammad saww dipelintirkan juga oleh 'Samiri-samiri' paska khutbah Rasulullah di Ghadirkhum atau paska Haji wadha'. 


Apabila dalam kurun waktu yang tidak begitu lama paska Nabi Musa dan 'Isa bin Maryam, Dunia bisa berobah dari 'Mesjid' menjadi 'WC' (baca sirnanya hablum minallah dan hablum minannas), bagaimana mungkin paska Nabi terakhir Muhammad saww, dalam kurun waktu yang begitu lama (sebelum dihadirkan kembali Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar), tidak akan mengalami dekaden? Justeru itu Allah mustahil membiarkan hambanya di kolong langit tanpa pemandu paska berakhirnya zaman kenabian. Allah swt memperpanjang "Keimamahan" RasulNya, Muhammad saww dengan mengutus 12 orang Imam paska berakhirnya zaman kenabian. Yang pertama adalah Imam Ali as dan yang terakhir adalah Imam Mahdi al Muntazhar. (dipersilakan bertanya, andaikata perlu. Sebab kita tidak memperpanjang penjelasannya mengenai para Imam yang di utus sebagai hujjahNya di kolong langit)

  Allah swt kerapkali mengulang kalimatNya dalam al Qur-an "illa kalil". Realitanya banyak yang tidak mengenal para Imam, illa kalil. Berbahagialah orang-orang yang mengenal para Imam serta mengikutinya dan sungguh malanglah orang-orang yang tidak mengenal "Pemandunya" paska kewafatan Nabi suci, Muhammad saww. Semoga pembaca sekalian kritis melihat fenomena di hadapan kita masing-masing dengan Petunjuk Allah swt yakni "al Qur-an" dan "Ittrahnya/pendampingnya" (hadist Tsaqalain).

  Selanjutnya berdasarkan ayat kedua kita paparkan diatas, kita juga harus yakin bahwa yang namanya "Islam" pastinya rahmat bagi seluruh 'alam (baca andaikata seluruh Dunia ini sudah berlaku system Allah/system Islam). Hal ini tidak akan terjadi kecuali Allah swt telah menampilkan hambaNya yang shaleh yaitu Imam Mahdi al Muntazhar dan Nabi 'Isa bin Maryam. Sesuai dengan janji Allah sendiri akan digantikan system Dunia ini yang sebelumnya penuh dengan kezaliman, dengan rahmat dibawah panduan Imam akhir zaman dan Nabi 'Isa bin Maryam. 

 Ada 2 perkara besar yang terjadi paska nabi 'Isa dan Nabi Muhammad saww. Pertama Nabi 'Isa dipertuhankan. Kedua perpanjangan keimamahan Nabi muhammad saww dinafikan. Nabi 'Isa dighaibkan Allah setelah tempat pengajiannya diserbu tentara zalim atas laporan seorang muridnya dimana ketika tentara hendak menangkap Nabi 'Isa untuk disalib, murid Nabi 'Isa yang hypocrite itu dimiripkan Allah persis Nabi 'Isa hingga disalip walau mengaku diri bukan nabi 'Isa. Sedangkan Nabi 'Isa diselamatkan Allah (baca  Ghaib kubra)

  Adalah hal yang sama terjadi terhadap Imam Mahdi dimana ketika beliau lahir, tentara Bani Abbaisiah menggerebek rumahnya tetapi mereka tidak mampu melihat Imam Mahdi disebabkan dighaibkan Allah swt dengan ghaib syughra. Baru setelah meninggalnya 4 orang wakilnya, Imam dighaibkan dengan ghaib kubra.

 Kalau pembaca merasa aneh keghaiban Imam Mahdi, anda juga patut merasa aneh saat Allah mengga ibkan Nabi 'Isa. Andaikata anda merasa aneh bagaimana Imam Mahdi diselamatkan Allah saat tentara menggerebek rumahnya, anda juga patut merasa aneh saat Allah menyelamatkan Nabi Musa ketika tentara-tentara Fir'un menggerebek rumah bunda Maryam dan bahkan justeru Allah mengirim Nabi Musa ke istana Fir'un dan mendapat lindunganNya via wanita terbaik di Dunia saat itu, yaitu Asiah.(baca isteri Fir'un sendiri)

 Perlu dicamkan:
"Kalau Nabi 'Isa dan Musa hendak dizalimi oleh tentara-tentara kafir, Imam Mahdi hendak dizalimi oleh tentara-tentara yang munafiq alias hypocrite" (baca sepakterjang kaum takfiri sekarang yang berasal dari 80 negara, bergentayangan di Suriah. Islamkah mereka?) 

 Saat Imam Mahdi dimunculkan kembali, Imam bertanya kepada penduduk Dunia, kenapa perpanjangan keimamahan Rasulullah dinafikan sebahagian besar manusia? Sedangkan Nabi 'Isa as akan menanyakan, kenapa beliau dipertuhankan, padahal beliau mem perkenalkan diri sebagai hamba Allah.

  Zaman kita ini adalah zaman "penantian", tetapi bukan "penantian pasif" melainkan "penantian aktif". Untuk memahami "keghaiban kubra" Imam Mahdi silakan klik disini: 



 Dizaman penantian inilah maka terjadi bermacam-macam penafsiran tentang Imam Mahdi dan Nabi 'Isa bin Maryam, kenapa? Sebabnya kita tidak mengenal para Imam sebelumnya, maka terperangkap pada pemikiran tersendiri bagi orang-orang yang tidak memiliki pemandu paska kenabian. 

 Akibat daripada tidak mengenal para Imam yang diutus Allah paska kenabian, maka bermunculanlah orang-orang yang mengaku dirinya sebagai Imam Mahdi dan Nabi 'Isa bin Maryam serta aliran-aliran yang berbeda satu sama lainnya. Sebagai contoh mari kita lihat di Indonesia. Di Indonesia juga banyak aliran agama yang berbeda satu sama lainnya. Mereka secara mayoritas mengaku Islam Sunni. Diantaranya pengikut Imam abu Hanifah, Maliki, Syafi'i dan Hanbali. Kemudian ada lagi Muhammaddiah, Ahmadiah dan Nahdlatul 'Ulama. Kemudian ada lagi Islam JIL,Wahabi dan Islam Al-Qiyadah. Terahir sekali Islam Syiah Imamiah 12 atau pengikut Ahlulbayt Rasulullah saww. (mohon maaf kalau ada yang lupa saya sebutkan)

 Ironisnya diantara satu sama lainnya kerap terjadi bentrok dan saling sesat-menyesatkan atau bahkan saling kafir-mengkafirkan. Bagi kami Islam Syiah Imamiah 12 pantang mengkafirkan pihak lain yang mengaku beragama Islam. Keyakinan kita semua yang mengaku beragama Islam sebetulnya pantang bentrok dengan pihak manapun kecuali untuk membela diri sebagaimana prinsip teguh yang dianut Republik Islam Iran. Dan realitanya di Iran paska revolusi, rakyat bersatupadu dan rahmat bagi seluruh penduduknya, apapun latar belakang agama mereka. Mengapa demikian? Jawabannya, firman Allah surah al Kafirun: 

 لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ  

 "Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".(QS: 109 : 6)
 (Hanya kaum takfirilah yang tidak beriman dengan ayat tersebut diatas, hingga membunuh siapapun yang berbeda agama dengan mereka, tidak memiliki perikemanusiaan)

  Belakangan ini penganut Islam mayoritas di Indonesia bersikap arogan terhadap pengikut Islam Ahmadiah Kadian, Islam Al-Qiyadah dan juga Islam Syi'ah Imamiah 12. Islam yang mendapat support dari penguasa dan majlis "Ulama" bahkan sering berdemo dan menyerang Islam Ahmadiah dengan alasan mereka bukan pemeluk Islam. Bagi kita penganut Islam Syi'ah Imamiah 12 sangat pilu melihat serangan terhadap Islam Ahmadiah. Sebab sesuai keyakinan kami, kita harus berpihak kepada kaum mustadhafin. Dalam hal ini Ahmadiah Kadian di Indonesia adalah pihak yang terzalimi daripada persekongkolan 'trinitas Islam'. 


Kalau alasan mereka bahwa Ahmadiah itu bukan Islam, mereka terperangkap dalam 2 kesalahan fatal. Pertama mereka yang bersatupadu dalam system despotik yang menzalimi kaum mustadfhafin (baca penduduk Indonesia yang hidup melarat di bawah titi kota Metropolitan, di gubuk-gubuk derita dan di kawasan-kawasan kumuh lainnya), lebih sesat dari pihak yang dituduh sesat. Kedua Islam agama yang benar tidak dibenarkan menzalimi pihak non moslem, apalagi Ahmadiah bukan non moslem. Hal ini berdasarkan ayat Allah dalam surah al Kafirun diatas. Kalau begitu kenapa Islam mayoritas di Indonesia resah berhadapan dengan Ahmadiah, Al-Qiyadah dan Syiah? Untuk ini silakan simak jawaban yang diberikan pemimpin Al-Qiyadah bahwa mereka resah disebabkan tidak punya konsep yang benar dalam beragama. Silakan klik disini: 


 Baraqallaahu li walakum
 hsndwsp
 di Ujung Dunia
  
http://www.leader.ir
http://www.wilayah.org
http://www.al-shia.org/html/id/index.htm

Senin, 14 Mei 2012

KHUTBAH FADAK; PENDAHULUAN KHUTBAH SAYYIDAH FATIMAH AZ ZAHRA




 

Qalbu diciptakan Tuhan bukan untuk di jadikan musuh yang selalu merintangi dan menentang segala gerak dan tindak kita, kita di perlengkapi dengan hati agar dapat memanfaatkan akal berlandaskan hati, jadikan hati nurani itu penasehat untuk memudahkan segala tindak dan gerak, dan memberi arah bagi segala amal dan usaha. Allah berkata:

 أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ( الحج:46)

Tidakkah mereka berjalan di muka bumi, agar mereka memiliki hati yang dengannya mereka dapat menggunkan akal, dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi hati yang di dalam dada yang buta.(QS, al Hajj: 46)















Semoga akan ada lanjutannya dari IRIB tentang "KHUTBAH SAYYIDAH FATIMAH AZ ZAHARA DA LAM HAL TANAH FADAK" Kebetulan kali ini masih menyangkut cara berpakaian yang benar bagi wanita saat keluar rumah. Setelah kita membaca surah Annur dan surah al Ahzab, wanita dimantapkan lagi pemaha mannya dalam hal berpakaian yang benar. Ini sangat penting bagi wanita muslim agar mereka tidak sekedar ikut-ikutan dalam berpakaian. Kalau Allah mengatakan "Celakalah orang yang Shalat" di surah al Ma'un", menyangkut orang yang tidak benar shalatnya, kita juga harus yakin bahwa betapa banyak wanita yang menu tup aurat tetapi disisi Allah belum termasuk yang menutup aurat. Terindikasi bukan pakaian saja dituntut yang mantap sesuai teladan anak kesayangan Rasulullah, Fatimah az Zahara tetapi juga tutur sapa dalam pergaulan dengan kaum lelaki. Dalam hal ini baik juga kita lihat blog berut ini: http://achehkarbala.blog spot. com/2009/10/hukum-menutup-auratberjilbab-nyakni_17.html


Khotbah Fadak; Pendahuluan Khotbah Sayidah Fathimah Az- Zahra



Minggu, 2012 Mei 13 08:05

Pembahasan khotbah Sayidah Fathimah az-Zahra as terkait masalah Fadak di Masjid Nabawi terjadi pasca meninggalnya ayah beliau, Nabi Muhammad Saw. Mensyarahi khotbah ini secara sempurna membutuhkan kesempatan yang lebih luas lagi, tapi saya berusaha menyampaikan pembahasan terkait masalah khotbah ini di antara terjemah dan syarah. Tentunya semua itu dengan pertolongan Allah Swt.

Sanad Khotbah Fadak
Dari sisi sanad periwayatan khotbah ini harus saya katakan bahwa ulama Syiah dan Sunni telah menukil khotbah ini dan periwayatan khotbah ini tidak khusus dinukil oleh Syiah. Karena ulama Ahli Sunnah menukil khotbah ini lewat jalur yang berbeda-beda. Salah seorang yang menukil khotbah ini adalah Ibnu Abil Hadid. Dalam bukunya Syarah Nahjul Balaghah di akhir surat yang ditujukan Imam Ali as kepada Utsman bin Hanif, Ibnu Abil Hadid menyinggung masalah Fadak dan ia mengutip khotbah ini yang diriwayatkan dari sanad yang berbeda-beda dari Ahli Sunnah.

Dari sejumlah periwayatan yang ada, Abdullah bin Hasan al-Mutsanna dikenal sebagai orang yang menukil khotbah ini. Hasan al-Mutsanna adalah keturunan dari Imam Ali as yang juga dikenal dengan sebutan Abdullah al-Mahdh (murni, -pen). Penyebutan itu dikarenakan ia dari silsilah ayahnya ia merupakan cucu Imam Hasan as dan begitu juga dari sisi ibu. Oleh karenanya mereka menyebutnya al-Madhdh yang berarti murni berasal dari Imam Hasan, baik dari sisi ayah maupun ibu.

Kembali pada masalah penukilan khotbah ini, Ibnu Abil Hadid menyebut dirinya menukil khotbah ini dari sanad Ahli Sunnah dan tidak ada hubungannya dengan periwayatan dari Syiah. Ibarat Ibnu Abil Hadid demikian:

وَاعْلَمْ اِنَّمَا نَذْكُرُ فِي هذَا الْفَصْلِ مَا رَوَاهُ الرِّجَالُ الْحَدِيْثِ وَ ثِقَاتُهُمْ وَ مَا اَوْدَعَهُ اَحْمَدُ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيْزِ الْجَوْهَرِى فِي كِتَابِهِ ...

"Wa'lam Innamaa Nadzkuru Hadza al-Fashl Maa Rawaahu ar-Rijaal al-Hadits wa Tsiqaatuhum wa Maa auda'ahu Ahmad ibnu Abdil Aziz al-Jauhari fi Kitaabihi..."

(Ketahuilah bahwa sesungguhnya kami hanya menyebut pasal ini sesuai dengan yang diriwayatkan oleh para perawi hadis dan mereka yang dapat dipercaya dan apa yang ditinggalkan oleh Ahmad Ibnu Abdil Aziz al-Jauhari di bukunya...)

Nama buku al-Jauhari adalah Saqifah wa Fadak (Saqifah dan Fadak). Buku yang cukup terkenal. Al-Jauhari sendiri dipercaya dalam meriwayatkan hadis dan termasuk ulama besar yang dipuji oleh ulama yag lain. Sementara khotbah ini banyak diriwayatkan dalam buku-buku hadis syiah seperti Bihar al-Anwar, al-Ihtijaj, Balaghaat an-Nisaa, As-Syaafi, Dalail al-Imamah, al-Tharaif, Kasyf al-Ghammah dan lain-lainnya.

Pergi Ke Masjid

Mukaddimah khotbah Sayidah Fathimah az-Zahra tentang Fadak memberikan gambaran tentang kondisi waktu,ruang dan banyak masalah lainnya yang terjadi waktu itu.

رَوَى عَبْدُاللهِ بْنِ الحَسَنْ بِاِسْنَادِهِ عَنْ آبَائِهِ

"Rawa Abdullah Ibnu al-Hasan bi Isnaadihi ‘an Aabaaihi"

(Abdullah Ibnu al-Hasan meriwayatkan dari ayah-ayahnya)

لَمَّا اَجْمَعَ اَبُو بَكْرٍ وَ عُمَرٍ عَلَي مَنْعِ فَاطِمَةَ فَدَكًا وَ بَلَغَهَا ذلِكَ

"Lamma Ajma'a Abu Bakrin wa Umaru ‘ala Man'i Fathimata Fadakan wa Balaghaha Dzalika"

(Ketika Abu Bakar dan Umar memutuskan –kata Ajma'a maknanya adalah memutuskan dan menghendaki- untuk mencegah tanah Fadak sampai ke tangan Sayidah Fathimah as, berita ini kemudian sampai kepada beliau)

لَاثَتْ خِمَارَهَا عَلَي رَأْسِهَا

"Laatsat Khimaraha ‘ala Ra'siha"

(Fathimah melilitkan kerudungnya di atas kepalanya)

Kata Laatsa berarti melilitkan. Misalnya kita mengatakan "Laatsa al-‘Ammamatu ‘ala Ra'sihi artinya Syaddaha wa Rabathaha yang berarti ia melilitkan ammamah atau sorban di kepalanya. Sementara kata Khimar merupakan kain penutup kepala yang lebih besar dari kerudung perempuan saat ini, sehingga dapat menutup kepala, leher dan dada. Kata ini juga disebutkan dalam al-Quran surat Nur ayat 31 yang artinya, "... Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya ...".

Kata khumur merupakan bentuk jamak dari khimar. Maksudnya, ketika berita ini sampai kepada Sayidah Fathimah az-Zahra as, beliau bangkit dan memakai khimarnya (kain kerudung panjangnya). Sementara kata Laatsa berarti melilitkan. Dari kata khimar jelas sudah bahwa Sayidah Fathimah as memakai kain kerudung hingga menutupi leher dan sampai ke dada.

وَاشْتَمَلَتْ بِجِلْبَابِهَا

"Wa Isytamalat bi Jilbaabihaa"

(Kemudian beliau memakai jilbabnya)

Jilbab merupakan jenis pakaian yang menutup seluruh badan dan dipakai menutupi baju. Mungkin dapat disamakan dengan abaya saat ini, pakaian panjang Arab. Beliau memakai jilbab, pakaian yang menutup seluruh badannya.

وَ اَقْبَلَتْ فِي لُمَّةٍ (لَمَةٍ) مِنْ حَفَدَتِهَا وَ نِسَاءِ قَوْمِهَا

"Wa Aqbalat fi Lummatin (Lamatin) min Hafadatihaa wa Nisaa'i Qaumihaa"

(Dan beliau bergerak bersama orang-orang yang seusia, seiring, teman, penolong dan keluarga beliau (dari kata lumatin, sementara bila dari kata lamatin, berarti sepikiran).

Maksudnya, Sayidah Fathimah az-Zahra berjalan bersama sekelompok orang yang seusia, seiring, atau dari teman-teman, penolong dan dari keluarganya. Sampai pada potongan khotbah Fadak ini, yang ditekankan adalah bagaimana Sayidah Fathimah as berpakaian. Ketika beliau akan pergi ke masjid, dimana ada banyak pria di sana, bagaimana beliau mempersiapkan dirinya dari sisi berpakaian.

Poin penting lainnya adalah mereka yang bersama beliau bergerak menuju ke masjid. Sangat mungkin sekali bahwa mereka yang bersamanya bermaksud untuk menolong beliau. Kira-kira seperti yang terjadi saat ini, bila seseorang ingin tampil di sebuah pertemuan untuk menyampaikan pembelaan, maka ada sekelompok orang yang seide dengannya menyertainya. Tapi ada dua kemungkinan dari fenomena ini; pertama, pribadi lahiriah Sayidah Fathimah az-Zahra as tetap terjaga dan kedua, tubuh lahiriah beliau tidak tampak bagi para pria yang hadir di sana, berada bersama orang-orang yang menyertainya.

تَطَاُ ذُيُوْلَهَا

"Tathau Dzuyulaha"

(Beliau berjalan dengan menginjak bagian bawah pakaiannya)

Kata ini bisa berarti Sayidah Fathimah as ketika berjalan beliau menginjak bagian bawah pakaiannya, atau beliau berjalan dengan cepat karena kesal. Di sini dapat dipahami bahwa pakaian beliau begitu panjang, sehingga terkadang terinjak kakinya. Tapi mungkin juga dari ibarat ini dapat dipahami beliau jalan dengan cepat. Sebagai kelanjutannya,

مَا تَخْرِمُ مِشْيَتُهَا مِشْيَةَ رَسُوْلِ اللهِ

"Maa Takhrimu Misyatuhaa Misyata Rasulillah"

(Beliau berjalan seperti Rasulullah Saw berjalan)

Artinya, gaya jalan Sayidah Fathimah az-Zahra as tidak berbeda dengan cara Rasulullah Saw berjalan. Kata Misyah yang dalam kaidah sharaf sesuai dengan bentuk fi'lah memberikan arti bentuk dan cara. Yakni, cara berjalan Sayidah Fathimah az-Zahra as tidak kurang dari gaya jalan ayahnya. Gaya jalan Sayidah Fathimah as sama berwibawanya ketika Rasulullah Saw melangkahkan kakinya. Ringkasnya, selain gaya jalan beliau sama dengan ayahnya, Sayidah Fathimah as telah menampilkan gaya jalan yang sesuai dengan kepribadian seorang muslimah.

Dalam ibarat ini ada dua poin penting yang memberikan penjelasan tentang mengapa Sayidah Fathimah az-Zahra as berjalan ke masjid dengan cepat. Pertama, gaya jalan beliau sama seperti ayahnya yang penuh dengan kewibaan. Kedua, dikarenakan baju beliau yang panjang dan terkadang terinjak kaki beliau.

Memasuki Masjid

حَتَّى دَخَلَتْ عَلَي اَبِي بَكْرٍ وَ هُوَ فِي حَشْدٍ مِنَ الْمُهَاجِرِيْنَ وَ الْاَنْصَارِ وَ غَيْرِهِمْ

"Hattaa Dakhalat ‘ala Abi Bakrin wa Huwa fi Hasydin min al-Muhajirin , al-Anshar wa Ghairihim"

(Sehingga beliau memasuki masjid, sementara Abu Bakar dikelilingi oleh orang-orang Muhajirin, Anshar dan yang lain-lain)

Kata Hasyd berarti kelompok atau sekumpulan. Artinya, ketika Sayidah Fathimah az-Zahra as memasuki masjid, di dalamnya telah ada Abu Bakar yang dikelilingi oleh banyak orang dari golongan Muhajirin, Anshar dan dari kelompok lainnya.

فَنِيْطَتْ دُوْنَهَا مُلَاءَةٌ

"Faniithat Duunahaa Mulaatun"

(Kemudian dibentangkan tabir yang memisahkan Sayidah Fathimah as dengan masyarakat yang ada di masjid)

Setelah masuk ke dalam masjid dibentangkan kain yang memisahkan beliau dengan masyarakat yang ada di sana. Mulaah berarti kain atau tabir. Artinya ada tabir yang memisahkan beliau dengan para pria yang hadir di masjid. Bahkan pada naskah yang lain ada tambahan "Mulaatun Qibthiyyatun", yang menjelaskan bahwa jenis kain atau tabir yang dipakai berasal dari Mesir.

Namun poin penting dari bagian ibarat ini adalah ketika Sayidah Fathimah az-Zahra as memasuki masjid, secara otomatis ada yang memasang tabir antara beliau dengan para pria yang hadir. Dari kata "Fajalasat" yang ada dalam khotbah ini dapat dipahami bahwa sebelum beliau duduk, dengan cepat tabir sudah terpasang. Artinya, ketika mereka mendapat kabar bahwa bahwa putri Rasulullah Saw akan memasuki masjid, dengan cepat mereka mempersiapkan tempat dan membentangkan tabir. Apa yang mereka lakukan ini juga demi melindungi beliau dari pandangan para pria dan sebuah bentuk penghormatan yang tidak hanya ajaran agama, tapi telah menjadi tradisi. Hal ini dapat ditemui dalam acara-acara keagamaan saat ini.

Jeritan Masyarakat

ثُمَّ اَنَّتْ اَنَّةً اَجْهَشَ الْقَوْمُ لَهَا بِالْبُكَاءِ

"Tsumma Annat Annatan Ajhasya al-Qaumu Lahaa bil Bukaa'i"

(Kemudian beliau duduk dan menjerit pilu dan masyarakat mengikutinya dengan tangisan)

Ketika Sayidah Fathimah az-Zahra as duduk dan menarik napas panjang yang terdengar jelas memuat kesedihan yang mendalam, seluruh Muhajirin, Anshar dan siapa saja yang hadir di masjid mulai menangis. Tangisan mereka tidak biasanya. Karena ungkapan "Ajhasya al-Qaumu" berarti seseorang yang menangis tersedu-sedu akibat menahan masalah yang berat, sehingga badannya dihempaskan ke kanan dan kiri. Sama seperti anak kecil yang menjatuhkan dirinya ke ibunya karena kesal yang luar biasa. Jeritan pilu Sayidah Zahra as membuat ruangan masjid dipenuhi tangisan.

فَارْتَجَّ الْمَجْلِسُ

"Fartajja al-Majlisu"

(Majelis pertemuan menjadi tidak terkendali)

ثُمَّ اَمْهَلَتْ هُنَيَّةً حَتَّى اِذَا سَكَنَ نَشِيْجُ الْقَوْمِ وَ هَدَأَتْ فَوْرَتُهُمْ

"Tsumma Amhalat Hunayyatan Hattaa Idzaa Sakana Nasyiiju al-Qaumi wa Hadat Fauratuhum"

(Kemudian beliau memberi kesempatan, sehingga masyarakat yang hadir tenang)

Sayidah Fathimah az-Zahra as kemudian memberikan kesempatan kepada mereka yang hadir untuk menenangkan dirinya. Ungkapan ini dengan jelas menunjukkan bagaimana masyarakat yang hadir untuk beberapa saat menangis, tanpa mampu menahan dirinya. Karena itulah, Sayidah Fathimah az-Zahra as memberikan kesempatan kepada mereka agar dapat menenangkan dirinya dan majelis yang ada juga menjadi tenang. (IRIB Indonesia/Saleh Lapadi)

Sumber: Tehrani, Mojtaba, Sharhi Koutah bar Khotbeh Fadak, Tehran, Moasseseh Farhanggi Pezhouheshi Masabih al-Hoda, 1390, cetakan kedua.