Jumat, 18 Februari 2011

MEMAHAMI PERSPEKTIF DEMOKRASI YANG REDHA ALLAH

Bismilaahirrahmaanirrahiim



KALAU DEMOKRASI YANG DIMAKSUDKAN EMHA AINUN NADJIB
"MADE IN" AS CS,
SAYA SEPENDAPAT DENGAN NADJIB
DALAM KONTEK TERSEBUT
hsndwsp
Acheh - Sumatera


Kalau Demokrasi yang dimaksudkan Emha Ainun Nadjib itu "made in" AS cs, saya sependapat de ngan Emha. Dalam kontek ini ada beberapa hal yang perlu saya ke mukakan sesuai dengan apa yang telah saya pelajari dan saya ketahui dalam perspective Islam Murni.

Pertama Ketika demokrasi kita hubungkan dengan Islam, hal yang signifikan untuk kita ketahui adalah "defini si" Islam murni dan aplicasinya dalam kehidupan nyata. Sepertinya Nadjib memfokuskan pada Islam di Indo nesia sebagai barometernya ketika berbicara Demokrasi. Andaikata kita mampu menganalisa fenomena Islam yang ada di Indonesia, kita juga akan mampu mena rik kesimpulan bahwa fenomena tersebut sama seperti Meteor besar yang jatuh ke planet Bumi dari asalnya yang demikian jauh, terjadi gesekan kiri kanan hingga yang sampai ke bumi Indonesia hanya sebesar ibu jari saja.

Islam tanpa system, akan sirna esensinya. Demikian Islam di Indonesia yang termasuk system Thaghut ditinjau perspective Al Qur-an. Umumnya orang Islam di Indonesia mengaku bahwa Pedoman Hidup Islam adalah Qur - an dan Hadist, tetapi itu hanya sebatas teory saja sedangkan realitanya pedoman hidup mereka adalah Pancasila, "Made in" Soekarno dari akomulatif antara Islam Sunni dan Hindu - Budha. Pancasila mulai popu ler setelah berhasil menghapus Piagam Jakarta dengan power yang dimiliki Soekarno cs.


Andaikata Nadjib menyadari hal ini, dia juga akan sadar bahwa tanpa disadarinya masuk perangkap Islam dekaden, bukan Islam murni. Dalam perspective seperti ini, kita takperlu memperde batkan JIL, Muhammad diah, Ahmadiah, Syiah dan Nahdlatul Ulama, semuanya dinetralisir oleh Pancasila atau Puncasilap, kecuali an da sanggup keluar dari system taghut itu baru berkemung kinan untuk mengenal Islam murni.

Kedua Demokrasi di AS umpama "Susu Lembu" yang diperbanyak dengan memberikan obat ter tentu kepa da sapi hingga memproduksikan susu yang banyak. Ketika Demokrasi itu dibawa ke Negara-negara yang ma yoritas penduduknya mengaku beragama Islam tetapi system negara nya Taghut, mereka memperbanyak "Su su tadi" dengan menambah cairan jenis lain. Dengan kata lain Demokrasi di Timur, termasuk Indonesia lebih buruk dari Demokrasi di AS, kenapa? AS jelas mengaku bukan Islam tetapi Indonesia bersikukuh bahwa me reka Islam. Disitulah kehi dupan rakyat jelata di Indonesia lebih menderita dibandingkan di AS.

Di system Islam murni, demokrasipun menjadi "susu Lembu Murni". Artinya demokrasi baru dapat diterapkan ketika mayoritas penduduk suatu negara memahami Islam dengan benar, hingga membuat merekapun akan memahami politik Islam Murni (baca Siasah Fatanah Rasulullah).

Saat Umar berkuasa, pernah exist sebuah keluarga dimana terdapat seorang anak muda dalam tanggungannya sebagai anak angkat. Si suami menanyakan kepada Umar: " bolehkah isteri saya itu satu malam tidur bersama saya sementara malam lainnya tidur bersama anak muda tanggu ngan saya itu disebabkan saya belum mampu mengawinkannya"

Andaikata kondisi pemikiran masyarakat pada taraf seperti itu, mungkinkah dalam pemilihan pemimpin kita te rapkan ala Demokrasi? Perlu dipahami bahwa dalam Demokrasi itu kebenaran itu berada di tangan orang ra mai bukan menurut Tuhan, Pemilik Dunia ini. Satu suara penjahat atau penzina di kotak pemilihan sama de ngan satu suara orang baik atau ulama sekalipun. Jadi andaikata di suatu negara mayoritas penduduknya penzi na atau koruptor, dapat dipastikan negara tersebut akan dipimpin oleh seorang koruptor atau orang jahat ber lagak baik dan ber wibawa macam Indonesia, sejak dari Soekarno sampai Yudhoyono sekarang ini.

Seorang guru yang sadar ketika mau pergi jauh untuk waktu yang lama setelah bertahun-.tahun mengajarkan murid-muridnya, pasti tidak akan menggunakan Demokrasi untuk memilih orang yang akan mewakilinya. Hal itu berkemungkinan besar mereka akan memilih orang yang baik konneksinya dengannya atau kekeluarganya atau disebabkan kemurahan hati kandidat terha dap si pemilih. Justeru itu sangguru yang benar dan bijaksana akan menunjuk penggantinya, di mana beliau pasti mengenal pribadi yang sama perspectif dengannya, hingga pengajaran tersebut tetap lestari sebagaimana kebenaran yang dimiliki sang guru tadi.



EHMA AINUN NADJIB:
Kalau ada bentrok antara Ustadz dengan Pastur, pihak Depag, Polsek, dan Danramil harus menyalahkan Us tadz, sebab kalau tidak itu namanya diktator mayoritas. Mentang-mentang Ummat Islam mayoritas, asalkan yang mayoritas bukan yang selain Islam - harus mengalah dan wajib kalah. Kalau mayoritas kalah, itu memang sudah seharusnya, asalkan mayoritasnya Islam dan minoritasnya Kristen. Tapi kalau mayoritasnya Kristen dan minoritasnya Islam, Islam yang harus kalah. Baru wajar namanya.

Kalau Khadhafi kurang ajar, yang salah adalah Islam. Kalau Palestina banyak teroris, yang salah adalah Islam. Kalau Saddam Hussein nranyak, yang salah adalah Islam. Tapi kalau Belanda menjajah Indonesia 350 tahun, yang salah bukan Kristen. Kalau amerika Serikat jumawa dan adigang adigung adiguna kepada rakyat Irak, yang salah bukan Kristen. Bahkan sesudah ribuan bom dihujankan di seantero Bagdad, Amerika Serikatlah pemegang sertifikat kebenaran, sementara yang salah pasti adalah Islam.

"Agama" yang paling benar adalah demokrasi. Anti demokrasi sama dengan setan dan iblis. Cara mengukur siapa dan bagaiman yang pro dan yang kontra demokrasi, ditentukan pasti bukan oleh orang Islam. Golongan Islam mendapat jatah menjadi pihak yang diplonco dan dites terus menerus oleh subyektivisme kaum non Islam.

Kaum Muslimin diwajibkan menjadi penganut demokrasi agar diakui oleh peradaban dunia. Dan untuk mem pelajari demokrasi, mereka dilarang membaca kelakuan kecurangan informasi jaringan media massa Barat atas kesunyatan Islam.

Orang-orang non-Muslim, terutama kaum Kristiani dunia, mendapatkan previlese dari Tuhan untuk mempe lajari Islam tidak dengan membaca Al-Quran dan menghayati Sunnah Rasulullah Muhammad SAW, melain kan dengan menilai dari sudut pandang mereka.

Maka kalau penghuni peradaban global dunia bersikap anti-Islam tanpa melalui apresiasi terhadap Qur'an, saya juga akan siap menyatakan diri sebagai anti-demokrasi karena saya jembek dan muak terhadap kela kuan Amerika Serikat di berbagai belahan dunia. Dan dari sudut itulah demokrasi saya nilai, sebagaimana dari sudut yang semacam juga menilai Islam.

Di Yogya teman-teman musik Kiai Kanjeng membuat nomer-nomer musik, yang karena bersentuhan dengan syair-syair saya, maka merekapun memasuki wilayah musikal Ummi Kaltsum, penyanyi legendaris Mesir. Mu sik Kiai Kanjeng mengandung unsur Arab, campur Jawa, jazz Negro dan entah apa lagi. Seorang teman me nyapa: "Banyak nuansa Arabnya ya? Mbok lain kali bikin yang etnis 'gitu..."

Lho kok Arab bukan etnis?
Bukan. Nada-nada arab bukan etnis, melainkan nada Islam. Nada Arab tak diakui sebagai warga etno- mu sik, karena ia indikatif Islam. Sama-sama kolak, sama-sama sambal, sama-sama lalap, tapi kalau ia Islam menjadi bukan kolak, bukan sambal, dan bukan lalap.

Kalau Sam Bimbo menyanyikan lagu puji-puji atas Rasul dengan mengambil nada Espanyola, itu primordial na manya. Kalau Gipsy King mentransfer kasidah "Yarim Wadi-sakib...", itu universal namanya. Bahasa jelasnya begini: apa saja, kalau menonjol Islamnya, pasti primordial, tidak universal, bodoh, ketinggalan jaman, tidak memenuhi kualitas estetik dan tidak bisa masuk jamaah peradaban dunia.

Itulah matahari baru yang kini masih semburat. Tetapi kegelapan yang ditimpakan oleh peradapan yang fasiq dan penuh dhonn kepada Islam, telah terakumulasi sedemikian parahnya. Perlakuan-perlakuan curang atas Islam telah mengendap menjadi gumpalan rasa perih di kalbu jutaan ummat Islam. Kecurangan atas Islam dan Kaum Muslimin itu bahkan diselenggarakan sendiri oleh kaum Muslimin yang mau tidak mau terjerat menjadi bagian dan pelaku dari mekanisme sistem peradaban yang dominan dan tak ada kompetitornya.

"Al-Islamu mahjubun bil-muslimin". Cahaya Islam ditutupi dan digelapkan oleh orang Islam sendiri.

Endapan-endapan dalam kalbu kollektif ummat Islam itu, kalau pada suatu momentum menemukan titik bocor - maka akan meledak. Pemerintah Indonesia kayaknya harus segera mervisi metoda dan strategi penanganan antar ummat beragama. Kita perlu menyelenggarakan 'sidang pleno' yang transparan, berhati jernih dan berfiki ran adil. Sebab kalau tidak, berarti kita sepakat untuk menabuh pisau dan mesiu untuk peperangan di masa depan.
 
 
 
 
 
m

Rabu, 16 Februari 2011

DIANTARA SEKIAN BANYAK KEMAJUAN REPUBLIK ISLAM IRAN

 









NANOTECHNOLOGY RII
TIDAK DIDAPATI FENOMENA SEPERTI INI KECUALI
DI REPUBLIK ISLAM IRAN DAN PASUKAN INENG BALEE
DI ACHEH - SUMATERA
Iran Produksi Sistem Anti Rudal Cruise
Iran Hadapi Kapal Induk AS dengan Perahu Cepat

Instalasi Air Berat Kota Arak Iran

Bismillaahirrahmaanirrahiim



KEMAJUAN IRAN (2) NANOTECHNOLOGY
(IRIB)


Kini, teknologi nano di negara-negara sedang berkembang menjadi sebuah peran strategis de ngan tujuan mencapai kesejahteraan dan kemajuan. Sebagaimana disinggung pada acara sebe lumnya, Iran mencapai kemajuan luar biasa di bidang teknologi nano.

Keberhasilan di bidang teknologi nano merupakan peluang besar bagi negara-negara sedang ber kembang seperti Iran untuk mengejar ketertinggalan di bidang pengembangan sains dan tekno logi dari negara-negara maju. Sekaligus meningkatkan daya saing produk-produk industrinya di pasar dunia.

Tingkat kemajuan Iran di bidang teknologi nano menunjukkan bahwa negara ini bukan hanya tidak ketinggalan di bidang teknologi nano, bahkan mampu bersaing dengan negara-negara maju. Berdasarkan program 20 tahun sains dan teknologi Iran, negara ini berupaya menjadi 15 negara dunia terunggul di bidang teknologi nano. Saat ini, Iran di bidang produksi teknologi nano berada di posisi yang cukup mapan. Betapa tidak, Iran menduduki posisi pertama di kawasan dan di antara negara-negara Islam. Selain itu, Iran meraih posisi keempat di dunia di bidang pengembangan teknologi nano. Bahkan diprediksi, Iran akan meraih posisi lebih strategis dan mapan di bidang perdagangan produk teknologi nano hingga tahun 2025.

Salah satu bidang studi teknologi nano adalah nano farmasi mengenai produksi obat-obatan dengan menggunakan teknologi nano. Kali ini kita akan membahas produksi Iran di bidang nano farmasi. Selama satu dekade terakhir, Iran secara resmi memulai aktivitas penelitian dan pengujian di bidang teknologi nano, dan saat ini para pakar Iran berhasil mencapai kemajuan besar di bidang produksi nano. Contohnya adalah produksi nano pipa karbon, produksi material magnetis dan nano bakterial.

Di bidang produksi obat, para pakar dari Universitas Shahid Behesti Tehran berhasil memproduksi obat Interferon Gamma-1 dengan menggunakan teknologi nano. Obat baru yang masuk ke pasar tahun lalu ini digunakan untuk mengobati penyakit kelainan genetik dan korban senjata kimia. Setelah AS dan Jerman, Iran adalah negara ketiga yang mampu memproduksi obat ini dan menjualnya ke pasar.

Pada Mei tahun lalu, sejumlah peneliti Fakultas Kedokteran Universitas Shahid Behesti, untuk pertama kalinya di dunia berhasil menemukan dan menguji nano atom untuk memperbaiki anggota badan yang terluka seperti sumsum tulang belakang. Kesuksesan lainnya peneliti Iran di bidang teknologi nano medis adalah memproduksi hati buatan dengan menggunakan rekayasa serat nano. Dengan metode yang sama, Iran juga berhasil memproduksi dan menguji coba pembuluh darah buatan.

Tahun lalu, Iran berhasil menelorkan berbagai inovasi baru di bidang sains kedokteran. Para peneliti Iran berhasil membuat serat nano yang berguna dalam operasi syaraf dan memperbaiki sel-sel sensor badan. Metode ini memungkinkan produksi syaraf buatan dan sistem biologis kecil dan sensor kimia cerdas. Dengan kemajuan besar ini bisa dihasilkan berbagai produk dengan karakteristik khusus pula.

Tidak hanya itu, para pakar Iran bekerjasama dengan peneliti Universitas Minnesota Amerika Serikat berhasil membuat produk yang bisa mentransfer gen dengan menggunakan teknologi nano. Saat ini, salah satu tantangan utama industri farmasi di bidang terapi gen adalah menemukan produk yang efektif untuk mentransfer materi genetik ke sel, sehingga dengan menggunakan obat, materi genetik bisa ditransfer secara efektif dan tanpa membahayakan bagian dalam sel-sel.

Selain itu, para peneliti Iran juga melakukan berbagai penelitian mengenai industri farmasi dengan menggunakan teknologi nano untuk mengobati berbagai penyakit berbahaya seperti kanker. Para peneliti Iran, dengan bantuan nano atom merupakan contoh dari sistem nano yang terbukti mampu meminimalisir penyebaran tumor kanker dan mengobatinya. Program ini bertujuan memproduksi obat dengan khasiat menghentikan aktivitas sel-sel kanker dan meminimalisasi efek sampingnya.

Hasil keberhasilan lain yang dicapai peneliti Iran dilakukan para peneliti dari universitas Tekno logi Isfahan terhadap obat Amoxicillin menunjukkan bahwa penggunaan nano pipa karbon dan nano atom bisa meningkatkan kinerja sensor elektrokimia yang ada pada komposisi obat ini hing ga 100 persen.

Keberhasilan lainnya, empat obat baru buatan anak bangsa Iran meliputi factor 7 formulasi baru, factor 8 formulasi baru, obat anti kanker triptorelin dan obat anti asma salmeterol dipamerkan di akhir tahun 2010. Factor 7 formula baru hingga kini hanya diproduksi oleh satu negara di luar Iran. Adapun factor 8 formulasi baru hanya diproduksi oleh tiga negara dunia.

Saat ini Iran termasuk salah satu negara yang memproduksi obat bioteknologi dan menempati peringkat keempat di Asia dan negara pertama di kawasan Mediterania Timur dalam produksi obat-obatan tersebut. Keberhasilan para peneliti Iran di bidang teknologi nano merupakan bagian dari industri dan produksi industri yang mengalami kemajuan menakjubkan. Contohnya, produksi kaca cerdas dengan menggunakan teknologi nano. Produk ini diproduksi dengan bantuan para peneliti Universitas Teknologi Amir Kabir yang memiliki karakteristik khusus dengan berbagai aplikasi teknologi.

Salah satu potensi kaca cerdas (smart glass) memiliki karakteristik mengubah tingkat transparansi dan warnanya yang bisa dikontrol tingkat ketajaman warna. Dengan menggunakan teknologi nano bisa mencegah masuknya sinar ultraviolet yang menganggu dan merusak tubuh maupun barang lainnya. Kemajuan ini merupakan bagian dari keberhasilan Iran di bidang praktis yang kian membuktikan kemampuannya di bidang sains dan teknologi.

Berdasarkan informasi pusat Internasional Sciences Institute (ISI), posisi Iran di bidang produksi pengetahuan di dunia naik dari urutan ke-19 pada tahun 2000 hingga 2004, menjadi posisi naik diurutan ke-16 pada tahun 2005 hingga 2009. Pada tahun 2010 posisi itu terus meningkat dari sebelumnya.

Berdasarkan laporan ISI, perkembangan ilmu pengetahuan di Iran berkembang pesat. Berdasarkan laporan salah satu lembaga paling kredibel di bidang penilaian mengenai perkembangan ilmu pengetahuan ini, di akhir tahun 2009 Iran memecahkan rekor baru dalam produksi ilmu pengetahuan. Para peneliti Iran menembus produksi sebuah dokumen ilmiah dunia menjadi produsen terbesar di dunia. Menariknya, kemajuan ini terjadi di saat Iran berada dalam tekanan sanksi ekonomi dan politik Barat. Para ahli Iran yakin kepada Allah Swt dan begitu percaya kepada kemampuan diri bangsanya sendiri.(IRIB/PH)