Selasa, 16 Oktober 2012

SELAYANG PANDANG TENTANG KEBUDAYAAN

 

KEBUDAYAAN SUATU MASYARAKAT SANGAT TERGANTUNG KEPADA BAIK BURUKNYA SUATU SYSTEM DAN PEMERINTAH.
hsndwsp
Acheh - Sumatra

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Opini saya, bahwa yang keliru bukan budaya Barat tetapi budaya penguasa yang despotik. Sebetulnya kebudayaan masyarakat dipengaruhi oleh kebudayaan penguasa yang despo tik. Dengan kata lain saya hendak mengatakan bahwa kalau pemerintah baik, rakyat akan baik juga. Di Timur Tengah lebih beringas dibandingkan dengan di Barat, kenapa? Sebab kebanyakan penguasa di Timur Tengah dipengaruhi oleh penguasa dari Barat, kecuali Republik Islam Iran paska Revolusi. Penduduk Dunia saat berbicara Islam, mereka me ngambil Arab Saudi sebagai sampelnya.

Saya yakin itu adalah keliru. Seharusnya mereka mengambil Republik Islam Iran sebagai sampelnya. Hal ini tidak terjadi disebabkan mereka belum mampu melihat mana Islam yang murni atau Islam kaffah. Mereka belum memahami bahwa Islam kaffah itu adalah orang Is lam yang kuat pendiriannya. Mereka tidak dapat dipengaruh oleh kebudayaan manapun. Mereka bagaikan ikan di laut yang tetap tawar walaupun airnya asin. Justeru itulah kebu dayaan Iran tetap cemerlang sekarang. Hal ini disebabkan mereka memiliki pemimpin dari garis keturunan Rasulullah (baca Ahlulbayt) sekarang, sedangkan pemimpin Arab Saudi berkuasa secara despotic terhadap rakyatnya. Dalam kesempatan ini saya kemukakan 2 contoh saja bagaimana jahatnya perilaku orang Arab Saudi dan kawasan Timur Tengah lainnya:

Beberapa tahun yang lalu ada sepasang suami-isteri naik haji ke Baitullah, Makkah. Suatu ketika mereka berdua naik taxi. Si sopir turun di tengah perjalanan lalu pura-pura taxinya rusak. Dia meminta bantu pada sang suami untuk mendorong taxi. Setelah taxi hidup, sopir melarikan Isteri tanpa suaminya. Isteri yang cantik itu tetap tidak ditemukan sampai hari ini. Pertanyaan saya, adakah kasus seperti ini di belahan Bumi Barat?

Contoh lainnya: Di Asia kecuali Iran, kebanyakan orang tua khawatir kalau anak perempu annya pergi sendirian di waktu malam. Mereka takut anak perempuan mereka akan diper kosa. Sedangkan di negara-negara Skandinavia (bagian Eropa), orang tua tidak pernah khawatir seperti di Asia (baca belahan Bumi Timur). Tidak ada seorang lelakipun yang akan mengganggu anak perempuan baik siang maupun malam. Mereka taat hukum. Kenapa? Sebab pemerintah mereka baik dan sangat peduli terhadap keamanan dan kebaikan pen duduk nya.

Berdasarkan contoh yang saya kemukakan di atas kita dapat menarik kesimpulan bahwa yang jahat bukan kebudayaan Barat dan juga bukan kebudayaan Timur tetapi kebudayaan yang dipengaruhi oleh penguasa-penguasa yang despotic. Lihat di Bahrain, Yaman dan Saudi Arabia! Adakah orang waras yang membenarkan penganiayaan, pembunuhan dan pemerkosaan yang dilakukan oleh kakitangan penguasa yang despotik dan hypocrite terha dap rakyat mereka sendiri hanya disebabkan rakyat menuntut hak mereka pada pemerin tah? Demokrasi model bagai manakah yang diaplikasikan para penguasa-penguasa despo tic macam itu?

Lihat juga di Eropa dan Amerika Syarikat dimana penguasa mereka despotic juga macam penguasa kebanyakan di Asia dan Timur Tengah, tetapi mayoritas rakyat di Eropa dan Ame rika mengakui benarnya kebudayaan Republik Islam Iran dan merekapun ikut berevolusi sebagaimana mayoritas rakyat di Timur Tengah. Why? Sebab bukan kebudayaan mereka yang salah tetapi kebudayaan penguasa atau pemerintah. Mayoritas rakyat di Eropa dan Amerika sekarang sangat populer dengan selogan "Occupy Wall Street" (We are 99 %) 
http://www.youtube.com/watch?v=E8VcUxpvzxQ

Mari kita analisa, siapakah yang membentuk pendidikan sejak dari Sekolah Dasar sampai ke Perguruan Tinggi? Masyarakatkah atau pemerintah? Memang pada mulanya ada pendi dikan yang dibentuk oleh masyarakat, akan tetapi tidak lama bertahan keindependensinya dimana penguasa senantiasa mempengaruhi pimpinan Dayah atau Pesantren hingga me reka juga tunduk kepada kemauan "Bal'am" untuk melanggengkan kekuasaan majikannya. Sesungguhnya peran "Bal'am" atau ulama gadongan sangat kuat untuk menaklukkan keindependenan Dayah dan Pesangtren.

         hsndwsp
   Acheh - Sumatra



Allamah Thabathabai Menilai Budaya Barat Beringas -
Selasa, 2012 Oktober 16 20:00


Allamah Sayid Mohammad Hosein Thabathabai da lam kitab tafsir al-Mizan menjelaskan peradaban Ba rat dan mengatakan, "Demi Allah! Jika sejarah kehi dupan sosial Barat sejak hari gerakan terbaru mere ka dimulai, dibahas dan ditelaah, tanpa membuang-buang waktu, mereka akan dinilai beringas. Tidak a da manusia yang fitrahnya sehat, yang menilai bah wa masyarakat seperti ini (Barat) adalah sebuah ma syarakat yang saleh atau bahagia."

Dalam tafsir ayat terakhir surat al-Imran, Allamah Thabathabai mengatakan, "Adapun tentang para westernis, mereka dengan sangat terkesima membi carakan tentang kejujuran dan kebaikan serta kein dahan akhlak Barat. Mereka mengaku sebagai ma nusia independen dan tidak terikat namun mereka tidak pernah dapat mengakui bahwa mereka sangat bergantung pada pihak lain dan tidak memiliki kebe basan."

Allamah Thabathabai menjelaskan, "Bagaimana mungkin seorang manusia (baik dari Afrika, Asia dan Amerika) rela menerima fakta sebuah kelompok (Ba rat) dilabel berbudaya dan berperadaban serta sangat istimewa dibanding kelompok lain, serta berhak me rampas apa yang dimiliki pihak lain, membolehkan penumpahan darah mereka."

Menurut beliau apa yang ada dalam budaya Barat a dalah keberingasan, dan kekaguman seorang Muslim terhadap budaya Barat dikarenakan ketidaktahuan nya tentang Islam dan budaya Islam.

Allamah Thabathabai memaparkan bahwa bukti dari seluruh ungkapan tersebut adalah sejarah kehidupan bangsa-bangsa tersebut (Barat) dan perbandingan nya dengan bangsa-bangsa lemah di hadapan berba gai kejahatan yang dilakukan oleh "bangsa berperada ban" yang hanya mengedepankan pemerasan dan arogansi.1



(1)تفسیرالمیزان،جلد4، صفحات 166-169



Ayat-ayat Allah:

Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia 430. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (QS. 5:67)                                               
@ Telusurilah Pengangkatan Imam Ali as di Ghadirkhum:
http://achehkarbala.blogspot.no/2012/04/khutbah-rasulullah-saww-di-ghadirkhum.html

Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, kamu tidak dipandang beragama sedikitpun hingga kamu me negakkan ajaran-ajaran Taurat, Injil dan Al-Qur'an yang diturunkan kepadamu dari Rabb mu". Sesungguhnya apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dari Rabbmu akan me nambah kedurhakaan dan kekafiran kepada kebanyakan dari mereka; maka janganlah ka mu bersedih hati terhadap orang-orang yang kafir itu. (QS. 5:68) 

Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasra ni, siapa saja 431 (diantara mereka) yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemu dian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 5:69) 

Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israil 432, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-ra sul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. (QS. 5:70) 

Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu bencanapun (terhadap mereka de ngan membunuh nabi-nabi itu), maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemu dian Allah menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta dan tuli (la gi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan. (QS. 5:71) 

Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah ialah Al-Ma sih putera Maryam", padahal Al-Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu". Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. 5:72) 

Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga", padahal sekali-kali tidak ada Ilah (yang kelak berhak disembah) selain Ilah Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (QS. 5:73) 

Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 5:74) 

Al-Masih putera Maryam itu hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan 433. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Ki tab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS. 5:75) 

Katakanlah: "Mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfa'at?" Dan Allah-lah Yang Ma ha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 5:76)
(Maha benarlah Allah atas segala firmanNya)

Senin, 15 Oktober 2012

KENAPA KEBANYAKAN MANUSIA YANG MENDAPAT KEPERCAYAAN RAKYATNYA BEGITU MUDAH BERKHIANAT?

  


PENGUASA YANG MENGHIANATI RAKYATNYA DI SELURUH DUNIA TIDAK MUNGKIN ANDA KETAHUI PERSIS KECUALI ANDA MENGENAL "JENDELA DUNIA" YANG JUJUR DAN ADIL TERLEBIH DAHULU. SELAMA ANDA MENGKONSUMSI JENDELA DUNIA YANG SALAH, SELAMA ITU JUGA ANDA KELIRU DALAM MEMANDANG DUNIA

http://www.presstv.com/live.html



Terkecuali di Republik Islam Iran, Libanon dan Suriah plus Irak sekarang, kita menyaksikan via "jendela Dunia" bahwa antara rakyat dan pemerintah tidak ada kolerasi yang harmonis alias memiliki ide yang bertolak belakang antar mereka, baik menyangkut persoalan intern ma upun extern. Mengapa sepak terjang penguasa tidak mengikuti kemauan rakyat mereka secara mayoritas sementara pemnerintah dan sege nap aparatnya senantiasa mengekspos kata kata "demokrasi" dan "demi rakyat". Fenome na ini bahkan kita saksikan juga antara rakyat mayoritas dengan wakil mereka (baca Dewan Perwakilan Rakyat), why?

Presiden dan perdana Menteri berasal dari rakyat tetapi begitu jadi presiden serta men dapat "kursi empuk", langsung bersebrangan pikiran dengan rakyat, contohnya Mohamed Morsi dimana rakyat yang sadar dalam Revo lusi bertekat untuk memutuskan hubungan dengan Arab Saudi dan Zionis Israel. Hal ini disebabkan mereka sadar bahwa Saudi Arabia dan segenap pendukung AS dan sebahagian Eropa ingin membajak revolusi rakyat Mesir. Mereka juga sadar bahwa Saudi Arabia me miliki sepak terjang yang tidak berbeda dengan Zionis Israel, tetapi begitu Morsi jadi presiden, langsung dia buat kunjungan perdana ke Arab Saudi. Ketimpangan morsi dapat juga dilihat diberbagai info, salah satunya yang ini: http://www.presstv.com/detail/2012/10/15/266760/morsi-egypts-top-judge-reach-agreement/

Antara rakyat dan Dewan Perwakilan Rakyat juga bertolak belakang dimana dapat kita lihat di seluruh system kecuali 3 negara yang telah kita sebutkan diatas. Lihatlah di Turki dimana Rakyat mayoritas sadar bahwa Allah swt me ngutuk pemerintahnya untuk memerangi nega ra tetangga (baca Suriah) Namun DPR menye tujui nafsu jahat presiden dan perdana menteri nya untuk menyerang Suriah.Bukankah DPR itu wakil Rakyat? Bukankah mereka dipilih oleh Rakyat? Tetapi kenapa Wakil Rakyat tidak me nyuarakan kemauan Rakyat? Inilah realitanya bahwa Penguasa, Wakil Rakyat dan para Ha kim (baca Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif) tidak menjalankan amanah rakyat.

Sementara lembaga Ulama yang seharusnya menjadi pembela rakyat, terutama sekali kaum mustadh'a fin, memfungsikan diri sebagaimana "Bal'am" dalam system Fir'un dulu berfungsi un tuk melang gengkan kekuasaan majikannya bertolak belakang dengan aspisari Rakyat mayoritas, why?


Kenapa di Republik Islam Iran tidak terjadi demikian?
Jawabannya bahwa Rakyat mayoritas di Repu blik Islam Iran adalah orang Islam yang beri man kepada Allah dan Hari Kiamat sedangkan Presiden plus segenap aparatnya, Para Dewan Perwakilan Rakyat dan juga para Hakim, juga beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Jus teru itu pemerintah memahami dan meyakini persis bahwa mereka "haq" menjalankan ama nah rakyat yang juga amanah Allah sendiri.

Sementara penguasa dan segenap jajaran pe merintah di dalam system kebanyakan lainnya, tergadai iman mereka begitu mendapat "Kursi empuk". Mereka tidak sadar bahwa amanah Rakyat sebagai Amanah Allah juga yang "haq" untuk dijalankan. Mereka itu pantas di sebut "Hypocrite", walaupun mereka menggembar-gemborkan diri sebagai muslim ke seluruh Dunia sekalipun.

Fenomena ini bukan saja di Timur Tengah te tapi diseluruh Dunia. Justeru itulah para Ideo log Islam dan segenap pengikutnya yang ber iman mendambakan Dunia yang damai. Hal ini sesuai janji Allah sendiri bahwa pada akhir dari kehidupan Dunia ini akan di munculkan Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar bersama Nabi 'Isa bin Maryam atau dikalangan Barat dikenal sebagai al Masih. Dibawah kepemim pinan Mahdilah nanti Allah menyerahkan keku asaan hingga rakyat seluruh dunia benar-benar merasakan keadilan dan keamanan, bukan keamanan dipasung seperti yang sedang kita saksikan sekarang.

Perlu digaris bawahi bahwa Allah memberita hukan kita dalam penantian Imam Mahdi agar "Aktif" berjuang, bukan menanti secara pasif sebagaimana kaum Islam Safawi. Dari itu ana lisalah "Transformasi" yang sedang bergulir di Timur Tengah, sebahagian Eropa dan Amerika agar kita menemukan "tunas-tunas" pengikut sang Imam. Dengan cara demikianlah kita da pat meraih keberuntungan Dunia - Akhirah da lam menyongsong "Kemunculan Imam Mahdi".

http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/kabar-gembira-dalam-al-qur-anulkarim.html

 

Jumat, 12 Oktober 2012

TEOLOGI PEMBEBASAN ALI SYARIATI: BAGIAN PERTAMA



Oleh: DR. Sabara, M. Fil.I
A. Mukaddimah

  Bagi Dia, Tauhid berarti Keesaan (Oneless)
Bagi kita, Tauhid adalah kesatuan (unity)
KepadaNya, Tauhid berarti penghambaan 
Kepada kita, Tauhid bermakna pembebasan 
Untuk Dia, Tauhid adalah pemujaan tanpa syarat
Untuk kita, Tauhid adalah persamaan tanpa kelas.

  

 Banyak di antara kita yang memiliki kesulitan besar dalam memahami bagaimana Tauhid terkait dengan pembebasan. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena kita telah dikondisikan untuk memiliki tingkat keimanan yang terbatas hanya pada taqlid dan ritus, Ibadah keagamaan dan dogma teologis. Iman (keyakinan) kita seperti jubah di dalam masjid. Walhasil, Islam dengan Tauhid sebagai fondasi ajaran menjadi tak bertuah bagi kemanusiaan, jangankan menjadi rahmat, justru Islam sering dijadikan dalih (pembenaran) yang melanggengkan kezaliman (hal yang sejatinya paling dilawan oleh Islam).

 Secara praksis, menurut Hassan Hanafi, teologi yang diyakini secara dogmatik tak mampu menjadi "pandangan yang benar-benar hidup" yang memberi motivasi tindakan dalam kehidupan kongkret manusia. Hal ini dikarenakan penyusunan doktrin teologi tidak didasarkan atas kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia. Sehingga muncul keterpecahan (split) antara keimanan teoritis dan keimanan praktis dalam umat Islam, yang pada gilirannya akan menghasilkan sikap-sikap moral ganda atau "sinkretisme kepribadian". Fenomena sinkretis ini tampak jelas, menurut Hassan Hanafi, dengan adanya paham keagamaan dan sekularisme (dalam kebudayaan), tradisional dan modern (dalam peradaban), Timur dan Barat (dalam politik), Konservatisme dan progresifisme (dalam sosial), serta kapitalisme dan sosialisme (dalam ekonomi).

Melihat efek regresif dari teologi dogmatik yang hari ini menjadi mainstreem utama dalam khasanah teologi Islam yang dianut oleh mayoritas umat Islam, meniscayakan perlunya digagas suatu konstruk teologi Islam yang mampu menjawab persoalan-persoalan umat Islam, perlu dikonstruk teologi yang mempu memantik spirit, menjadi inspiring, dan menjadi pandangan dunia yang membebaskan umat Islam dari keterjajahan, keterbelakangan, dan keterbodohan. Rekonstruksi teologi Islam adalah satu hal yang sangat urgen dalam rangka pembenahan kondisi umat Islam menuju keadaan yang lebih baik. Teologi islam yang lebih bercorak liberasi (membebaskan) adalah corak teologi yang sangat dibutuhkan dalam menjawab kondisi kekinian umat Islam yang terpuruk pada keterbelakangan dan ketertinggalan dari umat-umat yang lain. Dalam rangka menyusun format kerangka teologi yang bersifat liberasi sangat dibutuhkan penafsiran baru yang rasional dan ilmiah, serta tetap berdasarkan pada nash suci (Alquran dan hadis) sebagai rujukan doktrinal dalam menyusun kerangka teologi yang konstruktif bagi umat Islam.

Menurut Toshio Kuroda, dalam menyusun konstruk teologi yang memiliki relevansi dalam menjawab persoalan-persoalan yang senantiasa muncul dalam perjalanan manusia sepanjang zaman. Didasarkan pada keyakinan bahwa Islam adalah norma kehidupan yang sempurna dan mampu beradaptasi pada setiap bangsa dan setiap waktu. Firman Allah adalah abadi dan universal yang menyangkut seluruh aktivitas dari seluruh suasana aktivitas kemanusiaan tanpa perbedaan apakah ia aktivitas mental atau aktivitas duniawi.

Berdasarkan pernyataan Toshio Kuroda tersebut, dapat disimpulkan bahwa Islam mencakup bidang-bidang keduniaan, mental, dan sekaligus ketuhanan. Dengan demikian teologi (Tauhid) memiliki fungsi vital dalam pemikiran umat Islam, dalam lembaga-lembaga sosial politik Islam, dan dalam peradaban. 

Tauhid haruslah bermakna penyatuan atau kesatuan antara dimensi transenden (spiritual) dan imanen (sosial). Antara realitas ilahiyah yang transenden dengan realitas alam dan manusia yang imanen tak memiliki keterpisahan yang kaku sehingga harus diposisikan secara biner. Dalam pandangan Murtadha Muthahhari, konstruksi teologi yang akhirnya menjadi sebuah pandangan dunia (world view) Tauhid yang bersifat unipolar dan uniaxial.

Secara universal, seluruh aspek kehidupan sosial Islam harus diintegrasikan ke dalam "jaringan relasional Islam". Jaringan ini diderivasikan dari pandangan dunia Tauhid, yang mencakup aspek keagamaan dan keduniawian, spiritual dan material, individual dan sosial. Jaringan relasional Islam ini akhirnya teruji dalam bentuk praksis ibadah ritual yang merupakan kewajiban yang mesti dijalankan oleh umat Islam. Selain itu, perlu digagas relasi Tauhid dan pembebasan, implementasi Tauhid dalam konteks penindasan, dan masyarakat seperti apa yang diinginkan dalam konteks Tauhid.

Ali Syari'ati merupakan salah seorang tokoh intelektual muslim abad modern yang concern pada tema-tema pembebasandari agama. Berbasis pandangan dunia Tauhid beliau menjadi propagandis yang membakar semangat anak muda Iran di tahun 1970-an untuk bangkit melawan penindasan rezim Pahlevi. Tak bisa dipungkiri, beliau adalah salah seorang tokoh teologi pembebasan Islam, yang bahkan mempersembahkan nyawanya untuk misinya tersebut. 
Biografi Singkat Ali Syari'ati

Ali Syari'ati terlahir dengan nama Ali Mazinani, pada tanggal 24 November 1933 di Mazinan, sebuah daerah dekat kota suci Masyhad, sebuah kota yang dianggap suci oleh para penganut Syiah imamiyah Itsna ‘Asyariyah, karena di kota tersebut dimakamkan imam mereka yang kedelapan, yakni imam Ali bin Musa al-Ridha. Ayah beliau adalah Muhammad Taqi Syari'ati dan ibu beliau bernama Zahrah. Nama Syari'ati sendiri yang kemudian dikenal sebagai namanya, beliau gunakan pertama kali pada paspornya untuk mengelabui petugas imigrasi, sewaktu beliau akan meninggalkan Iran menuju Inggris, pada tanggal 16 Mei 1977 (beberapa hari sebelum beliau meninggal).

Orang tua beliau adalah tokoh masyarakat yang cukup disegani ditengah-tengah masyarakatnya sebagai tokoh spiritual. Meskipun demikian, keluarga Syari'ati tetaplah hidup sederhana selayaknya penduduk desa yang lain. Dari keluarganya inilah Ali Syari'ati membentuk kepribadiannya, mentalitas, dan jati dirinya, utamanya melalui sang ayah yang berperan sebagai orang tua, guru, dan pembimbing spiritualnya. Masa muda Syari'ati dihabiskan dengan belajar, membantu orang tuanya mencari nafkah dan ikut aktif dalam perjuangan-perjuangan politik dan melakukan propaganda menentang rezim Syah Pahlevi yang sedang berkuasa di Iran pada saat itu.

Selain terpengaruh oleh ayahnya, pembentukan jiwa Ali Syari'ati juga cukup terpengaruh oleh kakeknya Akhund Ahmad dan paman dari ayahnya Najib Naysapuri. Dari merekalah Ali Syari'ati kecil mempelajari fiqih, sastra, dan filsafat. Ali Syari'ati cukup mewarisi tradisi keilmuan yang diturunkan dari ayahnya, kakeknya, dan paman ayahnya.tersebut. Hal ini tebukti dengan jejak langkah Ali Syari'ati selanjutnya yang memiliki kecendrungan yang cukup tinggi terhadap berbagai jenis keilmuan dan gerakan sosial keagamaan sebagaiamana ayah, kakek, dan paman ayahnya tersebut.

Syari'ati kecil memulai pendidikan formalnya di sebuah sekolah swasta di Masyhad. Pada saat usianya yang menginjak masa remaja, Syari'ati cukup intens melakukan pengkajian terhadap filsafat, mistisisme, sastra, dan masalah-masalah kemanusiaan.. Ketika memasuki usia dewasa, Ali Syari'ati telah aktif menyibukkan dirinya dalam kegiatan-kegiatan sosial politik keagamaan. Di usianya yang masih terbilang muda, Syari'ati aktif di "Gerakan Sosialis Penyembah Tuhan" yang didirikan oleh ayahnya.

Pada tahun 1950-1951, ketika usia beliau masih 17 tahun, Ali Syari'ati terlibat dalam gerakan nasionalisme yang dilancarkan oleh

Perdana Mentri Iran, Muhammad Mussaddeq untuk menggulingkan rezim Syah Pahlevi. Setelah Mussaddeq gagal dalam melancarkan kudetanya pada tahun 1953, Ali Syari'ati bergabung bersama ayahnya ikut aktif dalam "Gerakan Perlawanan Nasional" cabang Masyhad yang didirikan oleh Mehdi Bazargan. Akibat gerakannya itu, beliau bersama ayahnya dipenjara selama delapan bulan di penjara Teheran.Masih pada tahun 1950-an ini juga, Syari'ati mendirikan Asosiasi Pelajar di Masyhad dan melakukan gerakan untuk menasionalisasi perusahaan industri minyak Iran.

Pada tahun 1959, Ali Syari'ati lulus sebagai sarjana sastra dari Universitas Masyhad. Selanjutnya pada tahun 1960, beliau mendapat bea siswa dari pemerintah untuk melanjutkan study di Universitas Sorbone di Prancis. Di Prancis inilah Syari'ati tinggal selama lima tahun dan banyak menimba beragam ilmu serta terlibat aktif dalam berbagai gerakan pembebasan. Di Prancis, beliau banyak berkenalan dan berguru pada beberapa filosof  dan ilmuwan terkemuka Prancis, seperti Alexist Carrel, Jean Paul Sartre, Henry Bergson, Frans Fanon, Louis Massignon, Albert Camus, dan tokoh-tokoh pemikir Prancis yang lainnya. Diantara tokoh Prancis yang sangat mempengaruhi pemikiran beliau adalah Alexist Carrel, seorang ilmuwan Prancis. Bahkan beliau menerjemahkan dan mengembangkan buku karangan Alexist Carrel yang berjudul de Prayer kedalam bahasa Arab dengan judul al-Du'a. Diantara tokoh pemikir eksistensialisme yang cukup mempengaruhi pemikiran Ali Syari'ati adalah Jean Paul Sartre, Soren Abeye Kierkegard, dan Nikholas Bordayev. Selain itu Syari'ati juga banyak mengkaji pemikiran-pemikiran Marxisme yang sedang booming pada masa itu di dunia.

Selama di Prancis, beliau aktif dalam gerakan politik pembebasan iran bersama Mustafa Chamran dan ibrahim Yazdi. Di saat yang sama, beliau juga aktif dalam gerakan "Front Nasional Kedua". Selama tinggal di Prancis, Syariati juga ikut aktif dalam gerakan pembebasan Aljazair.Setelah beliau berhasil menyelesaikan program doktoralnya di Prancis, pada bulan September 1964, beliau meninggalkan Prancis dan kembali ke kampung halamannya di Iran.

Sesampainya di Iran, Syari'ati ditangkap dan ditahan selama 1,5 bulan atas tuduhan terlibat aktif dalam gerakan politik melawan pemerintah selama beliau di Prancis. Setelah dibebaskan, beliau kemudian diterima mengajar di Universitas Masyhad. Selain itu, Syari'ati juga mengajar di beberapa sekolah di Masyhad. Karena aktivitas politiknya yang cukup membahayakan, Syari'ati kemudian dikeluarkan dari Universitas Masyhad, dan selanjutnya beliau bersama Murtadha Muthahhari, Husein Behesyti, serta beberapa ulama Syiah yang lain mendirikan lembaga pendidikan Huseiniyah Irsyad, Syari'ati sendiri terlibat sebagai salah satu pengajarnya. Masa antara tahun 1967-1873 adalah masa di mana Syari'ati menyibukkan dirinya untuk mengajar di Huseiniyah Irsyad serta terlibat aktif dalam gerakan-gerakan politik melawan rezim Syah. Selama mengajar di Huseiniyah Irsyad beliau banyak memberikan kuliah yang cukup membakar semangat anak muda Iran untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah. Akibat kegiatannya ini, akhirnya beliau kembali dipenjarakan selama lima ratus hari oleh pemerintah. Syari'ati baru dibebaskan oleh pemerintah Iran pada bulan Maret 1975, itu pun setelah adanya desakan dari berbagai organisasi internasional serta para tokoh intelektual Prancis dan Aljazair.

Setelah dibebaskan, Syari'ati menyadari bahwa dirinya tidak bebas melakukan aktivitas politik selama tinggal di iran. Akhirnya pada tanggal 16 Mei 1977, beliau meninggalkan Iran menuju ke Eropa. Tujuan pertama beliau adalah singgah di inggris dan selanjutnya hendak ke Amerika Serikat untuk mengunjungi anaknya yang kuliah di sana. Tapi, belum sempat beliau pergi ke Amerika, pada tanggal 19 juni 1977, beliau ditemukan meninggal secara misterius di rumah keluarganya, di Schoumpton, Inggris. Pemerintah Iran(rezim Syah) menyebutkan beliau meninggal akibat serangan jantung, namun dugaan terkuat beliau dibunuh oleh agen SAVAK (agen intelejen Iran).

Karena aktivitas politiknya yang begitu padat dan usia beliau yang cukup singkat, Ali syari'ati hanya sempat menulis dua buku secara khusus, yaitu Hajj (Haji) dan Kavir (Gurun Pasir), selebihnya adalah kumpulan kuliah dan ceramah beliau yang kemudian dibukukan. Selain itu juga sempat menerjemahkan dan menggubah beberapa buku, seperti Abu Dzar, Salman al-Farisi, dan de Prayer karya Alexist Carrel. Telah banyak karya beliau yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Pemikiran-pemikiran beliau yang cukup filosofis dan revolusioner telah cukup banyak mempengaruhi pemikiran Islam modern yang berkembang di Indonesia. (Bersambung)

Kamis, 11 Oktober 2012

SEBAB YANG SEBENARNYA MENGAPA IMAM ALI TERPAKSA MEMBAI'AT ABUBAKAR





BLOG INI UTAMANYA BAGI PENGIKUT     
AHLULBAYT RASULULLAH SAWW
 DAN ORANG-ORANG 
YANG MAU MENGANALISA KEMBALI 
          AGAMA YANG DIWARISINYA  DARI ORANGTUANYA MASING-MASING                           
(hsndwsp)
Acheh - Sumatra




Sebab utama Imam Ali membai'at Abubakar dengan tangan tergenggam adalah mengikuti arahan Nabi sendiri. Ketika Nabi memberitahukan Imam bahwa beliau akan dijauhkan dari kedudukannya sebagai Khalifah Rasulullah saww, Imam bertanya apa yang seharusnya beliau lakukan ketika saat itu tiba. Rasulullah saww mengarahkan Imam Ali agar melawan mereka seandainya memiliki pendu kung sebanyak 40 orang tetapi andaikata beliau tidak mendapatkannya, Rasulullah saww mengarah kan Imam agar menjaga darahnya dan darah keluarganya. 

Ketika saat itu tiba, Imam Ali bersama Isterinya, Fatimah az Zahara anak kesayangan Rasulullah, berjalan di waktu malam ke seluruh rumah kaum Muhajirin dan Anshar. Beliau memberitahukan ara han Rasulullah saww, supaya setiap lelaki mendatangi rumah Imam di waktu pagi-pagi benar, masing masing dengan sebilah pedang serta kepalanya dalam keadaan tercukur.  Tetapi apa yang dapat dilakukan Imam bahwa di pagi itu hanya empat pribadi saja yang memenuhi janjinya, yaitu Salman Al Farisi, Abu Dzar Ghifari, Al Miqdad bin Amr dan Zuber bin Awwam. Justeru itu sesuai arahan Nabi suci, Imam terpaksa berbai'at kepada Abubakar dengan tangan tergenggam. Hal ini sesuai juga dengan kata Rasulullah saww berulang kali bahwa Harun adalah pelajaran yang tepat untuk Imam Ali. 

Untuk melihat bagaimana kondisi Imam Ali sepeninggal Rasulullah saww, lihatlah Kondisi Nabi Harun semasa Nabi Musa masih hidup lagi. Semoga kita mampu melihat fenomena 'Samiri-samiri' yang dihadapi Imam Ali as di zaman kita masing-masing. 

Ketika Nabi Musa turun dari bukit Thursina ia terkejut menyaksikan  kaumnya telah tersesat. Me reka berpesta pora dan menyembah patung anak sapi yang terbuat dari emas oleh Samiri. Nabi Musa menegur saudaranya yaitu Nabi Harun yang telah diamanahkan agar menjaga ummatnya. Nabi Harun berkata, bahwa ia telah memperingatkan mereka, namun mereka tidak memperdulikannya, Nabi Harun dianggap orang yang lemah. Ia telah bersusah payah melarang mereka menyembah patung anak sapi itu, tetapi mereka tidak mau mengindahkan nasehatnya. Semakin keras tindakan Nabi Harun kepada mereka, makin keras pula perlawanan mereka, bahkan Nabi Harun diancam akan di bunuhnya. 

Demikian juga kondisi Imam Ali dimana rumah beliau dianggap sebagai rumah oposisi yang sangat berbahaya buat kelanggingan kekuasaan  para pembangkang Imam yang telah diangkat Rasulullah di Ghadirkhum. Padahal saat Rasulullah mengangkat Imam Ali di Ghadirkhum, mereka yang membang kang itu juga ikut membai'at Imam Ali. Andaikata kita tidak mampu memahami bagaimana mungkin mereka membangkang terhadap Rasulullah, anda juga akan mengira tidak mungkin ummat Nabi Musa membangkang terhadap Nabi Harun hingga mengikuti Samiri, padahal mereka  itu barusan saja dibebas kan Nabi Musa dan Harun dari persekongkolan Fir'un, Karun dan Bal'am.

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, al Bazzâr, ad Dâruquthni, al Khathib al Baghdâdi, al Baihaqi dkk. Nabi saww. Mengabarkan Bahwa Ummat Akan Menuangkan Kedengkian Mereka Kepada Imam Ali as. Demikian juga, sebagian orang yang memendam dendam kusumat dan kebencian kepa da Nabi saww. akan menuangkannya kepada Imam Ali as, dan klimaksnya akan mereka lakukan se peninggal Nabi saww. Kenyataan itu telah diberitakan Nabi. kepada Imam Ali. Para ulama meriwa yatkan banyak hadist tentangnya, di antaranya adalah hadist di bawah ini:

Imam Ali as. berkata:

بينا رسول الله (صلى الله عليه وسلم) آخذ بيدي ونحن نمشي في بعض سكك المدينة، إذ أتينا على حديقة، فقلت: يا رسول الله ما أحسنها من حديقة ! فقال: إنّ لك في الجنّة أحسن منها، ثمّ مررنا بأُخرى فقلت: يا رسول الله ما أحسنها من حديقة ! قال: لك في الجنّة أحسن منها، حتّى مررنا بسبع حدائق، كلّ ذلك أقول ما أحسنها ويقول: لك في الجنّة أحسن منها، فلمّا خلا لي الطريق اعتنقني ثمّ أجهش باكياً، قلت: يا رسول الله ما يبكيك ؟ قال: ضغائن في صدور أقوام لا يبدونها لك إلاّ من بعدي، قال: قلت يا رسول الله في سلامة من ديني ؟ قال: في سلامة من دينك.

“Ketika Rasulullah saww. memegang tanganku, sa'at itu kami sedang berjalan-jalan di sebagian kampung kota Madinah, kami mendatangi sebuah kebun, aku berkata: ‘Wahai Rasulullah alangkah indahnya kebun ini!’ Maka beliau bersabda, ‘Untuk mu di surga lebih indah darinya.’ Kemudian kami melewati tujuh kebun, dan setiap kali aku menga takannya, ‘Alangkah indahnya’ Nabi pun menja wab, ‘Untukmu di surga lebih indah darinya" 

Maka ketika kami berda di tempat yang sepi, Nabi saww. memelukku dan sepontan menangis. Aku bertanya: ‘Wahai Rrasulullah, gerangan apa yang menyebabkan anda menangis?’ Beliau menjawab, ‘Kedengkian-kedengkian yang ada di dada-dada sebagian kaum yang tidak akan mereka tampakkan 
kecuali setelah kematianku.’ Aku berkata, ‘Apakah dalam keselamatan dalam agamaku?’ Beliau menjawab, ‘Ya. Dalam keselamatan agamamu.’”

Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Ya’la, al Bazzâr dengan sanad shahih, al Hakim dan adz Dzahabi dan mereka menshahihkannya,[5] Ibnu Hibbân dkk. [6] Ia juga disebutkan oleh asy Syablanji dalam kitab Nur al Abshârnya: 88.  Jadi jelaslah bagi kita apa yang sedang dialami oleh Imam Ali as. dari sebagian ummat ini!

Imam Ali as. Mengeluhkan Pengkhianatan kaum Quraisy!
Justeru itulah Nabi berkata dalam sebuah Hadist bahwa saat sebahagian sahabat di borgol tangan mereka menuju Neraka, Rasulullah berkata: "Itu sahabatku, ya Allah". Allah swt menjawab: "Kamu tidak tau wahai muhammad apa yang mereka kerjakan sepeninggalmu terhadap keluargamu". Hadist ini membuktikan tidak semua sahabat baik sebagaimana yang disangkakan sebahagian orang kita.

Dalam banyak pernyataannya, Imam Ali as. telah mengeluhkan kedengkian, kejahatan dan sikap aro gan suku Quraisy terhadap Nabi saww. Kemudian, ketika mereka tidak mendapatkan jalan untuk meluapkannya kepada Nabi, mereka luapkan dendam kusumat kekafiran dan kemunafikan kepada Imam Ali as. 

Dalam Kitab Sulaim bin Qais al Hilaly disebutkan bahwa barang siapa yang belum membaca kitab tersebut, mereka belum memahami bagaimana rahasia keluarga Rasulullah. Dari itu pelajarilah dengan seksama literatur-literatur mengenai Ahlul bayt Rasulullah walau pada permulaannya sekali boleh membuat anda "shock". Bersabarlah agar kita mampu menemukan agama murni di sisi Allah

Di bawah ini akan saya sebutkan sebuah kutipan pernyataan Imam Ali as.

اللهمّ إنّي أستعديك على قريش، فإنّهم أضمروا لرسولك (صلى الله عليه وآله وسلم) ضروباً من الشر والغدر، فعجزوا عنها، وحُلت بينهم وبينها، فكانت الوجبة بي والدائرة عليّ، اللهمّ احفظ حسناًوحسيناً، ولا تمكّن فجرة قريش منهما ما دمت حيّاً، فإذا توفّيتني فأنت الرقيب عليهم وأنت على كلّ شيء شهيد.

“Ya Allah, aku memohon dariMu dalam melawan kaum Quraisy, sebab mereka telah memendam bermacam sikap jahat dan pengkhianatan kepada Rasul-Mu, lalu mereka lemah dari meluapkannya, karena Engkau telah menghalang-halangi mereka darinya, maka dicicipkannya kepadaku dan diala matkannya ke atasku. Ya Allah peliharalah Hasan dan Husain, jangan Engkau beri kesempatan orang -orang durjana dari Quraisy itu membinasakan keduanya selagi aku masih hidup. Dan jika Engkau telah wafatkan aku, maka Engkau-lah yang mengontrol mereka, dan Engkau maha menyaksikan segala sesuatu.”[7]

Coba Anda perhatikan pernyataan Imam Ali as. diatas, bagaimana dendam dan pengkhianatan Qu raisy terhadap Nabi saww. akan mereka luapkan kepadanya! Dan di dalamnya juga terdapat pene gasan bahwa mereka tidak segan-segan akan menghabisi nyawa bocah-bocah mungil kesayangan Rasulullah saww.; Hasan dan Husain as. yang akan meneruskan garis keturunan kenabian sebagai pelampiasan dendam mereka kepada Nabi saww.!

Bersambung...
Untukmengetahui sejarah keluarga Rasulullah saww dan imam Ali as secara sempurna silakan klik disini: http://achehkarbala.blogspot.no/2011/01/kitab-sulaim-bin-qais-al-hilali-rahasia.html