Sabtu, 25 Juli 2009

AQIDAH YANG TERKONTAMINASI SYSTEM TAGHUT HIPOKRIT DAN KORRUPT

 

 



 Bismillaahirrahmaanirrahiim.




DAUD RASYID SITORUS SAMA JUGA BERENANG DI LUMPUR HITAM 
SYSTEM THAGHUT PANCASILA
hsndwsp
Acheh - Sumatra




ITU DAUD RASYID SITORUS SAMA JUGA BERENANG DILUMPUR HITAM SYSTEM THAGHUT PANCASILA




Daud Rasyid jebolan Kairo Mesir itu keliru 180 derajat. Saya agak bengong pada mulanya membaca tulisan yang disebarkan Abu Abdullah, abdullah0004@yahoo.com (http://surau.org/modules.php?name=News
&file=article&sid=586 ) Siapa rupanya Ulil Abdalla itu, kenapa dia bisa mati dan siapakah pembunuhnya. Rahasia pihak asing itu apa ? Pemurtadan ? apakah mereka itu anak kemaren sore dapat pemurtadan atau calon-calon doctoral ? Andaikata IAIN itu berkiblat ke Barat, kira-kira yang berkiblat ke Timur di Indonesia itu siapa ya ?



Demikianlah saya bertanya-tanya pada awalnya, namun akhirnya saya temukan pernyataan Doktor Daud Rasyid Sitorus demikian: "Dalam memberikan kuliah hadits, saya katakan, di sini kalau ada yang membawa-bawa faham-faham Syi'ah, Mu'tazilah dan lain-lain, silahkan di luar pagar. Ini kuliah hadits. Tidak menerima Syi'ah, Mu'tazilah dan lain-lain."



Menurut analisa saya tentang apa yang dinyatakan Daud Rasyid yang jebolan Kairo Mesir itu keliru 180 derajat. Sungguh tidak pantas dia mengeluarkan ucapan seperti itu terhadap mahasiswa. Ucapan itu mungkin tak akan ada reaksi kalau Daud Rasyid berhadapan dengan murid MIN atau MTsN.



Saya kira jangankan Mahasiswa, pelajar MAN saja akan melaporkan ucapan yang tidak etis itu kepada kepala sekolah. Jadi pantaslah dia itu diusir dari IAIN Ciputat oleh Rektornya. Hal ini disebabkan bahwa Daud Rasyid itu tidak pantas menjadi dosen. Sebab IAIN itu sekolahnya calon-calon Intelektual yang sudah barang pasti "Mimbar Bebas" untuk beradu argumentasi.



Terhadap manusia dewasa didak sepatutnya Daud Rasyid mendekte mereka dengan mengatakan: "di sini kalau ada yang membawa-bawa faham-faham Syi'ah, Mu'tazilah dan lain-lain, silahkan di luar pagar" Jelas sekali yang seperti ini bukan ucapan seorang dosen. Nampak sekali ketidakmampuannya untuk berargu mentasi secara ilmiah dan Qur-ani. 



Prediksi saya kalau Daud Rasyid demikian kasarnya terhadap Syi'ah, berarti dia tidak membaca sejarah Islam Kaffah. Dia tidak memahami kalau Imam Ali bin Abi Thalib, Fatimah Az Zahara binti Rasulullah, Imam Hasan dan Imam Husin adalah Ahlulbait Rasulullah Saww yang Shi'ah (Shi'ah Imamiah 12)



Aneh bin ajaib kalau Daud Rasyid berbicara Hadist dan Qur-an sementara Kepemimpinan Syiah ditunjuk Rasulullah berdasarkan Qur-an dan Hadist yang berasal dari Shi'ah dan juga Sunnah (baca kitab Muktamar Ulama Bagdad, kitab Dialog Agama Di Penshahar antara Syiah dan Sunni dan baca juga kitab Sulaim yang ditulis oleh Sulaim Bin Qais Al Hilal Al Kufi. Berdasarkan Hadis-hadist dari Ahli Shi'ah dan Ahli Sunnah)



Sementara Khalifah dari Ahlus Sunnah Waljamaah dipilih oleh orang banyak (demokrasi ?) Kalau Daud Rasyid mau berafala ta'qilun dan afala yatazakkarun, dia akan sampai pada suatu pertanyaan: "Siapakah yang berhaq menentukan kepemimpinan setelah Rasulullah saww, Rasulkah atau orang ramai ?



Disini saya tak hendak membahas golongan yang mana yang benar menurut Allah dan RasulNya, tapi hendak memperjelas kepada Daud Rasyid bahwa kebenciannya terhadap Shi'ah keliru 180 derajat. Ahli Syiah menganggap orang-orang Ahlus Sunnah waal jamaah sebagai saudaranya (lihat di Republik Islam Iran, ketika orang asal Sulawesi dan Kalimantan ingin belajar disana ditawarkan untuk memilih kitab Sunni atau Shi'i. Mereka menjawab:"Karena kami telah belajar kitab Sunni di negeri kami maka kami ingin belajar kitab Shi'i disini")



Jelasnya Orang Shi'ah siap menghadapi Sunni "bil Hikmah wal mauidhah", kenapa Daud Rasyid mengha dapinya dengan penuh curiga dan kasar ? Saya kira sudah waktunya kita saling berargumentasi dengan ber tujuan untuk mencari kebenaran, bukan untuk bermusuhan sebagaimana model yang diperlihatkan Daud Ra syid itu yang tidak mencerminkan orang lapang dada. 



Anehnya lagi Daud Rasyid sepertinya mengkambinghitamkan Barat, untuk menonjolkan Timur Tengah tempat dia menimba Ilmu. Kalau dia mampu berfikir sungguh tidak ada bedanya antara Mesir, Saudi Arabia dan Hindunesia Pancasila Munafiq. Yang jelas bukan Barat dan Bukan Timur tapi Islam yang belum terkotaminasi dengan Ideologi Thaghut.



Artinya apapun namanya Universiti, Pesantren yang dibina dalam system Thaghut, tetap berbau Thaghut. Masih perlu saya jelaskan satu tahap lagi: Apapun namanya lembaga pendidikan, Mazhab, kalau masih bernaung dibawah atab System Thaghut tetap terkontaminasi Aqidah dan Idiologinya. Naik satu tingkat lagi Apapun namanya komunitas anda akan sirna 'Aqidah nya kalau masih bersatupadu dalam system Thaghut.



Sebagai penutup coba lihat betapa terikatnya Daud Rasyid dengan Menteri "Agama" dari Thaghut Hindunesia Munafiq itu. Disini menandakan bahwa Daud Rasyid itu kosong dari ideology Islam sejati. Dia tak pernah berfikir bahwa Menteri Agama dalam system Thaghut itu sama dengan Bal'am dalam System Fir'aun dulu. Inilah ciri-ciri Islam Kebudayaan. Artinya itu sudah menjadi kebiasaan atau membudaya bagi orang dalam system Thaghut Hindunesia itu untuk mepercayai "Tuan Bal'am" sebagai menteri agama. Lihatlah apa katanya dialinia terakhir ini:



"Ketika ditanya soal solusi, Daud Rasyid mengatakan, "Menteri Agama yang baru ini kan orang dari Gontor, yang masih koleganya Ust Kholil Ridwan (Pemimpin Pesantren Husnayain di Cibubur Jakarta Timur, penyelenggara bedah buku Ada Pemurtadan di IAIN). Perlu ada usul kepada Menteri Agama, masalah kurikulum IAIN, mesti ditinjau ulang,"saran Daud"



Ternyata Daud Rasyid sendiri yang bermasalah, lalu dituduhkan kepada pihak lain. Saya kira cukup sekian dulu mudahmudahan kita mampu berafala ta'qilun dan afala yatazakkarun.







Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia

Kamis, 23 Juli 2009

AKHIRNYA KUTEMUKAN KEBENARAN (Muhammad al-Tijani al-Samawi.)

Muhammad al-Tijani al-Samawi.

Akhirnya Kutemukan Kebenaran
Downloads: 296 times

SEJARAH RINGKAS HIDUPKU
(MUHAMMAD AL TIJANI AL SAMAWI)


Masih tergambar jelas dalam ingatan ketika ayah mengajakku pergi ke masjid jami' di suatu bulan Ramadhan. Sepuluh tahun usiaku saat itu. Dikenalkannya aku pada jemaah masjid yang kala itu cukup mengagumiku. Berhari-hari guru ngajiku telah mempersiapkanku dengan hafalan- hafalan sejumlah ayat suci Al Qur-an. Pada saat shalat Taraweh, aku dan anak-anakyang lain ikut berjemaah dua atau tiga malam sampai sang imam membaca separuh AlQuran, yakni surah Maryam.

Ayah sangat menginginkan aku belajar AlQuran, baik di sekolah Tahfiz Al Qur-an atau pada saat senggang di rumah dengan dibimbing imam masjid jami', seorang dari kerabat kami yang hafal AlQuran. Aku telah hafal Al Quran sejak kecil, maka wajarlah jika guruku ingin sekali menunjukkan usahanya dan kelebihannya ini melaluiku. Diajarkannya padaku tempattempat yang sepatutnya rukuk, dan berulang kali beliau melatihku agar benar-benar akudapat menghafalnya. Dengan berhasil aku membaca ayat suci di depan jamaah dengan baik, berarti aku lolos uji. Inilah yang telah lama diharap-harapkan oleh ayah dan guruku itu. Semua yang hadir mencium dan memujiku dengan ucapan-ucapan yang sarat kekaguman yang luar biasa. Mereka mengucapkan rasa terima kasih kepada guru yang mengajarku itu; dan memberi selamat pula pada ayahku. Semua mengucapkan kata Alhamdulillah atas nikmat Islam dan"berkatnya Syaikh ".

Hari-hari yang kulalui selanjutnya serasa tak dapat kulupakan begitu saja. Masa kecilku kuisidengan prestasi yang mengundang kekaguman orang banyak terhadapku dan kemasyhuranyang bahkan merayap jauh ke kampung-kampung yang lain. Peristiwa-peristiwa itumeninggalkan goresan-goresan yang hingga kini masih berbekas dalam hidupku. Setiap kali aku nyaris khilaf, ada kekuatan yang maha dahsyat yang seakan mengekangku danmembawaku kembali ke jalan yang benar. Dan setiap kali kurasakan lemahnya semangat dantidak bermaknanya kehidupan, kenangan itulah yang mengangkatku kembali pada semangat yang sangat tinggi, dan menyalakan api keimanan di dalam kalbuku untuk melalui hidup ini.

Betapa tidak, ayah dan guruku telah membebankan tanggung jawab yang begitu besar padakudalam usia yang sangat dini, sedemikian sehingga aku selalu merasa yang aku adalah orang yang tidak layak untuk menjadi orang setaraf itu atau paling tidak taraf yang mereka inginkan dariku.

Itulah kenapa aku lalui masa kecilku dan masa remajaku di dalam suasana istiqamah yangrelatif, walaupun kadang-kadang tak luput juga dari kesalahan dan kesia-siaan yang timbul kebanyakannya dari rasa ingin tahu dan taklid buta. Karunia Allah mencurah padaku sehingga aku berbeda dari saudara-saudaraku yang lain dengan sikap tenang dan saleh, tidak terpeleset dalam dunia maksiat dan dosa-dosa besar.

Tidak mungkin kuniscayakan peran besar almarhumah ibuku dalam hidup ini. Beliau yangmembukakan mataku dan mengajarkanku surah-surah pendek dalam AlQuran, juga hukumshalat dan wudhu. Beliau mencurahkan perhatian yang besar kepadaku, mungkin karena aku adalah anak lelakinya yang sulung. Di samping beliau juga mempunyai madu yang lebih tua dari nya dan telah mempunyai anak-anak yang hampir seusia dengannya. Sedemikian tekun beliau asuh dan mendidikku seakan-akan beliau sedang berlomba dengan madu dan anakanak suaminya yang lain.

Nama Tijani yang diberikan oleh ibuku juga mempunyai keistimewaan tersendiri dalamkeluarga as-Samawi. Mengingat mereka adalah pengikut Tijaniah yang pertama kali sejak salah seorang anak Syaikh Sayyidi Ahmad Tijani yang datang dari Jazair mengunjungi kota Qafsah dan tinggal di rumah as-Samawi. Itulah awalnya. Hingga kini, sejumlah besar penduduk kota itu khususnya kalangan keluarga yang berpendidikan dan kaya-raya mengikuti Tarekat ini dan menyebarkannya. Kesamaan nama itu membuat aku makin dicintai dalam Dar Samawi yang dihuni oleh lebih dari dua puluh keluarga. Begitu juga di luar yang mempunyai hubungan dengan Tarekat Samawi.

Banyak orang-orang tua yang pada waktu shalat pada malam-malam Ramadhan waktu itu -seingatku- mencium kedua tanganku dan kepalaku sambil mengucapkan tahniah kepada ayahku dan berkata: "Ini adalah limpahan berkat dari Sayyidina Syaikh Ahmad Tijani."

Perlu diketahui bahwa Tarekat Tijaniah tersebar luas di Maghribi, Jazair, Tunisia, Libya,Sudan dan Mesir. Dan pengikut-pengikut tarekat ini agak taassub atau fanatik. Mereka tidakmenziarahi kuburan para wali yang lain. Mereka percaya bahwa semua wali telah belajar dari masing-masing secara silsilah, kecuali Syaikh Ahmad Tijani. Beliau telah belajar langsung dari Nabi SAWW walau jaraknya dengan zaman Nabi dipisahkan oleh tiga
belas abad. Mereka mengatakan bahwa Nabi SAWW pernah mendatangi Syaikh Ahmad Tijani secarayaqazhatan, yakni secara nyata, bukan melalui mimpi. Mereka juga berkata bahwa sembahyang sempurna yang dilakukan oleh Syaikh adalah lebih baik dari empat puluh kali mengkhatamkan AlQuran.

Sebaiknya kucukupkan saja pembahasan tentang tarekat Tijaniah ini sebelum menjadi bertele-tele. Karena kita akan menyentuhnya juga Insya Allah pada bab lain dari buku ini. Aku tumbuh seperti layaknya anak-anak muda yang lain di atas kepercayaan ini. Alhamdulillah, kami semua adalah muslim Ahlu Sunnah Wal Jamaah, yang bermazhab Maliki, dariImam Malik bin Anas, Imam Dar al-Hijrah. Namun kami terpisah di dalam berbagai tarekat sufi yang tumbuh bagai cendawan di Utara Afrika.Di kota Qafsah sendiri, ada Tijaniah, Qadiriah, Rahmaniah, Salamiah dan 'Isawiah. Setiap tarekat mempunyai pengikut yang hafal qasidah, zikir dan wirid-wirid yang dibaca di majlis-majlis tertentu,sembari mengaji Al Qur-an, seperti saat khatan, majelis syukuran atau karena nazar. Walaupun tidak luput dari unsur-unsur negatif, namun tarekat-tarekat seperti ini memainkan peranan penting dalam menyebarkan syiar-syiar keagamaan danmenghormati para wali dan orang-orang yang shaleh.
http://abatasya.net/2009/02/18/akhirnya-kutemukan-kebenaran/

Muhammad al-Tijani al-Samawi.

Minggu, 19 Juli 2009

PUISI FILOSOFIS 4



NOL - NOL YANG MENGANGA 
by
hsndwsp

Bismillaahirrahmaanirrahiim
 
Hai manusia ambillah selembar kertas dan sebuah pena
Lalu goreskan nol nol nol
Kalau kertasnya habis carilah yang lainnya di pasar
Kalau di pasar juga habis, carilah di fabrik - fabrik kertas
Lanjutkan tugasmu:
nol nol nol

Kalau dawatnya habis carilah yang lainnya di pasar
Kalau dipasar juga habis, carilah di fabrik - fabrik dawat
Lanjutkan tugasmu
nol nol nol

Kalau engkau merasa lelah, istirahatlah sebentar
Mintakan Isterimu untuk melanjutkannya
Kalau Isterimu juga merasa lelah
Mintalah agar anak - anakmu untuk melanjutkannya
Kalau anak - anakmu juga merasa lelah
Engkau sendiri yang akan melanjutkannya
nol nol nol

Sudah berapa nol kah yang telah engkau gores
Sepuluh, seratus, seribu, sejuta, semilyar...
Tak terhitung banyaknya

Engkau telah menulis dari ufuk Timur ke ufuk Barat
Engkau telah menulis dari kecil hingga dewasa
Namun tulisanmu itu bukan apa - apa
Usahamu hanyalah nol - nol yang menganga

Taukah kamu apa sebabnya
Taukah kamu agar usahamu bermakna
Tancapkan angka satu di depannya
Sekarang saksikanlah

Sepuluh, seratus, seribu, sejuta dan seterusnya
Sekarang engkau telah menyaksikan
Usahamu bukan lagi nol - nol yang menganga

Dulu engkau lepung. tanah tembikar
Sesuap dimulut Ayahmu, sesuap dimulut Ibumu
Ayah dan Ibumu menikah

Partikel di sulbi Ayahmu
Partikel di tulang dada Ibumu
Partikel - partikel itu menyatu
Menjadi segumpal darah, segumpal daging
Engkau terbentuk

Sembilan bulan berlalu
Ibumu merasakan kesakitan
Kau pecahkan dinding telurmu
Engkau dilahirkan ke Dunia

Engkau menangis
Engkau tidak tau apa - apa
Engkau adalah seorang bocah

Tujuh belas tahun kemudian
Engkau mulai mengenal dunia
Engkau menjadi dewasa
Tapi engkau bukan apa - apa
Engkau adalah nol nol yang menganga

Tahukah engkau apa sebabnya
Tahukah engkau agar bermakna
Bersandarlah engkau pada yang satu
Tahukah kamu apakah yang satu itu
Itulah Allah pencipta Alam semesta

Jadilah dirimu sebagai Hussein atau Zainab Al Qubra
Kalau tidak, engkau adalah Yazid, nol nol yang menganga
Tak ada alternatif lainnya

Setiap harimu adalah 'Asyura
Setiab bulanmua adalah Muharram
Dan setiap tempatmu adalah Karbala

Seratus tahun berlalu
Engkau renta
Engkau kecemplung dalam perut bumi

Apakah engkau ganteng atau gepeng
Apakah engkau berbadan Kingkong atau Loyo
Tubuhmu menjadi santapan cacing - cacing tanah
Namun nyawamu menempuh liku-liku yang panjang
Syurga atau Neraka
.......................................


ORANG YANG BERSATUPADU DALAM SYSTEM HINDUNESIA KOSONG DARI IDEOLOGY ISLAM.




KORUPSI DALAM SYSTEM HINDUNESIA MEMANG TUMBUH SUBUR DAN
SUDAH MEMBUDAYA.

hsndwsp
ACHEH - SUMATRA
Sedikit tanggapan atas pandangan saudara Rizali, Tabrani Yunus dan Mr Murizal tentang korupsi dalam system Hindunesia.






Bismillaahirrahmaanirrahiim

Disatu sisi kalian sepertinya anti korupsi, namun di lain sisi kalian masih memperta nyakan dimana posisi kalian sebaiknya, di dalam, di samping atau di depan "Bis Ko rupsi". Nampaknya tak ada alternativ disana. Persoalannya andaikatapun kalian berani menghadang didepan bersama-sama kawan yang lainpun tidak akan pernah dapat me njelesaikan masalah tersebut. Kemungkinan besar kalian akan terpuruk kedalamnya tanpa kalian sadari. Kalian model tambal sulam buat kain yang sudah lapuk.

Ma'af, kalian masih harus merenungkan lebih dalam lagi. Lihatlah Dr Amien Rais be tapa hebatnya ketika beroposisi dengan Suharto, namun what's next? Dia tidak mam pu keluar dari system yang sudah kadaluarsa itu. Beliau coba menambal "baju" Indo nesia yang sudah lapuk. Padahal dia pernah menjadi Bintang Reformasi yang dibang gakan mahasiswa Indonesia, namun akhirnya dia terpental sampai fisiknyapun ikut memberi "tanda-tanda" ketika rambutnya rontok. Hal ini disebabkan lupa kepada "Pe tunjuk" yang pernah diberikan Allah untuk menumbangkan yang "bathil" dan mem ba ngunkan yang "haq". Hal ini dapat anda saksikan dalam beberapa alinia dari tuli san Ustaz Ahmad Sudirman dibawah ini:

".l......Atau dengan kata lain, Amien Rais, salah seorang muslim yang diharapkan bisa membawa dan merobah haluan bahtera negara pancasila yang berisikan dan berda sarkan nilai-nilai pancasila yang lemah dan rapuh kepada nilai-nilai yang telah diga riskan Allah SWT melalui Rasul-Nya Muhammad saw, ternyata justru ia makin men dekapkan dirinya kepada pantulan-pantulan api pancasila yang makin melemah dan meredup. Sehingga tanpa ada pikiran yang lebih jauh kedepan sanggup meluncurkan pikirannya "We are not going to build an Islamic state. I don't want this never-ending argument; we should stick to Pancasila and that's it. Some Indonesians call for an Islamic state but we can ignore them, because most want a secular, democratic state". Pernyataan Amien inilah, cepat atau lambat, yang saya anggap sebagai suatu kelema han dan bumerang bagi Amien Rais. Walaupun mungkin Amien berargumentasi bah wa apa yang diucapkannya itu berbeda dengan apa yang ada dalam hatinya. Atau dengan kata lain, menurut hatinya perlu tegak negara Islam, tetapi berbeda dengan yang diucapkan mulutnya (karena takut tidak bisa bergabung dengan masyarakat sekular internasional). Atau itu merupakan suatu taktik dari seorang politikus yang ti dak bisa dipegang ucapannya." (Ahmad Hakim Sudirman Homepage, Stockholm, 7 November 2000).

Ketika Amien Rais menghadang "Bis zalim Suharto" memang jempolan untuk beliau tetapi ketika bis Suharto itu digulingkan mahasiswa dibawah pimpinannya, Amien masuk kedalamnya dan itulah yang menyebabkan dia salah kaprah sekarang ini sam pai begitu block on nya ketika dia menanggapi antusiasnya masyarakat Acheh me nyambut Pemimpinnya, PM Malik Mahmud dan Dr Zaini 'Abdullah dari Swedia.

Ternyata Amien Rais adalah manusia sekuler yang tidak berIdeology Islam, tapi Prag matis. Tipe manusia seperti itu cepat atau lambat akan mendapat kutukan Allah seba gaimana Gus Dur dan Munawir Sadjali sebagai Bal-'am yang ’menuhankan’ Suharto.
Kembali kepada saudara Rizali dan Murizal cs. Apa yang kalian perbincangkan di mi lis Acehkita group memang menarik perhatian orang, tapi masih kosong dari Ideolo gy Islam, kecuali prakmatis.

Tulisan saya ini tidak bermaksud menahan kalian dari berbuat apa yang sedang kalian buat, tetapi untuk merenungkan lebih jauh lagi bagaimana sesungguhnya orang-orang yang mendapat redha Allah berbuat ketika berhadapat dengan system zalim dan korup seperti Indonesia itu.

Disini terbukti benarnya GAM dan segenap pendukungnya. Semoga pihak GAM yang sekarang masih dalam proses perjalanan akan mampu menghadapi system Hindune sia dalam membangun Acheh masa depan, bebas dari pengaruh Hindunesia.

Sekarang bukalah mata kalian lebar-lebar agar kalian tidak terfokus pada "Bis Korup si" saja tetapi dapat menembusi cakrawala khususnya "Bis Hindunesia zalim dan Ko rup". Siapapun yang akan menjadi presiden dalam system Pancasila dengan UUD 19 45 - nya yang sekuler itu sama saja bahwa rakyat banyak tetap hidup morat-marit. Ha nya kaum "elit" dan orang-orang yang "panjang lidah" saja yang menikmati kesena ngan diatas penderitaan kaum nustadhafin.

Rasulullah telah menyatakan:"Tidak beriman salah seorang kamu yang tidur kenyang sementara tetangganya lapar". Rasulullah juga menyatakan: "Tidak pernah beriman kepadaku orang yang tidur kenyang sedangkan tetangganya kelaparan, dan jika pendu duk sebuah Kampung tidur nyenyak sedangkan salah seorang dari mereka ada yang kelaparan, maka Allah tidak akan melihat kepada mereka pada hari kia mat". Pertanya an: Berapa banyak orangkah yang tidur perutnya dalam keadaan keroncongan di Indonesia dan Acheh -Sumatra sekarang?

Dengan Hadist ini saja terbukti mereka tidak beriman tetapi hipokrit alias munafiq walau berjingkrak-jingkrak keluarnegeri mempropokasikan mereka memiliki pendu duk Islam yang terbesar di Dunia. Bukankah itu kebohongan yang nyata? Islam itu Rahmatan lil 'alamin. Adakah Indonesia itu rahmat kepada orang Papua, Ambon, A cheh - Sumatra dan rakyatnya sendiri?

Terakhir, inilah yang perlu kiranya untuk saya komentari sehubungan dengan tuli san dari milis Acehkita group, diantaranya pandangan-pandangan saudara Rizali, Ta brani Yunus dan Mr Murizal tentang korupsi.

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia



Kamis, 16 Juli 2009

FINANSIAL RAKYATNYA DULU BARU SYARIAT KEMUDIAN AGAR TIDAK MEMBUAHKAN HUKUM LABA-LABA


APLIKASI SYARIAT ISLAM GADONGAN MEMBUAHKAN HUKUM
LABA-LABA DI TANAH RENCONG
Muhammad Al Qubra
 Acheh - Sumatra
HUKUM LABA-LABA MODEL SUSILO BAMBANG YUDHOYONO TURUNAN DARI UU NO.18/2001 MADE IN MEGA DAN AKBAR TANDJUNG CS



Bismillaahirrahmaanirrahiim.

Hukuman cambuk untuk penjudi memang hal yang wajar. Namun perlu dipertanyakan dulu beberapa hal yang sangat penting:


1. Bagaimana mungkin diterapkan hukum cambuk kepada penjudi, sementara pembunuh yang paling zalim dari penzina dibiarkan begitu saja (pembunuhan semena-mena yang dilakukan tentara dan polisi) 

2. Bagaimana mungkin hukum itu di terapkan kepada orang biasa sementara kalau pelaku nya pejabat pemerintah bebas sama sekali dari hukuman. Hukuman yang demikian nama nya "hukum laba-laba".

Lihatlah jaringan laba-laba yang pertama sekali berada di tempat kotor, artinya di negara yang hypocrite dan despotic seperti Arab Saudi, Qatar, Bahrain, Yaman, Indonesia dan se bagainya. Ketika njamuk, belalang dan serangga lainnya yang lewat terjaring dengan man tap. Namun ketika burung yang lewat dapat menembusinya. Lalu datanglah kambing, anjing dan babi untuk menginjak-injak hukum tersebut. Demikianlah yang sudah berlaku di semua negara yang penguasanya Munafiq dan zalim itu

Hukum "labalaba" hanya diberlakukan kepada rakyat jelata, sementara anggota keluarga dan kawan dekat pejabat negara bebas dari hukumannya (baca segala jenis burung yang mantap terbangnya). Kambing, anjing dan babi diumpamakan sebagai pejabat negara mulai dari camat, bupati, gubernur, menteri-menteri. Akhirnya datanglah serigala-serigala haus da rah (baca TNI/POLRI) untuk merobek hukum itu sendiri.

Kalau rakyat jelata sudah agak sadar melihat ketimpangan-ketimpangan pemerintah hipokrit itu, mulailah antek-antek mereka itu bersandiwara untuk menerapkan "syariat gadongan". Hal ini membuat masyarakat internasional salah paham terhadap orang-orang Islam dimana pun berada.

Pemimpin pemimpin Islam dan rakyatnya yang sudah sadar untuk menentukan nasibnya sendiri (membebaskan diri dari pemerintah Munafiq itu yang sudah begitu lama mempraktek kan hukum "labalaba" di seluruh dunia), tau persis akan sandiwara yang sedang dimainkan para "basyar" itu.

Pemimpin-pemimpin Islam dan rakyatnya yang sudah sadar untuk menentukan nasibnya sendiri, taupersis bahwa jangankan sekarang, setelah merdekapun bukan hukum dulu yang diprioritaskan, melainkan Finansial hidup rakyatnya. Sebab semua ketimpangan sosial itu berpunca pada finansial hidup rakyat itu sendiri.

Bagaimana mungkin hukum diterapkan kepada kaum dhu'afa sementara mereka tau persis bahwa itu adalah hukum "Laba-laba". Bagaimana mungkin rakyat tidak melanggar hukum sementara pembesar-pembesar negara tidak berbuat adil terhadap mereka. Negara adalah milik rakyat, namun hanya sebahagian orang yang bersekongkol dengan pembesar-pembesar negara sajalah yang menikmati fasilitas negara.

Mereka (baca penguasa hypocrite) mengurus harta negara macam mengurus harta milik moyangnya, sementara orang-orang yang menuntut keadilan mendapat perlakuan yang hina dari antek-antek penguasa zalim tersebut. Demikianlah yang diaplikasikan di hampir seluruh dunia dan Acheh-Sumatra sejak dari Suharto sampai Yudhoyono sekarang ini.

Islam sejati adalah Islam rahmatan lil alamin. Pemimpin Islam sejati tidak hanya memikirkan kesejahteraan orang-orang Islam saja tapi segenap manusia apapun latar belakang agamanya (seluruh penduduknya). Justru itu andaikata suatu negara dipimpin oleh orang-orang Islam sejati (yang mewarisi keimamahan Rasulullah saww), sudah barang pasti rakyat di negara tersebut mendapat keadilan seluruhnya. Bukan saja manusia yang menikmati kemerdekaan, namun binatangpun terlindung dari perbuatan semena-mena. Fe nomena ini sekarang hanya dapat disaksikan di Republik Islam Iran, Norwegia dan bebera pa negara Eropa lainnya.

Sayangnya diabad ke 21 ini dan juga abad-abad sebelumnya, tidak kita saksikan realita itu di kawasan Asia dan afrika, kecuali di Republik Islam Iran. Sayangnya lagi republik yang satu ini senantiasa mendapat fitnah dari negara-negara kawasan Asia - Afrika lainnya. Hal ini dapat di mengerti oleh orang-orang yang mau "berafala ta' qilun dan afala yatazakka raun".

Bagi pemimpin pemimpin dan orang-orang yang berpendidikan, sudah waktunya untuk melupakan perbedaan-perbedaan yang tidak prinsipil demi tergalangnya persatuan yang dapat menghambat "sandiwara-sandiwara" yang dimainkan antek-antek dari "yazid-yazid" moderen dimanapun kawasan yang penduduknya mengaku diri Islam, termasuk di Acheh - Sumatra yang sedang kita sorot ini.

Islam sejati, jangankan kepada orang Islam yang berbeda aliran, kepada orang yang berla inan agamapun, dilarang memudharatkannya, sebaliknya saling menghormati, respect da lam kontek kemanusiaan. Justru itu sayang seribukali sayang ketika kita menyaksikan ba nyaknya orang yang mengaku diri "Islam", namun membunuh orang Islam lainnya disebab kan berlainan mazhab.

Demikian jugalah serigala-serigala yang haus darah yang masih mengada kan pembunu han di Acheh - Sumatra, West Papua dan Ambon. Sesung guhnya mereka tidaklah terma suk dalam golongan orang-orang yang ber iman, melainkan munafiq. Kendatipun mereka tinggi pendidikannya sampai mendapat titel DR, Propessor, Kiyai dan bahkan banyak yang mengaku diri sebagai ulama.

Mereka nampaknya pintar, namun tidak teguh iman. Justeru itulah mereka tidak mampu me mahami kesalahan mereka yang fatal dibidang Tauhid/Aqidah dan Ideology. Mereka tidak mampu melihat realita sejarah yang "haq", dimana kita dapat menemukan representantnya untuk kita teladani. Representant itulah yang mampu menterjemahkan Al Qur-an secara be nar.

Bagaimana mungkin buku resep obat dapat digunakan dengan efektif tanpa mendapat penjelasan dari dokternya. Tanpa dokter, buku resep obat itu tidak dapat digunakan secara efective atau tepat guna.

Sekarang kebanyakan orang Indonesia sudah tertutup mata hatinya disebabkan begitu lamanya mereka bersekongkol dalam system yang munafiq tersebut yang sudah begitu banyak mereka bunuh orang-orang yang tidak berdaya (baca kaum mustadhafin yang dibu nuh sejak dari pemerintahan "Yaziddin" - Suharto, Gusdur, Megawati dan "yazid - Yudho no"), yang sedang bersandiwara sekarang ini.

Kenapa mereka tidak mampu berfikir padahal mereka jauh lebih pintar dari orang yang me ngatakan bahwa mereka tidak mampu berfikir? Jawabannya terpampang di pintu gerbang Il mu: " Dilarang masuk orang-orang yang tidak beriman" (QS.56:79)

Justru orang Islam munafiqlah yang membuat citra Islam ter gadai marwahnya di mata Internasional. Pertama sekali Inter nasional melihat kenapa orang-orang Islam itu saling membunuh sesamanya. Mereka sepertinya tidak mengetahui bahwa tidak pernah terjadi di permukaan planet Bumi ini, orang-orang Islam saling membunuh sesamanya. Yang mem bunuh sesamanya justeru kaum yang menamakan diri Islam tetapi sebaliknya mereka adalah kaum hypocrite. Kalau kita mam pu menelusuri sejarah mereka dari permulaan dulu, mereka adalah penentang-penentang Rasulullah sendiri dan mereka lah pembunuh cucu Rasulullah di Karbala. Demikian jugalah sebelum dan paska Karbala.

Yang sering terjadi Justeru Orang Islam munafiq membunuh orang Islam sejati, sehingga terjadilah perlawanan dari orang-orang Islam sejati untuk membela diri (baca komunitas Syah Reza Palevi vs komunitas Imam Khomaini, Yazid bin Mua wiyah vs Imam Husein bin 'Ali, Mu'awiyah bin Abi Sofyan vs Imam 'Ali bin Abi Thalib, Talhah bin Ubaidillah dan Zuber bin Awam vs Imam Ali, Marwan bin Hakam vs Muhammad bin Abubakar, pemimpin yang dipilih rakyat vs pemimpin yang ditunjuk Rasulullah saww sendiri dan yang terdahulu sekali Qabil vs Habil)

Sepak terjang orang-orang munafiq itu dapat kita saksikan dalam surah Al Baqarah dari ayat 8 s/d 20 plus surah Al mu nafiqun dan masih tersebar lagi di berbagai surah blainnya. Banyak orang terkecoh dengan apa yang berko matkamit di mulut mereka, sementara mereka lupa dalam sepak terjang nya. Padahal mereka memahami bahwa syarat Tauhid itu ada tiga:

Pertama. Mengucap dengan lidah.
Kedua: Mentasdiqkan dengan hati dan yang paling menentu kan adalah:
Ketiga: Aksi, Aplikasi atau sepakterjang dalam realita hidup nya:
 -- Apakah mereka bersekongkol dalam system despotic dan  hypocrite ?
 -- Apakah mereka termasuk dalam golongan yang mengham bat perjuangan suci ?
 -- Apakah mereka mengenal betul pemimpin yang "haq" dita 'ati di jamannya masing-masing?

-- Apakah dia sekedar berbicara dengan lidah tanpa dibukti kan dengan realitanya kedalam golongan mana dia berga bung dalam hidupnya? Golongan "Habilkah" ataub golongan "Qabil".
-- Apakah dia menaiki "Bahtera Nabi Nuh" atau tidak, menai ki "Bahtera Ibrahim" atau "Namrud", "Bahtera Musa wa Harun" atau "Fir'aun", "Bahtera 'Isa bin Maryam" atau "Kaisar-kaisar" di Roma, bahtera Muhammad atau Abu Sofyan, bah tera Ali atau Mu'awiyah, bahtera Hussein atau Yazid, Bahtera Ayatullah Khomaini atau Syah Reza Pahlevi, bahtera Hasan Muhammad di Tiro atau Yazid-yazid moderen (baca              Sukarno, Suharto, Gusdur, Megawati dan Yudhoyono)

Demikianlah penjelasan saya semoga siapapun yang mena makan diri orang Acheh - Sumatra menghindarkan diri dari propokasi antek-antek "yazid- - Yudhoytono". Sudah sa'atnya untuk bertaubat sebelum nyawa berada dikerokongan.

"Memang pahit bak pel Keunine, namun itulah yang dapat menjembuhkan penyakit malarianya kalian" (hsndwsp)

Billahi fi sabililhaq
Muhammad Al Qubra
Acheh - Sumatra
----------


Refleksi:
Kodokpun tau bahwa Suharto itu diktator dan koruptor nomor wahid di Indonesia. Makanya omong kosong KPK hendak memberantas korupsi di Indonesia dimana  rajanya korupsi bebas dari jeratan hukum. Andaikata Suharto saja satu orang bisa lepas dari jeratan hukum, sudah cukup bukti bahwa di Indonesia sejak dari zaman Suharto sampai hari ini tetap saja berlaku "Hukum Laba-laba"(1. Ironisnya IRIB Indonesia (entah sengaja atau tidak tau) juga masuk "perangkap", menggu nakan media yang terperangkap kelicikan Suharto dan "kenderaan politiknya" yang sekarang "ganti baju" di Indonesia. Realitanya bukan saja partai PKS sebagai neonya GOLKAR tetapi mayoritas partai disana terjebak dalam kepalsuan. Terbukti semua partaI tidak mewakili rakyat saat duduk di gedung DPR sebaliknya berobah menjadi Dewan Penipu Rakyat yang asik memperkaya diri dengan cara "membudidayakan" korupsi. Semoga IRIB Indonesia berhati-hati dalam pemuatan berita dari penulis atau sumber yang tidak independen. Sebagai contoh klik disini: http://indoprogress.com/senyum-soeharto/ 


Atas kerja kerasmu, kami mengucapkan terima kasih dan selamat jalan, Bung Chávez! (IRIBIndonesia/Indoprogress/PH)

AL QUR-AN UNTUK ORANG HIDUP BUKAN UNTUK ORANG MATI

Bismillaahirrahmaanirrahiim

APABILA MATI SALAH SEORANG ANAK ADAM PUTUSLAH SEGALANYA

KECUALI AMAL YANG SALEH, SEDEKAH JARIAH DAN
DO'A ANAK YANG SHALEH
hsndwsp
Acheh - Sumatera

MENYOROTI ORANG - ORANG YANG MENANGISI
ORANG MATI DAN
DO'A



Nampaknya agak banyak email yang mengucapkan selamat jalan kepada saudara Rufriadi. Saya sendiri tidak mengenalnya apakah dia itu orang berideology Islam atau Pancasila, semoga beliau termasuk orang yang berideology Islam. Disebabkan saya tidak mengenal persis bagaimana sepakterjangnya maka saya tidak punya komentar apapun menyangkut kematiannya.

Dalam kesempatan ini perlu kita ambil i'tibar bahwa semua manusia pasti akan menemui kematian, tinggallagi waktu dan tempat yang tepat tidak dapat dijangkau manusia biasa. Pepatah Acheh mengatakan ."Bek tasangka u hanja rhet watee riek, u groh le tjit njeng rhet". Terjemahan melayunya:" Jangan disangka kelapa hanya jatuh ketika tua, kelapa mudapun banyak yang jatuh". Artinya mati itu bukan saja menimpa orang yang sudah tua usianya tapi orang mudapun banyak juga yang mati. Apakah mati berdarah dalam perjuangan , mati di bunuh orang, mati disebabkan penyakit tertentu atau mati dengan tiba-tiba sebagaimana Rufriadi itu. Justru itu ingatlah wahai saudaraku bangsa Acheh bahwa andaikata kita mati dalam keadaan berjuang karena Allah pasti kita diampuni dari segala dosa dimasa lampau kendati pun tidak seorangpun berdoa kepada kita agar Allah mengampuni dosa kita serta ditempatkan Allah dalam Sorga. Namun andaikata kita mati dalam sepakterjang yang berlawanan dengan pejuang kebenaran atau dulu pernah berjuang tetapi tidak ber hasil mempertahankan esensi tersebut hingga kita berbalik menjadi basyar kembali, kita pasti akan dimasukkan Allah dalam Neraka, (na'uzubillahi minzalik) kendati pun sepenuh dunia ini, orang berdoa kepada kita agar diampuni dosanya. Apabila kita termasuk katagori yang terakhir ini berarti kita tidak termasuk pejuang asli teta pi kita dulu berjuang untuk kita sendiri bukan untuk membela kaum dhu'afa sebagai mana tujuang para Rasul diutus Allah ke planet Bumi ini.

Mungkin timbul pertanyaan, apakah kalau begitu tidak ada gunanya berdoa? Pasti nya doa itu sangat berguna sebagaimana firman Allah: "Waiza saalaka 'ibadi 'anni, fa inni qarib. Ujibud dakwatadda'i iza da'ani, fal yastajibuli, wal yukminubi, la'allahum yarsyudun". Terjemahan bebas:" Apabila ditanya engkau (wahai Muhammad) akan daku.oleh hambaku, (katakanlah) sesungguhnya aku dekat. Aku akan memperke nalkan setiap doa hambaKu apabila (hambaku) berdo'a. (Tetapi) hendaklah mereka itu memenuhi seruanKu dan (benar-benar) beriman kepadaKu. Mudah-mudahan mereka mendapat kemenangan. Nah! Yang perlu kita pertanyakan disini apakah ki ta termasuk orang yang memenuhi seruan Allah dan benar benar beriman kepada Nya atau hanya beriman dimulut saja. Artinya dimulut kita berjuta kali terdengar: "Lailaha illa Allah", namun dalam pepakterjang sehari-hari kita menuhankan atasan. Artinya lagi kita tidak tunduk patuh kepada Allah, Rasulnya dan para Imam yang diutus melainkan tunduk patuh kepada penguasa zalim.

Perlu kita ketahui bahwa ketika Rasulullah meninggal dunia tidak ada orang yang berdoa dirumahnya, kecuali orang menangis, yaitu anaknya sendiri Fatimah Az Zah ara sampai bengkak matanya. Lucunya di Acheh terkenal sebuah lagu: " Nabina neu wasiet nibak geutanjoe Han geubi moe-moe bak ureueng mate Meunje nathat weueh inseueh that sajang neutjok Quru-an kaalam neubatjale". Lagu ini berasal da ri sebuah hadist palsu (hikajat musang)

Peristiwa sebenarnya: Suatu hari Rasulullah melewati kuburan orang Yahudi dima na isterinya sedang menangis diatas kuburan suaminya. Rasulullah mengatakan ke pada kaum Muslimin yang juga turut menyaksikannya bahwa orang tersebut mena ngis sedangkan suaminya dalam kubur diazab Allah. sebahagian kaum Muslimin keliru memahami maksud Rasulullah. Suatu hari Ibnu Umar (Abdullah bin Umar) berkata dalam ceramahnya bahwa kita tidak boleh menangisi orang mati disebabkan akan disiksa Allah sebagaimana kata Rasulullah. Aisyah menegur Ibnu Umar: "Bu kan demikian hai Ibnu Umar. Tidak ada sebab 'akibat antara isteri yang menangis diatas kuburan dengan suami yang disiksa dalam kubur. Disiksanya orang itu dalam kubur bukan disebabkan menangisnya isteri tetapi disebabkan suaminya itu orang Yahudi".

Penjelasan Aisyah sesuai realitanya bahwa justru anak kesayangan Rasulullah sendi ri (baca Fatimah az Zahara) yang menangisi kematiannya. Ironisnya justru pendapat Ibnu Umar yang keliru yang diyakini di Acheh dan juga di berbagai negara yang pen duduknya mayoritas Islam. Akibatnya Al Qur-an sebagai hudallinnas (Petunjuk bagi manusia yang masih hidup) sudah di fungsikan hanya sebagai bacaan buat orang ma ti. Sementara anak yatim yang ditinggalkan orang tuanya terpaksa melayani pembaca Qur-an itu dengan kenduri, kendatipun masa depan mereka membutuhkan dana na mun tidak mencukupi. Aneh sekali kalau kita katakan mengikuti Imam Syafi'i, sementara beliau berpendapat bahwa andaikata dalam keluarga simati terdapat anak yang belum baligh, kenduri dalam kematian orangtuanya atu adalah bid'ah mungka rah, tetapi andaikata semua anak sudah dewasa atau tidak termasuk anak yatim, barulah kita tidak termasuk makan harta anak yatim yang samadengan makan api neraka (na'uzubillahi min zalik)

Ada satu lagi yang aneh bin ajaib: Ketika Neil Amstrong naik ke Bulan dengan pe sawat Apolo ihda 'asyara, tersiar kabar buruh dengan derasnya bahwa beliau masuk Islam setelah mendengar suara Nabi Muhammad diantara bermacam suara lainnya. Menurut kabar burung itu, semua suara dapat didengar kembali di angkasa lepas. Se bagai follow up nya dari kabar itu, MH Ainun Najib jebolan pesantren di Jawa sempat menggubah sebuah lagu berkenaan Neilm Amstrong masuk Islam, malah ka set tersebut masih beredar dipasaran sampai hari ini, saya kira. Kepalsuan ini terung kap ketika Neil Amstrong singgah di Singapore, beliau menyatakan bahwa tidak per nah masuk Islam. Demikianlah keanehan sering muncul dikalangan kita ummat Is lam yang sering bertentangan dengan kebenaran sejati.

Demikianlah saudaraku, semoga kita mendapat hidayah dari Allah swt hingga kita mampu berfikir secara benar dalam beragama. Aamin yaa Rabbal 'aalamin.

Billahi fi sabililha
hsndwsp
di Ujung Dunia

Senin, 13 Juli 2009

MEMAHAMI MAKNA KEMERDEKAAN SECAARA FILOSOFIS (HAKIKAT)















SEPAKTERJANG MODEL AMR BIN ASH MENJADI ANUTAN PARA PETINGGI DALAM SYSTEM TAGHUT HINDUNESIA 
Ali Al Asytar
Stavanger - Norwegia.

MENYOROT SEPAKTERJANG AMR BIN ASH
YANG DITIRU OLEH PARA PETINGGI HINDUNESIA YANG ZALIM
KORRUPT DAN HIPOKRIT

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Jawaban untuk saudaraku, Ismail Asso dari West Papua.


Allah berfirman: "Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia"(Q.S. Ar Ra'du:11) Itu bermakna Allah tidak akan memerdekakan Acheh - Sumatra kecuali bangsa Acheh - Sumatra itu mau merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Allah tidak akan memerdekakan bangsa West Papua kecuali bangsa West Papua itu mau merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Allah tidak akan memerdekakan Ambon kecuali bangsa Ambon itu mau merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

Ayat diatas adalah ayat muhkamat (Qat'i), bukan ayat mutasyabihat yang sukar dipahami kecuali "Ulul albab" (Para Imam). Ayat tersebut sangat jelas maksudnya. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Ayat tersebut ada hubungan sebab akibatnya. Artinya kalau Acheh, Papua dan Ambon tidak merdeka bukan Allah tidak memerdekakannya tapi Acheh, Papua dan Ambon sendiri tidak mau merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Disini perlu kita analisa apa yang perlu di robah oleh Acheh, Papua dan Ambon. Andaikata ketiga komunitas itu itu tidak merdeka berarti mereka masih dalam keadaan tidak benar menurut kacamata Allah. Kalau kita berbicara seperti ini, pastinya Platform kita secara mayoritas belum betul. Aqidah kita secara mayoritas belum betul, Ideology kita secara mayoritas belum betul. Perlu digarisbawahi, secara mayoritas.

Barangkali ada yang bertanya, aqidah orang Timor timur tidak betul secara mayoritas, kenapa mereka bisa merdeka? Jawabnya, secara syar'i mereka sudah merdekaa tapi secara filosofis merekaa belum merdeka. Dengan kata lain, mereka belum merdeka pada hakikatnya. Untuk memperjelas persoalan ini dapat kita dalami persoalan Indonesia. Secara tersurat mereka telah merdeka dari penjajah Belanda tapi secara filosofis atau pada hakikatnya mereka b elum merdeka. Dalam konteks ini kita perlu memahami makna Merdeka secara filosofis. Secara filosofis mayoritas penduduk Indonesia terjajah oleh kaum minoritas dariI "bangsanya" sendiri (baca persekongkolan Penguasa Dhalim/Fir'aun, Hamman, Karun dan Bal'am)

Mengapa Allah membiarkan penguasa dhalim sejak dari Sukarno, suharto, gusdur, megawati dan yudhoyono mendhalimi komunitas Acheh, Papua, Ambon dan rakyat mereka sendiri (baca kaum dhuafa?) Hal ini disebabkan kita secara mayoritas baik di Acheh, Papua, Ambon dan lain-lainnya belum mampu merobah keadaan kita sendiri. Dengan kata lain kita secara mayoritas masih salah dimata Allah, Pemilik Dunia ini. Ketika kita berbicara ayat Allah tersebut diatas, sesungguhnya kita sedang berbicara makna "Merdeka" secara filosofis atau pada hakikatnya. Nah merdeka pada hakikatnya adalah merdeka menurut kacamata Allah bukan menurut kacamata manusia secara mayoritas pendudum planet Bumi ini.

Menurut kaca mata Allah Republik Islam Iranlah satu-satunya sekarang yang benar-benar merdeka. Hal ini sesuai dengan realita dan pengakuan Rasulullah sendiri ketika Allah menurunkan surah Jum'at ayat 3 (wa akharina minhum lamma yal haqu bihim wahual 'azizul hakim), para sahabat bertanya kepada Rasulullah saww: "Siapakah mereka itu ya Rasulallah ? Rasulullah meletakkan telapak tangannya diatas kepala Salman al Faraisi (orang Parsi Iran) sambil bersabda: "Golongan inilah. Andaikata Iman itu berada di bintang Suraiya, namun mereka sanggup menggapainya". Hadist ini banyak dikomentari kalangan kita Sunni, sementara Syiah masih memiliki dalil akli dan naqli lainnya.

Hadist Rasulullah tersebut meggambarkan keutamaan bangsa Parsi diatas bangsa manapun di dunia termasuk bangsa Arab sendiri. Hal ini disebabkan kesangupan bangsa tersebut menerima Islam secara kaffah sebagaimana di nyatakan Rasul sendiri berkenaan Al Qur - an Surah Jum'at ayat 3 itu. Hal ini juga dibuktikan realitanya sampai hari ini tidak ada sebuah negarapun yang beride ologi Islam termasuk Saudi Arabia dan Mesir, kecuali Republik Islam Iran. Persoalannya maukah bangsa Acheh, West Papua dan Ambon memerdekakannya dengan syarat yang dikemukakan Allah diatas? Bagaimana ? Menganalisa secara cermat dimanaa sesungguhnya kesalahan kita secara mayoritas. Apabila kita telah menemukan dimanaa kesalahan kita kenapa Allah tidak menganugerahkan kita kemerdekaan sebagaimana dialami bangsa Parsi dalam menghadapi despotiknya Syah Reza Palevi, disaat itulah kita akan menemukan kemerdekaan sejati. Bagaimana caranya?

Lihatlah contoh orang-orang sebelum kita bagaimana mereka berjuang. Bagaimana Ibrahim berjuang melawan Namrud, Musa dan Harun melawan Fir'aun yang perkasa, I'sa bin Maryam melawan Kaisar-kaisar di Rhoma, Muhammad melawan Abu Sofyan. 'Ali bin Abi Thalib melawan Mu'awiyah bin Abi Sofyan, Hussein bin Ali melawan Yazid bin Mu'awiyah, Khomaini melawan Syah Redha Palevi. Kalau Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Muhammad saww berhasil di dunia dan Akhirat, namun Nabi 'Isa bin Maryam dan Hussein hanya menang di Akhirat saja. Di Dunia ini mereka dikalahkan.

'Ali bin Abi Thalib sebetulnya tak terkalahkan, namun karena politik keji yang dimainkan Amr bin Ash untuk menipu pengikut Imam 'Ali yang kebanyakan terdiri dari orang-orang yang baru masuk Islam, akhirnya terkalahkan. Amr bin Ash menggunakan Lembaran Al Qur-an untuk menipu orang-orang yang belum berpengalaman dalam perjuangan. Hanya sedikit pengikut Imam Ali yang memahami sebagaimana dipahami Imamnya. Mereka ini juga tuntuk patuh kepada Imam sebagaimana perintah Allah: "Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah, Rasul Nya dan Ulul amri mingkum . Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah dan Rasul, jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi mu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa', 4: 59)

Nah, model Amr bin Ash inilah yang harus diwaspadai oleh bangsa manapun sekarang ini dalam perjuangannya. Dia menjadi simbolisasi sebagai orang-orang yang menjual ayat-ayat Allah atau menggunakan agama untuk mencapai tujuannya yang bathil dan dhalim. Kalau kita tidak dapat mengenal tipe manusia seperti Amr bin Ash itu, yakinlah kita akan gagal dalam perjuangan. Sekali lagi telitilah makhluk seperti itu yang bersatupadu dalam system pejajahan didepan anda hari ini agar kita tidak terkecoh sebagaimana yang dialami sebahagian besar pengikut Imam 'Ali dahulu. Benar sekali apa yang dikatakan saudara Ismail Asso dari West Papua itu: "Jangan saudara-saudara banyak berharap lagi pada pemeluk agama, tapi percayalah pada agama, kalau mau, tapi kalau bisa sesungguhnya peran agama adalah hanya, sekali lagi hanya, hiburan atas kekalahan."

Amru bin Ask itu mengaku beragama Islam, tapi Islamnya tidak sama dengan Islam Imam 'Ali bin Abi Thalib. Sukarno, Suharto, Gusdur, Megawati dan Yudhoyono juga mengaku beragama Islam. Tapi Islamnya tidak sama dengan Islam Tgk Hasan Muhammad Ditiro. Semua pejabat Indonesia itu sesungguhnya bukan orang Islam benaran tapi palsu. Mereka adalah bangsa Munafiq/Hipokrit modern. Mereka tidak menggunakan Al Qur-an sebagai pedoman Hidup. Mereka menggunakan Al Qur-an sebagai bacaan untuk orang mati agar memperoleh pahala, sebagai Hiasan dinding dengan kaligrafinya, memusabaqahkan sebagaimana layaknya perlombaan olimpiade. "Betapa banyak pembaca Al Qur-an sementara Al Qur-an itu sendiri melaknat nya." (Hadist). Kitab Allah bersifat diam dan membawa berbagai kemungkinan tafsiran. Di dalamnya ada yang mutasyabihat dan ada juga yang muhkamat. Untuk memahaminya mesti merujuk kepada orang-orang yang rusukh-ikut istilah Al-Quran-atau yang sangat dalam ilmunya, dan ikut bimbingan Ahlul Bait Nabi seperti yang ada di dalam hadist-hadist Nabi saww. Perhatikanlah misalnya didalam Al Qur-an dipesankan Allah agar tidak membunuh biarpun seorang manusia kecuali untuk membela diri. Membunuh seorang manusia sama dengan membunuh manusia seluruhnya dan pembunuh itu kekal didalam Neraka. Namun demi untuk melanggingkan kekuasaan majikannya, mereka membunuh hatta anak kecil sekalipun sebagaimana kita saksikan di West Papua, Ambon dan Acheh- Sumatra. Demikian juga Allah melarang mencuri, berzina,merampok menganianya dan lain-lain sebagainya, namun mereka malah menggunakan agama made in Bal'am untuk membenarkan pembantaian, pembunuhan, penganianyaan, perampokan, pemerkosaan dan bermacam bentuk kedhaliman lainnya.

Amir Sembiring, Albert Dien, Sudomo dan LB Murdani mengaku beragama Kristiani namun agama mereka tidak sama dengan agama Kristiani orang-orang West Papua. (baca: Amir Sembirng telah banyak membantai masyarakat Pulau Biak dalam tahun 1999, Albert Dien di Wamena 1977, Sudomo yang datang ke Papua merebutnya tahun 1962, dan LB Murdani yang datang berperang dengan Belanda untuk merebut Papua) Kita dapat menganalisa apa yang dikatakan saudara Ismail Asso bahwa apapun agamanya kalau orang tsb terlibat dalam pembunuhan manusia , sesungguhnya agama mereka itu adalah palsu alias hypokrit. Itulah pengertian daripada "Jangan berharap lagi pada pemeluk agamanya tapi percayalah pada agama". Disini mungkin timbul pertanyaan apakah manfa'atnya kita percaya pada agama ?

Berhubung saya penganut Islam, maka saya akan menjawabnya menurut ilmu yang saya milikinya. Di Islam dikatakan Allah dan RasulNya bahwa ada dua tempat untuk menikmati kebahagiaan yaitu kebahagiaan Dunia dan kebahagiaan Akhirat. Kebahagiaan di Dunia hanya bersifat sementara (kalau rata-rata manusia sekarang berumur 80 tahun. Potong masa belum tau apa-apa dan masa tua bangka tinggal kira-kira 60 tahun) lalu mati masuk kubur mendapat azab kubur bagi pembunuh, penzina, penjajah dan sebagainya. Setelah itu dibangkit dari kubur menuju pemeriksaan atau sidang Yaumil Mahsyar, barulah setelah itu orang-orang yang tunduk patuh kepada Allah sa'at di Dunia memperoleh kebahagiaan yang kekal selama-lamanya di dalam Syurga dengan fasilitas yang gemerlap tanpa bandingan dengan nikmat di dunia. Justru itulah makanya sebahagian manusia meninggalkan gemerlapnya dunia ini untuk bersatu dengan orang-orang yang seide demi membebaskan kaum Dhu'afa/rakyat yang tidak berdaya dari ”jeratan labalaba”, beban yang menimpa kuduk-kuduk mereka (Q.S,7:157 & Q.S,90:12-18).

Ketika pejuang - pejuang sejati menyaksikan banyaknya korban yang berjatuhan, mereka terhibur (pakai istilah saudara Ismail Asso). Maksud terhibur disini meyakini bahwa itu bukanlah suatu kerugian, namun merupakan pengorbanan dari orang-orang yang berjuang di jalan Allah yang harganya adalah kebahagiaan di akhirat. Lihatlah di Acheh, kalau memang ajalnya sudah tiba tidak berperangpun akan mati juga melalui musibah tsunami. Hal ini perlu sekali kita camkan mengingat masih banyak orang yang salah paham sehingga menyalahkan GAM atas kematian banyak orang di Acheh - Sumatra. Dalam urusan tersebut diatas sudah barang pasti memiliki resiko yang paling besar seperti: Dianianya, dibunuh, diperkosa bagi yang perempuan, Kehilangan mata pencaharian untuk keluarga dan boleh jadi kehilangan keluarga itu sendiri disebabkan tidak seide dengan kita untuk berjuang (keluarga negativ) atau keluarga dibantai pihak musuh disebabkan merekaa seperjuangan dan seideology dengan kita (keluarga positiv, menderita didunia beruntung di Akhirat)

Allah SWT juga berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya apabila dikatakan kepada kamu: 'Berangkatlah (untuk berperang) di jalan Allah' kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan kehidupan di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) di akhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." (QS. At Taubah: 38, 39)

Jadi kesimpulannya justru dengan kepercayaan pada agama yang sesungguhnyalah kita berani berjuang betapapun resikonya sebagaimana yang dialami Imam Hussein bin 'Ali bersama seluruh keluarga dan sahabat setianya di Karbala, mengorbankan kesenangan dunia demi mendapat redha Allah di akhirat kelak. Mereka mengorbankan nyawa darah dan airmata.

Billahi fi sabililhaq
Ali al Asytar
Acheh - Sumatera
----------



Ismail Asso
assolipele@yahoo.com
wrote:
Mohon Maaf, jika saya ingin berkomentar atas masalah ini, walaupun sebelumnya saya "DI KENAL DI KALI SEBELAH", namun berkomentar dalam soal ini adalah tugas pembebasan atas nama Papua, tidak untuk tujuan lain.

PERAN AGAMA BAGI KEBEBASAN DAN KEBENARAN
Jangan saudara-saudara banyak berharap lagi pada pemeluk agama, tapi percayalah pada agama, kalau mau, tapi kalau bisa sesungguhnya peran agama adalah hanya, -sekali lagi hanya, hiburan atas kekalahan. Hiburan itu yang karena ketidakmampuan kita, kita katakan sebagai ada "tangan-tangan tak kelihatan akan menolong", itulah isi sesungguhnya pesan agama yang kita alami.

Bagi yang percaya akan adanya kebenaran peran agama untuk kemerdekaan Papua silahkan, tapi ingat saya katakan jasa langsung dari Tuhan atau peranan manusia atas nama seagama itu tidak ada sama sekali, sungguh itu utopia psikologi dan terapi bagi orang kalah.

Bagi kita agama hanya sebagai spirit bagi kemantapan mental dalam berjuang kalau bukan hanya sekedar hiburan. Alloh sekalipun tidak perduli akan nasib orang Papua. Semua hanya perasaan pemeluk agama belaka, atas ketidak berdayaan dan karena kalah.

Semua manusia mengatakan Tuhan akan menolong tapi kenyataannya sesungguhnya tidak pernah terbukti, namun semua keberhasilan atas jerih-payah itu oleh manusia sendiri tanpa bekerja secara fisik bersama apa yang dinamakan Tuhan kecuali hasil akhir kerja manusia sebagai karunia Tuhan atau berkat Tuhan.

Padahal manusia hanya ada rasa solidaritas, namun dalam konteks yang dibicarakan kawan-kawan Papua diatas adalah adanya suatu harapan yang karena rasa solidaritas itu muncul dari bibir yang jujur karena percaya pada satu Tuhan, Yakni Yesus Kristus, namun kenyataannya telah banyak terbukti bahwa semua itu adalah jauh dari harapan itu, malah sebaliknya bertolak belakang dari yang kita harapkan sebelum ini.

Banyak pejabat baik milter maupun non militer seagama dengan kita, namun kelakuan tidak sesuai harapan sebagimana harapan kita karena satu iman dan agama, malah karena satu iman ia yang kita percayai berbuat baik pada kita itu, berbuat baik untuk demi jabatan, demi uang, dan demi nasionalismenya NKRI, bukan atas nama Yesus Kristus yang membawa pesan kedamaian untuk umat manusia.

Semua pejabat mengatasnamakan Agama kita berharap dapat berpihak kepada kita, justeru kebalikannya terbukti Amir Sembirng telah banyak membantai masyarakat Pulau Biak dalam tahun 1999, Albert Dien di Wamena 1977, Sudomo yang datang ke Papua merebutnya tahun 1862, dan LB Murdani yang datang berperang dengan Belanda untuk merebut Papua, dan banyak kasus lain lagi yang melibatkan para pejabat Indonesia beragama dengan agama kita umumnya orang Papua yakni beragama Kristiani lakukan itu.

Kita sekarang Orang Papua jangan percaya pada mereka yang membunuh, merampok, mencuri, dan menindas hak-hak atas tanah air kita atas nama Yesus ata apapun, sebab mereka semua omong kosong belaka. Mereka-mereka para Amber ini yang seagama dengan Agama kita Orang Papua telah memainkan kekuasaan atas nama Tuhan demi kepentingan urusan perut dan iblis NKRI, sekali lagi Tuhan Mereka Bukan Tuhan Yesus Kristus lagi namun Tuhan mereka Tuhan Nasionalisme NKR, Jabatan / naik pangkat dan Uang.


MANUSIA BERBEDA DENGAN TUHAN DAN AGAMA 
Kesimpulannya kita kecewa, karena manusia yang seagama dengan kita yang sebelumnya yang kita harapkan dapat menolong malah sebaliknya membunuh kita. Adalah suatu kesimpulan cara berfikir kita yang sudah salah sebelumnya, karena sesungguhnya agama tidaklah sama dengan manusia yang menganut agama, manusia berbeda dengan agama. Demikian sama halnya dengan Tuhan, sebab Tuhan juga sangat lain, Tuhan sesungguhnya adalah damai, kebenaran, keadilan kebebasan, karena itu Tuhan kita adalah Tuhan Papua, titik. Karena itu kebenaran kesimpulan kebenaran logika demikian adalah bahwa yang akan membebaskan manusia Papua adalah oleh Papua sendiri, bukan siapa-siapa. Terimakasih atas perhatiannya. Nayak-Lauk, Howuk Apiasugun.(bersambung!)
----------