Minggu, 25 Maret 2012

SEMOGA KITA ARIF MENGAMBIL CONCLUTION SETELAH MEMBACA SUATU FENOMENA YANG DIGAMBARKAN SESEORANG.




“Syariati Bukan Orang yang Antiagamawan” - Wawancara dengan Rahbar Tentang
 Bismillaahirrahmaanirrahiim
Baru hari ini kebetulan saya melihat Rahbar berbicara tentang Syahid DR Ali Syariati. Pre-conclution saya, apa yang disampaikan Rahbar ada benarnya tetapi juga ada keliru nya. Hal ini wajar terjadi seperti itu. Dengan kata lain kita juga mem benarkan bahwa penilaian seseorang kepada seseorang figur adakalanya objektive dan adakalanya subjective.

 Sebahagian para ahli mengatakan bahwa Imam Khomaini lebih arif daripada DR Ali Syari'ati se mentara para ahli lainnya justeru mengatakan sebaliknya bahwa figur DR Ali Syariati jauh lebih unggul dari figur Imam Khomaini. Andai para ahli yang pertama nenuduh penilaian para ahli ke dua tidak objektif, sebaliknya para ahli ke dua juga boleh menuduh para ahli pertama tidak objek tif. Kalau persoalan tersebut kita per debatkan, pastinya tidak akan pernah selesai kecuali paska Alam phana ini sudah berakhir.

Andaikata kita katakan tidak boleh kita bandingkan antara Ali Syariati dengan Iqbal dan Sayed Jamaluddin al Afghani seharusnya kita juga tidak mengatakan kebangkitan ”Imam” Khomaini, yang meski merupakan lanjutan dari kebangkitan Sayid Jamal, namun pengaruhnya melebihi kebangkitan Sayid Jamal. Yang benar bahwa Iqbal, Sayed Jamaluddin, Imam Khomaini dan DR Ali Syariati adalah figur-figur Islam yang saling melestarikan perjuangan mereka, sambung-menyambung, saling bekerja sama secara arif. Kitapun seharusnya berhati-hati ketika berbicara mengenai mereka agar tidak dimanfaatkan pihak musuh untuk memfitnah terhadap figur -figur representant tersebut. Meskipun DR Ali Syariati lebih pintar dari Imam Khomaini tetapi saya bersedia untuk menafikan konclusi saya yang demikian. Dari itu izinkanlah saya umpamakan Republik Islam Iran sebagai suatu perusahaan yang modern dan maju, dimana Imam Khomaini sebagai Directurnya sedangkan DR Ali Syariati sebagai Ahlinya. Sebagaimana Ahli memiliki "Staf Ahlinya", Directur juga memiliki "Staf Directurnya", dimana Imam Khomaini sebagai kepala dari staf direc tur sementara DR Ali Syariati sebagai kepala dari staf ahlinya. Perlu digarisbawahi bahwa "directur" dan "ahli" tidak dapat dipisahkan bagaikan dua sisi mata uang. Tanpa directur, perusahaan tidak bisa jalan, tanpa ahli juga perusahaan mengalami kemacetan.

Saya pernah mengkritisi para ahli yang mengatakan Figur Syariati jauh melambung diatas figur Khomaini bahwa hal tersebut dapat mengundang perpecahan diantara dua kubu pengikut figur tersebut, dimana kesempatan itu akan dimanfaatkan oleh musuh secara licik. Saya berkesimpulan bahwa Imam Khomaini dan DR Ali Syariati saling membutuhkan satu sama lainnya. Betapa brilliannya tulisan-tulisan Ali Syariati hingga mampu membongkar kekeliruan pemikir Barat yang pernah membuat orang Timur ka gum sebelumnya dan juga mampu menarik kembali pemuda-pemuda Iran yang sudah terlanjur masuk perangkap markisme. Namun kita juga tidak boleh lupa betapa brilli annya teory system Islam "Wilayatul Fakih" karya Imam Khomaini. Makanya masing-masing mereka ada kelebihan tetapi tidak kita lihat adanya kekurangan sebagaimana ada yang mengira adanya sisi negatif Ali Syarati walaupun tidak dijelaskan apa keku rangan nya agar dapat kita tanggapi.

Mungkin dalam hal ini dapat kita ambil i'tibar figur-figur yang lebih duluan lagi dari mereka yaitu para Imam. Pertanyaan saya, patutkah kita mengatakan bahwa Imam Hussein lebih nyali dari Imam Hassan atau sebaliknya Imam Hassan lebih arif dari Imam Hussein? Bukankah kondisi yang dihadapi Imam Hassan berbeda dengan kondisi yang dihadapi Imam Hussein? Darahku, tulangku dan dagingku memohon ampun kepada Allah daripada kalimat diatas tadi. Mereka adalah manusia-manusia teladan dan, suci sebagai hujjah Allah di kolong Langit yang saling sambung-me nyambung misinya paska kewafatan Nabi suci saww. Demikian juga kesinambungan misi Kawakibi, Iqbal, Jamaluddin dan Imam Khomaini/DR Ali Syari'ati. Jadi tidak dapat kita lebihkan Khomaini diatas Jamaluddin dan juga antara Khomaini dan Syariati, kebijaksanaan kita seharusnya demikian.

Murtadha Mutahhari dan Sayed Ali Khamenei adalah Muridnya Imam Khomaini. Sayang saya belum mengenal persis mana murid Syari'ati yang konsekwen dengan gurunya. Hal ini kemungkinan besar disebabkan duluan Syahid Syari'ati dengan me ninggalnya Khomaini. Andaikata termasuk Khomaini yang syahid bersama 7 orang Ulama lainnya, hingga Syariati yang berkesempatan membawa "bola" hingga "gol" se bagaimana yang diaplikasikan Imam Khomaini, kemungkinan besar Iran lebih cemer lang dari sekarang ini dan buku-buku Syari'ati memenuhi pustaka-pusta ka Republik Islam Iran hingga generasi muda Iran berkesempatan lebih banyak menimba ilmu dari Syariati. Sepertinya orang-orang yang berseberangan jalan dengan Syariati memiliki kesempatan dalam negeri untuk tidak mempopulerkan buku Syariati di perpustakaan negara dan pasar sebagaimana buku-buku Mutah hari, muridnya Khomaini. Ini me mang prediksi saya. Harapan saya semoga buku Syaria'ti, Khomaini, Mutahhari dan Ali Khamenei sama diperlakukan secara adil di Republik Islam Iran tercinta.

Soal pengakuan Syariati terhadap kehebatan Iqbal tidak menunjukkan kelebihan Iqbal dengan Ali Syari'ati. Itu lazimnya sikap orang mulia dan rendah hati macam Syariati terhadap figur yang seideology dengannya. Kemudian kepada siapa lagi kita menam batkan pikiran kalau bukan kepada orang yang duluan dari kita. Demikian seharusnya kita ambil konklusi, tidak melenceng demi menguatkan pendapat kita. Sebutan "men diang Dr. Syariati di Masyhad", sungguh keliru 180 derajat. Itu sebutan kepada orang non Islam atau lazimnya Hindu dan Budha. Prediksi saya ini bukan ucapan Rahbar tetapi penterjemahnya dari Indonesia. Kita 'sakit' ketika mendengar ada orang yang berkata sisi negatifnya Syariati, sebab kita tau persis realitanya beliaulah sebagai "Rausyanfikr Iran" yang belum ada duanya sampai sekarang ini. Sepertinya pengikut Syariati dan keluarganya tidak diberikan kesempatan untuk berkiprah dalam forum yang terpenting. Maaf ini prediksi semoga kita arif berpikir bagaimana seandainya kita yang mampu tetapi tidak diberikan kesem patan untuk berkiprah dan bahkan me nuduh kita yang keliru. Semoga kita arif in trospeksi diri.

Konon ada info yang masih perlu penelitiannya bagi kami yang jauh, bahwa di Iran masih lumaian orang yang menganggap diri sebagai 'ayatullah' dimana anak-anak me reka bangga dengan kekayaan orang tuanya dan sinis terhadap pendatang luar negeri. Andaikata ini betul, semoga cepat diatasinya dengan arif dan kalau tidak benar, mo hon penjelasan ke kami yang jauh tetapi dekat via internet. Konon belakangan terjadi inflasi di Iran gara-gara orang kaya membawa banyak uang keluar negeri disebabkan mereka ketakutan akan terjadi serangan atau perang di Iran. Andaikata benar berarti orang tersebut bukan orang beriman benaran. Pertanyaannya lagi kenapa mereka memiliki banyak uang, apakah itu bukan hak kaum mustadhafin yang 'dicuri' secara legitimate rezim despotik pra Revolusi?

Seingat saya dulu Hasyemi Rafsanjani bersedia dan malah mengusulkan agar harta orang kaya termasuk beliau sendiri diambil sebahagian untuk diberikan kepada kaum mustadhafin. Apakah tidak jadi dilaksanakan kala itu? Bukankah ini hukum Allah a gar jurang pemisah tidak terlalu menganga diantara manusia yang memiliki kesempa tan cari kekayaan dengan mudah disebabkan kedekatannya dengan rezim despotik dengan rakyat kebanyakan yang dijauhkan dari pembendaharaan Dunia di saat negara dikuasai kaum despotik. Andaikata kebijaksanaan itu dilaksanakan, paska Revolusi Islam tidak ada lagi orang kaya yang sempat melarikan uang Iran ke luar negeri. So, di alam "Kemerdekaan" start pengembangan ekonominya terlalu jauh berbeda hingga kerap membuat kaum mustadhafin minder, sementara dimata Allah dan kaum beriman harta negara itu milik seluruh penduduk negeri, bukan milik aparat negara dan orang-orang yang 'licik' mendapatkan proyek negara disebabkan kedekatannya dengan penguasa. (maaf, 2 alinia di atas ini memang agak melenceng dari topiknya, namun sesuai ide DR Ali Syariati)

Betapapun bagi saya wawancara Kaihan dengan "Imam" Ali Khamenei ini sangat berterima kasih, terutama sekali Rahbar (Sayyed Ali Khamenei) sebagai leader kita sekarang ini, dimana di wawancara terakhir, telah membuat pihak pihak yang salah kaprah dalam menilai sang Rausyanfikr tersebut, terjungkal. Sepertinya andaikata ada kekhilafan beliau di atas, terhapus dengan keterangannya di akhir wawancara tersebut. Saya yakin Sayed Ali Khamenei dan DR Mahmoud Ahmadinejad adalah representant kepemimpinan di zaman kita sekarang ini sementara Republik Islam Iranpun adalah representant atau standard ketika kita berbicara system yang redha Allah.

Baraqallah, li walakum.
Angku di Tampokdjok, Awegeutah
(Acheh - Sumatra)




“Syariati Bukan Orang yang Antiagamawan” - Wawancara dengan Rahbar Tentang Ali Syariati
Senin, 2012 Maret 12 07:03



Dalam wawancara dengan harian Kaihan pada peringatan lima tahun wafatnya Ali Syariati, Rahbar berkata,"Berlawanan dengan yang dikatakan orang-orang, Syariati bukanlah orang yang antiagamawan, bahkan dia orang beriman yang meyakini risalah kaum agamawan. Menurutnya, keberadaan mereka adalah sebuah keniscayaan."

Menurut kantor berita Fars, Ayatullah Khamenei dalam wawancaranya dengan harian Kaihan pada peringatan lima tahun wafatnya Ali Syariati, membahas tentang panda ngan dan aspek-aspek kepribadian cendekiawan ini. Wawancara ini dilakukan pada tanggal 30 Khordad 1360 HS.

Kaihan: Mengingat hubungan dekat Anda dengan Dr. Syariati, sudikah Anda berbica ra dengan kami tentang kepribadiannya?

Rahbar: Ya, sebisa mungkin saya akan berbicara tentang kepribadian Syariati; figur yang selama ini menjadi objek banyak pembicaraan dan rumor masyarakat. Berbeda dengan anggapan banyak orang, saya berpendapat bahwa Syariati adalah orang yang terzalimi. Pelakunya adalah para pendukung dan penentangnya. Salah satu keanehan zaman, atau juga keajaiban Syariati, bahwa para pendukung dan penentangnya seolah sepakat untuk membiarkan figur ini tetap misterius. Ini adalah sebuah kezaliman terhadap Syariati. Para penentang Syariati berpegang pada sejumlah kekeliruannya, hingga menyebabkan mereka tak bisa melihat sisi-sisi positif dalam dirinya. Benar bahwa Syariati pernah berbuat keliru dan saya tidak mengklaim bahwa itu kekeliruan kecil. Tapi saya menyatakan bahwa selain hal-hal yang kita sebut sebagai kekeliruan Syariati, ada pula keutamaan dan kemuliaan pada dirinya. Jadi, suatu kezaliman jika kita menutup mata dari keutamaannya dikarenakan kekeliruannya.

Saya ingat saat klimaks perjuangan, yang merupakan tahap-tahap akhir berbagai rumor tentang Syariati, Imam Khomeini menyinggung kondisi dia dan kontroversi se putar dirinya, tanpa menyebut namanya secara langsung. Kaset berisi pidato Imam datang dari Najaf dan berperan dalam meredakan kontroversi. Dalam pidato itu, tanpa menyebut nama Syariati, Imam berkata,"Tidak benar jika kita mengecam seseorang hanya karena empat kekeliruan dalam bukunya." Imam mengajarkan sikap yang tepat dalam menghadapi tiap figur, bukan hanya figur Dr. Syariati saja. Mungkin saja dia memiliki kekeliruan dalam sebagian masalah-masalah fundamental ajaran Islam, seperti tauhid, kenabian, atau selainnya. Tapi semestinya hal ini tidak mendorong kita mengenal Syariati dari sisi negatifnya saja. Ada banyak kelebihan dalam diri Syariati, yang tidak bisa saya sebutkan sekarang, sebab saya telah menyinggung sejumlah kele bihannya dalam dua wawancara lain.

Terkait para pendukung Syariati, kezaliman mereka terhadapnya tak lebih ringan dari para penentangnya, bahkan mungkin lebih berat. Alih-alih menjelaskan sisi-sisi positif Syariati, mereka justru melawan para penentangnya. Mereka berupaya memperlihat kan dirinya sebagai seorang figur mutlak dan tidak mau mengakui sekecil apapun ke keliruannya. Dengan kata lain, mereka berusaha mengemas perselisihan mereka dengan para ruhaniawan atau pemikir filosofis Islam dalam bentuk dukungan terhadap Syariati. Sejatinya, mereka menjadikan Syariati benteng untuk menyerang keruhani awanan, atau secara umum, para pemikir filosofis Islam. Sikap semacam ini cukup untuk membuat reaksi terhadap Syariati kian keras dan mendorong para penentangnya semakin bernafsu mendiskreditkannya.

Oleh karena itu, mereka yang saat ini berbicara tentang Syariati atas namanya dan pembelaan terhadapnya, sebenarnya justru kian menyudutkan dirinya. Sangat disa yangkan bahwa banyak kejahatan yang dilakukan dengan mengusung penyampaian pikiran, penyebaran karya, atau penempuhan jalannya. Kita masih ingat sekawanan pembunuh dan teroris bernama "Furqan" yang menyebut diri mereka sebagai pengikut jalan Syariati. Benarkah Syariati orang yang mendukung teror terhadap tokoh seperti Syahid Muthahhari? Padahal dia selalu menyatakan dirinya mengagumi, bahkan menghormati Muthahhari. Saya sendiri mendengar pernyataan ini darinya. Di sisi lain, orang-orang yang di ranah politik saat ini menentang sebuah kalangan atau aliran, menisbatkan diri mereka kepada Syariati. Termasuk dari mereka adalah sebagian dari kerabat Syariati. Pada hakikatnya, mereka sedang menyalahgunakan nama dan kredi bilitas Syariati demi tujuan-tujuan politis. Keberpihakan inilah yang, saya yakin, dampak buruknya setara dengan kecaman para penentang Syariati. Para penentang bisa ditenangkan dengan penjelasan tentang sisi-sisi positif Syariati. Dan jika ada orang keras kepala di antara mereka, ia bisa diasingkan. Namun, tipe para pendukung semacam ini tak bisa disingkirkan dari diri Syariati. Sebab itu, saya berpendapat bahwa Syariati adalah figur yang terzalimi di tengah dua kelompok ini. Bila saya bisa berbuat sesuatu untuk mengatasinya, tentu saya akan melakukannya, mengingat hubungan pertemanan dan persaudaraan di antara kami.

Kaihan: Sejumlah orang berpendapat, biasanya para tokoh terlalu dilebih-lebihkan dan dikultuskan setelah mereka meninggal. Menurut Anda, apakah hal ini juga terjadi pada diri Syariati?

Rahbar: Memang benar bahwa di tengah kalangan tertentu, sebagian sisi kepribadian Syariati terlalu dilebih-lebihkan. Namun di lain pihak, ada pula sejumlah sisi kepribadiannya yang masih belum dikenal. Mungkin ada yang menyebut Syariati sebagai seorang filsuf, pemikir besar, atau peletak dasar pemikiran modern Islam. Seperti yang Anda katakan, ini sesuatu yang berlebihan. Ungkapan semacam ini tidak relevan bagi mendiang Dr. Syariati. Tapi di sisi lain, dia adalah seorang figur yang berusaha mewujudkan kekuasaan Islam. Dia termasuk orang yang menderita jika Islam hanya dinyatakan sebagai aliran pemikiran semata, bukan sebuah ideologi dan kaidah tatanan sosial. Dia berusaha untuk mengenalkan Islam sebagai ajaran penata hidup, sistem sosial, dan ideologi penyelesai masalah kehidupan. Sisi kepribadian Syariati ini masih belum tersentuh dan diketahui sebagaimana yang seharusnya. Anda bisa melihat, jika satu sisi kepribadian Syariati terlalu diunggul-unggulkan kalangan tertentu, masih ada sisi lain dari dirinya yang bahkan tak dikenal sama sekali. Oleh karena itu, menjawab pertanyaan Anda, saya bisa berkata: Ya, ‘penyakit' ini juga terjadi pada diri Syariati, tapi tidak sepenuhnya, sebab banyak sisi dari kepribadiannya yang bahkan tetap misterius.

Kaihan: Apa peran Syariati dalam hal pemeloporan? Apakah dalam hal ini dia bisa dibandingkan dengan Iqbal dan Sayid Jamaludin (Afghani)?

Rahbar: Tak ada keraguan bahwa Syariati seorang pelopor. Dia yang memelopori pengajaran Islam dengan bahasa budaya generasi baru. Sebelum dia, ada orang-orang yang memahami pemikiran modern Islam seperti dirinya. Namun mereka tidak berhasil menuangkan gagasan-gagasan itu dalam bahasa yang dipahami generasi kita sekarang, atau lebih tepatnya, generasi masa Syariati dulu. Syariati adalah pelopor penjelasan masalah-masalah terbaru yang disingkap Islam modern, masalah-masalah yang sulit dijawab dan dipahami generasi masa itu. Namun, kita tak bisa membanding kan Syariati dengan Sayid Jamal atau Iqbal. Jika ada yang membandingkannya, berarti ia tidak mengenal Iqbal dan Sayid Jamal. Dalam salah satu pertemuan untuk menge nang mendiang Dr. Syariati di Masyhad, mungkin majlis 40 hari wafatnya, si pembi cara menyebut dia lebih unggul dari Sayid Jamal, Kawakibi, dan Iqbal. Bahkan ia mengklaim Syariati tak bisa dibandingkan dengan mereka. Saat itu juga, muncul protes dari mereka yang mengenal Syariati dengan baik. Sebab, memuji Syariati tak berarti harus merendahkan para pelopor pemikiran Islam modern yang lain. Sayid Jamal adalah orang yang pertama kali melontarkan ide kembali kepada Islam; yang awal mula mencetuskan gagasan kebangkitan Islam di dunia. Tindakan Sayid Jamal memunculkan tiga gerakan di dunia; Pertama, gerakan pemikiran modern di India, yang merupakan gerakan modern Islam terbanyak. Kedua, gerakan pemikiran modern di Mesir, yang dirintis sendiri oleh Sayid Jamal. Anda tahu bahwa gerakan Islam di Mesir adalah sumber kemunculan kebangkitan-kebangkitan kemerdekaan di Afrika. Tak hanya Mesir saja, pemikiran Sayid Jamal berpengaruh pada kebangkitan di Maroko dan Aljazair, dan secara umum, di Afrika Utara. Gerakan besar seperti ini dimunculkan oleh beliau di Mesir dan, secara keseluruhan, di Timur Tengah. Ketiga, gerakan cendekiawan di Iran. Tiga gerakan pemikiran Islam ini dirintis oleh Sayid Jamal di tingkat Dunia Islam. Beliau adalah pencetus, pencipta, dan pelopor gerakan kembali kepada kekuasaan Islam dan sistemnya. Hal ini jelas tak bisa dipandang sebelah mata. Beliau tak bisa dibandingkan dengan orang lain. Dalam dunia perjua ngan politik, Sayid Jamal adalah orang yang pertama kali menjelaskan kekuasaan penjajah kepada muslimin masa itu. Sebelumnya, mereka sama sekali tak mengenal istilah kekuasaan penjajah. Beliau yang pertama kali menyadarkan muslimin di Iran, Mesir, Turki, India, dan umumnya Eropa, Timur Tengah, dan Afrika akan dominasi politik Barat. Anda tahu, saat itu adalah awal masa penjajahan, karena dalam mula penyebarannya, penjajahan tak dikenal di kawasan tersebut dan beliau yang pertama kali mengenalkannya. Ini sesuatu yang tak bisa diremehkan. Perjuangan politik Sayid Jamal tak bisa dibandingkan dengan perjuangan politik siapa pun yang bergerak di sekitar beliau. Tentu di masa kini ada kebangkitan Imam Khomeini, yang meski me rupakan lanjutan dari kebangkitan Sayid Jamal, namun pengaruhnya melebihi ke bangkitan Sayid Jamal. Ini hal yang tak bisa diragukan. Namun, gerakan pemikiran dan politik Syariati tak bisa dibandingkan dengan gerakan Sayid Jamal.

Terkait Iqbal, dia juga pelopor dua gerakan. Yang pertama adalah gerakan pembe basan dari budaya Barat dan kembali kepada budaya Islam, atau lebih tepatnya, budaya Timur. Inilah sesuatu yang belakangan memunculkan ungkapan-ungkapan se perti westernisasi dan semacamnya di Iran. Anda tahu, gagasan "kembali kepada diri sendiri" yang dilontarkan Dr. Syariati, yang merupakan salah satu bahasan pokoknya, telah dikemukakan Iqbal di India pada tahun 1930, bahkan sebelum itu. Ide kembali kepada Islam dan budaya Timur dilontarkan Iqbal dalam ribuan bait syair bahasa Parsinya empat puluh tahun sebelum Syariati mengemukakannya. Melalui syair-syair ini, Iqbal memunculkan sebuah bangsa, yaitu bangsa Pakistan; sebuah kawasan geografis yang independen. Ini sesuatu yang dipelopori Iqbal dan jelas merupakan sebuah pekerjaan besar. Pekerjaan kedua Iqbal, yang baru disebut tadi, adalah mewujudkan sebuah daerah geografis bernama Islam, sebuah bangsa bernama Islam, dan membentuk pemerintahan Pakistan. Dia adalah yang pertama kali mencetuskan gagasan negara bernama Pakistan dan bangsa muslim di tengah semenanjung. Saya tidak membicarakan kondisi terkini Pakistan dan nasib yang menimpanya pasca para pendirinya; kedekatan Pakistan dengan negara-negara imperialis. Yang saya bicarakan adalah perjuangan dan pemikiran Iqbal dalam masalah ini. Ini adalah sebuah gerakan baru. Iqbal membuktikan bahwa muslimin adalah sebuah bangsa seperti makna sejatinya. Anda bisa melihat ini dalam ucapan dan tulisan Iqbal, yang sebagian darinya telah saya nukil dalam buku "Muslimin dalam Kebangkitan Kebebasan India." Anda pasti tahu bahwa ini hal besar yang tak bisa dipandang sebelah mata. Tentu saja kita tidak berniat mengecilkan Dr. Syariati. Tapi kita tidak bisa membandingkannya dengan tokoh-tokoh seperti ini. Oleh karena itu, Dr. Syariati sendiri menyebut dirinya ‘bukan apa-apa' dibanding mereka. Dia menganggap dirinya ‘murid dari jauh' Iqbal. Lihatlah bagaimana ceramah-ceramahnya tentang Iqbal begitu kental dengan penghor matan terhadapnya. Siapa pun yang mendengarnya dari Dr. Syariati sendiri, pasti akan setuju bahwa pembandingan semacam ini tidak pada tempatnya.

Kaihan:Terkait hubungan emosional dan pemikiran Syariati dengan kaum agamawan, ada beragam pendapat yang berbeda-beda, dan kadang tendensius. Sebagai agamawan yang bersahabat dengan Syariati dan satu pikiran dengannya dalam banyak hal, bisa kah Anda menjelaskan hal ini?

Rahbar: Kebetulan ini adalah bagian dari kepribadian Syariati yang masih belum dikenal. Sebelumnya, saya akan menceritakan sebuah kenangan kepada Anda, baru saya menjawab pertanyaan ini. Tahun 1349 HS, saya mengajar tafsir di majlis para pelajar agama di Masyhad. Suatu kali, dalam pelajaran tafsir itu, saya berbicara tent ang kaum agamawan. Saya mengemukakan sejumlah pandangan tentang rehabilitasi komunitas agamawan. Ada empat pandangan yang saya asumsikan. Pertama, mengha pus kaum agamawan sepenuhnya. Dengan kata lain, kita tak butuh agamawan. Kedua, menerima kaum agamawan apa adanya tanpa perlu dibenahi. Ketiga, mengganti aga mawan kini dengan agamawan lain yang memenuhi syarat-syarat yang kita sukai. Keempat, merehabilitasi kaum agamawan. Tentu saja saya menolak tiga pandangan pertama dan memilih pandangan keempat dengan mengajukan argumen-argumen. Saat itu adalah awal munculnya rumor bahwa Dr. Syariati bukan orang beriman dan tidak menyukai kaum agamawan. Saat bertemu dengan Dr. Syariati, saya menukil keterangan saya dalam pelajaran tafsir tersebut dan ia mendengarkan dengan seksama. Ketika saya memaparkan pandangan pertama dan kedua, ia berkomentar bahwa keduanya keliru. Begitu saya mengemukakan pandangan ketiga, dia langsung berka ta,"Ini lebih buruk dari yang tadi."

Anda perhatikan, dia berkomentar itu lebih buruk dan berbahaya dari semuanya. Waktu saya menjelaskan pandangan keempat, dia menanggapi bahwa itu opsi yang terbaik. Berbalik dengan dugaan sejumlah orang, Syariati bukan hanya tidak antiaga mawan, bahkan dia meyakini misi agamawan. Menurutnya, agamawan adalah sebuah keniscayaan; sebuah lembaga orisinal, mendalam, dan tak bisa digoyahkan. Jika ada yang menentang mereka, berarti dia antek penjajah. Ini adalah keyakinan dia tentang kaum agamawan. Hanya saja dia berpendapat bahwa figur agamawan tidak menjalan kan dengan utuh misi yang mereka emban. Saya akan menceritakan sebuah kenangan lagi. Pada tahun 1347 HS, mendiang Al-e Ahmad datang ke Masyhad. Ada sebuah pertemuan yang dihadiri saya, Al-e Ahmad, Dr. Syariati, dan sejumlah sahabat di Ma syhad. Topik tentang kaum agamawan mengemuka di tengah pertemuan itu. Syariati lalu melontarkan kritik terhadap kaum agamawan. Mendiang Al-e Ahmad berkata kepadanya–dia menggunakan ungkapan "hauzah ilmiah", bukan "agamawan"– menga pa Anda mengkritik hauzah ilmiah? Mari kita juga mengkritik para cendekiawan kita. Mendiang Al-e Ahmad lalu membeberkan sejumlah kritik terhadap para cendekiawan. Dr. Syariati memberi jawaban yang bisa menjelaskan kepada kita pendapatnya tentang agamawan dan lembaganya. Dia berkata, saya mengkritik karena harapan kita terha dap hauzah ilmiah tak sama dengan harapan kita terhadap cendekiawan. Cendekiawan adalah lembaga yang lahir dari budaya Barat. Kita sama sekali tak berharap kepada nya. Namun hauzah adalah lembaga orisinal dan kita banyak berharap kepadanya. Tapi karena harapan ini tidak terpenuhi, maka saya mengkritik. Dr. Syariati berpenda pat, kaum agamawan tidak menjalankan misi mereka sepenuhnya. Dia tetap berkeya kinan seperti ini hingga sekitar tahun 51-52 Hs. Keyakinannya berubah setelah dia ba nyak berhubungan dengan sejumlah agamawan, khususnya agamawan muda. Pada tahun 54-55 Hs, dia berpendapat bahwa mayoritas agamawan telah menjalankan misi mereka. Sebab itu, di tahun-tahun akhir hidupnya, dia tak hanya meyakini lembaga agamawan, tapi juga meyakini orang-orangnya. Tentu saja dia tidak cocok dengan aga mawan yang berada di luar batas misi mereka. Dia pribadi sangat mengagumi dan menghormati Imam Khomeini.

Kaihan: Saat ini, kelompok-kelompok kiri dan semi-kiri berupaya mengenalkan Syariati sebagai panutan dan pemimpin mereka. Di lain pihak, kelompok-kelompok probarat, atau liberal, juga menyebut Syariati sebagai milik mutlak mereka. Bisakah Anda memecahkan persoalan yang timbul dari dua klaim ini?

Rahbar: Persoalan ini bisa dipecahkan dengan dua klaim ini, sebab masing-masing dari keduanya menyangkal yang lain.Jadi, bisa disimpulkan bahwa Syariati bukan milik kelompok liberal, juga bukan panutan dan pemimpin golongan kiri. Terkait golongan kiri, harus saya katakan bahwa Syariati jelas termasuk orang yang paling anti-Marxisme dan aliran kiri. Saat Mujahidin (Khalq) mengubah ideologi mereka dan memublikasikan buku berisi ideologi baru mereka, saya dan mendiang Syariati hadir dalam sebuah pertemuan di Masyhad. Di sana, seseorang membela sikap-sikap Muja hidin yang beraliran Marxisme. Syariati ‘menghabisi' orang tersebut di pertemuan itu, hingga saya pun takjub melihat bagaimana ia begitu anti-Marxisme. Dengan melihat karya-karyanya, Anda bisa melihat penentangannya terhadap ajaran Marxisme. Oleh karena itu, bila golongan kiri mana pun, walau membawa nama Islam, menganggap Syariati bagian dari mereka, berarti mereka cuma beromong kosong. Mujahidin (Khalq) yang saat ini memihak Syariati, adalah kelompok yang paling menentangnya di tahun 51-52. Jadi, bagaimana bisa saat ini mereka menyebutnya sebagai panutan?

Terkait kelompok liberal; orang-orang dari unsur Nehzate Azadi atau unsur politik moderat, yang tidak begitu berani mengambil risiko, mereka memang memiliki tempat tersendiri berkat fasilitas yang dimilikinya. Mereka kerap mengundang Syariati dan beberapa orang lain untuk berbicara di tempat mereka. Di waktu luangnya, Syariati berceramah di sana di hadapan sekitar 50-100 hadirin. Hanya sebatas ini hubungan dia dengan kelompok liberal. Tentu sebagian besar fasilitas disediakan para pelaku pasar yang berhubungan dengan kelompok liberal ini, sementara pemanfaatan politik dan pemikirannya dilakukan para politisi mereka. Syariati sama sekali tak memiliki keterikatan dengan mereka. Andai saat ini dia masih hidup, ia tak akan seja lan dengan mereka. Saat itu dia hanya memanfaatkan fasilitas yang mereka miliki. Sekarang bisa saja tiap kelompok mengaku bahwa Syariat sepaham dengan mereka. Tapi kebenarannya harus diselidiki. Baik kelompok marxis atau yang lain, sama sekali tak punya kesamaan pemikiran dengan Syariati.

Kaihan: Jika Anda melihat Syariati sebagai tahap baru dalam perkembangan pemiki ran Islam dan Iran, menurut Anda, apa tahap berikutnya?

Rahbar: Saya bisa menerima Syariati sebagai sebuah tahap. Dalam arti bahwa, seperti yang saya katakan sebelumnya, dia adalah orang yang bisa menjelaskan sebuah ide dengan bahasa yang dikenal oleh generasi masa itu. Saya tidak akan setuju bahwa dia tak memiliki inovasi. Dia melakukan banyak inovasi. Dia adalah sebuah tahap pemiki ran. Tahap selanjutnya adalah kita menggabungkan pemahaman Syariati tentang Islam dengan prinsip-prinsip filosofis Islam. Menurut saya, yang akan muncul adalah sebuah tahap baru yang bermanfaat bagi generasi kita. Lebih tepatnya, mari kita gabungkan Syariati dengan Muthahhari, kita menelaah keduanya bersama-sama. Kita wujudkan susunan dari keindahan gagasan Syariati dan kedalaman pemikiran Muthahhari. Saya berpendapat, ini adalah tahap baru yang dibutuhkan generasi kita. (IRIB Indonesia)

Minggu, 11 Maret 2012

QULILLHAQ WALAUKAANA MURRA (HADIST NABI SUCI INI BERMAKNA; "KATAKANLAH YANG BENAR WALAUPUN PAHIT")




Qalbu diciptakan Tuhan bukan untuk di jadikan musuh yang selalu merintangi dan menentang segala gerak dan tindak kita, kita di perlengkapi dengan hati agar dapat memanfaatkan akal berlandaskan hati, jadikan hati nurani itu penasehat untuk memudahkan segala tindak dan gerak, dan memberi arah bagi segala amal dan usaha.
(Jasuli Ahmad)
Acheh - Sumatra

أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ ( الحج:46)




Tidakkah mereka berjalan di muka bumi, agar mereka memiliki hati yang dengannya mereka dapat menggunkan akal, dan mereka memiliki telinga yang dengannya mereka dapat mendengar, karena sesungguhnya bukan mata yang buta, tapi hati yang di dalam dada yang buta.(QS, al Hajj: 46)

Al Qur-an adalah Pedoman Hidup dari Allah, Tuhan semesta Alam agar manusia tidak sesat dalam hidupnya di Dunia ini. Siapapun yang tidak mengikuti petunjuk Allah swt dalam hidup ini akan masuk Neraka paska hancurnya planet Bumi ini (baca kiamat) dan dan kekal selama-lamanya. Siapapun yang mengikuti pedoman Allah akan masuk Surga kelak dan kekal selama-lamanya.

Qur-an itu terdiri dari ayat-ayat mukkamat dan ayat-ayat mutasyabihat. Ada ayat yang dapat dipahami secara tersurat dan ada ayat yang harus dipahami secara tersirat. Ayat muhkamat tidak sukar dipahami oleh orang biasa kecuali mereka yang sudah tertutup mata hati disebabkan terlalu banyak kesalahan yang mereka perbuat dalam hidupnya. Adapun ayat-ayat mutasyabihat tidak dapat dipahami oleh siapapun kecuali "Ulul Albab".

Dari itu siapapun harus merujuk kepada ulul albab ketika berhadapan dengan ayat-ayat mutasyabihat. Justeru itu agar kita tidak sesat dalam hidup di Dunia ini harus belajar agar mengenal siapa itu ulul albab. Inilah kuncinya maka terjadi perbedaan dalam menafsirkan Qur-an, dimana diantara penafsir itu banyak yang tidak mengenal ulul albab. Perlu digaris bawahi bahwa hanya satu saja penafsiran Qur-an yang benar, yaitu penafsiran orang-orang yang mengikuti ulul albab sementara yang lainnya terjebak dalam penafsiran "mengikuti hawa nafsunya", manusia yang dhaif.

Jadi bukan salah menggunakan Hukum Syarak di dalam negara disebabkan berbeda penafsiran, tetapi bukan tempatnya hukum syarak didalam system yang taghuti. Kalau hukum syarak mau digunakan macam di Acheh di bawah system Pancasila yang taghuti itu sama dengan menempatkan kambing dalam kandang serigala atau menempatkan lembu dalam sangkar harimau. Agar syariah tidak melenceng, perjuangkan dulu system kedaulatan Allah yang tidak bertentangan dengan petunjuk Allah: "


إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا لِلَّذِينَ هَادُوا وَالرَّبَّانِيُّونَ وَالْأَحْبَارُ بِمَا اسْتُحْفِظُوا مِن كِتَابِ اللَّهِ وَكَانُوا عَلَيْهِ شُهَدَاءَ ۚ فَلَا تَخْشَوُا النَّاسَ وَاخْشَوْنِ وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا ۚ وَمَن لَّمْ يَحْكُم بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ ( 44 )


Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri kepada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir.

Pertanyaan: Apakah Indonesia, Arab Saudi, Qatar, Turkey, Mesir pra revolusi rakyat, Libya pra revolusi rakyat, Tunisia pra revolusi rakyat, menggunakan hukum yang diturunkan Allah sebagai hukum negara macam di Republik Islam Iran? Tidak, kan? Makanya semua orang yang bersatupadu dalam system negara macam itu tidak berbeda dengan orang kafir kecuali pribadi yang terpaksa "bertaqiyyah". Ini bukan klaim saya tetapi klaim Allah sendiri. Harap digaris bawahi oleh para ahli agama agar tidak salah sangka kepada kami yang meyakini kebenaran Al Qur-an secara mutlak. Itulah sebabnya mereka saling bunuh membunuh, zalim-menzalimi dan saling kafir-mengkafirkan. Tetapi bukalah mata kalian "lebar-lebar" adakah kalian temukan fenomena seperti itu di Republik Islam Iran? Ironisnya para fanatik buta menuduh kami kafir, padahal justeru merekalah yang kafir tetapi mereka tidak sadar.

Kemudian situasi di Timur Tengah tidak kacau di Zaman Nabi suci, Muhammad saww tetapi yang kacau zaman pra Islam. Hal ini dapat ditelusuri ayat berikut ini:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنتُمْ عَلَىٰ شَفَا حُفْرَةٍ مِّنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِّنْهَا ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ( 103 )



Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Ahlulbayt Rasulullah) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.

Namun paska kepulangan Rasulullah saww kehadhirat Allah swt, Dunia lagi-lagi kacau balau. Hal ini disebabkan mereka para pengikut Rasulullah yang hipokrit berpatah balik kebelakang, tidak mengikuti petunjuk Allah dan Rasulnya sebagaimana diumumkan Rasulullah di Ghadirkhum agar mengikuti Imam Ali sepeninggalnya supaya mereka selamat Dunia - Akhirat. Hal ini sesuai juga dengan Hadist Nabi suci atau Hadist Tsaqalain: Turmudzi dalam Sunan-nya meriwayatkan dari Abu Sa’id Khudri dari Rasulullah saww, beliau bersabda,


نِِّىتَافِيْكُمْتَمَسَّكْتُمْبِهِلَنْتَضِلُّوْبَعْدِ،حََدُهُمَاعَْظَمُمِنَ

لْآخَر: كِتَاللهِحَبْلٌمَمْدُمِنَلسَّمَالَْأَ،ِْعَِتْرَتىِهَْلِبَيْتِيَ

لََنْيَفْتَرِقَاحَيَرِعَلَيَّلْحَوْ،َفَانْظُرُكَيْفَتُخَلِّفُوْنِيفِيْهِمَا


“Aku tinggalkan pada kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh padanya kalian tidak akan sesat sepeninggalku. Salah satu di antara keduanya lebih besar dari lainnya. Kitab Allah (al-Quran) yang merupakan tali pegangan yang terulur dari langit ke bumi dan itrahku (keluargaku). Keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya tiba di telagaku. Hati-hatilah kalian dalam memperlakukan keduanya sepeninggalku.”

Andaikata kita memahami bagaimana ummah Nabi Musa berpatah balik paska Musa menyelamatkan Bani Israel via laut Merah setelah begitu lama diobok-obok oleh persekongkolan Fir'un, Karun, Hamman dan Bal'am, kita juga tidak heran bagaimana mungkin Ummah Muhammad berpatah balik paska kewafatannya. Ketika itu Bani Israel dipengaruhi Samiri yang membuat patung anak lembu hingga dapat bersuara. Kejadiannya saat Musa meninggalkan Harun sebagai wakilnya ketika beliau di perintahkan Allah agar pergi kesuatu tempat untuk menerima wahyu lanjutan. Bani Israel kala itu, hampir saja membunuh Nabi Harun andaikata Harun tetap mempertahankan kedudukan yang diberikan kepadanya saat Samiri menentangnya sebagaimana "Samiri-samiri" paska kewafatan Rasulullah, hampir saja membunuh Imam Ali, andaikata beliau tidak belajar sebagaimana sikap Nabi Harun, sebagaimana sering dikatakan Rasulullah sendiri bahwa Harun adalah "pelajaran" bagi Imam Ali.

Justeru itulah Timur Tengah tidak pernah aman kecuali "Aman dipasung", pakai istilah bung Imanuddin Abdul Rahman. Puncak daripada ketidakpatuhan Samiri-samiri tersebut adalah pembantaian keluarga Rasulullah sendiri serta para pengikut setianya di Karbala, Irak sekarang.

Masih herankah kita kenapa rezim-rezim Timur Tengah bersekongkol dengan siapapun demi berhasilnya melanggengkan istana-istana "Yazid" mereka? Padahal Allah telah menetapkan batas-batas kita berteman, andaikata kita termasuk Muslim benaran, bukan?

Al Qur-an adalah kalam Allah, adalah umpama kompas bagi orang-orang yang sedang mengarungi lautan luas, umpama senter bagi orang yang berjalan dalam kegelapan. Kalau kita yakin kulkas dan komputer memiliki rancangan yang rumit hingga membutuhkan buku kecil sebagai pedoman agar terjaga dari kerusakan, yakin pulalah bahwa tubuh manusia lebih rumit lagi, makanya mustahil terjaga keselamatannya tanpa buku pedoman. Itulah Al Qur-an, Pedoman Hidup untuk Manusia, bukan untuk dibaca ketika mati.

Adapun hak asasi manusia berasal dari Allah bukan dari manusia yang dhaif, kerap dipengaruhi nafsu serakahnya. Dari itu organisasi HAM yang dibentuk manusia, mungkin baik ketika baru dibentuk dulu tetapi sekarang sudah mengalami dekaden. Di negara-negara yang sekuler HAM itu bagaikan harimau ompong, tidak berdaya untuk membela kaum mustadhafin dan kaum tertindas. Lebih ironis lagi bahwa HAM dan berbagai istilah kemanusiaan lainnya sekarang sudah dipolitisi dengan politik kotor hingga para politikus yang mengklaim diri sebagai pengemban HAM bagaikan "Maling teriak maling"

       Baraqallahu li walakum
(Angku di Tampokdjok - Awegeutah)
           Acheh - Sumatra


http://albdoo.info/quran/translate-22-2.html

From: muskitawati
To: politikmahasiswa@yahoogroups.com
Sent: Sunday, March 11, 2012 3:36 AM
Subject: [politikmahasiswa] [Lantak] Re: «PPDi» PERLU DIPAHAMI BAHWA SEBAHAGIAN AYAT QUR-AN HANYA BERLAKU DI ZAMAN RASULULLAH SAJA , YAKNI SAAT DUNIA BELUM PRODUKTIF


Sebaiknya semua pihak bersikap jujur, bahwa toleransi beragama merupakan sikap menerima bukan saling menolak dan menyalahkan agama orang lain.

AlQuran bisa ditafsirkan berbagai macam, setiap orang tidak perlu harus sama menafsirkannya karena Islam dan alQuran-nya hanyalah menyangkut kepercayaan masing2 individu.

Penafsiran AlQuran dan Islam yang berbeda bukanlah alasan untuk memurtadkan atau menyalahkan satu kepada yang lainnya.

Itulah salahnya kalo negara menggunakan Syariah Islam sebagai hukum negaranya karena akan berakibat korban2 berjatuhan karena saling berbeda menafsirkannya, ganti pemimpin maka ganti penafsiran. Lebih parah lagi, pemimpin tidak bisa berganti melalui pemilu melainkan melalui pembunuhan dan kudeta.

Tengoklah betapa kacaunya situasi di Timur Tengah sejak zaman nabi Muhammad, semua cerita2 indah mengenai zaman nabi Muhammad sama sekali bohong tidak ada buktinya, setiap caliph yang berkuasa selalu membunuhi saingannya yang tentunya dilarang untuk dituliskan dalam AlQuran.

Oleh karena itu, marilah kita merujuk semua penafsiran alQuran kepada nilai2 kemanusiaan yang paling universal yaitu HAM yang telah ditanda tangani oleh semua pemimpin Islam dan juga pemimpin didunia ini.

Sia2 anda menolak HAM, karena sudah ditanda tangani oleh semua pemimpin dunia dan pemimpin2 Islam. Oleh karena itu tidak ada pijakan lain selain HAM apabila ada yang masih ingin memperdebatkan tafsiran2 yang berbeda tentang alquran maupun Islam.

Ny. Muslim binti Muskitawati.

Senin, 05 Maret 2012

BERDASARKAN AFALA TA'QILUN DAN AFALA YATAZAKKARUN, KITA HARUS MAMPU BERPIKIR SECARA ARIF, FILOSOFIS DAN IDEOLOGIS

 
HARTA ORANG KAYA YANG DIPEROLEH DARI KEDEKATANNYA DENGAN REZIM DESPOTIK PRA REVOLUSI DAPAT DISITA OLEH NEGARA UNTUK DIBAGIKAN KEPADA KAUM MUSTADHAFIN.
SEBAB
PADA HAKIKATNYA ITU ADALAH MILIK KAUM YANG DIJAUHKAN DARI PEMBENDAHARAAN DUNIA OLEH REZIM DESPOTIK.
hsndwsp
Acheh - Sumatra

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Refleksi:
Hemat saya sedekah itu berfungsi sebagai darurat sebelum terbentuknya System Redha Allah. Apabila system redha Allah sudah terbentuk seperti Republik Islam Iran yang produktif, sedekah tidak diperlukan lagi. Pemerintahlah yang lebih efektif dan tepat guna untuk memberantas kemiskinan. Apabila rakyat yang miskin dicukupkan oleh negara hingga tidak lagi termasuk pihak yang miskin, mereka tidak merasa minder sebagaimana mereka menerima sedekah dari orang kaya. Ketika Negara yang memberikannya kecukupan, sesungguhnya hak mereka sendiri, buka pemberian pribadi orang kaya. Logikanya kekayaan negara adalah milik rakyat bukan milik penguasa dan segenap aparatnya.

Renungkanlah kenapa keturunan Rasulullah diharamkan menerima sedekah (maaf ada yang bilang sedekah itu adalah "najis"). Namun ketika system Islam belum terbentuk, para fakir miskin terpaksa makan "najis". Kalau terpaksa, daging babi pun halal dimakan, bukan? Kemudian renungkan pula hadist Nabi suci: "Tangan di atas lebih mulia dari tangan di bawah". Lalu kata Imam Ali as:" Berikanlah sesuatu kepada seseorang sebelum dia memintanya, sebab bila engkau menunggu ketika dia memintanya berarti dia telah mengorbankan sesuatu yang lebih berharga daripada pemberianmu". Justeru itu pemimpin bertanggung jawab kepada Allah untuk merubah status kaum mustadhafin kepada kaum yang terhormat. Kesimpulannya tidak ada lagi istilah sedekah ketika negara sudah makmur macam RII. Kami di Norwegia saja tidak ada lagi istilah orang miskin. Semua penduduk menggapai finansialnya, apalagi di RII, bukan?

Adapun program Imam Khomaini yang masih dijalankan melalui pancangan "kotak-kotak besi" di hampir semua kota tetap diperlukan untuk membantu kaum mustadhafin di negara-negara yang belum exist system Ilahi dan bahkan hasil dari setoran orangø-orang yang murah hati itu bukan saja untuk kaum mustadhafin yang beragama Islam tetapi juga untuk kaum mustadhafin non Islam. Sebagaimana kita ketahui bahwa orang Islam bersaudara dengan mereka secara kemanusiaan. Musuh kita orang Islam bukan orang non Islam, melainkan kaum despotik dan hypocrite, apapun agama yang mereka akui. (Angku di Tampok Donja)


http://albdoo.info/quran/translate-1-2.html


IRIB:
Islam Telah Memberikan Jalan Keluar untuk Memberantas Kemiskinan
Senin, 2012 Maret 05 21:11

Hujjatul Islam Ja'fari Niya menjelaskan posisi infak dalam Islam dengan menyinggung pengaruh lahiriyah dan batin dari amal sedekah dan mengatakan, "Hal yang menghancurkan pahala sedekah adalah pamer."

Dikatakannya, "Guna memberantas kemiskinan dalam masyarakat, terdapat banyak cara. Pertama bahwa Islam telah menyebutkan seluruh masalah yang diakibatkan oleh kemiskinan dalam masyarakat dan individu, baik dari sisi keamanan atau ancaman terhadap keimanan seseorang."

"Banyak riwayat yang menyebutkan dampak buruk dari kemiskinan dalam kehidupan individu, sosial, dan bahkan budaya dalam Islam. Untuk menyelesaikan masalah ini Islam telah menyiapkan dua program prinsip. Islam menekankan kerja dan upaya sebagai solusi utama dalam memberantas kemiskinan dan bahkan dalam riwayat Rasulullah Saw disebutkan bahwa upaya untuk kesejahteraan keluarga sama seperti berjihad."

Dikatakannya, "Islam selain menekankan kerja keras, juga mendorong golongan kaya dalam masyarakat untuk berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja, yang ini adalah merupakan salah satu program prinsip. Adapun program segera dalam pemberantasan kemiskinan adalah sedekah dan zakat. Selain zakat yang diwajibkan dalam Islam juga ditekankan masalah sedekah yang mustahab."

Menyinggung bahwa dana zakat dibelanjakan di jalan Allah ataufii sabilillah, Jafari Niya menegaskan, "Makna dari fii sabilillahadalah dalam amal yang diridhoi oleh Allah Swt dan pengadaan lapangan kerja merupakan salah satu di antaranya. Dalam al-Quran disebutkan,
و فی اموالهم حق للسائل و المحروم"
Bahwa dalam harta kalian terdapat hak miskin yang meminta (pengemis) dan hak orang mahrum (orang miskin yang tidak meminta-minta). Dan berdasarkan ayat tersebut orang-orang miskin memiliki bagian dalam harta orang kaya, dan jika orang-orang kaya itu ingin memberikan bagian orang miskin itu, mereka dapat memberikannya secara langsung atau melakukan program-program prinsip seperti pengadaan lapangan kerja."

Hujjatul Islam Jafari Niya lebih lanjut menjelaskan bahwa Islam mencela kemalasan dan bahwa pada suatu hari Rasulullah Saw mencium tangan seorang buruh dan berkata bahwa neraka jahannam diharamkan untuk tangan ini (tangan buruh itu). (IRIB Indonesia/MZ)



PROPERTY OBTAINED FROM THE RICH proximity to the despotic regime can be seized PRA REVOLUTION BY STATE FOR DISTRIBUTED TO THE MUSTADHAFIN.
BECAUSE
In essence, IT IS BELONGS TO THE WORLD BY pembendaharaan kept away from the despotic regime.
hsndwsp
Acheh - Sumatra

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Reflection:
In my opinion it serves as an emergency alms before the formation System Redha Allah. If the system redha God has been formed as the Islamic Republic of Iran productive, charity is not needed anymore. Government that is more effective and appropriate in order to eradicate poverty. When the people who are poor paid back by the state to no longer include those who are poor, they do not feel inferior as they receive alms from the rich. When the State it sufficiency, indeed their own right, open the personal giving of the rich. Logically wealth of the country belongs to the people not belonging to the authorities and all agents.

Ponder why descendant of the Prophet are forbidden to accept charity (alms some say sorry it was "unclean"). But when the Islamic system is not established, the poor are forced to eat "unclean". If he had, the pork was halal to eat, is not it? Then ponder too sacred hadith of the Prophet: "The upper hand is nobler than hand down". Then Imam Ali said: "Give something to someone before he asked for it, because if you wait when she asked him means he has sacrificed something more valuable than the gift". Indeed, the leaders are accountable to God to change the status of mustadhafin to the honorable. In conclusion there is no longer a term alms when countries are prosperous sorts RII. We in Norway alone is no longer the term of the poor. All residents of their financial reach, especially in Sight, is not it?

The program Imam Khomaini which is still run by the stakes in a "checkerboard iron" in almost all cities are still needed to help the mustadhafin in countries which do not exist system Divine and even the results of the deposit Orango who are generous not only to the mustadhafin Muslim but also to the non-Islamic mustadhafin. As we know that Muslims brothers with their humanity. Our enemy is not the non-Muslims to Islam, but the despotic and Hypocrite, whatever religion they claim. (Angku in Tampok Donja)

http://albdoo.info/quran/translate-1-2.html

IRIB:
Had Islam Gives Way Out to Combat Poverty
Monday, 2012 March 05 21:11

Hujjatul Islam Ja'fari Niya explain infak position in Islam by alluding to the influence of the inner lahiriyah and charitable alms and say, "This is destroying the reward alms is showing off."

He said, "In order to eradicate poverty in the community, there are a lot of ways. The first is that Islam has been mentioned throughout the serious problems caused by poverty in the community and the individual, both in terms of security or threat to one's faith."

"A lot of history that says the adverse effects of poverty in the lives of individual, social, and even cultural in Islam. To resolve this problem Islam had set up two program principles. Islam emphasizes the work and effort as the main solution to eradicate poverty and even in the history of the Holy Prophet mentioned that efforts for the welfare of the family as jihad. "

He said, "Islam besides stressing hard work, it also encourages the rich in society to invest and create jobs, which is one of the program principles. The program immediately in the eradication of poverty is charity and charity. In addition to zakat obligatory in Islam also emphasized alms mustahab problem. "

Alluding to that charity funds are spent in the way of Allah ataufii sabilillah, Niya Jafari asserted, "The Meaning of FII sabilillahadalah in charity blessed by Allah and the provision of employment opportunities is one of them. In the Koran mentioned,
و فی اموالهم حق للسائل و المحروم "
That the property you are asking for the rights of poor (beggars) and the rights of mahrum (the poor are not begging). And based on the verse poor people had a part in the wealth of the rich, and if the rich people that want to give part of the poor, they can give directly or carry out programs such as procurement principles of employment. "


Hujjatul Islam Jafari Niya further explains that Islam denounces laziness and that one day the Prophet kissing the hand of a worker and said that hell Hell is forbidden to hand (the hand labor that). (IRIB Indonesia / MZ)


Kita heran kenapa hujjatulislam itu tidak berguru pada nabi Yusuf, cara menghilangkan kemiskinan macam di video berikut ini:








semoga disimak sampai 34 video




















 
 
 

 

Sabtu, 03 Maret 2012

KALAU SYSTEM KEDAULATAN ALLAH BELUM MAMPU DIBANGUN SEGALA PERSOALAN AKAN AMBURADUR (LAGEE BEUNEUNG MEUTJUET-TJUET)

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kamu. (QS. 2:208) 


Disatu sisi refleksi anda itu benar bung Sunni dimana anda sepertinya tidak setuju orang atheis di Indonesia dimasukkan ke penjara. Bukankah kita sudah memahami bahwa di Dunia ini ada orang yang beriman kepada Allah dengan aplikasi lidah, tasdiq di hati dan aplikasi di alam nyata atau realitanya. Kemudian ada juga yang hanya sekedar beriman di mulut macam kebanyakan penguasa di Indonesia termasuk juga mereka yang bercokol di lembaga MUI dan alimpalsu model lainnya yang berkonspirasi menzalimi kaum mustadhafin melalui dagang ayat Allah disetiap kesempatgan mereka berbicara. Kemudian ada lagi orang yang percaya kepada Trinitas yang disebut kaum Politheis (banyak Tuhan) dan banyak juga kaum yang Atheis seperti Alexander tersebut. Persoalannya kenapa Alex dimasukkan ke penjara?

Andaikata orang-orang yang bertengger di lembaga MUI itu tidak hanya beriman dimult mereka saja, pastinya mereka berefatwa bahwa tidak ada alasan buat dimasukkan ke penjara. Tugas para alim Agama Islamlah untuk memperjelaskan kepada Alex, bukti adanya Tuhan secara ilmiah dan ideologis, bukan main fonis. Itu arogan namanya. Konon katanya di Indonesia itu menganut system "Liberalis" dengan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" nya Hindu. Namun realitanya setiap yang berbeda paham dengan kaum mayority dihancurkan macam Ahmadiah, demikian juga terhadap kaum Atheis. Semoga para agamawan yang benar-benar beriman kepada Allah merapatkan barisan untuk meluluhlantakkan kaum hypocrite tersebut di Indonesia dan sekitarnya. Soalnya akibat salah kaprah dalam beragama, segalanya amburadur.

Yang perlu kita pertanyakan bung Sunni terakhir adalah darimana beliau mengambil keterangan sepertinya ada "12 atau 72 malaekat cantik nan sexy setelah hayat meninggalkan tubuh ke alam fana". Ini persoalan yang mnyelimet. Andaikata salah paham dapat membuat pembicaraan bisa masuk katagorie fitnah terhadap Syurga sebagai rahmat Allah buat manusia yang terbesar paska kematian atau kiamat Dunia. Islam itu sangat sopan ketika berbicara peresoalan kenikmatan antara pria dan wanita. Memang ada hadist seperti yang disampaikan bung Sunni tetapi hadist seperti itu masih perlu dipertanyakan, andaikata benarpun masih dilarang membicara kan secara terbuka kepada publik yang akan mengakibatkan salah paham bagi orang-orang yang belum memahami Islam secara maksimal. Hal ini tidak obahnya seperti "haram" menjelaskan "seks" kepada anak-anak yang masih dibawah umur atau belum baligh. Ini termasuk salah satu "kebijaksanaan Islam yang bertamaddun dalam kehidupan. Kita akui banyak orang "alim" membeberka seks secara terbuka, akibatnya banyak orang terpengaruh hingga memfokuskan Islam hanya pada persoalan "sex" semata. Realitanya banyak "Kiyai" Indonesia ketika berbicara poligami sangat antusias serta mempraktekkannya yang membuat salah kaprah pengikutnya atau santrinya mengikuti sepak terjang kiyai - kiyai tersebut seolah-olah Nabi Kawin lebih dari seorang wanita hanya untuk sex semata-mata. Mereka tidak mampu meliha alasan yang sesungguhnya, yakni demi melindungi banyak wanita yang mati suaminya paska peperangan suci.

Sebetulnya Allah mengharapkan pada para kiyai agar memperjuangkan keadilan dulu disegala bidang kehidupan sebelum berbicara poligami. Namun realitanya mereka itu bukan kiyai yang redha Allah melainkan kiyai palsu. Mereka sepertinya tidak pernah berpikir bagaimana nasib kaum mustadhafin di bawah titi kota Metropolitan, di gubuk-gubuk derita dan di kawasan-kawasan kumuh lainnya, jangankan berbicara poligami, makan untuk esok saja harus mereka cari hari ini. Lalu kita pertanyakan, apa bedanya para kiyai tersebut dibandingkan para koruptor di lembaga-lemabaga DPR, Yudikatif dan eksekutifnya? Masihkah mereka asik menjualkan ayat-ayat Allah?

Andaikata Acheh - Sumatra berhasil perjuangnnya, mereka juga dituntut Allah untuk mendirikan system yang redhaNya secara kaffah, termasuk tidak dibenarkan adanya wanita yang tidak punya suami sebagai pelindung keluarganya. Justeru itulah lelaki pejuang dibenarkan kawin lebih dari seorang wanita dan bahkan sampai 4 maksimalnya. Kenapa? Realitanya bukan saja di Acheh - Sumatra, bahkan seluruh Dunia, wanita lebih banyak dibandingkan lelaki. Andaikata Allah tidak membenarkan poligami, wanita-wanita yang pergi untuk melacur tidak boleh dipersalahkan. Sayangnya banyak juga pejuang Acheh - Sumatra yang belum berhasil mendirikan system kedaulatan Allah, sudah ada yang kawin sampai 2, 3 dan 4 wanita sementara pejuang yang berpangkat kecil sebahagiannya jangankan berbicara poligami, serang wanitapun mereka tidak punya. Mengapa keadilan tergadai seperti itu? Jawabannya kalau system redha Allah belum berhasil dibangun semua persoalan akan amburadur.

Jadi maksimal ayat-ayat seperti berikut ini saja yang perlu kita angkat ketika kita hendak membicarakan kenikmatan Surga agar tidak melenceng hingga masuk perangkap para "pecandu dan pengejar sex" di Dunia yang akan fana ini:
QS 52: 17 - 20

Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam surga dan kenikmatan, mereka bersuka ria dengan apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka; dan Tuhan mereka memelihara mereka dari azab neraka. (Dikatakan kepada mereka): "Makan dan minumlah dengan enak sebagai balasan dari apa yang telah kamu kerjakan", mereka bertelekan di atas dipan-dipan berderetan dan Kami kawinkan mereka dengan bidadari-bidadari yang cantik bermata jeli.

QS 55: 70 -77

Di dalam surga-surga itu ada bidadari-bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik, yang jelita, putih bersih dipingit dalam rumah. Mereka tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin. Mereka bertelekan pada bantal-bantal yang hijau dan permadani-permadani yang indah.

Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung 1452, (QS. 56:35) dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, (QS. 56:36) penuh cinta lagi sebaya umurnya, (QS. 56:37) (Kami ciptakan mereka) untuk golongan kanan, (QS. 56:38) (yaitu) segolongan besar dari orang-orang terdahulu, (QS. 56:39) (dan segolongan besar pula dari orang-orang yang kemudian.). (QS. 56:40)
Barakallah li walakujm (angku di Tampokdjok, awegeutah, Acheh - Sumatra)




From: Sunny
To: Undisclosed-Recipient@yahoo.com
Sent: Sunday, March 4, 2012 7:14 PM
Subject: «PPDi» Ateis Membawa Alex ke Penjara


Refl: Orang berpaham Ateis adalah orang yang tidak teken kontrak untuk pergi ke surga kaum agamais. Jadi tentu tidak bertambah sesak-sesak, senggol menyenggol mempersempit jalan ke surga dan tidak mau mengambil tempat di surga. Anehnya sekali penguasa Negara Kleptokrasi Republik Indonesia yang dipegang oleh oknom-oknom penipu, koruptor, bandit, tukang copet, koruptor berlagak suci mau memasukan orang Ateis seperti Alex ke dalam penjara, karena tidak percaya adanya surga dan tidak mau ke surga setelah hayat meninggalkan badan. Biar saja kalau kaum ateis tida mau bertemu dengan 12 atau 72 malaekat cantik nan sexy setelah hayat meningkan tubuh ke alam fana.


http://epaper.tempo.co/PUBLICATIONS/KT/KT/2012/03/01/ArticleHtmls/Ateis-Membawa-Alex-ke-Penjara-01032012005017.shtml?Mode=0


Ateis Membawa Alex ke Penjara


Alexander, lelaki 30 tahun, tak menyangka buah pikirannya di akun Facebook (FB) Ateis Minang akan membawa dirinya ke penjara. Pegawai negeri di Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat, ini dituduh menistakan agama Islam melalui jejaring sosial FB.
Salah satu tulisannya di akun Ateis Minang adalah “Tuhan di mana?“dan “Tidak ada Tuhan“.
Akibatnya, Majelis Ulama Indonesia setempat dan LSM Pandam melaporkannya ke polisi. Kemudian Kepolisian Resor Dharmasraya menahan Alex sejak 18 Januari 2012.
“Tak ada niat saya mencela Islam. Di FB itu saya hanya menuangkan pikiran-pikiran saja. Tak mengira akan jadi begini,”ujar lelaki kelahiran Padang ini saat ditemui di tahanan Polres Dharmasraya, Sumatera Barat, dua hari lalu.
Alex menuturkan, pada 2010, dia bergabung dengan akun Ateis Minang di FB. Di akun itu, dia bertukar pikiran tentang agama.
“Saya juga sempat jadi adminnya, itu pun atas saran pemilik akun itu,”ucap lelaki yang pernah kuli
ah Fakultas Hukum Universitas Andalas pada 2000 dan di Fakultas MIPA Universitas Padjadjaran pada 2001 tapi tak selesai ini.
Tapi Alex mengaku tak kenal pemilik akun maupun teman-teman di grup Ateis Minang itu.“Saya tak pernah bertemu langsung, kecuali di dunia maya,”ujar lelaki yang bercita-cita menjadi ilmuwan ini.
Alex mengaku mengalami konflik batin soal ketuhanan sejak duduk di bangku SMP.“Kenapa banyak orang menderita dan banyak orang jahat. Di mana peran Tuhan yang maha pengasih dan
penyayang?”tanyanya.