Minggu, 29 Mei 2011

BERBICARA KEADILAN ADALAH BERBICARA TENTANG TUNTUTAN FITRAH MANUSIA

 
 


REFLEKSI HSNDWSP TERHADAP PERSEPSI RAHBAR MENYANGKUT KEADILAN SECARA KAFFAH DALAM SYSTEM YANG ISLAMI
(hsndwsp)
Acheh - Sumatra


Bismillaahirrahmaanirrahiim
Andaikata ada pertanyaan negara mana yang lebih adil sekarang secara keseluruhan, saya akan menjawab Republik Islam Iran. Tetapi terus terang saya belum tau persis apakah RII sudah berlaku adil terhadap rakyatnya?. Pertama sekali saya fokus pada keadilan ekonomi. Sebagaimana sama-sama kita ketahui bahwa secara Islami seluruh kekayaan Negara adalah milik rakyat bukan milik penguasa atau pejabat sebagaimana kita saksikan di kebanyakan negara-negara di Dunia sekarang, hanya dalam teory saja mereka mengakui milik rakyat. Kalau saya berkaca pada presiden Ahmadinejad saya yakin 100 persen bahwa RII sudah adil dalam hal ekonomi. Beliau pernah ditawarkan untuk pindah ke rumah yang mewah tetapi tetap menolak. Ini adalah pemimpin yang sudah teruji, sanggup meneladani Rasulullah saww. Namun demikian saya tidak tau persis bahwa tidak tertutup kemungkinan para pejabat lain bermegah-megah sementara masih banyak penduduk kampung yang merintih hidupnya. Maaf ini berkemungkinan, saya belum tau bagaimana kondisi ekonomi seluruh rakyat RII terutama sekali yang tinggal di kampung-kampung atau pedalaman.

Selanjutnya, walaupun keadilan ekonomi sangat utama bagi rakyat jelata, keadilan itu sesungguhnya sangat luas, termasuk keadilan pemimpin dan segenap perangkat Negara terhadap kaum Intelektual. Apabila Negara (baca seluruh personil yang terlibat didalamnya) hanya terbatas pada keadilan ekonomi saja tidak mencakup aspek lain secara keseluruhan, terutama sekali memberikan kesempatan yang adil terhadap para intelektual sejati, saya haqqul yakin seluruh komponen, aparat negara akan diminta pertanggung jawaban oleh Allah swt kelak. Dalam hal ini tolong sikapi secara arif dan bijaksana terhadap data yang saya sertakan berikut ini:

Kritik terhadap Syari’ati
Kritik yang cukup pedas dari Syari’ati kepada golongan ulama membuat para ulama menberikan reaksi balik. Muthahari, salah sorang ulama terkemuka, memandang Syari’ati telah memperalat Islam untuk tujuan-tujuan politis dan sosialnya. Lebih jauh Muthahari menilai, aktivisme politik protes Syari’ati menimbulkan tekanan politis yang sulit untuk dipikul oleh sebuah lembaga keagamaan seperti Hussainiyeh Ersyad dari rezim Syah.


Dan Memang, setelah Syari’ati banyak mengkritik lembaga ulama dan rezim, Hussainiyeh Ersyad akhirnya ditutup paksa oleh pasukan keamanan. Selain Muthahhari, masih banyak ulama sumber panutan (marja’ taqlid) seperti Ayâtullah Khû’i, Milani, Rûhani, dan Thabathâba’i yang juga turut mengecam suara-suara kritis Syari’ati. Bahkan mereka mengeluarkan fatwa yang melarang membeli, menjual, dan membaca tulisan-tulisan Syari’ati.


Setelah Syari’ati mengkritik ulama yang dinilainya sebagai akhund, Syari’ati lantas menyampaikan tipikal ulama ideal. Menurutnya, ulama ideal, secara sederhana, adalah ulama aktivis, yang menggalang massa untuk melakukan gerakan protes. Sehingga dalam hal ini, ia menjadikan ayahnya sendiri dan Ayâtullah Muhammad Baqir Sadr (dieksekusi pada bulan April 1980 oleh rezim Irak dibawah otoritas mendiang Saddam Husen) atau pemikir aktivis dari kalangan Sunni seperti al-Afghani sebagai idolanya. Khomaeni tentu saja cocok dengan kerangka Syari’ati mengenai ulama. Tetapi Syari’ati tidak pernah menyata kan perasaannya secara terbuka tentang Khomaeni. Informasi yang ada nampaknya memberikan indikasi bahwa Syari’ati mengakui Khomaeni sebagai pemimpin besar:
http://achehkarbala.blogspot.no/2011/05/almarhum-dr-ali-syariati-adalah-ahli.html


Pertanyaan saya apakah negara sekarang bersikap adil diantara Murthada Mutahhari dan Ali Syariati? Apa kah buku-buku Ali Syariati dipublikasikan secara bebas sekarang sebagaimana buku-buku Murthada Mutah hari? Apakah media-media milik negara mengekspos Ali Syariati sebagaimana Murthada Mutahhari? Kita tau persis bahwa yang dikritik Syariati bukan Ulama seperti Khomaini dan Sayyed Ali Khamenei tetapi "ulama" yang memfokuskan agamanya hanya pada dymensi ritual, sementara dymensi sosial dilupakan. Apakah Mur thada Mutahhari termasuk type yang terakhir ini hingga beliau marah kepada Ali Syariati? Dulu ketika sedang berlangsung revolusi di Iran, photo.photo DR Ali Syariati berjejer bersama photo-photo Imam Khomaini. Hal ini membuktikan Khomaini dan Syariati relatif sama dimata rakyat Iran. Pemuda-pemuda Iran berhutang budi kepada Syariati, hingga mereka yang terlanjur masuk perangkap Atheis berduyun-.duyun kembali ke Mono theis. Adakah pengaruh ideolog lain yang demikian bangga bagi bangsa Iran selain Imam Khomaini dan Sya hid Ali Syariati?
(hsndwsp di Ujung Dunia)




Keadilan Dalam Perspektif Rahbar
Sejak awal kehidupan manusia dan dimulainya sejarah, keadilan senantiasa menjadi harapan bagi umat manusia di seluruh dunia. Para cendikiawan dan pemikir berusaha keras melakukan langkah-langkah positif guna merealisasikan impian ini dengan mengemukakan pandangan mereka. Meski banyak pandangan seputar keadilan khususnya keadilan sosial dikemukakan para pemikir namun apakah kita berani mengklaim bahwa keadilan di dunia telah berhasil ditegakkan.

Apakah manusia yang berhasil mencapai kemajuan pesat di bidang sains, juga berhasil di bidang penegakkan keadilan? Sementara itu, jika kita saksikan sistem yang berkuasa di dunia saat ini, kita dapatkan bahwa dunia dipenuhi ketidakadilan. Di sisi lain, manusia tidak akan dapat melupakan keadilan, di mana pun dan kapan pun saja mereka senantiasa merindukan keadilan.

Republik Islam Iran sebagai negara berasaskan ajaran suci Islam serius mengaplikasikan keadilan dalam setiap kebijakan dan kehidupan rakyatnya. Oleh karena itu, negara ini gencar mengupayakan terealisasinya impian seluruh umat manusia tersebut. Salah satu upaya yang ditempuh Iran adalah menggelar berbagai seminar terkait keadilan. Pemikiran Strategis Kedua yang baru saja digelar di Iran dan dihadiri oleh Rahbar membuktikan keseriuan Tehran.

Seminar Pemikiran Strategis Kedua digelar Selasa (17/5) pagi dengan tema ‘keadilan' dengan dihadiri oleh Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Ayatollah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei dan puluhan cendekiawan, intelektual, ulama dan pemikir dari hauzah ilmiah (pusat keilmuan Islam) dan kampus.

Seminar yang digelar selama 4 jam ini adalah seminar Pemikiran Strategis yang kedua. Di awal seminar, sepuluh cendekiawan memaparkan pandangan masing-masing dalam dua kategori pemikiran dan strategi menyangkut ‘dasar, ciri khas, dimensi dan kelaziman untuk keadilan.'

Seminar Strategis pertama digelar tahun lalu, tepatnya pada tanggal 1 Desember 2010 dengan tema Model Kemajuan Islami-Irani.

Ayatollah al-Udzma Khamenei dalam seminar ini menekankan kelaziman bertukar pandangan antara para pemikir dan kalangan intelektual untuk mencapai pandangan yang benar tentang keadilan menurut ajaran Islam yang murni seraya mengapresiasi langkah-langkah yang sudah dilaksanakan dalam tiga dekade terakhir untuk mewujudkan keadilan sosial dan menyebutnya cukup baik. Meski demikian, beliau mengatakan, kondisi saat ini sangat tidak memuaskan. Sebab, pemerintahan Islam menginginkan tegaknya keadilan secara maksimal, dan tegaknya keadilan berarti nilai luhur yang absolut dan universal.

Rahbar menyebut materi yang dipaparkan pada pertemuan ini sebagai materi-materi yang berbobot dan bermanfaat. Rahbar menandaskan,"Pertemuan hari ini tak lebih dari jalan pembuka. Diharapkan, pembahasan tentang keadilan bisa menjadi materi pembahasan para tokoh cendekiawan dan pemikir dengan memanfaatkan potensi besar yang ada di sini."

Seraya membawakan argumentasi dari ayat al-Qur'an, Pemimpin Besar Revolusi Islam menyebut keadilan sebagai tujuan utama yang ingin diwujudkan oleh agama. "Selain menerangkan tentang keadilan, para nabi juga berjuang untuk menegakkannya dengan bangkit melawan para thaghut dan kaum durjana. Dalam pergumulan antara zalim dan madzlum, para nabi selalu berada di front kaum tertindas. Akan tetapi para teoretis hanya bisa berbicara tentang prinsip keadilan di lisan," imbuh beliau.

Ayatollah al-Udzma Khamenei menjelaskan bahwa seluruh agama Ilahi meyakini bahwa akhir dari sejarah manusia adalah periode tegaknya keadilan. Beliau menambahkan, dalam memandang asal penciptaan dan manusia yang bergerak di jalur sejarah, agama-agama Ilahi selalu menekankan soal unsur keadilan, dan ini sangat istimewa.

Berdasarkan pandangan agama inilah, kata beliau lagi, dalam perjalanan revolusi Islam, masalah keadilan sejak awal menempati posisi yang istimewa. Dalam slogan-slogan rakyat, konstitusi, kata-kata dan pemikiran Imam Khomeini (ra) juga di berbagai periode 32 tahun berdirinya Republik Islam, keadilan adalah nilai luhur yang absolut.

Pemimpin Besar Revolusi Islam menilai keadilan sebagai masalah penting bagi pemerintahan Islam. Menyinggung banyak hal yang sudah dilakukan dan dalam skala luas pasca kemenangan revolusi Islam untuk mewujudkan keadilan sosial, beliau menegaskan, "Semua pekerjaan yang baik ini belum memuaskan. Sebab, sesuai ajaran Islam kita dituntut untuk menegakkan keadilan sosial secara sempurna dan menghapus segala bentuk kezaliman. Karena itu kita harus terus bekerja keras, penuh kesungguhan dan secara penuh untuk mengurangi kesenjangan luas yang ada dan menegakkan keadilan."

Beliau menambahkan, untuk mengurangi kesenjangan dan menegakkan keadilan sosial dalam bentuknya yang maksimal, kita harus menemukan cara dan jalan yang tepat dan untuk itu diperlukan proses tukar pemikiran di antara para cendekiawan dan pemikir.

Rahbar menjelaskan perbedaan mendalam antara pandangan Islam dan pandangan ideologi-ideologi ciptaan manusia tentang keadilan. Beliau mengatakan, keadilan dalam Islam memancar dari kebenaran. Keadilan adalah tugas Ilahiyah sementara ideologi ciptaan manusia tidak memiliki persepsi seperti ini.

Menurut beliau untuk dapat mengupas dan memahami dengan benar pandangan Islam soal keadilan diperlukan langkah serius dan menjauhi pemanfaatan sumber-sumber serta ideologi Barat. Namun demikian di tataran praktis, Rahbar membolehkan umat Islam untuk meneladani keberhasilan orang lain. Karena menurut Rahbar di bidang teoritis kita dilarang untuk mengadopsi pandangan non Islam. Tapi kita harus berusaha mengupas sari ajaran suci Islam terkait keadilan.

Langkah-langkah seperti menggabungkan berbagai teori cendikiawan dan ulama untuk membentuk teori. Beliau dalam hal ini menekankan untuk merujuk pada ajaran murni Islam untuk memahami konsep keadilan secara utuh. Menurut Rahbar di Islam banyak ditemukan sumber untuk menjadi rujukan dalam memahami konsep keadilan seperti al-Qur'an, Nahjul Balaghah, kitab-kitab fiqih dan teologi.

Penekanan Rahbar untuk merujuk langsung ke sumber ajaran murni Islam guna memahami secara benar konsep keadilan dikarenakan teori-teori keadilan yang dimunculkan Barat murni dihasilkan pemikiran manusia. Dalam teori Barat keadilan lebih mengacu pada pemahaman kontrak sosial.

Di kesempatan tersebut, Rahbar meminta kalangan akademis lebih giat mengadakan riset di bidang keadilan. Beliau menilai di tataran teoritis meningkatnya teori-teori keislaman terkait keadilan sebagai solusi untuk sampai pada teori keadilan Islam. Rahbar meminta pusat-pusat keilmuan seperti universitas dan hauzah ilmiah untuk menggalakkan riset soal keadilan.

Dalam pertemuan itu beberapa ulama, cendekiawan dan pemikir menyampaikan pandangan masing-masing tentang keadilan. Pertemuan diakhiri dengan shalat Dhuhur dan Ashar berjemaah yang dipimpin Ayatollah al-Udzma Khamenei.





JUSTICE IS TALKING ABOUT THE CLAIM BERCICARA human nature


Bismillaahirrahmaanirrahiim


HSNDWSP REFLECTIONS ON THE PERCEPTION OF JUSTICE REGARDING RAHBAR KAFFAH IN THE ISLAMIC SYSTEM
(Hsndwsp)
Aceh - Sumatra




If there are questions which country a more just now as a whole, I would say the Islamic Republic of Iran. But frankly I do not know exactly whether RII is to be fair to the people?. First of all I focus on economic justice. As we both know that the Islamic State of all wealth belongs to the people does not belong to the ruler or official, as we see in most countries in the world right now, just in Theory they recognize belongs to the people. If I look in the mirror on the president I am sure 100 percent that the RII is fair in terms of economics. He never offered to move into a luxurious home but still refused. It is a proven leader, able to emulate the Prophet saww. However, I do not know exactly that there is a possibility of other officials boast as many villagers who moan his life. Sorry it is likely, I do not know how the economic conditions of all the people RII primarily those living in the villages or the countryside.

Furthermore, although very major economic justice for the common people, justice is indeed very broad, including justice and all the State leaders of the Intellectual. If a State (read all personnel involved in it) is only limited to economic justice alone does not cover other aspects as a whole, particularly to give a fair chance against the true intellectual, I haqqul sure all components, state officials will be held accountable by God Almighty answers later . In this case please sikapi a wise and prudent to the data that I include the following:

Critics of Shari'ati
A fairly scathing critique of the class of scholars Shari'ati make the scholars also write your backlash. Muthahari, one of the leading scholars alone, looking Shari'ati already manipulate Islam for political purposes and social implications. Furthermore Muthahari rate, political activism protest Shari'ati generate political pressure is difficult to bear by a religious institution like Hussainiyeh Ersyad of the shah's regime.

And indeed, after Shari'ati many scholars criticize institutions and regimes, Hussainiyeh Ersyad finally forcibly closed by the security forces. Besides Motahhari, many scholars sources patrons (Marja 'taqlid) such as Ayatollah Khû'i, Milani, spiritual, and Tabataba'i which also condemned the critical voices Shari'ati. They even issued a fatwa that forbids buying, selling, and reading the writings Shari'ati.

After Shari'ati criticize scholars who judged as Akhund, Shariati then deliver a typical religious ideal. According to him, religious ideal, simply, is a scholar activist, who mobilize the masses to do the protest movement. So in this case, he makes his own father and Ayatollah Mohammed Baqir Sadr (executed by the government of the Islamic Republic of Iran in 1979) or activists of Sunni thinkers such as al-Afghani as his idol. Khomaeni certainly fit the framework Shari'ati about the clergy. But Shari'ati never expressed his feelings openly about Khomaeni. The information provided does not appear to indicate that Shari'ati recognize Khomaeni as a great leader:
http://achehkarbala.blogspot.com/2011/05/almarhum-dr-ali-syariati-adalah-ahli.html

My question was whether the state is now to be fair among Murthada Mutahhari and Ali Shari'ati? What if Ali Shari'ati books published freely now as the books Murthada Mutah day? What is the state-owned media to expose Ali Shari'ati as Murthada Mutahhari? We know exactly that that was criticized Shari'ati not a cleric like Khomaini and Seyyed Ali Khamenei but "cleric" who focused only on dymensi religious rituals, while social dymensi forgotten. Is Myrrh thada Mutahhari including this latter type until he was angry with Ali Shari'ati? In the past when the ongoing revolution in Iran, Dr. Ali Shari'ati photo.photo lined with photo-photo Imam Khomaini. This proves Khomaini and Shari'ati relatively equal in the eyes of the people of Iran. Iranian youths indebted to Shari'ati, until they are already in a trap Atheism flock back to the Mono-.duyun Theis. Is there any influence of other ideologues who so proudly for the Iranian people other than Imam Ali Khomaini and Sha hid Shari'ati?
(Hsndwsp at the End of the World)


Justice In Perspective Rahbar
Since the beginning of human life and the beginning of history, justice has always been the hope for mankind in the world. Its scholars and thinkers trying hard to do positive steps to realize this dream by making their views. Although a lot of views about social justice, especially justice stated thinkers but if we dare to claim that justice in the world have been successfully enforced.

Do people who managed to achieve rapid progress in science, was also successful in the field of rule of justice? In the meantime, if we see the ruling system in the world today, we find that the world is filled with injustice. On the other hand, humans are not going to forget about justice, wherever and whenever they always yearn for justice.

Islamic Republic of Iran as a country is based on applying the teachings of Islam's holy justice seriously in any policy and the lives of its people. Therefore, the country is aggressively seeking the realization of the dreams of all mankind. One of the efforts taken by Iran is to hold various seminars related to justice. Strategic Thinking Both had just held in Iran and attended by Rahbar prove keseriuan Tehran.

Second Strategic Thinking Seminar held on Tuesday (17 / 5) morning with the theme of 'justice' to be attended by Rahbar or Great Leader of Islamic Revolution Ayatollah al-Sayyid Ali Khamenei Udzma and dozens of scholars, intellectuals, scholars and thinkers from the scientific hauzah (the center of Islamic scholarship) and campus.

The seminar was held for 4 hours this is the second seminar of Strategic Thinking. At the beginning of the seminar, ten scholars presented their respective views in the two categories of thought and strategies related to 'basic characteristics, dimensions and the predominance for justice. "

The first Strategic Seminar held last year, precisely on December 1, 2010 with the theme of Islamic Advancement Model-Irani.

Ayatollah al-Udzma Khamenei emphasized the predominance of this seminar to exchange views between the thinkers and intellectuals to achieve the right view about justice according to the pure Islamic teachings while appreciating the steps that have been implemented in the past three decades to realize social justice and call it good enough . Still, he said, the current condition is not satisfactory. Therefore, the Islamic government wants justice to the maximum, and the noble values ​​of justice means that the absolute and universal.

Rahbar said the material presented at this meeting as a weighted materials and useful. Rahbar pointed out, "Today's meeting is nothing more than road opener. Hopefully, the discussion of justice can become the material of the discussions with prominent scholars and thinkers exploit the great potential here."

As she brought the argument of verses of the Koran, the Islamic Revolution Leader calls for justice as a primary goal to be established by religion. "In addition to explaining about justice, the prophets are also struggling to enforce it with rose up against the Evil and the wicked. In the struggle between despotic and madzlum, the prophets always in front of the oppressed. But the theory can only speak about principles of justice in oral, "he added.

Ayatollah al-Udzma Khamenei explained that all divine religions believe that the end of human history is the period justice. He added, in view of creation and human origin which moves in the path of history, divine religions are always stressed about the element of justice, and this is very special.

Based on these religious views, he said again, in the course of the Islamic revolution, the issue of justice since the beginning of a privileged position. The slogans of the people, the constitution, the words and thoughts of Imam Khomeini (ra) also at various periods of 32 years of the founding of the Islamic Republic, justice is the absolute supreme value.

Great Leader of Islamic Revolution assess the justice as an important issue for the Islamic government. Alluding to the many things that have been done and on a wide scale after the victory of Islamic revolution to achieve social justice, he asserted, "All good work is not satisfactory. For, according to the teachings of Islam we are required to establish a perfect social justice and eliminate all forms of tyranny. Therefore, we must continue to work hard, and in full earnest to reduce the wide gaps that exist and uphold justice. "

He added, to reduce inequalities and social justice at its maximum, we must find appropriate ways and roads and to the necessary process of exchange of thought among the scholars and thinkers.

Rahbar explain the profound differences between the views of Islamic ideologies and views about the justice of human creation. He said that justice in Islam emanating from the truth. Justice is a divine duty while the ideology created by men did not have such a perception.

According to him to be able to peel and correctly understand the Islamic view about the justice required a serious step and stay away from the utilization of resources and Western ideology. However, at the practical level, Rahbar allow Muslims to emulate the success of others. Because according to our theoretical Rahbar in the field is prohibited to adopt non-Islamic views. But we must try to peel extract relevant teachings of Islam's holy justice.

Measures such as incorporating a variety of theories scholars and clerics to form a theory. He emphasizes in this regard to refer to the pure teachings of Islam to understand the concept of justice as a whole. According to Rahbar in Islam is found to be a reference source in understanding the concepts of justice such as the Koran, Nahjul Balaghah, the books of jurisprudence and theology.

Emphasis Rahbar to refer directly to the source of true teaching of Islam in order to understand the true concept of justice due to the theories of justice that the West raised the resulting pure human thought. In Western theory of justice is based on understanding the social contract.

On occasion, Rahbar request more enterprising academics researching in the field of justice. He was judge at the theoretical level rising Islamic theories related to justice as a solution to arrive at a theory of Islamic justice. Rahbar asked scientific centers such as universities and scientific hauzah to promote research about justice.

During the meeting several clerics, scholars and thinkers to submit their respective views about justice. The meeting ended with prayer and Asr berjemaah Dhuhr led by Ayatollah al-Udzma Khamenei.
http://www.livestation.com/en/press-tv
http://www.livestation.com/en/press-tv

 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar