Kamis, 16 Februari 2012

SEJARAH MANUSIA - MANUSIA SUCI

 Sejarah Imam Ali AS (Bagian 1)
Ali yang Dicintai Rasul


Bismillaahirrahmaanirrahiim

Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai orang yang paling dekat dan paling dicintai oleh Rasulullah SAW. Banyak riwayat dan hadis yang menjelaskan tentang hal ini. Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Rasulullah SAW mendapat kiriman daging burung panggang. Nabi SAW mengatakan bahwa dia hanya akan memakan daging itu bersama dengan orang paling beliau cintai dan paling dicintai oleh Allah. Kepada Anas bin Malik yang sehari-hari bekerja sebagai pembantu di rumah Nabi, beliau bersabda bahwa orang yang akan datang ke rumah ini adalah orang paling dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya.

Anas menanti-nantikan kedatangan orang itu. Dalam hati kecilnya, ia berharap, semoga orang yang dimaksudkan adalah salah seorang sanak keluarganya. Ketika sedang termenung, mendadak ia mendengar suara ketukan pintu. Anas membukakan pintu. Ia kecewa karena yang datang ternyata Ali bin Abi Thalib. Ali meminta izin bertemu Rasul. Anas menjawab bahwa Nabi sedang sibuk dan tidak bisa diganggu. Pintu rumah Rasul kembali ditutup.

Beberapa saat kemudian, kembali terdengar suara ketukan pintu. Anas bergegas membukakannya. Ia kembali kecewa karena ternyata Ali-lah yang datang. Tiga kali berturut-turut, Ali datang dan Anas tidak memberinya izin berjumpa dengan Rasulullah. Pada kali ketiga, Rasul bertanya kepada Anas, “Siapakah yang ada dibelakang pintu.” Anas menjawab, “Ali.” Rasul menyuruh Ali masuk dan bersabda bahwa Ali adalah orang yang paling dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Pengorbanan yang dipersembahkan Ali untuk Islam dalam disaksikan dalam semua sisi kehidupan manusia mulai ini. Perang Khandak atau Perang Parit adalah saksi nyata dari perngorbanan besar yang dipuji oleh Rasulullah. Saat itu, ketika kaum kafir Quresy berhasil mengajak sejumla suku-suku Arab untuk menyerang Madinah pada tahun ke-5 hijriyah, sekitar 10 ribu pasukan kafir mengepung kota itu.

Pengorbanan untuk Islam

Untuk pertahanan mengadapi pasukan sebesar itu, atas saran Salman dan perintah Rasulullah SAW, kaum muslimin menggali parit. Meski demikian, ada beberapa jawara Quresy yang berhasil menyebrangi parit melalui bagian yang relatif sempit. Salah satu diantara mereka adalah Amr bin Abdi Wadd, yang dikenal sebagai jawara Arab tertangguh masa itu.

Ketika berhasil menyeberangi parit, Amr berteriak-teriak menantang siapa saja yang berani berhadapan dengannya. Kebisuan menyelimuti barisan kaum muslimin yang tahu dengan benar siapa Amr bin Abdi Wadd. Tiba-tiba Ali memecah kebisuan dan menyatakan kesiapannya bertarung dengan Amr. Dengan memakai serban yang dililitkan oleh Rasul di kepalanya, pemuda putra Abu Thalib itu melangkah menjawab tantangan Amr.

Kepergian Ali ke medan laga ditatap oleh Rasul yang bersabda, “Ini adalah pertarungan antara keimanan murni dan kekafiran murni.” Debu-debu beterbangan menyelimuti medan pertarungan dua jawara dari dua barisan yang berseteru dan menghalangi tatapan ribuan pasang mata. Hanya gemerincing suara benturan pedang yang terdengar. Tiba-tiba, suara takbir menggema yang menandakan bahwa Ali berhasil menghabisi Amr.

Kemenangan Ali atas Amr dalam kondisi seperti itu, mendapat pujian Nabi SAW. Beliau bersabda, “Pukulan pedang Ali pada perang Khandak lebih mulia dari ibadah seluruh manusia dan jin.”

Pada tahun ke-7 hijriyah, setelah mendengar berita persiapan kaum Yahudi Khaibar untuk menghabisi kota Madinah, Rasulullah SAW mengirim pasukan untuk menyerang mereka. Satu persatu benteng Khaibar jatuh ke tangan kaum muslimin. Namun gerakan pasukan Islam terhenti setelah dua hari berturut-turut gagal menundukkan benteng yang terkuat. Akhirnya, Nabi SAW bersabda bahwa esok beliau akan menyerahkan panji perang kepada orang yang menyintai Allah dan Rasul serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya. Dia adalah orang yang tidak akan mundur sebelum berhasil menguasai benteng itu.

Esoknya, oleh Nabi, panji perang itu diserahkan kepada Ali bin Abi Thalib as. Di tangan Ali, benteng terkuat Khaibar berhasil dikuasai dan kaum Yahudi di kawasan itu bertekuk lutut di hadapan kekuatan Islam. Kekalahan Yahudi Khaibar berarti kekalahan Yahudi di seluruh negeri Hijaz.

Perang Hunain adalah cerita lain yang mengisahkan ketegaran Ali dalam membela agama Allah. Perang Hunain terjadi setelah penundukan kota Mekah oleh pasukan muslimin. Dengan pasukan besar, sebagian kaum muslimin merasa tidak ada kekuatan di Arab yang bisa mengalahkannya. Namun tanpa diduga, barisan kaum muslimin diobrak-obrik oleh suku Hawazin dan Tsaqif. Barisan yang semula rapi itu mendadak kacau dan sebagian besar orang lari menyelamatkan diri dari serbuan suku Hawazin dan Tsaqif.

Hanya beberapa orang yang tetap menyertai Rasulullah SAW, diantaranya adalah Ali bin Abi Thalib dan Abbas bin Abdul Mutthalib. Saat itulah Nabi memerintahkan Abbas untuk memanggil kembali orang-orang yang terikat dengan baiat Ridhwan. Akhirnya, sedikit demi sedikit mereka yang lari kembali ke barisan dan siap menghadapi musuh.

Kepahlawanan dan kesetiaan Ali kepada Allah dan Rasul-Nya tidak diragukan oleh siapapun. Nama Ali membuat gentar setiap musuh Islam. Untuk itulah, ketika Nabi SAW membawa pasukan besar ke arah Tabuk, beliau memerintahkan Ali untuk tinggal di Madinah dan mengamankan kota ini dari konspirasi kaum munafikin yang ingin membuat kekacauan. Kehadiran Ali di Madinah di saat Nabi SAW dan sebagian besar kaum muslimin pergi ke Tabuk telah mengacaukan rencana kaum munafikin. Karenanya mereka menebar isu miring bahwa Rasul tidak lagi memerlukan Ali dalam perang Tabuk karena perjalanannya yang panjang dan panas yang membakar. Mereka juga menebar kasak-kusuk bahwa Ali meminta untuk tinggal di Madinah dengan anak-anak kecil dan kaum wanita di saat semua orang pergi menanggung kesusahan ke Tabuk.

Mendengar isu itu Ali mengejar Nabi saww sampai ke daerah Juhfah yang terletak beberapa kilometer dari kota Madinah. Kepada utusan Allah itu, Ali menyampaikan isu yang beredar di Madinah. Nabi bersabda, “Wahai Ali, tidak bersediakah engkau memiliki posisi di sisiku sama seperti Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku?”

http://www2.irib.ir/worldservice/melayuRADIO/SEJARAH/maksumin/02imamali01.htm

[ Index Sejarah ] [ Home ]
       
 
m

Minggu, 12 Februari 2012

BUKTINYA BERIMAN SESEORANG TIDAK CUKUP DENGAN PERNYATAAN LIDAH SAJA MELAINKAN APLIKASI DI ALAM NYATA SEBAGAI BUKTI IMAN MASUK KE DALAM HATI (DEFINISI IMAN)


KETIKA NABI DITOLONG 5 ORANG NASRANI,
DIMANAKAH GERANGAN PARA SAHABAT NABI?
(Peristiwa di Syi’b Abu Thalib)
I



Bismillaahirrahmaanirrahiim

Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman,tetapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. 49:14)


Lokasi kejadian: Syi’b Abu Thalib
Waktu kejadian: 15 Mei 616 M




Rasulullah bersama keluarganya dari suku Bani Hasyim (sukunya Rasulullah) dikurung di sebuah lembah bernama Syi’b Abu Thalib. Peristiwa itu terjadi pada awal bulan Muharram, tahun ketujuh kenabian.

Tidak lama sebelum kejadian, Rasulullah dan Bani Hasyim sudah dijadikan musuh bersama atau Public Enemy dengan selebaran yang ditulis dan diedarkan ke masyarakat. Selebaran itu berbunyi:

1. Tidak diperbolehkan menikah dengan anggota keluarga Bani Hasyim

2. Tidak diperbolehkan melakukan perniagaan atau jual beli dengan keluarga Bani Hasyim

3. Anggota keluarga Bani Hasyim tidak boleh keluar dari lembah Abu Thalib kecuali untuk umrah di bulan Syawwal atau berhaji di bulan haji.



Pengepungan itu berlangsung hingga 3 tahun lebih dimana selama kurun waktu itu Rasulullah mengalami berbagai tekanan dari kaum Jahiliyah Makkah berupa pelecehan, hinaan, penyiksaan, penganiayaan, pemenjaraan, pengucilan, pemboikotan dan berbagai macam bentuk tekanan dan ancaman lainnya.



Keluarga Bani Hasyim yang dikurung di lembah Abu Thalib itu tidak semuanya beragama Islam. Ada juga mereka yang masih menganut agama dan adat istiada yang berlaku dan menjadi trend pada masa itu. Keluarga Bani Hasyim yang dikurung di sana terdiri dari dua kelompok yaitu:

A. Pemeluk Agama Islam, seperti:

Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasul (meninggal dalam Perang Uhud)

Ali bin Abi Thalib, sepupu Rasul

Ubaidah bin Harits bin Abdul Muthalib, paman Rasul, kemenakan dari Hamzah (meninggal dalam Perang Badar)

Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdul Manaf, sepupu ayah Nabi Abdul Muthalib bin Hasyim. Ia kemudian dikirim oleh Rasulullah ke Madinah sebagai ‘ustadz’ yang kemudian terbunuh dalam Perang Uhud.

B. Non-Muslim, seperti:

Abbas bin Abdul Muthalib, paman Rasul (dalam Perang Badar—delapan tahun kemudian—ia berperang dengan kaum Muslimin dan tertawan pasukan Muslimin

Thalib bin Abu Thalib, putra Abu Thalib yang tertua, kakak dari Ali yang dibesarkan oleh Abbas (dalam Perang Badar, ia tidak terbunuh dan tidak juga tertawan. Ia hilang begitu saja)

Aqil bin Abu Thalib yang tuna netra, putera bungsu dari Abu Thalib

Naufal bin Harits bin Abdul Muthalib

Abu Sufyan bin Harits bin Abdul Muthalib

Harits bin Naufal bin Harits bin Abdul Muthalib, yang sangat membenci Nabi dan sangat keras dalam melakukan penentangan terhadap Nabi. Tapi ia tidak menyetujui pembunuhan atas Nabi oleh karena itu ia turut dikurung di lembah Syi’b Abu Thalib ini.

Sementara itu saudara dari Ali bin Abi Thalib yaitu Ja’far bin Abi Thalib juga sudah menganut Islam akan tetapi ia sedang berhijrah ke negeri Habasyah.

Sampai saat itu ada beberapa tokoh ternama yang telah masuk Islam. Diantaranya ialah:

1. Utsman bin Affan
2. Zubayr bin Awwam
3. Abdurrahman bin Auf
4. Thalhah bin Ubaidillah
5. Sa’ad bin Abi Waqash
6. Arqam bin Abi Arqam
7. Sa’id bin Zaid
8. Amr bin Nufail
9. Fathimah (isteri Nufail)
10. Asma binti Abu Bakar
11. Abdullah bin Mas’ud
12. Ja’far bin Abi Thalib
13. dan masih banyak lagi yang lainnya



Setelah kurun waktu 3 tahun lebih berakhirlah pengepungan atau pemenjaraan Nabi dan keluarga Bani Hasyim itu. Akan tetapi itu tidak berarti bahwa para pemimpin kaum Qurays berubah pikiran. Mereka memberhentikan pengepungan itu karena ada kekuatan lain yang digalang untuk menentang kekuasaan kaum Qurays.

Ada beberapa pertanyaan yang menggelitik dan perlu untuk dicarikan jawabannya:

Pertama: Apakah para sahabat Nabi membantu Nabi?

Tidak. Sejarah tidak pernah menuliskan bahwa ada bantuan dari para sahabat Nabi ketika Nabi sedang ditahan dan terancam pembunuhan setiap detiknya di lembah Abu Thalib itu sehingga Nabi harus tidur berpindah-pindah untuk menghindari upaya pembunuhan atasnya.

Kedua: Mengapa para sahabat tidak membantu Nabi?
Entahlah. Pertanyaan ini lebih pantas untuk dijawab oleh mereka kelak di yaumil akhir. Kita tidak tahu apakah mereka itu takut atau memang tidak mau membantu Nabi. Kita tidak tahu apakah mereka selama 3 tahun itu terus berdo’a untuk keselamatan Nabi (sambil tidak berupaya apapun untuk menyelamatkan nya) atau duduk dan menanti siapakah yang akan menang di akhir nanti. Mungkin saja kalau Nabi terbu nuh di sana, para sahabat itu akan kembali lagi ke agama mereka dahulu. Wallahu ‘alam.

Ketiga: Mengapa mereka duduk diam dan berpangku tangan, padahal nyawa Nabi terancam?

Keempat: Mengapa mereka tidak bersatu untuk membantu, padahal Nabi sedang dalam keadaan kelaparan dan tak berdaya dikurung selama itu?

Kelima: Mengapa mereka tidak berpikir untuk melakukan perlawan dan menang atau terbunuh syahid se bagai pahlawan Islam?…………….. Bukankah kalau mereka terbunuhpun balasannya jelas yaitu surga yang abadi?

Keenam: Lalu siapakah 5 orang yang memberikan bantuan kepada Nabi?

Ketujuh: Mengapa orang-orang Nasrani itu tidak meminta bantuan kepada para sahabat Nabi?

Kedelapan: Mengapa para sahabat Nabi tidak bergabung bersama orang-orang Nasrani itu untuk membantu Nabi?

Semua pertanyaan itu hendaknya bisa dijawab oleh para sahabat senior yang lebih suka duduk termanggu daripada membantu Nabi dalam penyebaran agama ini.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

BUKTINYA BERIMAN SESEORANG TIDAK CUKUP DENGAN PERNYATAAN LIDAH SAJA MELAINKAN APLIKASI DI ALAM NYATA SEBAGAI BUKTI IMAN SUDAH BERSEMI DI HATI (DEFINISI IMAN)


KETIKA NABI DITOLONG 5 ORANG NASRANI, DIMANAKAH GERANGAN
PARA SAHABAT NABI?
(Peristiwa di Syi’b Abu Thalib)
II


"Orang-orang Arab Badwi itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman,tetapi katakanlah 'kami telah tunduk', karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu ta'at kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikitpun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. 49:14) 




LANJUTAN DARI BAGIAN 1



Berikut adalah laporan dari Ibnu Ishaq (penulis sejarah masa awal yang karyanya dianggap paling tua dalam sejarah penulisan sejarah Islam):



Bani Hasyim dan Bani Al-Muthalib menetap di Syi’ib (lembah pegunungan) setelah kaum Qurays membuat perjanjian untuk memboikot mereka. Kemudian beberapa anggota suku Qurays sendiri bangkit untuk mengakhiri pemboikotan terhadap mereka. Tak seorangpun pernah menghadapi kesulitan yang lebih berat daripada (yang dialami) Hisyam bin Amr……………….dikarenakan ia adalah putra saudara Nadha bin Hasyim bin Abdul Manaf dari jalur ibunya yang dengan demikian memiliki kedekatan hubungan dengan Bani Hasyim. Ia sangat disegani masyarakat. Saya pernah mendengar kabar bahwa tatkala kedua klan tersebut tinggal di lembah, ia seringkali membawa seekor unta bermuatan makanan di malam hari dan kemudian—setelah tiba di mulut lembah, ia melepaskan tali kekang untanya itu seraya memukul pinggangnya, sehingga unta itu berlari menyusuri jalan seta pak menuju lembah tempat mereka tinggal. Ia akan berbuat hal yang sama pada kesempatan lain de ngan membawakan pakaian bagi mereka


Ia pergi menemui Zuhair bin Abu Umayyah bin al-Mughirah yang ibunya bernama Atikah yang meru pakan saudara Abdul Muthalib, dan berkata, ‘Pantaskah engkau makan makanan dan mengenakan pakaian bagus-bagus sementara engkau tahu bahwa paman-pamanmu dari garis keturunan ibumu sedang berada dalam kondisi kelaparan dan telanjang? Mereka tak sanggup melakukan jual-beli atau melangsungkan pernikahan antar klan. Demi Allah, bila mereka itu adalah paman-paman dari Abu al-Hakam bin Hisyam (Abu Jahal) dan engkau memintanya melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang ia minta engkau melakukannya (melakukan boikot), niscaya ia takkan pernah sudi melakukannya.’ Zuhayr berkata, ‘Terkutuklah engkau wahai Hisyam. Apa yang dapat aku lakukan? Aku hanya sendirian. Demi Allah, bila ada seseorang yang berdiri di belakangku, aku akan segera membatalkan perjanjian itu. ‘Aku sendiri bersamamu,’ kata Hisyam. ‘Cari lagi yang lain,’ sahut Zuhayr. Kemudian Hisyam pergi menemui al-Mu’tam bin Adi seraya berkata, ‘Aku kira engkau takkan suka melihat dua kelompok (Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib) keturunan Abdul Manaf itu, dimana engkau salah satu anggotanya, harus binasa. Kalau engkau menyukainya, berarti engkau tergolong orang yang mengikuti kaum Qurays. Engkau akan segera menjumpai bahwa mereka akan segera melakukan hal yang sama kepadamu.’ Ia (Mu’tam) mengemukakan jawaban yang senada dengan Zuhayr seraya meminta orang keempat. 



Lalu Hisyam pergi menemui Abu al-Bukhtari bin Hisyam yang memintanya mencari orang kelima. Kembali Hisyam menemui Zam’ah bin al-Aswad bin al-Muthalib (yang juga memintanya mencarikan orang keenam), seraya mengingatkan tentang kekerabatannya (dengan Bani al-Muthalib) dan kewajiban-kewajibannya. Ia menanyakan apakah yang lain mau bekerja sama dalam melakukan tugas ini. Hisyam lalu menyebutkan kepadanya nama-nama yang lain. Akhirnya, mereka sepakat untuk bertemu pada malam hari di Hujun, sebelah atas kota Mekkah. Sewaktu bertemu satu sama lainnya, mereka sama-sama untuk tidak membicarakan persoalan dokumen tersebut hingga mereka berhasil merobek nya ……… ………… 


Keesokan harinya, tatkala para penduduk telah berkumpul, Zuhayr mengenakan jubahnya dan ber gegas pergi mengelilingi Ka’bah sebanyak tujuh kali; kemudian tampil di depan seraya berkata, ‘Wa hai para penduduk kota Mekkah, layakkah bila kita makan makanan dan mengenakan pakaian yang nyaman sementara Bani Hasyim perlahan-lahan binasa, lantaran tak sanggup membeli atau menjual sesuatu bagi kebutuhannya? Demi Tuhan, aku tidak akan diam sampai dokumen pemboikotan durjana ini disobek!’ 
Abu Jahal kontan berteriak, ‘Engkau berdusta! Dokumenitu takkann pernah disobek.’



Zam’ah berkata, ‘Engkaulah pendusta besar! Kami tak menginginkan dokumen ini bahkan semenjak ia pertama kali disusun dan ditanda-tangani’. Abu al-Bukhtari berkata, ‘Zam’ah memang benar. Ka mi tidak puas dengan isi dokumen ini tatkala ia ditulis, dan sekarangpun kami tetap tidak puas.’ 



Al-Mu’tam menambahkan, ‘Kalian berdua benar, dan siapa pun yang mengatakan sebaliknya adalah seorang pendusta. Allah menjadi saksi bahwa kami berlepas tangan dari seluruh gagasan yang ter tuang dalam dokumen tersebut!’ Hisyam mengatakan hal yang sama dan mendukung teman-teman nya. 



Al-Mu’tam lalu bergegas hendak mencabut dokumen itu dan merobek-robeknya. Ia menjumpai bah wa lembaran dokumen itu telah habis dimakan rayap, kecuali kalimat, ‘Dengan nama Allah.’ Kaum Qurays memang terbiasa memulai tulisan mereka dengan kalimat tersebut. Adapun penulis dokumen tersebut adalah Manshur bin Ikrimah. 



Al-Mu’tam bin Adi kemudian merobek-robek dokumen keji kaum Qurays itu. Serpihan-serpihannya lalu berserakan di mana-mana dan berterbangan ditiup angin sehingga tak ada yang tersisa. Tindakan ini me nunjukkan keyakinan dan keberanian—keyakinan bahwa Bani Hasyim adalah para korban tak berdosa dari ketidak-adilan, permusuhan, dan penyingkiran; dan keberanian untuk menghadapi kaum Qurays. Tin dakan (Hisyam) yang berani itu menjadi sinyal berakhirnya tragedi pengucilan Bani Hasyim. Sejak itulah, para anggota Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib dapat kembali pulang ke kota. Al-Mu’tam sendiri de ngan disertai seorang ksatria dari klannya menunggang kuda dan pergi menuju lembah dengan mengenakan pakaian perang untuk menjemput orang-orang Bani Hasyim dan Bani al-Muthalib, kemudian mengantarkan mereka kembali pulang ke rumahnya masing-masing di Mekkah.”



Sejarahwan kontemporer bernama Dr. Muhammed Hamidullah menuliskan sebagai berikut:
“Setelah tiga tahun berlalu, empat atau lima orang non-Muslim, sekalipun masing-masing masing-ma sing berasal dari klan yang berbeda, melakukan tindakan keji yang jauh lebih manusiawi ketimbang yang lain; menyatakan terang-terangan di hadapan publik mengenai keberatan mereka terhadap pem boikotan yang sangat tidak adil itu” 



(LIHAT: Introduction to Islam / Salimiah, Kuwait: The International Islamic Federation of Student Organization, 1977, halaman 10.)


'
Dr. Hamidullah mengatakan bahwa kegagalan pemboikotan terhadap Rasulullah dan keluarganya karena adanya “4 atau 5 orang non-Muslim” yang lebih memiliki rasa kemanusiaan dibandingkan dengan orang lainnya di kota Mekkah (termasuk juga para sahabat Nabi yang sampai berakhirnya masa pemboikotan itu tidak juga menampakkan batang hidungnya)



Pertanyaan yang mengemuka seterusnya ialah:
Apakah mereka lebih manusiawi bahkan ketimbang Muslimin yang (saat itu) tinggal di kota Mekkah?
Apakah mereka lebih manusiawi dibandingkan dengan para sahabat Nabi?
Di luar dugaan kita……………jawabannya memang YA!



Selain ke LIMA orang itu, ternyata tidak ada orang lain yang (terdorong dengan rasa kemanusiaan nya) mau melakukan pembelaan terhadap Bani Hasyim.



Masih tersisa satu pertanyaan lain yaitu:
Mengapa Zuhayr menganggap dirinya hanya sendirian?



Hisyam pertama kali membicarakan masalah pembatalan perjanjian kaum musyrikin untuk mem boikot Bani Hasyim, kepada temannya, Zuhayr. Pada saat itu, Hisyam mencemoohnya dikarenakan ia (Zuhayr) tidak ikut merasakan penderitaan yang dialami Bani Hasyim di pengasingan, dan atas kega galannya dalam mengakhiri penderitaan tersebut. Kemudian Zuhayr menyahut, “Celakalah engkau wahai Hisyam. Apa yang dapat aku lakukan? Aku hanya sendirian. Demi Allah, bila ada seseorang yang berdiri di belakangku, aku akan segera membatalkan perjanjian itu.”



Jawaban Zuhayr itu terlihat menyiratkan sesuatu. Mengapa ia menganggap dirinya sendirian? Me ngapa saat itu ia tidak berusaha untuk mencari dukungan beberapa Muslimin yang tinggal di kota Mekkah? Padahal, menurut para sejarawan, beberapa Muslimin di Mekkah merupakan orang-orang yang punya kedudukan penting dan sangat berkuasa di hadapan kaum musyrikin. Namun, untuk bebe rapa alasan yang sangat misterius dan mencurigakan, Zuhayr atau beberapa temannya tidak berusaha untuk merekrut Muslimin tersebut ke dalam “tim kerja” yang mereka bentuk demi mengakhiri pengu cilan Bani Hasyim.



Usaha Zuhayr dan teman-temannya akhirnya memang membuahkan hasil; Bani Hasyim (juga Bani al-Muthalib) pun kembali pulang ke kota. Namun lewat tindakannya itu, mereka telah menunjukkan bahwa Muslimin yang tinggal di Mekkah tidak diperlukan (tidak penting bagi) Muhammad maupun Islam.



SUNGGUH MIRIS MELIHAT KENYATAAN SEJARAH. PARA SAHABAT SENIOR TERNYATA SAMA SEKALI TIDAK PUNYA ARTI DALAM PEMBELAAN TERHADAP ISLAM. MEREKA A DA TETAPI TIADA. ADANYA MEREKA TIDAK MEMBUAT JUMLAH GENAP. TIADANYA MEREKA TIDAK MEMBUAT KEADAAN MENJADI GANJIL. MEREKA SEPERTI BUIH DI LA UTAN. BANYAK TETAPI TIDAK BERARTI (Hadist Nabi)



Inilah paradoks yang paling gamblang dalam sejarah Islam. Ternyata tangan yang menyambar dan merobek-robek lembar perjanjian kaum kafir (hingga berbentuk serpihan kecil) untuk mengucilkan dan memboikot Bani Hasyim ternyata bukan tangan “Orang Beriman”, melainkan tangan orang-orang yang kita sebut dengan “Orang tidak beriman”; tangan orang semacam Mu’tam bin Adi!



Bukan hanya Mu’tam, keempat temannya yaitu Hisyam bin Amr, Zuhayr bin Abu Umayyah, Abu al-Bukhtari bin Hisyam, dan Zam’ah bin al-Aswad juga bukanlah orang-orang Muslim. Beberapa seja rawan meyakini mereka adalah kaum Nasrani. Namun demikian kelimanya adalah para ksatria berbu di luhur yang tidak menyetujui ketidak adilan yang ditimpakan kepada Bani Hasyim. Mereka tidak mau tinggal diam sampai keadilan tegak di tengah kota Mekkah.



Secara teknis, kelima ksatria tersebut memang bukan Muslim. Namun mereka sendiri memiliki keta bahan dan inisiatif untuk menjunjung prinsip yang sangat Islami,yaitu prinsip keadilan. Ya, mereka a mat menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan. Dan dikarenakan tindakan heroik tersebut, nama mereka pun diabadikan dengan tinta emas dalam sejarah Islam.


Di pihak lain, Muslimin (yang tetap tinggal di Mekkah)—yang notabene adalah para sahabat senior—bukan hanya tidak berbuat apa-apa; mereka bahkan tidak melancarkan protes apapun terhadap keke jian dan sikap otokratis kaum Qurays dalam mengusir Bani Hasyim dari Mekkah. Selama tiga tahun, sungguh tak dapat dipercaya, mereka tetap bungkam seribu bahasa dan membiarkan pemboikotan te rus berlangsung. Tindakan mereka itu tampaknya dipengaruhi oleh sikap hati-hati yang berlebihan (a tau sikap pengecut berlebihan).

Boleh jadi, upaya mereka itu dimaksudkan untuk menanti celah kesempatan, seraya mencermati lintasan pelbagai peristiwa'; mereka tak ubahnya seperti para pengamat yang bersikap netral. Sungguh memalukan dan memilukan.








Siapakah yang membuang Abu Dzar Ghifari bersama Isteri dan putrinya hingga mati dalam kelapa ran? Apabila seseorang tergerak hatinya untuk menganalisa, niscaya akan menemui jalan hidup yang benar di Dunia ini: 

http://www.youtube.com/watch?v=CUxMvVDRyVk&feature=endscreen




KORUPSI DI INDONESIA SUDAH MEMBUDAYA ATAU MENDARAH DAGING MAKANYA NO WAY UNTUK MEMBERANTASKANNYA


SEMOGA TIDAK DISALAHPAHAMI
SELOGAN DARI ARSITEK REVOLUSI ISLAM IRAN, DR ALI SYARIATI:
"BETAPA SERING SUATU REVOLUSI 'MEMAKAN' ANAK-ANAKNYA SENDIRI"
(Angku di Awegeutah)

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Sepertinya ada juga yang benar pendapatnya dalam video tersebut tetapi banyak juga yang keliru. Demikianlah persoalan korupsi di Indonesia yang sepertinya mustahil diselesaikan oleh mereka yang terlibat dalam system Puncasilap itu. Itu baru sedikit yang sempat dimunculkan kepermukaan. Yang di "bawah tanah" tentunya lebih banyak lagi. Perlu digarisbawahi bahwa revolusilah yang dapat menye lesaikan persoalan tersebut tetapi sepertinya tidak ada pemimpin yang mantap untuk membimbing mereka terlebih dahulu sebelum berevolusi agar tidak mengalami sebagai sangkaan negatif mereka terhadap revolusi. Revolusi itu memang mahal sebagaimana mahalnya Surga tidak seperti angan-angan para sufi yang mengira bahwa mereka akan masuk Surga sementara mereka tidak peduli atas penderitaan kaum mustadhafin sebagai "anak kuncinya Surga".

Kekeliruan mereka atas revolusi sampai mengira orang Sumatra saja yang cocok untuk itu. Sepertinya disebabkan mereka tidak memfokuskan persoalan pada ayat -ayat Allah dalam pemecahan segala per soalan negara. Contoh berikut ini semoga dapat memperjelas masalah: Pernah seorang khatib Jum'at di suatu mesjid bercerita bahwa ada seorang ayah bersama anaknya pergi ke suatu tempat yang agak jauh bersama seekor keledai. Ketika sang ayah mengendarai keledai sndirian, orang kampung yang di lewatinya berkata bahwa orang tua tersebut tidak beracklak, masak mencari enak sendiri sementara a naknya dibiarkan jalan kaki. Lalu si ayah turun dan meminta anaknya yang naik keledai itu sendirian. O rang kampung yang sedang dilaluinya berkata bahwa anak itu tidak respek orang tuanya. Kemudian me reka mengenderai keledai itu berdua. Saat itu orang kampungpun berkata bahwa mereka menganianya binatang yang hanya mampu untuk dikendarai seorang saja. Akhirnya turun keduanya dan membiarkan masing-masing jalan kaki. Saat itu orang kampung yang sedang dilaluinya berkata bahwa mereka aneh, masak kendseraan tidak digunakan?

Sang khatib itu berkesimpulan bahwa memang semua salah kalau diserahkan kepada penilaian orang yang tidak mendasarkan pikirannya pada kalam Allah atau petunjuk Allah, walaupun sebahagian orang berpendapat salah juga namun pendapat yang sesuai dengan petunjuk Pemilik Alam Semestalah yang benar, bahkan mutlak kebenarannya. Jadi dalam hal tersebut, mereka harus berjalan kaki agar tidak me nyalahi petunjuk Allah walaupun ada orang yang berpendapat aneh, itulah alternatif daripada melakukan hal yang tidak berakhlak, tidak respek terhadap orang tua dan menganiaya binatang.

Maksud daripada revolusi memakan anak-anaknya sendiri adalah revolusi yang gagal disebabkan mu suh yang hypocrite atau munafiq terlalu besar. Apabila suatu revolusi yang dipimpin oleh seorang "I mam" yang benar tujuannya tetapi tidak berhasil seperti revolusi Karto Suwiryo di Pulau Jawa, Hasan Tiro Acheh - Sumatra dan sebagainya kesalahannya tidaklah disebabkan Karto Suwiryo, Hasan Mu hammad dan orang-orang yang tunduk patuh kepadanya, melainkan orang-orang hypocritelah yang salah. Demikian juga orang-orang yang Syahid, tidaklah sia-sia sebagaimana yang sering digembar-gemburkan orang,. baik di media-media elektronik maupun via internet. Mereka yang syahid itulah yang pasti beruntung:

"Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki". (QS Ali Imran: 169)

Di dalam Al Quran banyak sekali terdapat ayat-ayat Allah tentang jihad di antaranya : "Hai orang-orang yang beriman sukakah kamu aku tunjukkan sesuatu perniagaan yang menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (iaitu) kamu beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik jika kamu mengetahui." (As Soff : 10-11)

"Diwajibkan ke atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Bo leh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai se suatu sedangkan ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al Ba qarah : 216)

"Kerana itu, hendaklah orang-orang yang menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat, berperang dijalan Allah. Barangsiapa yang berperang dijalan Allah, lalu gugur atau memperolehi kemenangan, maka kelak kami akan berikan kepadanya pahala yang besar." (An Nisa' : 74)

"Dan janganlah kamu mengira bahawa orang-orang yang gugur dijalan Allah itu mati, bahkan mereka hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki." (Ali Imran : 169)

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang dijalanNya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti satu bangunan yang tersusun kukuh." (As Saf : 4)

Perlu diingatkan kembali bahwa revolusi yang dipandu oleh orang nomor wahid di Duniapun akhir nya "termakan anak-anaknya sendiri". Untuk ini mari kita lihat cuplikan tulisan hsndwsp di "Esensi Haji III": "Wahai pasukan jihad! . . . . . . . Kendatipun engkau telah berhasil merobohkan Bal'am, namun engkau tidak boleh lengah walau sedikitpun. Betapa sering dalam sejarah, suatu revolusi memakan anak-anaknya sendiri, mengalami dekaden kembali hanya sete lah satu generasi berlalu. Kuman-kuman yang telah lama terpendam dibawah tanah, akan muncul kembali kepermukaan. Kaum reaksioner yang pernah mengaku sebagai sahabat mu sendiri muncul secara serentak untuk bereaksi. . . . . . . .Engkau telah melumpuhkan nya dalam Perang Badar namun muncul kembali dalam Perang Siffain. . . . . . . . Engkau telah memusnahkannya di mesjid-mesjid Dhirar, namun dia muncul kembali di mesjid Ko fah. . . . . . .Engkau telah merasa aman dan lega setelah menguasai Madinah, Mekkah bah kan seluruh jazirah Arabia, namun pada generasi yang kedua Islam mendapat pukulan yang paling telak di Karbala. . . . . . ." http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/esensi-haji-3.html

"Musuh yang sepertinya tak pernah lenyap di permukaan bumi ini diindikasikan Allah da lam surah terakhir dari Al-Qur'an al-Karim, dan disimbolisasikan di lembah Mina sebagai Bal'am (jamarah terakhir). Justru itulah di khususkan menyerang kekuatan tersebut pada tanggal 10 Zulhijjah, 7 kali tembakan. Pada tanggal 11 Zulhijjah, barulah engkau diperin tahkan untuk menggempur secara keseluruhan. Tembaklah Fir'aun 7x, Karun 7x dan lagi-lagi Bal'am 7x. Sudah berapa pelurukah kau habiskan? 7x4 = 28 peluru. Serangan dilan jutkan pada tanggal 12 Zulhijjah. Tembak Fir'aun 7x, Karun 7x, Bal'am 7x. Pada tanggal 13 Zulhijjah gempur lagi, tembak Fir'aun 7x, Karun 7x dan Bal'am pun masih perlu kau tembak 7x lagi. Sudah berapa pelurukah engkau habiskan? 28 + 7 x 6 = 28 + 42 = 70 pe luru. Engkau masih memiliki sisanya 7 peluru lagi. Selesai sudah pertempuranmu."
http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/esensi-haji-3.html

Perlu digarisbawahi juga bahwa revolusi yang haq bukan sekedar meluluhlantakkan rezim despotik te tapi juga mempersiapkan system yang redha Allah (Meruntuhkan yang batil, membangun yang haq) System yang redha Allah adalah system yang menggunakan hukum yang diturunkan Allah. Sebagai indikasinya adalah surah al Maidah ayat 44, 45 dan 47.

Teory John Lockj yang terkenal dengan "Tries Politica" (baca Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif) ter nyata gagal untuk melindungi negara dari perobahan presiden menjadi Diktator dimana paska kerun tuhan negara-negara yang bentuk kerajaan dan berganti dengan bentuk Demokrasi, juga presidennya tidak berbeda dengan "raja" kecuali pakaiannya saja. Hari ini kita saksikan lagi bahwa "Demokrasi" yang digembar-gemburkan Barat dan diamini oleh orang-orang dibelahan Dunia Timur, ternyata palsu. Mereka menggunakan selogan Demokrasi untuk menipu bukan saja rakyat di Timur Tengah dan Timur jauh tetapi mereka juga menipu rakyat dinegaranya sendiri (Amati Accupy Streed, 99 ")

Dalam system Islam yang benar ternyata masih ada 2 lembaga lagi yang sangat menentukan yaitu lem baga Para Ulama dan Imam. Dizaman kita ini memang belum ada contoh kecuali satu-satunya contoh "Wilayatul Fakih" (Teory Imam Khomaini yang brilliant). Sayangnya masih banyak saudarakita dari Sun ni yang belum memahami kebenaran Republik Islam Iran.

Dengan terjadinya revolusi Rakyat di Timur Tengah dan Afrika Utara sekarang mengundang kita untuk menga nalisa kembali anatomi Revolusi Islam Iran yang muncul ditengah-tengah kezaliman tetangga-tetangganya, mereka mampu bangkit dan makin lama makin cemerlang sebagaimana kita saksikan se karang ini dibawah pimpinan Mahmoud Ahmadinejad sebagai Presiden dan Ayatullah Sayed Ali Kha meney sebagai Imamnya (pengganti Imam Khomaini yang tidak lain adalah muridnya sendiri). Realita nya bukan saja system yang harus benar tetapi pemimpin juga. Sepertinya Republik Islam Iran baru se karang memiliki Imam dan Presiden yang se ide dengan Imam Khomaini. Semoga di RII itu bermuncu lan "Khameney-khameney" dan "Ahmadinejad - ahmadinejad" lainnya paska mereka berdua.

Mengapa kita sampai berdoa seperti itu? Jawabannya adalah: "Ketika kita berbicara system Islam tidak ada sampel sebagai buktinya hingga banyak orang mengira mimpi dan angan-angan, namun begitu kemunculan Ahmadinejad dan Ali Khamenei sekarang baru sebahagian orang yang dulunya ragu, meyakini keberadaan system Islam yang representant" Terakhir, mari kita tutup dengan ayat Allah swt ini:

Alam Syurga atau Neraka...
"Tiap-tiap yang bernyawa akan merasai mati dan bahawasanya pada hari kiamat sahajalah akan disempurnakan balasan kamu. Ketika itu sesiapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke syurga maka sesungguhnya dia telah berjaya dan ingatlah bahawa kehidupan di dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan bagi orang yang terpedaya". (Surah Ali Imran 3: 185)

Billahi fi sabililhaq

(angku di Awegeutah) 
    Acheh - Sumatra


From: Tabaos Nusa Ina
To: ambon@yahoogroups.com
Sent: Saturday, February 11, 2012 10:43 AM
Subject: [ambon.com] VIDEO: "Aduuuh, DPR !!!" (9part)

Ayo ramai-ramai melihat perdebatan KORUPSI dan KEBOBROKAN
 DPR RI di Indonesia Lawyers Club - TV one, 24 Januari 2012


http://www.youtube.com/watch?v=GtQafEeD-TI ("Aduuuh, DPR !!!" (9part):)
http://www.youtube.com/watch?v=U5ZTyMJtx14 (Nikmatnya Koruptor di Negara Korup)
http://www.youtube.com/watch?v=giVv4UZsXAw (Kecanggihan Korupsi Indonesia-Bagian-1.m4v)
http://www.youtube.com/watch?v=bPbst4ti2ps (kasus hambalang)
http://www.youtube.com/watch?v=SMLuFhAqpm0#t=536 (The Best Critics of: J.E. Sahetapy)
http://www.youtube.com/watch?v=AwEb2C_Fol8  (kasus hambalang)
Masih banyak lagi seperti kasus bank centuri dan sebagainya...


http://achehkarbala.blogspot.com/2011/06/pancasila-adalah-ideology-taghuti.html
http://indonesian.irib.ir/hidden-1/-/asset_publisher/m7UK/content/koruptor-tetap-istimewa-di-penjara?


 
 
 
 
 
m

Kamis, 09 Februari 2012

PERSEKONGKOLAN FIRUN, KARUN DAN BAL'AMLAH YANG MEMBUAT SYIAH DAN SUNNI BENTROK.



 KEPEMIMPINAN YANG BENAR SEBAGAIMANA DI REPUBLIK ISLAM IRANLAH YANG DAPAT MEMPERSATUKAN BUKAN SAJA ANTAR SYIAH DAN SUNNAH TETAPI BAHKAN ANTAR ISLAM DAN KRISTIAN SERTA NON ISLAM LAINNYA
hsndwsp
Acheh - Sumatra


Bismillaahirrahmaanirrahiim


Menarik juga kita simak "Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam" yang ditulis oleh Pena sehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam, Hujjatul Islam Mir Aghaei.

Hujjatul Islam ini telah membahas panjang lebar, tantangan pendekatan Mazhab-mazhab Islam. Semoga berkenan menerima komen kita ini yang tidak bertujuan untuk mendiskreditkannya, melainkan bertujuan untuk menambah kuat persepsi kita dalam memahami kondisi Ummah dan Imamah di zaman kita yang terakhir ini, semoga Allah swt berkenan memunculkan Imam Akhir zaman di zaman kita ini, Muhammad al Mahdi al Muntazhar dan Nabi Isa bin Maryam as.

Pada prinsipnya saya setuju sebagaimana yang telah diurai jelaskan oleh Hujjatul Islam ini, namun izin kanlah saya menyampaikan sedikit tambahan, dimana barangkali bermanfaat buat kita sekalian.

Pertama sekali saat kita analisa lembaran-lembaran sejartah, baik sejarah perjuangan Rasulullah, Nabi Muhammad saww sendiri maupun sejarah perjuangan Imam-Imam yang ditunjukkan Allah dan Rasul Nya secara kwnatitas sangat minim tetapi sangat mengagumkan secara kwalitasnya. Banyak penulis se jarah berpendapat bahwa jaman kegemilangan Islam adalah jaman "Khalifaur Rasyidin", sebaliknyakita berkeyakinan bahwa Jaman kegemilangan itu adalah jaman Rasulullah sendiri dan jaman Imam Ali bin Abi Thalib, bukan jaman "khalifaurr Rasyidin". Keyakinan kita ini berdasarkan kwalitas bukan kwanti tas. Di jaman Nabi suci, Muhammad saww mendapat pengakuan Allah sendiri saat Nabi Suci mengangkat Imam Ali as sebagai Maulanya atau perpanjangan keimamahan Rasulullah sendiri agar manusia yang ingin mengikuti agama yang benar mengikuti Imam yang diumumkan Nabi sendiri di Ghadir khum.

Pengakuan Allah swt ini terbukti dengan turunya ayat terakhir: "حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير الله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما أكل السبع إلا ما ذكيتم وما ذبح على النصب وأن تستقسموا بالأزلام ذلكم فسق اليوم يئس الذين كفروا من دينكم فلا تخشوهم واخشون اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا فمن اضطر في مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفور رحيم"

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kita tidak sedang membahas ayat terakhir ini disebabkan terlalu banyak pendapat yang kerap membuat kita confused. Yang hendak kita sampaikan hanya agama dibawah panduan Nabi terakhir dinyatakan Allah sempurna dengan pengumuman Imam Ali sebagai perpanjangan keimamahan Nabi suci. Kalau ada pihak yang tidak sependapat adalah wajar dan itu adalah hak mereka. Namun sangat disayangkan Imam Ali tidak diberikan kesempatan oleh mayoritas "kaum Muslimin" saat itu bersama pemimpin yang mereka percaya, kecuali setelah berakhirnya kepemimpinan Usman bin Affan.

Lalu kita bertanya-tanya dalam hati kalau Rasulullah sudah menetapkan penggantinya kenapa ada alternatif lain bagi kebanyakan "Ummah" kala itu? Bukankah "haq" hukumnya untuk tunduk patuh kepada Nabi yang semua kita tau bahwa apa saja yang ditentukan Nabi pasti berasal dari Allah?. Berdasarkan argumen ini berarti siapapun yang tidak mengikuti atau tidak tunduk patuh kepada Nabi sama dengan tidak tuduk patuh kepada Allah sendiri. Lalu kita bertanya-tanya kepada orang-orang yang mengaku tokoh Islam sekarang ini, apakah orang seperti itu masih dianggap sebagai orang beriman walaupun mereka sendiri mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad tetapi menolak ketetapan Nabi Suci? Di jaman kita ini persoalan yang begini dianggap mnyelimet, padahal sangat mudah dipahami asalkan kita tidak termasuk type orang fanatik buta. Namun demikian kalau ada pembaca yang belum mampu memahaminya silakan baca di http berikut ini: 
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html

Banyak tokoh kita takut membicarakan persoalan dialinia diatas dengan alasan akan menuai perpe cahan antara Syiah dan Sunni. Hemat saya tidaklah demikian. Sunni memang berbeda dengan Syiah Imamiah 12 (maaf saya tidak bermaksud Syiah lainnya yang non Imamiah 12. Malah di Syiah Ima miah 12 juga tidak kita ikutkan syiah yang sudah dekaden). Perlu digaris bawahi bahwa perbedaan antara Islam dengan Kristian lebih besar lagi tetapi kenapa antara Orang Islam dan orang Kristian dapat bersatu di Republik Islam Iran dan di Libanon? Pertanyaan saya ini sangat mudah dipahami, tidak mnyelimet. Perpecahan antar mazhab Islam bukan disebabkan kita tidak menyembunyikan kom ponen-komponen yang berbeda di kalangan mazhab Islam tetapi pemimpin yang tidak layak disebut pemimpin tetapi lebih tepat kita katakan "penguasa". Penguasa hanya ingin menguasai rakyatnya bukan mempersatukannya.

Yang namanya pemimpin memang tugas utamanya memimpin rakyatnya kearah persatuan melalui ditegakkannya "Keadilan". Bukan saja keadilan ekonomi tetapi juga keadilan sosial dan politik. Demi kianlah mayoritas pemimpin di Republik Islam Iran sekarang ini di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad dan Sayed Ali Khamenei atau Rahbar. Di Republik Islam Iran bukan saja sama kepedulian pemimpin terhadap komunitas Islam Sunni tetapi juga sama kepeduliannya terhadap komu nitas Kristian dan non Islam lainnya. Lalu kita pertanyakan sekali lagi apakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di Saudi Arabya dulu? Jawabannya adalah ulah penguasa yang hypocrite. Alhamdulillah Syiah dan Sunni yang sadar sekarang di Saudi Arabya bersatu melawan kesewenang-wenangan rezim despotik, bukan? Siapakah yang membuat syiah dan Sunni bentrok sejak dulu sampai kini di Indonesia? Jawabannya penguasa. Siapakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di Mesir, Libya dan Irak dulu? Jawabannya pasti penguasa. Penguasa berdaya upaya untuk mengu asai rakyatnya agar kekuasaan mereka tetap langgeng. Salah satu fenomena yang fital adalah menciptakan perpecahan antar rakyat yang berbeda mazhab dan agama agar tidak bersatu, kendatipun di mulut penguasa senantiasa digembar-gemburkan persatuan. Itu adalah "hikayat Musang" yang hanya mampu mengelabui jenis orang "Pak turut" tetapi tidak berdaya kepada rakyat yang sudah sadar. Penguasa despotik berkuasa dengan keutuhan 3 entas (baca trinitas), Entas "Fir'un" (presiden atau raja dengan segenap jenjangannya), entas "Karun" (bendaharawan Negara) dan entas "Bal'am" (Menteri agama beserta jenjangnnya sampai ke Kabupaten - kabupaten dan lembaga  "Ulama"). Ini memang termasuk persoalan yang mnyelemet. Untuk ini silakan analisa di http berikut ini:


Selanjutnya mari kita analisa satu saja diantara point-poin yang dipaparkan hujjatul Islam kita, yaitu

6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Apa yang diurai jelaskan ini benar adanya tetapi perlu kita pertanyakan, mana yang lebih produktif buat komunitas kita, menyalahkan musuh atau kelemahan kita sendiri. Hemat saya apabila kita fokuskan pada kesalahan musuh, yang namanya musuh memang wajar hendak melemahkan komunitas kita. Itu memang tugas mereka sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman. Bagi orang yang benar imannya keberadaan musuh sama dengan keberadaan Syaitan. Secara syar'i memang tidak mampu kita terima tetapi secara filosofis dan ideologis wujud Syaithan dan musuh adalah "haq" sebagai ujian Allah buat manusia. Andaikata kita fokuskan pada kesalahan musuh sama dengan kita bertanya pada Allah swt: "Ya Allah kenapa Engkau jadikan Syaithan hingga mereka telah menipu hambamu yang baik" Padahal yang namanya hamba Allah yang baik mustahil dapat ditipu Syaithan. Atau seperti orang alergi melihat kerumunan ulat lalu berkata: Ya Allah, kenapa Engkau jadikan Ulat yang membuat hati kami ngeri saat melihatnya. Padahal secara filosofis tanpa dijadikan ulat, Dunia ini akan penuh dengan bangkai-bangkai. Kalau kita sudah sampai klimaksnya berpikir baru kita sadari bahwa semua makhluk yang dijadikan Allah, tidak ada satupun yang sia-sia. Sebaliknya sampai Syaithanpun atau jin bermanfaat bagi manusia. Maaf bukan secara syar'i tetapi melalui kacamata Filosofis dan ideologis. Andaikata Allah tidak menjadikan Jin, sampai hari ini hanya Nabi Adam dan Hawa saja berdua menikmati fasilitas yang surgawi di dalam Surga. Logikanya Allah membuat sesuatu via hubungan sebab akibat. Turunya Hujan memang urusan Malaikat sebagai aparat Allah. Tetapi tidaklah hujan itu dituangkan begitu saja kepermukaan Bumi melainkan melalui proses deltilasi, dipanaskan air laut oleh matahari, lalu membubung naik ke angkasa, menjadi awan, dihembus angin ke gunung. Makanya hujan lebat banyak pegunungan
 http://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/puisi-filosofis.tml

Demikian juga proses Nabi Adam dan Hawa sebelum diangkat Allah sebagai wakilNya di Bumi. Silakan telusuri di http ini: http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/puisi-filosofis.html. Ada suatu hal yang kita lupa bahwa Allah sendiri telah memberitahukan manusia bahwa akan mengembalikan Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar di akhir kehidupan Dunia ini, dimana sebelumnya Dunia dipenuhi dengan kezaliman (baca betapa sering yang "haq" dikalahkan oleh yang "bathil" disebabkan banyaknya "manusia" yang bathil hingga membuat orang yang lemah iman terpedaya dengannya). namun saat Imam Mahdi dimunculkan kembali Dunia menjadi aman dan penuh keadilan dibawah pimpinan sang Imam. Dari itu kalau kawasan di Timur Tengah dikuasai oleh rezim-rezim despotik dalam kurun waktu yang demikian lama tidaklah menjadi hal yang aneh bagi kita hingga menyalahkan pihak Barat yang mesupport rezim-rezim despotik hampir seluruh Dunia. Dengan kesadaran rakyat di Timur tengah bersatu bukan saja antar Syiah dan Sunni tetapi juga antar Islam dan Kristian sampai ke Amerika dan Eropa. Semoga Allah memunculkan Imam zaman di akhir tahun 2012 ini, yang sekarang sedang dalam keadaan "Ghaib Kubra". AAmin ya Rabbal aa'lamin. 

Baarakallah li walakum
(angku di Awegeutah),
Acheh - Sumatra







Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam
Kamis, 2012 Februari 09 07:45
Oleh: Hujjatul Islam Mir Aghaei

Perbedaan utama antara arogansi dunia dan penguasa serta politisi pada masa lalu adalah mereka mema suki dunia Islam dengan penuh perhitungan dan melibatkan ratusan pemikir dan ilmuan dengan nama orientalis. Dan dengan trik baru, mereka berhasil mengadu-domba antar sesama Muslim.

Sejarah masa lalu umat Islam sarat pasang surut terkait kedekatan antar sesama mereka. Sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam pernah mencapai puncak kemajuan dan kegemilangan berkat persatuan dan solidaritas yang terjalin di antara mereka. Sementara pada sisi lain sepak terjangnya, umat Islam ju ga mengalami puncak kelemahan dan ketertinggalan akibat perselisihan, perseteruan, dan keterasingan satu sama lain. Tentu saja, tingkat kesuraman ini bervariasi dan tergantung pada letak geografis dan intensitas antar mazhab serta dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa yang saling terpisah.

Tudingan palsu, pengkafiran, prasangka buruk, dan fanatisme buta antara kebanyakan pengikut maz hab dalam Islam, merupakan sebuah fenomena umum di masa lalu dan sekarang. Karena itu, sangat urgen untuk memahami faktor-faktor yang melahirkan hubungan tidak sehat, konflik dan perseteruan di antara mereka. Kita perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang telah menghalangi kerjasama dan pen dekatan antar sesama Muslim. Di sini kami akan menyinggung beberapa kendala yang menciptakan ju rang pemisah dan jarak di tengah umat yang agung ini.

1. Kebodohan dan ketidaktahuan satu sama lain
Salah satu problema Muslim dan pengikut mazhab-mazhab Islam pada masa lalu dan sekarang adalah sangat minimnya pengetahuan dan pengenalan mereka terhadap pengikut seluruh mazhab lain. Secara umum, mereka tidak mengetahui akidah, fikih, dan akhlak kelompok lain. Dan tragisnya, kadang mereka justru memiliki pengetahuan sebaliknya tentang saudaranya sesama Muslim. Pada masa lalu, ketidaktahuan ini didominasi oleh jarak dan minimnya sarana komunikasi antara mereka. Namun, kini dunia telah berubah menjadi sebuah institut dan jarak bukan lagi halangan seiring kemajuan teknologi komunikasi, surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet. Jadi, sekarang ketidaktahuan tersebut tidak dapat dibenarkan lagi.

Tokoh masyarakat, pemilik sarana komunikasi, para khatib dan orator perlu memberi wawasan dan pengetahuan kepada umat tentang adab, tradisi dan kepercayaan umat Islam di seluruh penjuru dunia, sehingga semua mengetahui bahwa Muslim menyerap pengetahun Islam dari sumber yang satu, yaitu; al-Quran dan hadis. Terlepas dari adat istiadat masing-masing daerah, prinsip-prinsip keyakinan dan pengetahuan Islam, mereka adalah satu dan umat yang satu. Langkah mewujudkan sikap saling penger tian dan pengenalan antara Muslim, tentu saja memberi kontribusi besar dalam melahirkan simpati dan persaudaraaan di tengah mereka.

2. Tudingan tak berdasar dan kesalahpahaman
Memperhatikan buku-buku yang ditulis oleh pengikut mazhab-mazhab Islam terhadap satu sama lain, dengan penilain objektif dan ilmiah, akan terlihat jelas bahwa kebanyakan isi buku-buku tersebut tidak lebih dari tudingan palsu dan fitnah. Sayangnya, tudingan-tudingan tak berdasar itu menyebar begitu cepat di tengah umat Islam. Tudingan tersebut bisa jadi karena kebodohan penulis terhadap akidah ke lompok lain, atau dampak fanantisme buta akibat dendam sejarah yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam, lalu mereka menebarkannya di tengah masyarakat Islam lewat goresan-goresannya.

Kebanyakan dendam dan prasangka buruk yang ada di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, juga lahir akibat kesalahpahaman mereka terhadap prinsip-prinsip, nilai-nilai dan akidah kelompok lain. Seba gian Muslim tidak saling mengenal satu sama lain, tidak punya pengenalan sempurna terhadap kebi asaan dan tradisi kelompok lain, dan setiap ritual sosial dan nasional kelompok lain akan dianggap sebagai akidah mazhab mereka. Kemudian dengan melihat sedikit perbedaan, mereka langsung mem buat kesimpulan keliru dan berburuk sangka kepada saudaranya serta menuding mereka sebagai ahli bid'ah. Padahal, perbedaan-perbedaan parsial seperti itu banyak ditemukan di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, antara lain; sujud di atas tanah (turbah), ziarah kubur, gelar ratapan duka di tengah pengikut Syiah. Puasa di hari Asyura dan ziarah kubur di tengah pengikut Ahlu Sunnah, akan dianggap bid'ah oleh orang-orang yang tidak berpengetahuan dan fanatik buta. Mereka dengan mudah meng kafirkan kelompok tertentu dan menebarkan tuduhan-tuduhan palsu. Padahal, jika mereka mengetahui dengan baik keyakinan mazhab lain, tentu jurang pemisah di tengah umat Islam dapat dipangkas seca ra drastis.

3. Fanatisme kesukuan, sektarian, dan individual
Rasa kagum manusia terhadap diri dan apa yang dimilikinya, senantiasa menjadi sisi negatif yang meng halangi manusia mencapai kesempurnaan material dan spiritual. Sifat itu juga telah mencegah manusia memanfaatkan karunia-karunia orang lain. Kekaguman ini muncul dalam bentuk individu, etnis, suku, mazhab dan sekte. Terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, manusia akan bersikap egois dan memandang dirinya di atas yang lain serta bersikap fanatik. Padahal, kitab suci al-Quran memper kenalkan konsep kesetaraan manusia dalam sebuah pesan globalnya; "Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa."

Namun, manusia yang terlena oleh hawa nafsu dan gemerlap dunia, senantiasa menganggap warisan nenek moyangnya dan interpretasinya atas kitab dan sunnah, sebagai kebenaran, sementara pemikiran dan gagasan kelompok lain selalu salah dan keliru di mata mereka. Padahal, alangkah bijaksananya jika ia menilai perbedaan ras, bahasa, dan letak geografis sebagai sebuah kewajaran. Mereka menolak kelompok lain atas dasar fanatisme buta dan bukan argumentasi rasional. Sementara metode yang benar adalah mengajak pengikut berbagai mazhab untuk membahas bersama-sama dalam kerangka dialog logis dan rasionalitas agama, serta menjadikan al-Quran dan sunnah sebagai landasan ijtihad.
Dalam konteks seperti itu, perbedaan mazhab akan menjadi rahmat bagi kaum Muslim dan jembatan untuk mendalami pemahaman keagamaan. Perbedaan suku, ras, bahasa, dan mazhab bukan alasan untuk membenarkan atau menyalahkan penafsiran dan ijtihad dari kitab dan sunnah. Akal sehat dan logika yang kuat adalah satu-satunya parameter untuk menilai kebenaran dan kesesatan akidah dan kepercayaan.

4. Ekstrimisme, fanatisme etnis, pengkafiran, dan pelecehan sakralitas kelompok lain
Di antara problema dunia Islam pada masa lalu dan sekarang, adalah semangat radikalisme dan ekstrimisme di tengah sekelompok kecil Muslim. Islam adalah agama yang seimbang dan fitrah suci manusia. Keterikatan Muslim terhadap mazhab tertentu, kadang-kadang bisa mengeluarkan mereka dari jalan tengah dan stabil, lalu menyeret mereka ke lembah ekstrimisme dan radikalisme.

Di bawah semangat yang tidak sehat ini, mereka kemudian saling mengkafirkan dan menuding pihak lain sebagai ahli bid'ah. Mereka juga bersikap ekstrim dan kaku dalam menafsirkan dan menerapkan prinsip-prinsip dan aturan syariat kepada kelompok lain. Dengan alasan yang dibuat-buat, mereka menganggap pihak lain sebagai orang yang fasik, munafik, dan keluar dari Islam. Sejalan dengan sikap negatif tersebut, kelompok lain bangkit menghina seluruh umat Islam dan sakralitas mereka. Langkah ini telah melukai perasaan umat Islam se-dunia.

Pada masa lalu, contoh nyata model pemikiran dan semangat yang tidak berimbang ini adalah kelompok Khawarij. Sempalan ini menyakini bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar akan dilogongkan kafir. Dengan alasan itu, mereka bahkan memerangi Imam Ali ibn Abi Thalib as. Akhirnya, melalui sebuah konspirasi busuk, mereka mengantarkan Imam Ali as ke gerbang syahadah.

Sekarang, kelompok-kelompok kecil di tengah mazhab Syiah dan Ahlu Sunnah juga terjebak ke jurang ekstrimis. Mereka mengkafirkan kelompok lain dan kadang-kadang menganggap tindakan membunuh saudaranya sesama Muslim sebagai ibadah. Atau menyulut api perpecahan dan perseteruan dengan menghina kesucian satu sama lain dan umat Islam. Salah satu tugas para pelopor pendekatan antar-mazhab adalah memperluas rasionalisme dan keseimbangan di tengah umat Islam.

5. Kepentingan politik dan ekonomi penguasa
Sejak dulu sering dikatakan bahwa manusia bersama agama para penguasanya. Artinya, kebijakan penguasa di setiap masyarakat sangat berperan dalam membentuk pikiran dan ide-ide masyarakat tersebut. Keyakinan beragama para anggota masyarakat juga tak luput dari pengaruh penguasa. Kebi jakan penguasa yang menguasai jiwa, harta dan keamanan masyarakat, telah mendominasi politik, ekonomi, budaya dan pendidikan dan pengajaran masyarakat tersebut. Kini, seiring meluasnya sarana komunikasi publik, pengaruh itu menjadi berlipat ganda.

Penguasa dan politisi yang bijak akan memanfaatkan sarana dan fasilitas tersebut demi kebaikan, perubahan dan persatuan umat. Namun, ada banyak penguasa yang mengeksploitasi kemajuan tekno logi untuk kepentingan politik dan ekonominya. Selain tahta dan harta, mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk memperlebar pengaruhnya dan menciptakan perpecahan di tengah umat Nabi Muhammad Saw. Tindakan seperti ini merupakan contoh nyata tiranisme, yang menjadi akar per selisihan dan perseteruan umat.

6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Pada masa lalu, hanya penguasa lokal yang mengadu-domba umat atas nama agama atau karena kebodohannya atau karena fanatisme dan kepentingan. Namun, dalam dua-tiga abad lalu dan sejak Eropa menginjakkan kakinya di dunia Islam untuk menjarah sumber daya dan kekayaan negeri-negeri Muslim, faktor lain juga memasuki arena pemecahan umat Islam. Faktor baru ini mempertontonkan kejahatan yang paling keji dalam menguasai dan menjarah kekayaan Muslim.

Perbedaan fundamental antara pendatang baru ini dan penguasa lokal pada masa lalu adalah mereka mamasuki dunia Islam penuh perhitungan dan melibatkan sejumlah ilmuan dengan bendera orientaslis. Mereka mengacak-acak umat Islam dengan berbagai trik dan konspirasi. Mengingat mereka sama sekali tidak punya hubungan emosional, keagamaan, dan nasionalisme dengan umat Islam, maka tak segan-segan pendatang baru ini melakukan berbagai kejahatan dan menciptakan malapetaka di dunia Islam demi menguasai kekayaan umat yang agung ini.

Beberapa metode baru yang digunakan imperialis dan terutama Inggris untuk menciptakan konflik di tengah umat Islam adalah sebagai berikut:

a. Membentuk sekte dan sempalan baru
Sejak dulu, kebijakan imperialis Inggris didasari pada pembentukan sekte baru dan kelompok politik sesat. Contoh pembentukan mazhab politik baru adalah mewujudkan paramisioner dan juga partai-parti afiliatif. Dalam bidang agama, mereka membentuk sekte-sekte sesat seperti Baha'i, Qadiyan, Shaikhan dan lain-lain. Tujuannya adalah menyimpangkan ajaran Islam dan memantik perpecahan umat. Metode lain Inggris adalah memanfaatkan agen-agenya di dunia Islam untuk kepentingan mata-mata dan aksi spionase.

Puncak penyimpangan intelektual yang diciptakan oleh imperialis adalah menghapus hukum esensial dalam Islam seperti, jihad, amar makruf dan nahi munkar, urgensi mendirikan negara Islam dan menggantikannya dengan sekularisme, dan juga konsep nabi terakhir, serta mempromosikan penafsiran-penafsiran keliru tentang qadha dan qadar, kepasrahan, irfan, dan tasawuf.

Kebijakan imperialistik ini masih memanfaatkan unsur-unsur yang menyimpang dan memperkuat penyimpagan pemikiran beberapa mazhab. Mereka juga mengerahkan antek-anteknya ke berbagai negara Islam untuk melancarkan praktek pengkafiran, tudingan bid'ah, dan fasik kepada seluruh umat Islam. Anasir-anasir ini telah menaburkan benih-benih perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam.

Kini, mungkin saja era membentuk sekte-sekte sempalan telah berakhir, meski para imperialis masih memanfaatkan senjata ini dalam beberapa peristiwa. Namun, pembentukan gerakan pemikiran dan ideologi modern, partai-partai afiliatif, tokoh-tokoh revolusioner palsu dan penyeru kebebasan, merupakan metode baru arogansi dunia untuk menguasai dunia Islam. Mereka menyebarkan pemikiran-pemikirannya dengan memanfaatkan sarana komunikasi dan kemajuan teknologi. Imperialis global juga berupaya memisahkan masyarakat Islam dari Islam murni dan revolusioner dengan tujuan melemahkan mereka dari dalam. Kewaspadaan terhadap trik baru ini, yang diprioritaskan terhadap pusat-pusat pendidikan, media, dan universitas, adalah tugas generasi baru dan harapan masa depan umat Islam.

b. Meruntuhkan dunia Islam dan disintegrasi negara Muslim
Pada zaman dulu, kekuatan-kekuatan besar menancapkan kekuasaannya atas dunia Islam dengan segala kelemahan dan penyimpangan yang mungkin, tetapi perwakilan kekuatan politik umat Islam bangkit melawan musuh-musuh Islam dan mempertahankan integritas teritorial wilayah Muslim dari rongrongan musuh. Dinasti Ottoman telah mendirikan sebuah pemerintahan yang kuat dan mencakup Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian besar dunia Ahlu Sunnah. Sementara pusat pemerintahan mereka bertempat di Turki. Di sisi lain, Syiah juga membentuk pemerintahan yang tangguh di bawah dinasti Safawi dan kemudian berdiri pemerintahan Qajar.

Salah satu pengkhianatan besar penjajah dunia Islam dan umat Islam adalah memperlemah pemerintahan Syiah di Iran dan pendudukan terhadap sejumlah kota dan provinsi di negara itu. Kaum imperialis memecah-mecah negara-negara Islam dan menciptakan negara-negara kecil di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Konspirasi ini mempermudah imperialis untuk melakukan invasi militer ke negara-negara Islam.

Konspirasi tersebut merupakan pukulan terberat terhadap kemuliaan dan kedigdayaan Muslim. Barat semakin leluasa menebarkan benih-benih permusuhan dan perpecahan serta menciptakan sekte-sekte baru di tengah umat Islam. Pada masa sekarang, Barat juga berupaya membentuk Timur Tengah baru, membagi Irak dan secara keseluruhan dunia Islam. Amerika Serikat, Eropa dan rezim Zionis Israel mempersiapkan peta baru untuk memecah negara Islam. Konspirasi dan Peta Jalan ini kiranya dapat digagalkan dengan kewaspadaan dan persatuan umat Islam.

c. Invasi militer dan pendudukan
Fenomena ini juga dilakoni oleh kolonialis di beberapa belahan dunia Islam seperti, anak benua India sepanjang tiga abad lalu dan dunia Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara, pasca runtuhnya Dinasti Ottoman. Masalah ini telah menjadi sumber sengketa garis perbatasan, politik, sektarian dan suku serta menghalangi persatuan dan kerjasama antar umat Islam.

d. Pembentukan pemerintah boneka
Para kolonialis Barat menempatkan beberapa antek-anteknya di negara-negara Muslim yang tidak berhasil mereka taklukkan. Mereka ditempatkan melalui konspirasi dan kudeta untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan imperialis dan penjaga kepentingan Barat di dunia Islam serta pemicu perpecahan dan konflik di tengah umat Islam. Konspirasi busuk ini dilancarkan di Iran dan Turki pada permulaan abad ke-20 dan mereka menempatkan antek-anteknya seperti Reza Khan dan Kemal Ataturk untuk menjalankan misi imperialis.

7. Menciptakan sekat di tengah umat Islam
Komunikasi, kontak dan interaksi antara umat Islam serta dialog untuk mengenal akidah satu sama lain, akan mengikis sejumlah besar kesalahpahaman dan membantu pemahaman antar sesama.

Pada masa lalu di mana sarana komunikasi masih terbatas, berbagai rumor dan kesalahpahaman mendominasi kaum Muslim yang dipisah oleh jarak, tapi sekarang, umat Islam bisa memahami dengan baik pemikiran-pemikiran saudaranya dan terlibat dalam berbagai seminar dan konferensi. Kini, mereka memahami bahwa kebanyakan perbedaan itu adalah bagian dari sengketa verbal dan bersifat parsial. Sementara ada banyak unsur kolektif yang akan menghubungkan mereka satu sama lain dan perbedaan sangat minim jika dibandingkan dengan persamaan yang mereka miliki.

Pelaksanaan ibadah haji, yang termasuk ibadah agung Islam dan poros tauhid serta solidaritas Muslim, memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan keakraban di tengah umat Islam. Jika ritual ini dikelola dengan baik, maka akan sangat membantu misi pendekatan mazhab dan persatuan Islam. (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)

* Penasehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam
Tags:
Related News
Ahmadinejad: Demi Israel, Kekuatan Arogan Rela Menindas Bangsa Lain
Read More >>