Rabu, 30 September 2009

BASYAR ADALAH MAKHLUK YANG TIDAK BERBULU DI TELAPAK TANGANNYA. ANDAIKATA BERBULU BERARTI MAWAS ATAU GORILLA





Bismillaahirrahmaan irrahiim

Ketika AS melemparkan isu teroris, kita masih mampu berfikir justru AS lah teroris yang sebenarnya tetapi disebabkan AS memiliki "corong terbesar" Dunia sekarang ini, dengan mudahnya menuduh pihak lain sebagai teroris. Andaikata AS itu memanfaatkan Power yang mereka miliki, benar-benar untuk membebaskan komunitas-komunitas yang terzalimi di seluruh pelosok Dunia seperti West Papua, Republik Maluku Selatan dan Acheh - Sumatra dari penindasan Indonesia serta komunitas-komunitas lainnya seperti komunitas Kurdistan, Moro di Pilipina, Palestina di Timur tengah dan komunitas-komunitas lainnya di benua Afrika, barulah benar AS dan penduduk Duniapun akan salut kepada AS sebagai Polisi Dunia. Sayangnya realita tidaklah demikian. Mereka telah melukai komunitas Afganistant, Irak dan tidak bersikap jujur terhadap Republik Islam Iran, dimana yang terakhir ini sepertinya akan mampu menempatkan dirinya sebagai pengundang Imam Akhir Zaman untuk meluluh lantakkan segala bentuk kezaliman dipermukaan Bumi ini sebelum tiba masanya Kiamat Dunia.
 

Yang ingin penulis ingatkan, kenapa ketika kita saksikan orang-orang yang mendekam dalam penjara Indonesia, kita tidak mampu berfikir bahwa sesungguhnya persekongkolan antar "Fir'un", "Karun" dan "Bal'am" Indonesia itu jauh lebih zalim daripada pribadi manapun yang dijebloskan dalam penjara kecuali koruptor kelas monster. Bukankah kezaliman yang dibuat pribadi-pribadi tersebut akibat ulahnya penguasa Indonesia itu sendiri? Andaikata Indonesia tidak menzalimi bangsa Acheh - Sumatra kali ini via MoU Helsinki, Acheh - Sumatra akan merdeka. Ketika Acheh - Sumatra telah merdeka, pemerintah Acheh - Sumatra akan mengembalikan harta yang dianugerahkan Allah dalam perut Bumi Tanah Rencong itu kepada pemiliknya (baca siapapun mereka yang mendiami bumi Acheh - Sumatra) Andaikata realita ini dapat kita saksikan, tidak ada lagi orang Acheh - Sumatra yang mendekam dalam penjara-penjara di Tanah Rencong. Seluruh penduduk Acheh - Sumatra akan menggapai finansialnya. Persoalan utama manusia adalah finansialnya. Pabila pribadi yang diamanhkan Allah menduduki jabatan Top Leadernya, pribadi tersebut takut kepada Allah. Pribadi tersebut akan menunaikan kewajibannya sebagaimana diamanahkan Allah. Pertama sekali yang dia lakukan adalah berdaya upaya untuk meraih finansialnya bagi seluruh penduduknya. Namun kenapa fenomena tersebut hanya kita saksikan di Norwegia sekarang ini? Apakah orang non Islam lebih baik daripada orang Islam? Bukan. Justru disinilah kita menemukan kuncinya bahwa penguasa Indonesia beserta pribadi-pribadi yang bersekongkol dalamnya sesungguhnya bukan orang Islam tetapi munafiq. Maaf, ”Qulilhaq walaukana murra”, kata Rasulullah.

Lihatlah di Acheh - Sumatra, mengapa mayoritas penduduknya tidak berilmu? Pastinya disebabkan mereka jangankan untuk meneruskan pendidikannya sampai kepeguruan Tingi, mencari sesuap nasi buat kehidupan keluarganya saja sepertinya mereka tak mampu. Jadi yang sampai keperguruan Tinggi justru anak orang orang dimana orang tua mereka memiliki har
ta untuk menyekolahkan anak mereka. Selebihnya adalah anak orang-orang yang bersekongkol dalam system Indonesia hingga mereka dengan mudah meraih finansialnya serta sanggup menyekolahkan anakanak mereka sampai keperguruan Tinngi bahkan ke luar negeri.

Kalau kita mampu membuka cakrawala berfikir, siapakah pemilik harta yang terkandung dalam Bumi Acheh - Sumatra sesungguhnya? Orang-orang yang pintar dan teguh Iman akan menjawabnya bahwa pemiliknya adalah seluruh manusia yang mendiami Tanah Rencong. Tetapi kenapa mereka lantas menjadi bodoh terus-menerus hingga setiap 5 tahun sekali mereka hanya tergiring kekancah sandiwara yang tidak lucu itu? Sekarang kita ulang kembali siapakah sesungguhnya yang lebih zalim, penghuni penjarakah atau penguasa Indonesia plus "Aceh"?


Justeru itulah sering kita katakan bahwa para Ilmuwan, propessor, doktor dalam system Taghut yang zalim, hipokrit dan korrupt adalah pribadi- pribadi yang "berwajah pucat". Sepertinya mereka tidak mampu berpikir ketika berhadapan dengan gagasan-gagasan para Ideolog yang "berwajah merah". Betapa banyak dosen-dosen di perguruan tinggi Banda Acheh? Bagaimanakah sepak terjang mereka? Bukankah setiap pribadi yang berilmu diamanahkan Allah untuk melepaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk- kuduk mereka? (QS, QS.7:157 & QS, 90:12-18) Bukankah semua kerja mereka sia-sia saja andaikata mereka tidak berdaya upaya untuk melepaskan kaum yang tertindas ekonominya dimana-mana, di Acheh - Sumatra dan bahkan di West Papua dan Ambon dimana mereka dilestarikan tubuhnya dalam keadaan telanjang oleh para Basyar didikan Belanda? Masihkah kita membanggakan diri sebagai pribadi-pribadi Muslim? Tidak pahamkah kita bahwa 'Aqidah kita sudah sirna begitu kita bergabung dalam system zalim, hipokrit dan korrupt? Kenapa kita asik memfokuskan 'aqidah pada rumusan dua kata, "Lailaha illallah, Muhammadur Rasulullah" sementara esensinya kita tak paham? Bagaiman kita mendefinisikan Iman yang sesungguh nya? Masihkah kita mengandalkan hadist-hadist palsu untuk membela diri sebagai pribadi-pribadi Muslim?

ITU ADALAH BASYAR, BUKAN MANUSIA BERIMAN
Yang namanya manusia difasilitasi Allah dengan alat fikir di kepalanya masing-masing. Apabila manusa tidak tundukpatuh kepada Allah yang menjadikan Alam semesta serta diri mereka sendiri, mereka akan sesat selama-lamanya biarpun rajin shalat, puasa, zakat, naik haji dan sebagainya. (Kecuali mereka itu termasuk orang awwam yang masih berkemungkinan besar untuk diampuni Allah dosanya). Type makhluk seperti itu disebut Basyar, pinjam istilah DR Ali Syariati, ahli fikir yang belum ada duanya di jaman kita ini.

Basyar adalah makhluk yang tidak berbulu ditangannya. Andaikata berbulu, berarti mawas atau gorilla. Basyar makhluk yang sekedar exist di Dunia ini. Mereka tidak pernah beresensi. kendatipun mereka pintar dan berkedudukan sebagai Dosen atau maha guru sekalipun, konon pula kalau mereka hanya sebagai wartawan, pegawai negeri yang hanya berfungsi sebagai ”Pak Turut”, berbicara tentang kezaliman namun tidak pernah sadar dimana mereka sendiri termasuk bahagian dari kezaliman itu sendiri. Mereka terbuai dengan prestis: "Ah saya kan dosen, saya kan jurnalis independent, saya kan khatib mesjid sebagai corang para mutakabbirun, saya kan doktor bedah agar "penyakit" rakyat dapat saya keluarkan"?

Perlu digaris bawahi bahwa manusia memecahkan persoalan dengan pikiran yang dianugerahkan Allah kepadanya, sedangkan basyar cendrung kepada prilaku binatang buas dengan menampilkan "Hukum Rimba" sebagaimana sepak terjang ”serigala - serigala” haus darah dalam system Hindunesia. Ini bukan pernyataan emosionil, tetapi realita. Pernyataan saya ini memang pahit dan lebih pahit dari pil Knine, namun itulah yang dapat menjembuhkan "penyakit malarianya" bagi orang - orang yang bersekongkol dalam system thaghut Pancasila. Siapakah diantara kita yang mampu menelan "pil pahit" ini? Siapakah yang mampu berpatah balik sebagaimana Hurr bin 'adiy berpatah balik untuk memihak kepada Imam Hussein di medan Karbala ?

Mampukah kita menderita dalam Islam sebelum existnya system yang rahmatan lil 'alamin? Mampukah kita mengikuti jejak Abu Dzar Ghifari sebagai prototype kaum mustadhafin yang sadar apa sesungguhnya tujuan hidup di Dunia yang akan fana ini? Pernahkah kita renungkan, kemana orang-orang yang hidup mewah dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin sekarang ini?

Mereka sedang menjalankan siksaan Qubur sebelum di jebloskan ke dalam Neraka. (Na'uzu billahi min dzalik). Berapa lamakah mereka menikmati hidup bahagianya? Hanya sebentar saja, sementara dalam Neraka kekal selama-lamanya.

Model Abu Dzar Ghifari dan Hur bin 'Adiy itulah yang termasuk manusia brillian, mampu melawan segala fasilitas gemerlap yang di tawarkan penguasa zalim di zamannya, demi keselamatan Akhiratnya. Abu Dzar Ghifari memilih menderita dan mati di Havadhah, tempat terpencil akibat melawan penguasa zalim dimasanya. Sementara Hur memilih syahid bersama cucu Rasulullah saww, Imam Hussein bin 'Ali karamallahu wajhah. Kalau anda berasal dari anak orang yang bersekongkol dalam system yang menzalimi kemanusiaan itu, saya tidak terlalu fokus, tetapi betapa sayangnya anda-anda yang sampai kepeguruan Tinggi dari orang tua yang membiayai anda dengan harta dari hasil keringatnya sendiri yang sah disisi Allah, berkesudahan sama kelak dalam keadaan menyesali diri sendiri dihadapan Allah swt.
 
TINJAUAN FENOMENA ALAM
Manusia hidup di Dunia ini penuh dengan ujian dan tantangan untuk menuju tempatnya semula (baca tempat Adam bersama Siti Hawa) Andaikata tidak berhasil, mereka akan masuk Neraka dan kekal selama-lamanya. (na'uzu billahi min zalik). Hal ini dapat kita analisa proses tumbuh-tumbuhan sebagai "ayat" Allah yang alami. Ambillah contoh pokok kelapa dimana setiap tungkulnya bisa berbunga lebih-kurang seribu bakal buah. Namun yang sempat menjadi putik lebih-kurang lima puluh buah. Lalu putik tersebut mampu menjadi kelapa siap pakai lebih-kurang 25 buah (kelapa muda), itu pun masih teruji lagi dengan gangguan tupai sehingga tinggal hanya lebih-kurang 10 buah yang dapat bermanfa'at untuk manusia.

Kemudian kita lihat contoh yang lain dari pohon Durian yang representant, mampu berbunga satu milyar calon buah. Dari satu milyar itu yang sempat jadi putik lebih-kurang satu juta. Dari satu juta itu yang berhasil untuk melawan ujian sengatan serangga, hembusan angin, guyuran hujan dan sebagainya lebih kurang 5 ratus buah. Dari 5 ratus buah itu masih menga lami ujian jenis lainnya seperti kalong, tupai dan penjakit alami lainnya yang membuat buah itu tawar rasanya. Akhirnya yang dapat bermanfaat untuk manusia atau memenuhi standar durian sekitar lebih-kurang 200 buah saja.

Demikianlah gambaran manusia ini. Pertama kita ambil saja yang telah berikrar untuk mengucap dua kalimah syahadah di Tanah Rencong. Lalu di uji lagi yang ada melakukan Shalat, Puasa dan membayar Zakat. Lalu di uji lagi dengan beramar makruf nahi mungkar. Akhirnya diuji dengan "Bahtera" yang kita naiki, apakah bahtera yang tunduk patuh kepada Allah atau kepada Thaghut, apakah mereka termasuk orang-orang yang bersatupadu untuk membela kaum mustadhafin, melepaskan beban yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS.7:157 & QS,90:12-18) atau egois dan bangga sebagai dosen dalam system Thagut yang zalim, hipokrit dan korrupt, maha guru, Propessor, Doktor, Direktur suatu surat kabar, sementara semua mereka itu hanya mementingkan diri dan keluarganya masing-masing.

Akhirnya penganut Islam di Dunia yang lebih kurang 2 milyar, tinggal yang benar-benar beriman mungkin hanya sekitar ratusan juta saja yang redha Allah. Bayangkan berapa jumlahnya yang termasuk benar-benar beriman dari orang-orang yang ada di pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan West Papua?

Sekarang kita bertanya pada diri kita masing-masing adakah saya ini termasuk dalam bilangan orang-orang yang benar-benar beriman, sehingga terbebas dari siksaan api Neraka ? Jawabannya marilah kita berusaha dan berdoa sesuai dengan petunjukNya sebagaimana yang diaplikasikan para Rasul, Imam - Imam dan Ulama warasatul ambia, bukan ulama gadongan. Andaikata kita termasuk orang yang terlanjur berada dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin, cepatlah berpatah balik sebelum terlambat. Disinilah gunanya tulisan saya yang tidak bermaksud untuk menyakiti hati siapapun tetapi demi menyelamatkan manusa dari bahtera Namrud ke bahtera Ibrahim, dari bahtera Fir’un ke bahtera Musa dan Harun, dari bahtera Kaisar-kaisar di Rhoma ke bahtera ’Isa bin Maryam, dari bahtera Abu Sofyan ke bahtera Muhammad saww, dari bahtera Muawiyah ke bahtera Imam ’Ali bin Abi Thalib, dari bahtera Yazid bin Mu’awiyah ke bahtera Imam Hussein, dari bahtera Syah Reza Palevi ke bahtera ”Imam” Khomaini, dari bahtera Hindunesia ke bahtera Acheh Sumatra yang belum exist.

Nah persoalan yang terjadi diantara orang - orang yang bersekongkol dalam system thaghut Pancasila dan orang - orang yang antithesis dengannya juga merupakan proses ujian Allah untuk menentukan kemenangan atau kekalahan Akhiratnya, kendatipun kebanyakan manusia enggan melihat persoalan kenegaraannya dengan kacamata Al Qur-an. Akibatnya mereka cenderung menampilkan "hukum Rimba", Yang kuat memakan yang lemah, yang kaya memperbudak yang miskin, yang pintar membodoh-bodohi kaum mustadhafin.



Billahi fi sabililhq
hsndwsp
di Ujung Dunia



 
 
 
 
 
m

Selasa, 15 September 2009

FENOMENA YANG KITA SAKSIKAN SEKARANG INI ADALAH PROTOTYPE FENOMENA DIMASA LAMPAU


Jajarkan ke Tengah

Bismillaahirrahmaanirrahiim




KEBANYAKAN MANUSIA LARUT DALAM MASALAH FURUQ 
SEMENTARA MASALAH YANG FUNDAMENT/USULUDDIN 
TERABAIKAN. 
DISINILAH AKAR PERSOALAN KELIRUNYA MEREKA
hsndwsp
Acheh - Sumatra


KITA DITUNTUT ALLAH AGAR ARIF MEMBACA FENOMENA-FENOMENA 
DI JAMAN KITA MASING-MAASING
 HINGGA MAMPU MENGAMBIL I’’TIBAAR YANG TEPAT
 MANA FENOMENA YANG MERUPAKAN
BAHTERA NABI NUH
 TEMPAT KITA BERTEDUH

Dalam system negara Indonesia, koruptor meraja lela dan bahkan sudah mendarah daging. Hukuman kepada para koruptor masuk bui alias jerejak besi andaikata terbukti. Realitanya para koruptor itu lebih licik dibandingkan para hakim. Justru itu para koruptor kelas kakap tidak akan terkena jaringan hukum kecuali koruptor kelas teri. Hukum "positif" Hindunesiapun warisan dari penjajahan Belanda dan termasuk hukum laba-laba juga, dimana yang terjaring adalah golongan capung, kupu-kupu, belalang dan sebagainya (baca rakyat biasa). Begitu hukum laba-laba itu berhadapan dengan tikus, elang, anjing, babi, serigala lembu dan kerbau, hukumpun dikoyaknya dan bahkan di injak-injak. (baca golongan penguasa, pejabat, tentara dan polisi, pegawai tinggi dan semacamnya)

Lalu datanglah orang yang berpenampilan pakaian Rasulullah dan berjenggot tapi lugu macam "Abu Hurairah dan Abu Musa al Asy'ari" hendak menerapkan keadilan dalam system yang dikuasai penguasa dhalim (baca Muawiyah atau "Yazid-yazid" modern). Apa yang terjadi? Bukan saja hukum itu tidak dapat diterapkan keadilannya, malah mereka sendiri masuk perangkap "Yazid" tanpa mereka sadari. Bagaimana mungkin kita disatu sisi mentaati Penguasa dhalim yang mempermainkan hukum Allah sementara pada saat yang sama diperintahkan Allah untuk mentaatinya? Allah berfirman:

"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah, Rasul Nya dan ulul amri mingkum (wali diantara kamu). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah (ia)kepada Allah (Al Qur-an) dan RasulNya (Sunnah nya),jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (QS An-Nisaa',4: 59)

Apakah terlalu dhaif buat kita yang hidup di jaman modern ini hingga gak mampu mengambil i'tibar dimana system Indonesia itu sama dengan system Muawiyah dan Yazid? Kalau kita berasumsi bahwa Yudhoyono itu pemimpin Islam yang diperintahkan Allah untuk kita taati disebabkan dia itu masih shalat, Muawiyah dan Yazid anaknya, kan masih shalat juga? Kalau orang lugu macam Abu Hurairah dan Abu Musa al Asy'arie, orang "alim" yang dimanfaatkan Muawiyah hingga begitu taatnya kepadanya, bukankah MUI dan juga orang-orang alimpalsu lainnya mentaati penguasa dhalim mereka? Apa Dhalimya Youdhoyono?

Ketika koruptor nomor wahid di Dunia, dimana kekayaan hasil korupsi dan manipulasinya diperwariskan kepada anak-anaknya sekarang, Youdhoyono bertanggung jawab untuk tegaknya hukum atas Suharto tsb. Realitanya Yudhoyono percaya saja pada hakim-hakim "laba-laba" itu. Inilah yang membuat Umar Said menulis bahwa negara dalam kekuasaan Yudhoyono adalah Orde Baru Jilid 2.

Yang paling penting dipahami adalah, bahwa sejak Soekarno menyulap Piagam Jakarta menjadi Pancasila sampai diteruskan penguasa-penguasa lainnya sampai hari ini di Indonesia takpernah menggunakan hukum yang diturunkan Allah dimana perintahNya cukup jelas sebagaimana tertera dalam Surah al Maidah ayat 44, 45 dan 47.

Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat berisi petunjuk dan cahaya yang menerangi. dengan Kitab itu ditetapkan perkara terhadap orang-orang Yahudi oleh Nabi-nabi yang telah sama-sama berserah diri kepada Tuhan dan oleh Ulama-ulama serta Pendeta-pendeta mereka dengan mana mereka telah diminta untuk memelihara Kitab Allah di samping mereka bertindak pula sebagai saksi terhadapnya. Oleh karena itu janganlah kamu takut kepada manusia tetapi takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu menukar keterangan-keterang an-Ku dengan nilai yang rendah. Barangsiapa yang memutuskan perkara bukan menurut apa yang diturunkan Allah, mereka itu adalah orang-orang kafir. (QS, 5 : 44)

Dan Kami telah tetapkan terhadap mereka di dalam Taurat bahwa jiwa dibalas jiwa, mata dengan mata, hidung dengan hidung, telinga dengan telinga, gigi dengan gigi bahkan luka pun ada hukum balas yang setimpal. Namun barangsiapa yang rela melepaskan hak balasnya, maka perbuatan itu menjadi penebus dosa baginya. Barangsipa tidak memutuskan perkara menurut yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim. (QS, 5 : 45)

Dan hendaklah kaum pengikut Injil mengadili perkara menurut apa yang diturunkan Allah di dalamnya. Barangsiapa tidak mengadili perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik. (QS, 5 : 47)

Ayat muhkamat diatas sebagai indikasi bahwa kita dituntut Allah untuk mendirikan system Allah atau Negara Islam. Kalau system tidak Islam macam Indonesia, bagaimana mungkin hukum Allah di gunakan didalamnya? Justru itu bagaimana mungkin PKS hendak menerapkan Syariah Islam di Acheh yang nota benenya masih bahagian dari system Taghut Indonesia yang dhalim hipokrit dan korrupt itu. Bukankah PKS itu sama lugunya macam Abu Hurairah dan Abu Musa al Asyari?

Jadi apa juga yang harus dilakukan PKS kalau mereka konsekwen dengan ajaran Islam? Beradaya upayalah sedapat mungkin agar system di Acheh - Sumatra terbebas dari system Taghut Indonesia. Itu adalah platformnya, tempat hukum Allah atau Syariat Islam murni diterapkan dengan benar. Itulah yang haq mereka (baca PKS dan orang Acheh yang sama lugunya macam mereka) , Barulah mereka itu "okey" dan tidak lugu lagi.

Bagaimana mungkin kambing mau ditempatkan dalam kandang anjing? Bagaimana mungkin kerbau mau ditempatkan dalam kandang harimau? Tidakkah anda mampu berpikir wahai PKS? Jadi tuduhan kalian kepada orang yang tidak setuju syariat Islam diterapkan di Acheh adalah kafir, justru menimpa diri kalian sendiri ( . . . . . . .Afala ta'qilun? . . . . . . Afala yatazakkarun, ya PKS?)

Selanjutnya ada lagi orang lugu yang menganjurkan agar mengambil contoh ke Saudi Arabia. Orang yang lugu seperti ini memang wajar disebabkan sudah menjadi keyakinan orang awam bahwa apapun yang berbau arab adalah Islam. Mereka lupa bahwa yang namanya Arab bukan Saja negerinya Rasulullah tapi juga negerinya Abu Lahab. Sebelum Rasulullah di utus Allhah ke Dunia, kawasan yang terdhalim adalah Arab dimana dedongkot Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan bin Harb berkuasa. Merekalah penguasa terdhalim dikala itu. Justru itulah Allah menurunkan utusanNya di sana dimana hablum minallah dan hablum minannas hancur luluh.

Sayangnya setelah Rasulullhah berpulang ke hadhirat Allah, mayoritas pengikutnya berpatah balik seperti berpatah baliknya ummat nabi Musa dan Harun dulu hingga Samiri mengambil alih kepemimpinannya atas mayoritas ummat nabi Musa dan Harun. Di jaman nabi Muhammad juga terkenal "samiri-samiri" type yang sama, yang membuat mayoritas ummat Muhammad terpengaruh dengan sepakterjang samiri-samiri tersebut hingga membenci ahlulbayt Rasulullah sendiri, sebaliknya bergabung dalam system yang membunuh, meracuni dan membantai keluarga Rasulullah sendiri. Ironisnya mereka masih menamakan diri atas nama Pengikut Sunnah Rasulullah saww.

Penguasa Saudi Arabia itu adalah keturunan Muawiyah atau keturunan Yazid anaknya. Agama mereka adalah agama Wahabi. Kami pengikut Ahlulbayt Rasulullah menamakan Yaziddin kepada Wahabi. Jadi wajarlah kalau mereka sangat anti kepada kami pengikut Ahlulbayt Rasulullah. Sebab mereka adalah pengikut keturunan Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sofyan dan Yazid bin Muawiyah (baca bani Umaiyah)

Andaipun kita tidak memiliki keterangan tentang sesatnya mereka, bagi kita yang hidup di jaman Internet ini pun mapu menganalisa, kenapa Saudi Arabia itu tidak setuju ketika dalam sidang khusus untuk menggunakan Minyak Bumi sebagai senjata untuk membungkam Kaum Zionis Israel. Kenapa ketika negara - negara lainnya mengusulkan agar Senjata Migas digunakan untuk melawan kesewenang wenangan Barat, justru Saudi Arabia duluan yang menentangnya?

Selanjutnya bacalah bukti-bukti berikut ini:

Bukti 1. Di Saudi Arabia kalau seseorang mencuri ayam akan dipotong tangannya tapi kalau pejabat menggaet Petro Dollar, diberikan tanda jasa.

Bukti 2. Daging korban Haji tidak diberikan kepada fakir miskin tapi dikalengkan oleh pedagang untuk diperdagangkan. Andaikata negara itru Islam sudah barang pasti daging itu akan didistribusikan kepada orang - orang miskin di Sudan dan negara -negara Afrika lainnya, sehingga kita takkan menyaksikan di telivisi anak-anak orang Islam yang badannya tinggal tulang yang terbungkus kulit serta dikerumuni lalat hijau lagi.

Bukti 3. Andaikata Saudi Arabia Itu Islam justru bangsa Acheh yang dijajah Indonesia akan ditawarkan untuk hijrah kesana agar terlindungi dari kedhaliman Indonesia. Namun realitanya justru pihak Saudi Arabia membantu Indonesia serta membangun pesantren-pesantren ala Wahabi Saudi Arabia bahkan sampai ke Acheh dibangun pesantren ala wahabi yang sangat benci kepada keluarga Rasulullah.

Bukti 4 TKI yang dikirim Indonesia ke Saudi Arabia menjadi bulan-bulanan majikan untuk berzina, hingga orang-orang yang sadar di Indoine sia membuat pernjataan bahwa pejabat Indonesia memperdagangkan perempuannya.

Bukti 5. Ketika Irak diserang Amerika Serikat, justru Saudi Arabia Memi hak AS serta memberikan fasilitasnya untuk menjerang Irak baik ketika Irak berperang dengan Quwait atau ketika dituduh sebagai pemilik senjata pembunuh massal beberapa tahun yang lalu.

Bukti 6. Ketika Hizbullah bertempur melawan Israel, justru Pihak Saudi Arabia membuat hubungan dengan Israel secara sembunyi-sembunyi. Masyarakat dunia mengetahui bahwa justru AS yang menjadi penyokong nomor wahid terhadap Israel, tapi Saudi Arabia tetap bersedia menjadi anak Mas AS.

Bukti 7. Di Saudi Arabia, kuburan yang mulia bunda Rasulullah Sity Aminah dijadikan pompa Bensin sementara rumah Ummul Mukminin Sity Khadijah dimana Sity Fatimah Az Zahara di lahirkan dan dibesarkan dihancurkan untuk dijadikan Toilet, Saya kira cukup sekian dulu, semoga ada manfaatnya bagi orang-orang yang mau berfikir.

Kenapa kita tidak mampu menganalisa fenomena ini? Kenapa kita Tengge lam dalam kefanatikbutaan kita? Kenapa kita lugu macam Abu Hurairah dan Abu Musa al Asy'arie? Maafkan saya, memang pahit bagaikan pil knine atau mahoni tapi itulah yang dapat menyembuhkan "penyakit Mala rianya" seseorang. Saya berpedoman pada Hadist Rasulullah: "Qulil haq walau kana murra" (katakan yang benar walau pahit)


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia

ESENSI HAJI II



  Bismillaahirrahmaanirrahiim


MENGGALI DAN MENYOROT ESENSI HAJI
II
hsndwsp
(Acheh - Sumatra)


ISLAM FUNDAMENTALIS ADALAH ORANG - ORANG ISLAM YANG MEMILIKI PIJAKAN KUAT PADA FONDASINYA
PLATFORMNYA
DAN IDEOLOGY ISLAM


3. Sa'i.
Kini selesai sudah tahap Hajimu yang pertama. Kini engkau harus berperan sebagai Ibrahim, yang tidak luput dari percobaan-percobaan. Engkau juga akan mengalami percobaan yang sama sebelum engkau meraih suatu keberhasilan. Setelah itu engkau akan berperan kembali sebagai Hajar, manusia yang sendirian dan kesepian ini, yakin benar bahwa sebagai seorang manusia tentu membutuhkan teman, sebagai seorang suami tentu membutuhkan seorang isteri atau lebih, sebagai seorang isteri tentu membutuhkan seorang suami untuk melindunginya, dan seorang anak tentu membutuhkan kasih sayang Ayah dan Bunda. Namun digunung tua yang mencekam itu, yang belum ada bangunan sa-at itu walau jambore sekalipun dan tidak ada satu pohonpun walau Widuri, Hajar adalah sendirian, kecuali buah hatinya, Isma'il, calon wakil Tuhan diantara deretan wakil Tuhan yang lainnya. Hajar adalah Hajar. Dia yakin benar, Allah dapat menggantikan segala-galanya.

Sebagai manusia Ideal dia membutuhkan air dalam kehidupannya. Karena itulah dia pergi ke bukit Safa, namun disana ternyata tidak ada air. Lalu dia pergi ke bukit Marwa, dan disanapun ternyata juga tidak ada air, kemudian kembali lagi ke bukit Safa. Hal ini dilakukannya pulang pergi sebanyak 7 kali, namun belum juga membawa hasil. Akhirnya sambil memohon kepada Allah kembali menemui anaknya yang sedang menangis. Ketika Hajar mendekati Isma'il, terdengarlar gemuruh suara air yang memancar dari hentakan tumit Isma'il.


Ternyata keberhasilan muncul setelah usaha dan do'a dipadukan. Hal inilah diantara sekian banyak ilmu yang terdapat dalam pertunjukan Akbar ini (Haji) yang perlu digaris bawahi oleh kaum Muslimin dijaman sekarang ini sepertinya Islam agama cemerlang namun sudah Dekaden. Di jaman era Globalisasi ataupun abat Melinium, memang masih banyak orang-orang yang mampu menghafal Quran, masih banyak orang-orang yang mampu menterjemahkan Quran ke dalam bahasa mereka sendiri, selain orang-orang yang "Mother Tongue" nya memang bahasa Arab, dimana Qur-an diturunkan. Namun kesemuanya itu belum apa-apa. Mereka adalah nol nol yang menga-nga."Bagaikan buih di lautan" bak kata Rasul. Persoalannya, Qur-an itu tidak mampu ditangkap maksudnya kecuali orang-orang yang bersih "A'qidahnya" dari perangkap-perangkap Syirik, baik secara syar'i maupun secara filosofis (QS.56;79)


4. Wuquf di Arafah.
 (Guruku telah mengajariku): "Afala ta'qilun, Afala yatazakkarun". Engkau telah mengambil tekat di Miqad untuk benar-benar menjadi hamba Allah. Engkau telah mencebur diri ke dalam sungai kehidupan (Tawaf) dan engkau juga telah menjabat tangan kanan Allah. Kini engkau telah dibangkitkan dari kubur masing-masing, dengan menggunakan kain kaffan engkau diperintahkan berkumpul di Padang Arafah, tempat pertama sekali Endatu mu, Adam dan Hawa dipertemukan. Arafah adalah lisanul Arabiah yang berarti ilmu pengatahuan (sain dan tekhnologi). Ilmu ini diturunkan Allah kepada manusia pertama (Adam dan Hawa). Ilmu ini diturunkan dalam tempat yang terang benderang, karena itu engkau harus wukuf disini pada waktu siang bukan malam.Dimanapun engkau menuntut ilmu jenis ini di dunia, didalam ruangan yang terang diwaktu siang, kalau pun engkau belajar diwaktu malam engkau harus menggunakan lampu penerangan. Kenapakah demikian? Kalau engkau menuntut ilmu jenis ini di kegelapan kemungkinan besar engkau akan berhadapan dengan syaitan (QS.113: 1-5). Dimanakah engkau sekarang?. Dipadang Arafah. Kapan ?. Siang. Kalau siang di Arafah panasnya bukan main, tapi apapun yang terjadi bersabarlah.

Memangnya engkau perlu dibakar untuk membunuh egomu. Barangkali engkau sebelum ini tak pernah kena sinar matahari. Rumahmu, kenderaanmu, kantormu serba AC. Engkau tak pernah merasakan bagaiman penderitaan saudaramu disengat mata hari di tengah sawah yang terbentang luas, ditengah-tengah padang pasir yang tandus, ditengah lapangan bermandikan keringat, demi mencari sesuap nasi untuk menyambung hidup yang serba nafsi-nafsi. Hari ini rasakanlah kepedihan, penderitaan mereka saudaramu seiman seagama. Kendatipun terasa berat bersabarlah, anggap saja sebagai hukuman seumur hidupmu. Biarlah terbunuh semua egomu di padang Arafah agar sebentar lagi engkau memperoleh "kesadaran".

Kesadaran apakah itu?. Kesadaran suci sebagai pribadi muslim sejati. Dimankah itu?. Di "Masyarul haram". Kapankah itu?. Sabarlah sebentar lagi setelah egomu lumer dibakar matahari Arafah. Tidak ada kerjakah di Arafah itu?. Tidak. Engkau hanya beristirahat selama satu hari penuh. Namun yang penting engkau ingat kebersamaanmu dalam penderitaan membentuk pribadi muslim bersaudara bukan lewat darah tetapi lewat Ideologymu sebagi persiapan engkau sendiri menjadi Arsitek Revolusi menakala engkau kembali kenegerimu masing-masing. Rasakanlah pedihnya sengatan mata hari Padang Arafah, agar egomu benar-benar musnah. Lupakanlah segala-galanya kecuali Allah. "Innalillahi wainnailaihi rajiun".


5. MASY'AR
"Guruku telah mengajariku" (Afala ta'qilun? Afala yatazakkarun?). Mulai sekarang engkau harus mematuhi perintah Matahari yang datang dari belakangmu. Dari arah Timur menuju Masya'rulharam terus kesebelah Barat,lalu ke lembah Mina. Matahari juga ikut melaksanakan Haji. Engkau buat sementara harus mematuhi aba-aba yang datang dari Matahari. Begitu Matahari tenggelam di ufuk Barat, takseorangpun dibenarkan lagi tinggal di Arafah (Sain dan Tehknologi), begitu Matahari menghilang di ufuk Barat, semua pasukan jihad diperintahkan menuju Masya'r.

Disanalah engkau memasuki "laboratorium" kesadaran. Kesadaran apakah itu? Kesadaran suci. Apakah kesadaran suci itu? Kesadaran seorang pribadi Muslim sejati. Dimanakah engkau sekarang? Di Masya'rulharam. Apakah artinya itu? Masya'rulharam adalah lisanul A'rabiah, yang berarti "Kesadaran suci". Tidak ada apapun yang harus engkau kerjakan disini kecuali mencari batu kerikil untuk engkau lontarkan nanti di lembah Mina (Jamaratul u'la, Jamaratul wusa' dan Jamaratul a'qaba). Kerikil yang bagaimanakah yang harus engkau pilih? Pilihlah batu kerikil yang mengkilap, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Apakah artinya kesemua itu? Kalau A'rafah sain dan tehnologi, Masya'r adalah Hikmah dan Wahyu (QS.62;2). Dimensi ilmu yang diturunkan di Masya'r ini adalah "Primer". Artinya lebih utama dari ilmu-ilmu yang lainnya.. Ilmu ini diturunkan melalui para Rasul/Utusan sejak dari Adam sampai Muhammad.

Selanjutnya diwariskan kepada Imam-imam, para Ulama sejati, Penyeru-penyeru kebenaran (Pendakwah Sejati/pendakwah yang berislakh) dan yang terakhir kepada orang-orang Mu`min Sejati. Ilmu tersebut adalah sinar diatas sinar. Itulah sebabnya wuquf di Masya'r dilaksanakan di waktu malam. Ilmu ini tidak membutuhkan penerangan, tidak membutuhkan lampu dalam prosesnya, sebab dia sendiri merupakan lampu untuk menerangi ilmu-ilmu yang lainnya. Siapapun yang memiliki ilmu ini, tak akan sesat dalam mengarungi kehidupan di dunia ini. Terdapat istilah yang relevan dalam agama Yahudi dan Nasrani yaitu 'Sofia', demikian juga dalam agama Hindu dan Budha yang dinamakan 'Nirwana'.

Namun yang harus kau yakini sesungguhnya yang benar-benar Sofia dan Nirwana adalah Hikmahnya Islam. (Innad dina i'nda Allahil Islam). Hanya Islamlah satu-satunya yang termasuk agama Samawi, sementara yang lainnya adalah agama Ardhi. Yahudi bukan agama nabi Musa dan Nasranipun bukan agama nabi Isa. Yahudi adalan suatu agama yang dinisbahkan kepada seorang tokoh yang kontraversi dengan nabi Musa, yang bernama Yahuda. Sedangkan Nasrani adalah suatu agama yang dinisbahkan kepada seorang tokoh yang kontraversi dengan nabi I'sa,yang bernama Nashara.(QS. 2;140)

Masih ingatkah engkau dimanakah engkau sekarang? Di padang Mahsyar. Ah, bukan. Yang kumaksud kan adalah Masya'rulharam. Engkau ditugaskan untuk membuat persiapan-persiapan. Persiapan apa kah itu? Persiapan "Perang". Berperang dimana? Di lembah Mina. Mina itu apa? Mina adalah lisanul A'rabiah yang berarti "Cinta". Tapi bukan cinta antar sesama manusia. Mina adalah cinta "Kupu-kupu". Demi cinta sucinya ,nyawa dipertaruhkan. Itu adalah kerjanya Komando Jihad Sejati. Demi pe rintah Allah dikorban kan segala-galanya. Secara filosofis Mina melambangkan cinta kepada Allah, dan itulah yang dimaksudkan cinta yang sesungguhnya.

Kini Ibrahim berseru! Wahai pasukan jihad, persiapkanlah peluru-pelurumu untuk kau tembakkan dalam seranganmu di Mina. Berapa pelurukah kau butuhkan? 77 peluru. Berhati-hatilah jangan sampai kau ambil peluru yang sembarangan. Pilihlah peluru-peluru yang efektif. Gunakanlah senjata yang sesuai dengan kemampuanmu. Engkau boleh memilih AK 47, Minimi, GLM dan sebagainya, terserah engkau sendiri. Demikianlah lazimnya orang-orang yang terlibat di medan tempur. Dimana mereka menyadari akan berhadapan dengan kekuatan musuh yang tangguh di arena pertempuran.

Dimanakah posisimu sekarang? Dalam persiapan alat-alat tempur. Dimana? Di Masya'rulharam. Akan kemanakah engkau setelah itu? Ke lembah Mina, lambang Cinta dan Keyakinan. Adam dan Hawa bertemu di padang A'rafah, disanalah mereka memperoleh Ilmu (A'rafah). Setelah Adam dan Hawa sadar (Masya'r) bahwa mereka memiliki jenis kelamin yang berbeda, muncullah rasa cinta (Mina). Lalu berakhirlah kehidupan secara Individual dan berganti dengan kehidupan secara Komunal (mulai berproduktif). Secara filosofis, manusia 'ideal' adalah, bermula di A'rafah (tahap ilmu pengetahuan), lalu menuju Masya'r (tahap kesadaran), dan terus ke Mina (tahap keyakinan cinta dan aksi).


Selanjutnya perhatikanlah perbandingan berikut:
1. Filosof, bermula dari A'rafah dan tetap di A'rafah, tidak pernah beranjak ke mana-mana.
2. Sufi, bermula di Mina dan juga tetap di Mina, tidak pernah beranjak ke mana-mana.
3. Islam sejati, bermula di A'rafah, lalu ke Masya'r terus ke Mina.(Sistematis, Optimis, Kreatif dan Dinamis)

Selanjutnya marilah kita ber Afala ta`qilun dan Afala yatazakkarun!

Semua Rasul Allah/Utusan Allah adalah Idiolog-idiolog. Kepada mereka diamanahkan untuk meng hidupkan/ merealisasikan kekuasaan Allah di atas permukaan planet Bumi ini. Setelah priode mere ka berakhir, amanah tersebut diteruskan oleh 12  Imam. Manakala Imam ke 12 berada dalam ghaib kubra, para U'lama Warasatul Ambialah yang berperan sebagai pemimpin Islam sejati'. Mereka itu semuanya adalah Idiolog-Idiolog Islami. Islam yang memiliki ilmu pengetahuan (A'rafah) serta memiliki kesadaran suci (Masya'r) untuk apa sesungguhnya hidup di dunia ini, beraksi, bertempur (Mina) untuk menumbangkan system Thaghut di permukaan Bumi ini, lalu menggantikan dengan system Allah (Kedaulatan Allah). "Qulja al haqqu wazahaqal bathil innal bathil lakana zahuqa" ( QS. 17 ; 81 ).

Sedangkan para Filosof asik membangga-banggakan ilmu pengetahuannya, merasa sejuk dan aman hidup dibawah kekuasaan Thaghut despotik, dan membiarkan kaum mustadh'afin merintih di gubuk-gubuk derita dan menahan beban hidup yang menimpa kuduk-kuduk mereka. Sementara para Sufi juga asik dengan angan-angan mereka untuk menggapai Surga. Betulkah? Tunggu dulu.

Bagaimana mungkin semudah itu bisa dapat Surga, dengan berkomatkamit membaca mentera-mentera, membisikkan kata-kata Surga ketelinga pengikut-pengikutnya, tanpa berjuang sama-sekali untuk membebaskan kaum Dhua'fa dari belenggu penindasan dan penjajahan, sebagaimana yang di diperjuangkan para Rasul, para Imam dan para U'lama Warasatul Ambia' (Pemimpin Kaum mustadh'afin). "Afala ta'qilun? Afala yatazakkarun?".

Dimanakah engkau sekarang? Mendekati pintu gerbang Mina. Setelah seseorang memiliki pengetahuan yang benar, dia sadar bahwa kita sesungguhnya punya musuh, yaitu Malaikat yang dibuat dari api, kedudukannya dicopot karena membangkang perintah Allah dan berobah menjadi Syaithan/Iblis. Selanjutnya Syaithan telah mempengaruhi sebagian besar manusia untuk menolak system Allah dan mendirikan sistem Thaghut despotic. Justru itu manusia-manusia Habil (kutup Islam sejati) dan manusia-manusia Qabil (kutub Islam palsu), senantiasa bermusuhan dan saling bertempur di Planet Bumi ini, baik secara fisik dan materil maupun secara mental dan spiritual.

Dalam setiap pertempuran, manusia Qabil membuat propaganda-propaganda, bahwa kita Islam extrem, fanatic, fundamentalis dan lain-lain istilah yang membingungkan orang awam. Engkau harus tau persis bahwa istilah extrem dan fanatic adalah dua sifat yang pasti ada pada setiap Rasul/Utusan Allah, Imam-Imam, para Ulama warasatul ambia', Penye ru-Penyeru kebenaran (Pendakwah Sejati) dan orang-orang Mu'min sejati. Extrem dan fanatic berarti mujaddid dan istiqamah. Mujaddid berarti bersungguh - sungguh dalam beramar ma'ruf dan nahi mungkar, sedangkan fanatic berarti teguh pendirian bagai kan ikan di laut, kendatipun lingkungannya asin, ikan itu tetap tawar. Bukan seperti bunglow tergantung kepada siapa saja yang mempengaruhinya. Andaikata kedua sifat tersebut dapat digusur dari komunitas Islam dengan berbagai macam propaganda, sirnalah Ideology Islam di permukaan bumi ini, yang tinggal hanyalah buih-buih di lautan yang tidak berdaya, bak kata Rasul.

Islam fundamentalis adalah orang-orang Islam yang memiliki pijakan kuat pada platformnya, pada fondasinya, pada fundamentnya (pada Aqidahnya/Ideologinya). Mereka adalah orang-orang yang ber Ideologi Islam, Islam yang hidup dalam suatu komunitas secara bersaudara bukan karena sedarah, sekeluarga dan seketurunan, tetapi disebabkan se aqidah/seIdeology.

Mereka itu adalah orang-orang yang memahami serta meyakini bahwa Qur'an itu adalah pedoman hidup dalam berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Mereka itu adalah orang-orang yang meyakini bahwa hukum-hukum yang diturunkan Allah bukan hanya sebatas dipahami saja, tetapi untuk direalisasikan dalam kehidupan bernegara. Mereka senantiasa memperjuangkan suatu system yang mendapat redha Allah di negerinya masing-masing, bukan dinegeri orang non Muslim.

Justru itulah manusia kutub Qabil sangat anti kepada orang-orang Islam Fundamentalis. Aneh me mang. Orang-orang Belanda menindas/menjajah bangsa Acheh tanpa sebab yang dapat dibenarkan, kecuali pikiran primitif merekalah yang membenarkannya. Bangsa Acheh tentu punya harga diri dikala itu untuk membuat perlawanan setangguh mungkin. Lalu dikatakan orang-orang Belanda bahwa orang Acheh itu gila, keras kepala, bangsa yang suka berperang.

Dalam hal ini perlu kita kirim jawaban kepada tuan-tuan Belanda dalam bentuk pertanyaan. Menurut tuan Belanda, bagaimana sebaiknya sikap bangsa Acheh. Apakah bangsa Acheh harus mengangkat tangan, langsung menyerah ketika tuan-tuan membredeli kami?, sebagaimana yang dilakukan oleh sontoloyo-sontoloyo Jawa saat tuan-tuan membredeli mereka? Persoalan ini sesungguhnya dilakukan oleh orang-orang belanda masa dulu. Orang-orang Belanda sekarang ini kemungkinan besar sudah memperbaiki persepsi mereka, namun persepsi yang keliru 180 derajat ini sudah diwarisi oleh sontoloyo-sontoloyo Jawa.

Sontoloyo-sontoloyo Jawa itu sesungguhnya adalah manusia-manusia Qabil yang ingin mengulangi kembali pembunuhannya terhadap bangsa Acheh. Mereka tidak sadar bahwa di Acheh sekarang ini sudah muncul pemimpin yang meniupkan aspirasi Habil kedalam lubuk kaum dhua'fa Acheh untuk menuntut darah endatunya, kendatipun masih ada orang-orang Acheh yang belum memahami inspirasi Habil. Hal ini disebabkan mereka sudah lama sekali tertidur.
Bersambung ke ESENSI HAJI III.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia
----------
Diposkan oleh ACHEH - KARBALA di 03:58 
1 komentar:
Ismail mengatakan...
Tulisan ini bagus bagi da'wah islamiyah di kalangan pribumi muslm Papua. Semoga di waktu lain ada kesempatan menulis dan kita menikmati disuguhkan artikel-artikel berbobot seperti ini.


Ismail Asso, muslim papua

Minggu, 13 September 2009

PERBEDAAN ANTARA ULAMA DAN ILMUWAN



Bismillaahirrahmaanirrahiim



MENYOROTI HUBUNGAN ANTAR AGAMA DAN NEGARA 
SERTA SEPAKTERJANG PARA ILMUWAN DAN ULAMA PALSU 
DALAM
SYSTEM TAGHUT HINDUNESIA DESPOTIC DAN KORRUPT
hsndwsp
Acheh - Sumatra




Andaikata di suatu negara yang mayoritas penduduknya muslim tapi hukum Allah terabaikan, para ulama atau fukaha Islam harus mengambil alih kekuasaan baik secara damai maupun secara paksa (Revolusi) Apabila para ulama dan fukaha tidak mengam bil alih kepemimpinan di negara tersebut, terindikasi bahwa di negara tersebut tidak ada ulama dan fukaha kecuali lebih tepat disebut Ilmuan. Para Ulama dan Fukaha Islam tugasnya sama dengan tugas Para Rasul untuk membebaskan kaum duafa dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157&QS,90:12-18)

Para Rasul, Imam, Ulama dan Fukaha adalah ideolog, yaikni manusia-manusia representant yang berwajah ”merah” sementara para propessor, doktor dan semacamnya adalah ilmuwan, yaikni manusia-manusia yang berwajah ”pucat” Para Rasul, Imam, Ulama dan Fukaha adalah wakil Tuhan untuk merealisasikan hukumNya di muka Bumi agar manusia benar-benar tunduk-patuh kepadanya. Hukum Allah mustahil exist dalam system Taghut. Justru itu tugas para Rasul, Imam, Ulama dan Fukahalah yang bertindak untuk mengambil alih kepemimpinan andaikata negara dikuasai para tiran yang despotik. Untuk urusan tersebut mereka tidaklah melakukan Revolusi secara semborono kecuali pengikutnya siap untuk hal tersebut. Siap disini bukanlah dalam arti banyaknya pengikut tapi setelah berdaya upaya terlibat dalam proses kaderisasi. Imam Hussein di Karbala hanya memiliki 73 pengikutnya, namun siap melawan kezaliman agar penduduk Dunia memahami bahwa Yazid itu bukan pemimpin Islam tetapi penguasa Taghut zalim dan hipokrit.

Pertanyaannya apakah orang-orang yang tidak mengikuti Imam Hussein termasuk orang Islam? Jawabannya secara syar’i adalah Islam tetapi secara filosofis dan Ideologis mereka bukan orang Islam. Andaikata mereka itu orang Islam benaran, otomatis menjadi pengikut Imam dan Yazid yang zalim dan hipokrit pasti tumbang. Timbul pertanyaan lagi buat apa Imam melakukan revolusi sementara pengikutnya seperti hanya untuk dikorbankan saja didepan kekuasaan yang tirani dan despotik?

Sebelum Imam Hussein pergi kekarbala bersama keluarga dan semua pengikut setianya, Ibnu Abbas (Abdullah bin Abbas) membujuk Imam untuk tidak pergi ke Karbala (Kofah). Dia mengatakan bahwa penduduk Kufah yang telah memintanya datang adalah terkenal jahat dan tidak dapat dipercaya. Dia memintanya agar pergi saja ke Yaman. Disana Imam Hussein mempunyai ramai pengikut sehingga dia boleh hidup dengan aman. Imam Hussein mengatakan bahwa Ibnu Abbas dan juga adiknya Muhammad Hanafiah telah berkata yang benar. Beliau melanjutkan: "Saya juga tahu bahwa saya tidak akan mencapai apa-apa kuasa sebab saya pergi bukan untuk penaklukan dunia. Saya pergi hanya untuk dibunuh. Saya berharap bahwa melalui penderitaan yang saya tanggung dari penindasan ini, dapat mencabut keluar asas bagi segala kekejaman dan kezaliman. Saya berjumpa dengan datuk, Nabi Allah di dalam mimpi memberi tahu saya agar membuat perjalanan ke Irak. Allah swt mahu melihat saya dibunuh". Muhammad Hanafiah dan Ibnu Abbas berkata: "Jika begitu kenapa membawa anak-anak dan wanita bersama kamu?". Imam menjawab: "Datuk saya mengatakan bahwa Allah mahu melihat mereka ditawan. Saya membawa mereka sesuai arahan Nabi Allah"

Itu semuanya merupakan sebagai proklamasi kepada manusa bahwa Negara dibawah kekuasaan Yazid adalah Taghut yang zalim. Imam Ali as mengatakan bahwa kekuasaan ditangan Muawiyah bagaikan perahu terbalik, yang menumpahkan segala isinya. Secara Ideology kita pasti mampu memahami fenomena Negara dibawah kekuasaan type Muawiyah (yang meracuni Iman Hassan, cucu Rasulullah) dan Yazid bin Muawiyah (pembantai keluarga Rasulullah di Karbala).

Disebabkan penulis adalah orang Acheh - Sumatra pastinya sangat logis untuk menyoroti Negara Indonesia, dimana bukan saja menjadi penindas terhadap kaum mustadhafin di Tanah Rencong tetapi juga penindas terhadap kaum mustadhafin di pulau jawa itu sendiri. Siapapun yang berani berbicara Negara Islam atau revolusi, pasti ditindak oleh penguasa Indonesia secara otoriter- Kondisi semacam ini juga kita saksikan melalui lembaran sejarah di dalam kekuasaan Muawiyah dan Yazid, anaknya. ”Ulama” dalam pemerintahan despotik tersebut diam seribu satu bahasa ketika menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap rakyat jelata (baca kaum mustadhafin), bahkan mereka diperintahkan Muawiyah untuk berfungsi sebagai ”mesin” pemalsuan Hadist Rasulullah dan inilah yang paling berbahaya hingga perpecahan Ummat Muhammad, kita saksikan sekarang ini, mulai dengan pemalsuan Hadist Shaqalain dan seterusnya.

”Ulama” dalam system Hindunesia juga diam seribu satu bahasa ketika menyaksikan perlakuan semena-mena terhadap kaum mustadhafin Acheh - Sumatra dan kaum mustadhafin Hindunesia itu sendiri. Para ”ulama” tersebut juga menggunankan Hadist made in Abu Hurairah cs sebagai alasannya untuk tidak melawan penguasa yang masih melakukan salat 5 waktu. Untuk hal ini mereka tegamak dengan melakukan doa tolakbala hanya melalui peragaan tangannya terlungkup di setiap Mesjid dan lembaga agama manapun dalam system Hindunesia.

Justru itu saya haqqul yakin bahwa di Indonesia dan Acheh - Sumatra sekarang ini tidak ada lagi ulama benaran kecuali bal-am alias ulama palsu. Argument saya ini sangat kuat mengingat sepakterjang mereka tidak berbeda dengan sepakterjang ulama palsu di jaman Muawiyah dan Yazid bin Muawiyah, sementara penguasa Hindunesia sejak dari Soekarno, Suharto sampai kini sama dengan sepakterjang Muawiyah dan Yazid, pembantai keluarga Rasulullah saww.

Ulama adalah panutan rakyat dan juga siapapun yang mengaku beragama Islam. Dari itu kalau fungsi Ulama di tempati para ”Bal’am”, sirnalah Esensi Islam dan sirna jugalah Aqidah Ummat. Mereka hanya mengetahui bahwa Allah Tuhan yang haq disembah tapi mereka tundukpatuh kepada ”Yazid-yazid” modern. Bagaimana mungkin kita disatu sisi tunduk patuh kepada penguasa zalim sementara pengakuan lidah kita justru perintah Tuhanlah yang harus diutamakan.

Allah berfirman: ” . . . . . . .waman lam yahkum bima an zalallah, faulaika humul kaafirun. . . . . . . .” (QS, al Maidah, 44) (. . . . . . .dan barang siapa yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah, mereka itulah yang kafir. . . . . . .)

Anda orang Indonesia atau Jawa tidak beralasan sakit hatinya kepada saya. Yang perlu bagi anda menelusuri pengikut-pengikut ”Imam” Kanto Suwiryo dan Muhammad Nasir serta ulama-ulama yang terikat dengan Piagam Jakarta, dimana belakangan disulap oleh Soekarno menjadi Pancasila alias Puncasilap. Jadi disini jelas kendatipun Soeharto terbaca lebih zalim dari Soekarno, namun secara ideologis justru Soekarnolah puncanya silap orang-orang yang bersatupadu dalam system Hindunesia alias System Pancasila atau Puncasilapnya made in Soekarno cs.

Anda Ilmuwan Hindunesia dicetak dalam dapur taghut Hindunesia. Kendatipun anda belajar agama di pesantren-pesantren dan lembaga agama manapun, anda telah merusak esensi Agama Muhammad saww yang murni hingga bercampur bawur dengan agama ”Ewuhpakewuh” atau Empu Tantular yang berbau ketoprak itu. Jangan kan ilmuwan di pulau Jawa, ilmuwan di Tanah Rencong saja, dimana Islam datang melaui Semenan jung Acheh, bisa dekaden dan bahkan memihak penguasa yang notabenenya adalah wakil majikan mereka dari Jakarta.

Padahal ilmuwan itu adalah pribadi-pribadi yang berilmu, kenapa mereka tidak mampu memahami untuk apa mereka mencari ilmu dari pesantren dan perguruan tinggi? Untuk perutkah, untuk keluarga sajakah? Mereka punya potensial untuk membela kaum mustadhafin dengan pengetahuan yang mereka miliki. Kenapa mereka tidak membentuk kelompok untuk melawan tirani dan despotik di negaranya masing-masing? Bukankah itu perintah Allah yang utama sebagai proses Esensi kemanusiaan?

Disinilah terbukti kata DR Ali Syariati, ahli fikir yang belum ada duanya sampai sekarang ini , bahwa Propes sor, Doctor dan graduasi lainnya adalah ilmuan yang berwajah ”pucat” Sementara para Rasul, para Imam dan para Ulama warasatul Ambiya adalah Ideolog yang berwajah ”merah”. Mereka yang terakhir inilah yang dapat diharapkan untuk membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk merka (QS,7:157&QS,90:12-18). Sementara para ilmuan asik mengharapkan gaji yang tinggi dari majikannya (baca penguasa zalim) Mereka tabu untuk kita bicarakan bahwa sesungguhnya mereka sudah sirna Aqidahnya, kendatipun di mulut mereka berkomat-kamit dengan kalimah Syahadah.

Sekali lagi, di Indonesia tidak ada ulama kecuali sekelompok orang fanatikbuta melaku kan teror dimana-mana. Kalau di Palestina adanya kelompok bunuh diri, itu adalah dalam kontek perang melawan kezaliman kaum Zionis Israel. Mereka tidak mendapat bantuan sementara disekeliling mereka adalah negara-negara jenis yang sama dengan Hindunesia, secara sembunyi tapi nyata bagi kaum hypocrite itu, berpihak kepada Zionis itu sendiri. Sementara kaum teroris di Hindunesia, dengan siapa mereka berperang? Ironisnya mereka hanya berpenampilan pakaian Rasulullah tapi tidak mengikuti jejak Rasulullah.

Tulisan saya ini saya buat untuk mengundang pihak ilmuwan yang bersatupadu dalam system Hindunesia agar berpikir bagaimana sebenarnya mereka harus berkiprah untuk membebaskan kaum nustadhafin di dalam sys tem Taghut Hindunesia itu. Dengan cara demikianlah mereka terbebas dari Api Neraka bukan hanya asik beribadah ritual doang. Tauhid dan keadilan adalah dua sisi dari mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu-sama lainnya. Keadilan bersumber dari Tauhid dan Tauhid merupakan hubungan manusia dengan Tuhannya (hablum minal Allah) diwujudkan dalam keadilan sosial berhubungan antar sesama manusia (hablum minan naas).

Perlu juga dipahami bahwa menurut Imam Khomeini, Ulama atau fuqaha bukan hanya ahli di bidang hukum Islam saja atau hanya merupakan tokoh spriritual. Fuqaha yang Paripurna harus juga ahli di bidang-bidang lainnya, semisal filsafat, politik, sosial dan ekonomi. Apabila kita menemukan fenomena yang demikian macam di RII sekarangt ini ,bermakna kita telah menemukan realitanya: "Ulama yang intelektual dan Intelektual yang Ulama." Itulah Fuqaha yang Paripurna menurut Imam Khomaini, dimana kehadirannya bermanfaat buat pembebasan kaum mustadhafin.

Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra

Jumat, 04 September 2009

KEKELIRUAN SYSTEM TAGHUT DZALIM, HYPOCRITE DAN KORRUP


SETIAP MU'MIN ADALAH MUSLIM TETAPI TIDAK SETIAP MUSLIM ADALAH MU'MIN
KALAU ADA PIHAK YANG BELUM MAMPU MEMAHAMI HAKIKAT SURAH AL MAIDAH AYAT 44, 45 DAN 47, BOLEH JADI MEREKA KAUM AWWAM ATAU NON MU'MIN
hsndwsp
di
Ujung Dunia



Indonesia membanggakan diri dengan bhinneka tunggal eka dari "pancasila". Mereka percaya sebagai pemersatu bangsa yang majemuk tetapi realitanya pihak mayority terus saja menindas pihak minority. Sebaliknya Republik Islam Iran tidak punya pancasila tetapi mereka tetap hidup rukun antar penganut agama. Bagaimana mungkin sebahagian orang Indonesia mengaku beragama Islam sementara mereka tidak meyakini al Qur-an sebagai alat pemersatu, sebagaimana yang diaplikasikan Rasulullah sendiri dan "Wilayatul Fakih" Republik Islam Iran? Kaglue awaknjan ngen aneuk panah...

Sangat menyebalkan ketika mendengar komentar pejabat-pejabat Indonesia seolah-olah mereka punya pancasila yang luarbiasa untuk mempersatukan ummat beragama. Tidakkah mereka renungkan, apakah dulu Rasulullah saww mempersatukan rakyat yang terdiri dari orang Islam, Nasrani dan Yahudi dengan pancasila, bukan dengan Qur-an? Kalau komunitas Takfiri Wahabi Salafussalah menghalalkan darah siapapun yang tidak sependapat dengan mereka sebagaimana sepakterjang kaum Khawarij di zaman Imam Ali as, Rasulullah, Imam Ali dan "Wilayatul Fakih Iran", tidak membenarkan membunuh pihak manapun kecuali sekedar membela diri dari serangan pihak yang zalim.

Berhubung surah Al Maidah ayat 44, 45 dan 47 tidak mampu dicerna kecuali disalah pahami oleh komunitas Takfiri Wahabi dalam menggapainya, makanya tulisan sebelumnya sebagaimana judul diatas, dicancel buat sementara...

PERTUMPAHAN DARAH ANTARA HABIL DAN QABIL ADALAH PERTEMPURAN ANTARA YANG HAQ DAN YANG BATHIL

 

MENGAPA PERANG TERJADI HAMPIR DI SELURUH DUNIA ?

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kenapa pihak yang kuat (berkuasa) senantiasa berlaku semena-mena terhadap pihak yang lemah (kaum mustadh'afin?) Kenapa pihak penjajah tidak pernah sadar untuk me ninggalkan kerjanya yang senantiasa merugikan kemanusiaan yang pada hakikatnya merugikan diri mereka sendiri dihadapan Allah kelak? Untuk menjawab persoalan dia tas tidak boleh tidak kita harus berpedoman kepada keputusan Pemilik Dunia itu sen diri dan sejarah kemanusiaan. Allah berfirman:"Dan tidaklah Kujadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk patuh kepa daKu" (QS Azzariat 56).

Menurut ayat tersebut diatas terjadinya peperangan disebabkan adanya pihak yang tidak tunduk patuh kepada Allah sendiri. Perang pertama di permukaan Bumi ini menurut sejarah yang juga diabadikan Allah dalam Al Qur-anul Karim adalah perang antara Qabil dan Habil. Perang ini dimenagkan oleh Qabil di Dunia, namun di Akhirat kelak justeru Habillah yang menang sementara Qabil masuk Neraka (kalah). Perang tersebut terjadi disebabkan keti dakpatuhan Qabil terhadap peraturan perkawinan yang telah ditetapkan Allah swt terhadap mereka.

Dibandingkan dengan pelanggaran yang dilakukan manusia-manusia diabad 21 ini yang membuat mereka saling berperang satu sama lainnya, Qabil hanya sedikit saja melakukan pelanggarannya. Pada mulanya, Qabil senantiasa tunduk patuh kepada Allah melalui RasulNya yang kebetulan ayahnya sendiri (Nabi Adam), kecuali undang-undang perkawainan. Namun lihalah, kendatipun sedikit saja ayat Allah yang tidak di setujuinya dapat membuat dia sebagai pembunuh pertama dalam sejarah kemanu siaan.

Sesuai dengan perkembangan manusia pada saat itu yang tidak ada orang lain kecuali keluarga Nabi Adam sendiri, Allah menetapkan pasangan untuk berkeluarga: Qabil de ngan Labuda dan Habil dengan Iklima. Hanya sedikit saja persoalannya, yaitu Iklima sedikit lebih cantik dibandingkan Labuda. Justeru itulah yang membuat Qabil tidak tun dukpatuh kepada Allah. Qabil menuduh ayahnya memihak kepada Habil, bahwa pera turan itu bukan dari Allah. Sebetulnya itu saja sudah membuat Qabil keluar dari Islam (murtad). Ketika Rasulullah, Adam as mengadu kepada Allah tentang ketidakpatuhan Qabil terhadap PeraturanNya, Allah mewahyukan kepada Adam agar Qabil dan Habil mengadakan "Qurban", dengan ketetapan siapapun yang diterima pengorbanannya, dialah yang berhak mengawini Iklima. 

Antara Qabil dan habil hampir tidak ada perbedaan yang signifikan, kecuali pekerjaan mereka. Qabil bekerja sebagai petani sedangkan Habil bekerja sebagai pengembala. Sebagai petani, Qabil mengklaim hampir semua tanah yang subur sebagai pemiliknya. Padahal Allah tidak pernah memberikan hak untuk memiliki, kecuali hak pakai. Akibat nya dapat memudharatkan pihak yang lain dalam hal ini Habil adalah korbannya, dima na Habil terpaksa mengadakan pengembalaannya ke tempat yang agak jauh dari tem pat tinggalnya. Dewasa ini kita juga dapat menyaksikan sepak terjang "Qabil-Qabil" modern, mengklaim semua tanah-tanah di daerah pegunungan sebagai pemiliknya (petani berdasi), yang membuat "Habil-Habil" menderita. Sementara para "Qabil" me miliki inkamperkapita yang begitu lumayan di kota-kota. 

Sebagai Pengembala, Habil menyerahkan seekor binatang ternaknya yang paling baik untuk pengorbanan, sementara Qabil sebagai petani menyerahkan gandum layu. Jus teru keikhlasan Habil dan ketidak ikhlasnya Qabil, Allah hanya menerima pengorbanan Habil yang menjadi teladan bagi kita manusia yang mendiami planet Bumi ini. Sesuai peraturan pengorbanan yang ditetapkan Allah melalui RasulNya Adam as, Habillah yang berhak mengawini gadis yang diperebutkan (Iklima). Lalu Qabil tambah penasa ran, bertekat untuk membunuh Habil tanpa berfikir panjang akan akibatnya yang meru gikan diri sendiri di akhirat kelak, yakni kekal didalam neraka. Demikianlah "Qabil-qa bil" Hindunesia-Jawa sekarang yang masih mengklaim dirinya sebagai orang Islam, sementara sepakterjangnya lebih keji daripada Qabil, pembunuh Habil dulu.

Pembaca yang mulia !

Andaikata Qabil termasuk orang yang tunduk patuh kepada Allah sebagaimana tujuan hidup manusia yang dinyatakan Allah dalam surah Azzariat ayat 56 tersebut diatas, sudah barang pasti perang dengan Habil tidak akan pernah terjadi. Kecantikan Iklima merupakan ujian bagi Qabil dalam mengarungi hidupnya. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia diuji Allah dengan berbagai ujian dan percobaan yang berfariasi da lam segi kwantitas dan kwalitasnya. Kadangkala kita diuji dengan harta, tahta dan wa nita. Justeru kita lihat Indunesia-Jawa diuji dengan banyaknya minyak bumi dan lain-lainnya di Acheh. Andaikata mereka tunduk patuh kepada Allah, sungguh mereka akan mengakui hak bangsa Acheh untuk menentukan nasibnya. Lalu mereka akan keluar dari bumi Acheh dengan suka rela, sementara bangsa Achehpun akan membantu me reka (kaum mustadh'afin Jawa) yang wajib mendapat bantuannya. Namun disebabkan mereka (baca pemimpin-pemimpin Hindunesia-Jawa) demikian penasaran, bahkan lebih penasaran daripada Qabil (moyangnya) yang membunuh Habil dulu, mereka menjadi gelap pikirannya untuk tetap bersikukuh menjajah Bangsa Acheh-Sumatra. Mereka tidaklah termasuk orang-orang yang tundukpatuh kepada Allah, sebaliknya mereka tundukpatuh kepada Thaghut, tuhannya Qabil-Qabil di seluruh pelosok dunia. 

Secara idiology, Qabil menjadi simbolisasi bagi siapa saja yang membunuh manusia yang lain tanpa keredhaan Allah baik secara indifidual ataupun secara massal seperti yang diaplikasikan "Qabil-qabil" Hindunesia-Jawa terhadap Bangsa Acheh - Sumatra, Papua dan Maluku. Demikian jugalah sepak terjang "Qabil-qabil" di seluruh pelosok dunia yang kita saksikan sejak dulu sampai sekarang ini. Justeru secara idiologylah dapat kita pahami ketimpangan manusia-manusia "Qabil" yang tidak tundukpatuh kepada peraturan Pemilik Dunia ini, bersekongkol dengan "Qabil-qabil" manapun di seluruh planet Bumi ini. 

Jadi persoalan perang adalah persoalan permusuhan. Persoalan permusuhan adalah persoalan ketidaktundukpatuhan manusia terhadap Peraturan Pemilik Alam semesta. Manusia sejati adalah manusia yang tunduk patuh kepada Allah (baca, Habil-habil) se dangkan manusia palsu adalah manusia yang tidak tunduk patuh kepada Allah (baca, Qabil-qabil). Secara idiology, bendera "Qabil" diwarisi oleh Namrud, Firaun, Kaisar-kaisar di Roma, Abu Sofyan bin Harb, Muawiyah bin Abi Sofyan, Yazid bin Muawiyah dan "Qabil-qabil" moderen dimanapun di seluruh pelosok dunia yang senantiasa se pak terjangnya merugikan kehidupan manusia. Sementara bendera "Habil" diperju angkan Ibrahim, Musa, Isa bin Maryam, Muhammad bin Abdullah, Ali bin Abi Thalib, Hussein bin Ali di Karbala dan "Habil-habil" manapun yang berani menentang sege nap bentuk penjajahan dimanapun di seluruh pelosok Bumi ini. 

Berbicara Habil dan Qabil, tidak perlu kita mengatakan bahwa kami ini "Islam", "Kristein ","Hindu", "Budha" dan sebagainya. Semuanya itu adalah gombal, sebagaimana yang kita saksikan di Syria sekarang, dimana konspirasi jahat, para teroris dan segenap pendukungnya dari Arab Saudi, Qatar, Turkey dan sebagainya masih saja menamakan diri atas nama Islam. Berbicara Habil dan Qabil adalah berbicara tentang kemanusia an, berbicara tentang kema nusiaan adalah berbicara tentang "ketundukpatuhan kita" kepada Pemilik Alam Semesta. 


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
 di Ujung Dunia
----------
http://www.presstv.ir/live.html