Senin, 27 April 2015

PARA IMAM AHLULBAIT LEBIH UTAMA DARI PARA MALAIKAT (PENGAKUAN PARA MALAIKAT SENDIRI)




MASIH BANYAK ORANG KITA YANG BELUM MAMPU MEMAHAMI KALAU DIKATAKAN BAHWA PARA IMAM KHUSUS LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA DI SISI ALLAH SWT DARIPADA PARA MALAIKAT.





Dalil tentang : Utamanya Para Imam Ahlulbait
dari para Malaikat.
Ucapan Rasulullah saww tentang Lebih Utamanya Para Imam Ahlulbait dari para Malaikat.

 Ash-Shaduq telah meriwayatkan di dalam kitab al-‘Ilal dan kitab Ikmal ad-Din, juga dalam bab 26 dari kitab “Uyun ar-Ridha, dari Abul Qasim Hasan bin Muhammad bin Sa’id al-Hatsimi al-Kufi, di masjidnya di kota Kufah, pada tahun 354 Hijriyah, dari Furat bin Ibrahim bin Furat al-Kufi, dari Muhammad bin Ali bin Ahmad al-Hamadani, dari Abul Fadhl Abbas bin Abdullah al-Bukhari, dari Muhammad bin Qasim bin Ibrahim bin Abdullah bin Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, dari Abdussalam bin Shalih al-Harawi, dari Ali bin Musa ar-Ridha, dari ayahnya Musa bin Ja’far, dari ayahnya Ja’far bin Muhammad, dari Ayahnya Muhammad bin Ali, dari Ayahnya Ali bin Husain, dari Ayahnya Husain bin Ali , dari Ayahnya Ali bin Abi Thalib yang berkata, Rasulullah saw telah bersabda :

“Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih utama dariku dan lebih mulia dariku.”

Ali as berkata, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih utama, engkau atau Jibril…?”

Rasulullah saw menjawab, “Wahai Ali, sesungguhnya Allah SWT telah mengutamakan para nabi dan para rasul-Nya atas para malikat-Nya, dan Dia telah mengutamakan aku atas seluruh para nabi dan para rasul. Adapun keutamaan setelahku adalah milik engkau hai Ali dan para imam sesudahmu. Sesungguhnya para malaikat adalah pelayan kita dan pelayan para pecinta kita.

“Hai Ali, sesungguhnya para malaikat pengangkat ‘Arsy dan para malaikat yang ada di sekelilingnya, semuanya bertasbih sambil memuji Tuhan mereka, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman kepada wilayah kita.

“Hai Ali, sekiranya tidak ada kita niscaya Allah tidak akan menciptakan Adam dan Hawa, surga dan neraka, dan langit dan bumi. Bagaimana kita tidak lebih utama dari malaikat padahal kita telah mendahului mereka dalam mengesakan dan mengenal Allah SWT, dalam bertasbih, mensucikan dan bertahlil kepada-Nya. Karena yang pertama diciptakan oleh Allah adalah roh kita, lalu Allah menjadikan kita berbicara dengan mengesakan dan mengagungkan-Nya.

“Kemudian Allah menciptakan para malaikat. Manakala mereka melihat roh kita sebagai sebuah cahaya mereka mengagungkan kita, maka kita bertasbih kepada Allah supaya para malaikat tahu bahwa kita adalah salah satu dari makhlik Allah dan bahwa dia terbebas dari sifat-sifat kita, maka para malaikat pun bertasbih kepada Allah mengikuti tasbih kita dan mensucikan Allah dari sifat-sifat kita.”

“Manakala mereka melihat besarnya kedudukan kita, maka kita bertahlil supaya para malaikat tahu bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa kita adalah mahluk dan bukan tuhan yang wajib mengabdi bersama Allah atau tidak bersama-Nya maka para malikatpun mengucapkan La ilaha Illallah.

“Manakala para malaikat melihat besarnya tempat kita, maka kita membesarkan Allah ( mengucapkan Takbir ) supaya para malaikat tahu bahwa Allah lebih besar dari dapat di gapai oleh tempat yang besar.”

“Manakala para malaikat melihat kemuliaan dan kekuatan yang telah Allah jadikan untuk kita, maka kitapun mengucapkan Lahauwla wala quwwata illa billah, supaya para malaikat tahu bahwa kita tidak menpunyai daya dan kekuatan kecuali dengan daya dan kekuatan Allah.”

“Manakala para malaikat melihat berbagai nikmat yang diberikan Allah kepada kita dan mewajibkan makhluq untuk menaati kita, maka kita mengucapkan Alhamdulillah, supaya para malaikat tahu bahwa merupakan hak Allah atas kita untuk mengucapkan segala puji bagi Allah atas segala nikmatNya, maka para malaikatpun mengucapkan Alhamdulillah,”

“Dengan perantaran kita mereka mendapat petunjuk untuk dapat mengenal Allah meng-Esakan-Nya, bertasbih kepada-Nya, bertahlil kepada-Nya, memuji dan mengagungkan-Nya.”

“Kemudian Allah menciptakan Adam lalu meletakan kita di tulang sulbinya. Kemudian Allah memerintahkan para malikat bersujud kepada Adam sebagai penghormatan dan pengaguman kepada kita.”

“Sujud para malaikat pada Allah merupakan ibadah kepada-Nya sedangkan sujud mereka kepada Adam merupakan penghormatan dan ketaatan karena kita berada di tulang sulbinya. Bahgaimana kita tidak lebih utama dari para malaikat padahal mereka semua telah sujud kepada Adam?.”

“Manakala aku dimikhrajkan ke langit, Jibril mengumandangkan adzan dua kali-dua kali dan mengumandangkan iqamah duakali-duakali. Kemudian dia berkata kepadaku, “Maju, hai Muhammad.”

“Aku berkata kepadanya, “Wahai Jibril, “Apakah aku perlu mendahuluimu…?”

“Jibril berkata, “Tentu. Karena Allah telah mengutamakan para nabi-Nya atas seluruh malaikatnya, dan terutama telah mengutamakanmu. ‘Maka aku maju dan menjadi imam Shalat bagi mereka. Tidak ada kesombongan disini.”

“Ketika kami telah sampai kepada tirai cahaya, jibril berkata kepadaku, “Maju, Wahai Muhammad, ‘lalu Jibril mundur dariku, “Aku berkata dalam keadaan seperti ini engkau meninggalkanku, ‘Jibril berkata, ‘Wahai Muhammad ini batas akhirku. Allah telah menetapkan batas akhirku sampai tempat ini jika aku melewatinya niscaya sayapku terbakar, karena telah melanggar batas-batas Allah.”

“Kemudian Tuhanku mendorongku kedalam cahaya hingga aku sampai ketempat Masya Allah dari ketinggian kerajaan-Nya kemudian aku di panggil wahai Muhammad.” Aku menjawab, ‘Aku menyambut seruan-Mu dan siap menerima perintah-Mu, wahai Tuhanku, Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau,.’

“Lalu aku diseru kembali, ‘Hai Muhammad, engkau hambaku dan Aku Tuhanmu, hanya kepada-Ku engkau memperhambakan diri dan hanya kepada-Ku engkau bertawakal. Engkau adalah cahaya-Ku ditengah hamba-hamba-Ku, rasul-Ku kepada para makhlu-Ku, dan hujjah-Ku atas ciptaan-Ku. Aku ciptakan surga bagi orang yang mengikutimu dan Aku ciptakan neraka bagi orang yang menentang dan melawanmu. Aku wajibkan kemulian-Ku bagi para washimu dan Aku wajibkan ganjaran-Ku bagimu.”

“Aku berkata. “Siapakah para wasiku…?:”

“Maka terdengar seruan, ‘Wahai Muhammad, para washimu tertulis pada tiang A'rasy. ‘

“Maka di hadapan Tuhanku aku melihat kearah A'rasy, disana aku melihat ada dua belas cahaya, dan pada masing-masing cahaya terdapat garis hijau dimana tertulis diatasnya nama seseorang washiku. Yang pertama Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir Mahdi al Muntazhar dari ummatku.”

“Aku berkata, ‘Wahai Tuhanku, apakah mereka ini para washiku sepeninggalku..?’

“Lalu terdengar seruan, ‘Hai Muhammad, mereka itu para wali-Ku, para kekasih-Ku, para sahabat sejati-Ku, dan para hujjah-Ku atas makhluk-Ku. Mereka adalah para washi dan khalifahmu, dan makhluk terbaik-Ku setelah kamu. Demi kemulian dan keagungan-Ku, Aku akan menangkan agama-Ku dengan perantaraan mereka, Aku akan tinggikan kalimat-Ku dengan perantaraan mereka, dan Aku akan bersihkan bumi-Ku dari musuh-musuh-Ku dengan perantaraan yang terakhir dari mereka, Dan Aku akan jadikan dia sebagai pemilik bumi belahan barat dan bumi belahan timur, serta Aku akan tundukkan baginya angin dan awan yang susah di atur, Aku akan mengangkatnya dari sebab akibat, Aku akan menolongnya dengan tentara-Ku, dan Aku akan membantunya dengan para malaikat-Ku, hingga seruan-Ku menjadi tinggi dan dia mampu menghimpun seluruh makhluk-Ku dalam meng-Esakan-Ku. Kemudian Aku akan kekalkan kekuasaanya, dan Aku akan gilirkan hari-hari diantara para wali-Ku hingga hari kiamat.”

====================================

Musa bin Abdullah, penyusun Kitab ini berkata, “Hadist ini shahih dan dapat di percaya.” Hadist ini datang dalam bentuk redaksi yang berbeda-beda, namun isi kandungannya mutawatir dan di sepakati di kalangan Imamiyah. Mereka mempunyai beragam teks dan seluruh penggalan hadis ini. Kami tidak dapat menyebutkan semuanya…..

(karena panjangnya penjelasan ini, maka saya cukupkan sampai di sini)





Baca juga http ini:


https://syiahsunni.wordpress.com/2012/03/28/nash-nash-tentang-dua-belas-khalifah-pasca-nabi-muhammad-saw/


http://quran.al-shia.org/id/qoran%20va%20Etrat/019.htm


http://islami-ahlulbait.blogspot.no/2012/12/pembuktian-teologis-atas-konsep.html




Baraqallahu li walakum
hsndwsp di ujung Dunia

KATA "SYI'AH" TELAH TERBUKTI ADA DALAM AL QUR-AN DAN HADIST NABI (HADIST MURNI)



ISLAM SYI'AH IMAMIAH 12 (MUSLIM PENGIKUT AHLULBAYT RASULULAH) MEMILIKI ARGUMEN PAMUNGKAS



"(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap ummah dengan Imamnya; dan barangsiapa yang diberikan kitab amalannya di tangan kanannya maka mereka ini akan membaca kitabnya itu, dan mereka tidak dianiaya sedikit pun" (QS. Al-Israa: 71)



Pada hari pengadilan akhirat, takdir dari setiap orang yang mengikuti para Imamnya yang dipercayainya akan tergantung dari Imam-Imam yang dipercayainya itu apabila ia memang benar-benar mengikuti para Imam yang ia percayai itu. Allah menjelaskan dalam Al-Qur’an bahwa ada dua jenis Imam yang diikuti dan diyakini oleh para pengikutnya. Ada Imam yang mengajak manusia untuk masuk ke dalam Api Neraka. Untuk kategori ini adalah para pemimpin yang dzalim dan tiran di masanya seperti Fir’aun, misalnya. Kita harus mampu mendeteksi Fir-un-fir'un modern/regim-regim despotik dan arogant. (hsndwsp)


"Dan Kami jadikan mereka para Imam yang menyeru (manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong.


Dan Kami ikutkanlah laknat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah)" (QS. Al-Qashash: 41—42)

Al-Qur’an sudah memberikan peringatan kepada orang-orang yang mengikuti para imam yang dzalim dan para pengikut imam seperti itu akan mendapatkan takdir buruknya kelak di akhir zaman. Mereka akan digabungkan dengan para imamnya itu dalam Jahanam.

Di sisi lain Al-Qur’an juga memberikan informasi tentang adanya Imam-Imam yang memang ditunjuk oleh Allah untuk membimbing manusia ke jalan yang benar. Lihatlah ayat berikut ini:

"Dan Kami JADIKAN di antara mereka itu IMAM-IMAM yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami." (QS. As-Sajdah: 24)

(lihatlah kata-kata JADIKAN dan IMAM-IMAM yang menjelaskan secara tegas tentang jabatan Imam yang ditunjuk oleh Allah dan bukan oleh manusia. Dan mereka memiliki fungsi yang kurang lebih sama dengan Nabi walaupun tidak membawa kitab suci yang baru).

Dengan melihat ayat-ayat tersebut di atas, maka kita bisa simpulkan bahwa para pengikut dari Imam-Imam yang mendapat mandat dari Allah itu akan menemui kebahagiaan di akhirat kelak. Jadi kalau kita menjadi pengikut seorang imam maka itu tidak berarti apa-apa kalau yang kita ikuti itu adalah seorang imam yang tidak mendapatkan mandat dari Allah. Jadi akhir yang baik dan yang buruk bagi kita di akhirat kelak itu ditentukan dari siapakah imam yang kita ikuti dan patuhi selama kita hidup di Bumi.

Allah telah menyebutkan dalam Al-Qur’an bahwa beberapa hambaNya yang haq adalah juga pengikut (Syi’ah) bagi para hambaNya yang lain. Seperti pernah dijelaskan Al-Qur’an bahwa Nabi Ibrahim itu adalah pengikut (Syi’ah) dari Nabi Nuh.

"Dan sesungguhnya Ibrahim benar-benar termasuk golongannya (Nuh)" (QS. Ash-Shaaffaat: 83)

(Lihatlah kata "Syi’ah" yang dipakai secara jelas sekali oleh Al-Qur’an. Al-Qur’an secara eksplisit menggunakan kata itu huruf demi huruf dalam ayat tersebut di atas dan juga dalam ayat berikut ini)

Dalam sebuah ayat dalam Al-Qur’an diceritakan tentang pengikut (?????) Nabi Musa melawan musuh-musuh dari Nabi Musa. Lihatlah ayat berikut dan lihatlah penggunaan kata SYI’AH untuk ayat tersebut:

"Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari SYI’AHNYA (pengikutnya)(Bani Israel) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir'aun). Maka orang yang dari SYI’AHNYA (pengikutnya) meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: "Ini adalah perbuatan syaitan, sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya) (QS. Al-Qashash: 15)

Di dalam ayat Al-Qur’an di atas ada orang yang disebut sebagai pengikut Nabi Musa (atau SYI’AH MUSA) dan orang yang satunya lagi disebut sebagai musuh dari Nabi Musa. Orang-orang pada jaman bisa dibagi kedalam dua kelompok: kelompok SYI’AH MUSA atau kelompok MUSUH MUSA.

Dengan kata lain bisa kita simpulkan bahwa Allah secara resmi menggunakan kata SYI’AH dalam Al-Qur’an untuk menunjukkan pengikut para Nabi dan sekaligus para Nabi itu sendiri (masih ingat Nabi Ibrahim yang disebut sebagai SYI’AH—pengikut—dari Nabi Nuh?). Allah menggunakan kata SYI’AH ini dengan segenap penghormatan kepada para hambaNya yang shaleh. Apakah dengan itu kita membuat Nabi Ibrahim itu sebagai seorang sektarian? Bagaimana dengan Nabi Nuh dan Nabi Musa?

Kata "Shiah" itu sendiri artinya "pengikut" atau "anggota dari sebuah kelompok". Sementara itu kata SYI’AH sendiri sebenarnya tidak mengandung sifat positif atau negatif. Kata itu akan bersifat negatif atau positif apabila kata itu disandingkan dengan nama seorang pemimpin tertentu.

Apabila seorang pengikut (SYI’AH) itu mengikuti para hamba Allah yang haq, maka tidak ada salahnya dengan kata SYI’AH itu apalagi mengingat imam yang ia ikuti itu adalah imam yang diberikan mandat langsung oleh Allah untuk membimbing umat manusia. Sementara itu apabila seseorang itu telah menjadi seorang pengikut (SYI’AH) dari seorang tiran yang kejam; seorang pemimpin yang tidak berperikemanusiaan; seorang pemimpin yang korup bukan kepalang, maka ia akan menemui takdir buruknya bersama dengan imam yang diikutinya.


SEKARANG PERKENANKANLAH SAYA MENGAJUKAN BEBERAPA PERTANYAAN:


APABILA SAUDARA KITA DARI KALANGAN AHLUSSUNNAH JUGA MENGAKU SEBAGAI PENGIKUT ALI MAKA:

Mengapa mereka tidak menyebut diri mereka sebagai Syi’ah Ali (pengikut Ali)? Bukankah mereka juga mengaku-aku sebagai pengikut Ali? Apabila mereka mengaku dan menganggap dirinya sebagai pengikut Mu'awiyyah, mengapa mereka tidak mengubah nama kelompok mereka (AHLUSSUNNAH) menjadi Syi’ah Mu’awiyyah? Mengapa mereka malah malu-malu menyebut diri sebagai pengikut Mu’awiyyah dan malah menyebut kelompok mereka sebagai kelompok Sunni?

Siapakah yang telah memberi mereka nama SUNNI atau AHLUSSUNNAH?

Apabila Allah yang telah memberikan mereka nama (SUNNI/AHLUSSUNNAH) itu (seperti nama SYI'AH yang digunakan Allah dalam Al-Qur’an), lalu bisakah mereka menunjukkan kepada kita ayat mana yang menggunakan nama golongan mereka?

Apabila nama kelompok SUNNI/AHLUSSUNNAH itu diberikan oleh Rasulullah, maka tunjukkanlah haditsnya dimana Rasulullah menyebutkan nama SUNNI atau AHLUSSUNNAH?


PADA KENYATAANNYA YANG TERJADI IALAH KATA "SUNNI" ATAU "AHLUSSUNNAH" ITU TIDAK PERNAH DIDAPATI BAIK DALAM AL QUR-AN MAUPUN DALAM HADITS YANG DISAMPAIKAN OLEH RASULULLAH


Ayat-ayat suci Al-Qur’an yang disebutkan di atas menggunakan bentuk tunggal (singular form) yaitu hanya menunjuk pada satu kelompok saja. Jadi artinya ialah kata ini sangatlah khusus dan digunakan untuk tujuan khusus oleh Allah. Allah menuliskan kata SYI’AH NUH (pengikut nabi Nuh) kemudian SYI’AH MUSA (pengikut nabi Musa) dengan tujuan bahwa kata SYI’AH itu akan dipahami sebagai pengikut orang baik-baik. Pengikut para Nabi. Pengikut para wali Allah yang suci. Pengikut Rasulullah. Pengikut keluarga Nabi. Kata SYI’AH itu dipergunakan Allah untuk menyebut satu kelompok saja yaitu kelompok yang beserta kebaikan dan untuk kelompok lawannya Allah menggunakan kata yang lain seperti kata "musuhnya". Al-Qur’an tidak menyebut dua kelompok sebagai SYI’AH MUSA dan SYI’AH FIR’AUN. Jadi Allah hanya mengakui satu kelompok saja yang Allah berinama SYI’AH untuk disandingkan dengan nama para Nabi dan para nama Wali Allah.

Dalam sejarah Islam, kata SYI’AH (pengikut) telah secara khusus digunakan sebagai "Pengikut Ali" (SYI’AH ALI). Dan orang yang mengeluarkan istilah PENGIKUT ALI ialah Rasulullah sendiri!

Rasulullah telah berkata kepada Imam Ali:

"Kesejahteraan dan kebahagiaan bersamamu, ya Ali! Sesungguhnya engkau dan Syi’ahmu (pengikutmu) semuanya akan masuk surga"

Lihat hadist tersebut dalam referensi AHLUSSUNNAH atau SUNNI seperti dalam kitab-kitab:


Fadha’il al-Sahaba, oleh Ahmad Ibn Hanbal, volume 2, halaman 655

Hilyatul Awliyaa, oleh Abu Nu’aym, volume 4, halaman 329

Tarikh, oleh Al-Khatib al-Baghdadi, volume 12, halaman 289

Al-Ausath, oleh At-Tabarani

Rasulullah sendiri menggunakan kata-kata SYI’AH ALI ketika beliau masih hidup (tentunya!). Kata-kata ini bukanlah kata-kata yang dibuat di kemudian hari. Kata-kata ini benar-benar keluar dari mulut Nabi yang suci. Rasulullah berkata bahwa PENGIKUT ALI YANG SETIA akan masuk surga, dan ini tentunya adalah kesempatan yang berharga untuk tidak dilewatkan begitu saja!

Jabir Ibn Abdillah Al-Ansari meriwayatkan bahwa Rasulullah pernah bersabda: "SYI’AH ALI akan menjadi kelompok pemenang di hari kebangkitan nanti".

Lihat referensi dari hadits tersebut di atas dalam referensi AHLUSSUNNAH atau SUNNI:

Al-Manaqib Ahmad seperti yang juga termaktub dalam

Yanabi al-Mawaddah, oleh Al-Qunduzai al-Hanafi, halaman 62

Tafsir Al-Durr al-Mantsuur, oleh Al-Hafidh Jalaluddin As-Suyuthi



KATA "SYI’AH" TELAH TERBUKTI ADA DALAM AL-QUR’AN DAN HADITS NABI
....................................................................................................


KEBENARAN TELAH TERSAMPAIKAN. SEKARANG KEPUTUSAN ADA DI TANGAN ANDA!