Kamis, 17 Juli 2014

RESPON DARI TULISAN ATJEH CYBER NEWS TENTANG "Imam Mahdi dan Tanda-tanda Kedatangannya"




 


SIAPA SAJA TIDAK MENGENAL IMAM YANG DIUTUS ALLAH SWT PASKA RASULULLAH SAWW  
TERTOLAK SEGALA AMALANNYA

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Allahumma shalli 'ala Muhammad wa aali Muhammad!  

Pertama sekali lihatlah photo ilusi pada tulisan tersebut. Hemat saya itu tidak dapat diambil sebagai sebuah kebenaran. Sebab ketika Imam Mahdi al Muntazhar muncul adalah jaman termaju disegi persenjataannya, masak Imam hanya dengan sebuah pedang? Itu lukisan, seolah-olah Imam berada dalam sebuah goa yang mendapat sinar matahari dari atas. Padahal Imam Mahdi bukan dalam sebuah gua, melainkan dalam keadaan "Ghaib Kubra", dimana Hanya Allah swt saja yang mengetahui tempatnya sebagaimana ghaibnya Nabi Isa bin Maryam.

Umpamakan lukisan Burak, kenderaan Rasulullah menuju Mi'raj, tidaklah tepat demikian. Itu hanya lukisan berdasarkan imajinasi yang dimiliki pelukis saja, namun lukisan burak jauh lebih baik dibandingkan lukisan yang dianggap Imam Mahdi al Muntazhar berada dalam gua oleh penulis tersebut.

Kedua, ketika kita berbicara mengenai Imam, kita terlebih dahulu harus memahami definisi daripada Imam Itu sendiri. Hal ini mustahil dipahami kecuali oleh pengikut Ahlulbayt Rasulullah saww, yakni Syi'ah Imamiah 12. Sebabnya dalam sejarah Islam, Imam Ali tidak dikenal kecuali oleh Syi'ah Imamiah 12. Selain dari Syiah, mereka hanya mengenal Saidina Ali dan Khalifah Ali. Sedangkan lanjutan dari Imam Ali adalah semuanya bergelar dengan gelaran Imam. Dari sini bagaimana mungkin pihak non Syiah dapat mengangkat persoalan "Imam Mahdi" secara benar? 

Ketiga, Definisi Imam Syiah berbeda dengan definisi Imam non Syiah. Definisi Imam Syiah Imamiah 12 adalah perpanjangan keimamahan Rasulullah agar Ummah tidak sesat paska kewafatan Rasulullah saww. Imam memiliki satu akar kata dengan Ummah. (Untuk pemantapan baca buku Dr Ali Syari'ati, "Ummah dan Imamah"). Justeru itu Imam Syi'ah sama dengan definisi Rasul (utusan Allah), dimana titel Imam malah lebih tinggi dari titel "Rasul" Walaupun sama-sama sebagai "utusan Allah sendiri" (lihat: Q.S, 2: 124)

Ayat diatas menunjukkan kedudukan Imam, dan juga membuktikan bahwa derajat Imam lebih tinggi dari derajat Nabi dan Rasul, sebab kedudukan Nabi Ibrahim telah dinaikkan dari Nabi dan Rasul kepada Imam. Perlu diketahui bahwa nabi Khusus lebih tinggi derajatnya daripada nabi Umum. Nabi Muhammad adalah Nabi Khusus yang tertinggi diantara nabi-nabi Khusus lainnya. So Nabi Muhammad juga memiliki titel Rasul dan titel Imam sebagaimana Nabi Ibrahim. Apakah terlalu rumit untuk dipahami keterangan seperti ini? 

(12 Imam Syiah berada dibawah kedudukan Nabi Muhammad dan kedudukan mereka sebagai perpanjangan "Keimamahan Rasulullah" sendiri). Nabi 'Isa bin Maryam berada dibawah pimpinan Imam Mahdi dan dalam shalatpun Nabi 'Isa bermakmum kepada Imam Mahdi. Ini membuktikan Imam Mahdi sebagai perpanjangan keimamahan Nabi Muhammad lebih tinggi kedudukannya dari Nabi 'isa bin Maryam.

 Ada 2 perkara besar yang terjadi paska nabi 'Isa dan Nabi Muhammad saww. Pertama Nabi 'Isa dipertuhankan. Kedua perpanjangan keimamahan Nabi muhammad saww dinafikan. Nabi 'Isa dighaibkan Allah setelah tempat pengajiannya diserbu tentara zalim atas laporan seorang muridnya dimana ketika tentara hendak menangkap Nabi 'Isa untuk disalib, murid Nabi 'Isa yang hypocrite itu dimiripkan Allah persis Nabi 'Isa hingga disalip walau mengaku diri bukan nabi 'Isa. Sedangkan Nabi 'Isa diselamatkan Allah (baca  Ghaib kubra)

  Adalah hal yang sama terjadi terhadap Imam Mahdi dimana ketika beliau lahir, tentara Bani Abbaisiah menggerebek rumahnya tetapi mereka tidak mampu melihat Imam Mahdi disebabkan dighaibkan Allah swt dengan ghaib syughra. Baru setelah meninggalnya 4 orang wakilnya, Imam dighaibkan dengan ghaib kubra.

Perlu dicamkan:
"Kalau Nabi 'Isa dan Musa hendak dizalimi oleh tentara-tentara kafir, Imam Mahdi hendak dizalimi oleh tentara-tentara yang munafiq alias hypocrite" (baca sepakterjang kaum takfiri sekarang yang berasal dari 80 negara, bergentayangan di Suriah. Islamkah mereka?) 


Saat Imam Mahdi dimunculkan kembali, Imam bertanya kepada penduduk Dunia, kenapa perpanjangan keimamahan Rasulullah dinafikan sebahagian besar manusia? Sedangkan Nabi 'Isa as akan menanyakan, kenapa beliau dipertuhankan, padahal beliau memperkenalkan diri sebagai hamba Allah.

Imam dalam pandangan non Syiah adalah hanya mencakup Imam fiq saja sementara kepemimpinannya dipegang oleh seorang Khalifah, Raja ataupun Presiden (lihat sejarah bani Umaiyah dan Abbaisiah), dimana Imam Hanafi (Nu'man), Imam Malaiki, Imam Syafi'i dan Imam Hanbali berada dibawah kekuasaan khalifah/Raja/presiden sebagaimana layaknya kedudukan Ulama non Syiah senantiasa berada dibawah kekuaasaan presiden (lihat Indonesia, Malaysia, Brunai Darussalam, Arab Saudi, Qatar, Turki dan seluruh Timur Tenagh kecuali Republik Islam Iran dimana justeru Imam dan para Ulama berada diatas kekuasaan Presiden dan DPR/MPR. (Makanya kerap negara yang dipimpin oleh non Imam dan Ulama penuh bias ketika berbicara tentang Republik Islam Iran)

Imam Mahdi al Muntazhar adalah lanjutan atau penutup dari 11 Imam lanjutan lainnya.
Jadi bagaimana mungkin orang yang tidak mengenal Imam Ali, Imam Hassan dan Imam Hussein, tiba-tiba berbicara tentang Imam Mahdi?  Berbicara tentunya boleh saja tetapi untuk kredibilitasnya musti menggunakan literatur-literatur pengikut 12 Imam (pengikut Ahlulbayt Rasulullah saww sendiri).

Hadist saja tidak cukup untuk berbicara Imam Mahdi al Muntazhar. Persoalannya satu juta hadist palsu dimunculkan para anti pengikut Ahlulbayt Rasulullah demi mendapat pengakuan kepada khali fah-khalifahpalsudikalanganUmmatIslam: http://jakfari.files.wordpress.com/2008/05/wafat_nabi_dan_suksesi_di_saqifah.pdf

Justeru itu ketika kita membahas Imam Mahdi lebih baik kita gunakan ayat-ayat Allah (Qur-an) yang punya jamnan Allah sendiri tidak dapat dipalsukan, tinggallagi kita harus memahami sosok pendamping Qur-an agar tafsiran yang kita gunakan sesuai dengan maksud Allah sendiri. Tentu saja kita boleh menggunakan Hadist andaikata kita mampu membedakan mana yang murni dan mana yang palsu. Perlu digarisbawahi bahwa ada semacam "Filter" agar hadist Nabi tidak dapat dipalsukan, yaitu Hadist Tsaqalain tetapi hadist inipun dipalsukan hingga menjadi 2 versi. 

Konsekwensi pembicaraan kita dapat dianalisa, kenapa Keaslian kitab Zabur, Taurat dan Injil dipertanyakan?  Sebabnya sudah dipalsukan. Demikian njuga Hadist Nabi sampai satu juta muncul hadist palsu. Konsekwensinya ketika kita berdebat dengan menggunakan "kitab" selain Qur-an, perdebatan kita kerap tidak menuju jalan mulus, kenapa? Semua isi kitab yang kita tampilkan diperkuat dengan "Hadist Palsu", makanya dialog selalu gagal untuk menemukan kebenaran sejati.

Agar persoalan Imam Mahdi dapat dipahami dengan benar pelajarilah literatur berikut ini dengan seksama. Kebenaran itu memang pahit dan sakit bagi kaum yang fanatik buta:


IMAM MAHDI. KABAR GEMBIRA DALAM AL QUR-ANULKARIM


Bismillaahirrahmaanirrahiim.

IMAM AL-MAHDI AS 
KHABAR GEMBIRA DALAM AL-QUR'AN

SIAPA SAJA TIDAK MENGENAL IMAM YANG DIUTUS ALLAH SWT PASKA RASULULLAH SAWW  
TERTOLAK SEGALA AMALNYA
hsndwsp
Acheh - Sumatera


Tidak diragukan lagi bahawa al-Qur'an adalah Kitab Allah, dan setiap Muslim di dunia menerima dan patuh kepada ajaran dan perintahnya.

Apabila seseorang membuka kitab suci Qur-anulkarim ini dan memerhatikan ayat-ayatnya, dia akan menemu kan penjelasan tentang perkara-perkara yang luar biasa, dan masa depan yang gemilang dan pada suatu ma sa, alam ini akan sampai ke penghujungnya.

Kitab suci al-Qur'an menyatakan tujuan penting Nabi Islam yang mulia itu adalah untuk meletakkan agama suci ini mengatasi semua agama-agama lain di dunia, dan pada suatu hari aspirasi suci ini akan mencapai kejayaan, sebagaimana yang dinyatakan dalam Kitab Suci al-Qur'an: "Dialah yang telah mengutus Rasul Nya (dengan membawa) petunjuk (al-Qur'an) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai."(9:33)[1]

Kitab Suci dari Rasul yang terakhir memberikan isyarat gembira bahawa pada suatu hari kelak pemerintahan di dunia ini akan menjadi milik hamba Allah yang baik dan bertaqwa: "Sesungguhnya bumi (ini) kepunyaan Allah; dipusakakan Nya kepada siapa yang dikehendaki Nya dari hamba-hamba Nya. Dan kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertaqwa." (7: 128)[2]

Bumi ini yang dipenuhi dengan kerosakan, kejahilan dan kebejatan umpama batang tubuh yang tidak bernya wa, akan dihidupkan dengan cahaya keadilan sebagaimana yang dimaksud dalam ayat Qur'an yang suci. (Al-Qur'an 57: 17) (3)

Kita juga membaca dalam al-Qur'an:
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahawa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah men jadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang diredhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, sesudah mereka bera da dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap memperhambakan diri kepadaKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku." (24: 55)4

Allah swt berfirman yang bermaksud:
"Mereka ingin hendak memadamkan cahaya Allah dengan mulut mereka dan Allah tetap menyempurnakan ca hayaNya meskipun orang-orang kafir benci." (61: 8)5

Demikian itu adalah beberapa contoh ayat-ayat Qur'an yang menyebutkan khabar gembira kepada orang- orang Mukmin. Dengan mengkaji perkara ini dan sepuluh dalil lagi, ia akan menjadi jelas bahawa dakwah Islam akan mencapai peringkat kesempurnaan nya apabila aspirasi dan kehendak suci ini terlaksana. Semua kepalsuan dan objektif yang sesat akan sirna dan hanya Islam, agama yang benar, akan menjadi pegangan kepada manusia di barat dan di timur bumi ini. Ketidakadilan dan kezaliman akan sirna dan digantikan dengan keadilan yang merupakan peraturan alam ini akan ditegakkan di mana juga di muka bumi ini. Pemerintahan khalifah akan ditegakkan di mana juga di muka bumi ini. Cahaya petunjuk Allah akan bersinar dan bumi ini adalah milik orang yang bertaqwa.

Al-Qur'an telah memberikan khabar gembira bahawa akan tiba nanti suatu hari yang ditunggu-tunggu oleh orang-orang Islam di muka bumi ini. Hadith-hadith Nabi saww dan para Imam as adalah sumber yang amat berharga dalam pengajian Islam. Setiap Muslim adalah bertanggungjawab untuk mengikuti dan mentaati hadith Nabi saww dan para Imam a.s  kerana mentaati perintah mereka adalah suatu perkara yang disebutkan dalam Kitab Allah swt: "Taatilah kamu kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan Ulil Amri di kalangan kamu."(4: 49)6

Dalam lautan pemata hadith-hadith, banyak terdapat khabar gembira tentang Kerajaan Adil tersebut. Tamba han lagi, terdapat hadith-hadith khusus yang menyatakan khabar tentang "Revolusi Suci" dan "Pemimpin Suci" yang akan memenuhi aspirasi suci itu.

Rasulullah saww bersabda: "Seandainya bumi ini tinggal satu hari sahaja, maka Allah akan memanjangkan hari itu sehingga dibangkitkan seorang lelaki dari kalangan umatku dari kalangan Ahlul Baitku, namanya sama de ngan namaku, akan memenuhi bumi ini dengan keadilan sebagaimana bumi ini telah dipenuhi dengan keza liman."7

Maksud hadith suci in mendedahkan secara khusus khabar gembira itu dan mejelaskan umat bagi Kerajaan Adil tersebut, Kejayaan dan Janji-janji Allah swt sebagaimana yang disebutkan dalam sumber-sumber Syi'ah dan Sunnah.

Dalam hadith yang lain, Rasulullah saww berkata kepada Amirul Mu'minin Ali as:
"A'immah selepasku dua belas orang, yang awal ialah anda wahai Ali, dan yang akhir dari kalangan mereka ialah al-Qa'im yang akan mencapai kejayaan melalui tangannya dengan kehendak Allah swt di sebelah barat dan timur bumi ini."8

A'immah yang suci mengingatkan umat dalam beberapa hadith tentang peri pentingnya Janji Allah swt dan Kerajaan Imam Kedua Belas dan memberitahu kepada mereka bahawa menantikan Penyelamat Agung itu adalah amal yang berharga, dan pengikut-pengikutnya adalah ummat yang terbaik dan dikasihi.

Memadai dinyatakan di sini contoh-contoh hadith-hadith tersebut:

1.Apabila Imam Hasan al-Mujtaba as menduduki jabatan khalifah. Beliau menentang Muawiyah yang penipu itu dengan pertolongan orang kanannya yang juga penipu, beransur-ansur menyogok sahabat-sahabat Imam Hasan as yang akhirnya meninggalkan Imam as bersendirian. Akhirnya Imam as terpaksa menerima perdama ian dengan Muawiyah di mana Muawiyah dipertanggungjawabkan untuk mematuhi syarat-syaratnya dan me ngelakan daripada melantik penggantinya dan melakukan peperangan.Pada peristiwa yang lain, Imam as me ngambil peluang untuk mendedahkan kesalahan-kesalahan dan ketidakadilan Muawiayah kepada orang ra mai. Sementara itu orang yang jahil mula mengkritik tindakan Imam as yang menerima perjanjian damai de ngan Muawiyah. Imam Hasan as menjelaskan kepada orang ramai pengertian Imam dan kepimpinan dan ke wajiban untuk mentaati arahan Imam tanpa perlu bertanya mengapa dan bagaimana. Kemudian beliau menerangkan kepada mereka tentang kerajaan Imam Kedua Belas: "Tidakkah anda ketahui bahawa setiap seorang daripada kami (Imam) mempunyai tanggungjawab untuk mengambil bai'ah daripada pemerintah yang zalim pada zamannya kecuali al-Qa'im dimana Ruhullah Isa as akan shalat di belakangnya dan Allah swt akan merahsiakan kelahirannya dan menyembunyikannya (ghaib). Apabila dia muncul nanti, ia tidak akan mengam bil bai'ah daripada sesiapapun. Dia adalah keturunan yang kesembilan daripada saudaraku Husayn, putera daripada Puteri yang ditawan. Allah swt akan memanjangkan usianya pada ketika ghaibnya, dan dengan KuasaNya yang Maha Sempurna, dia akan muncul kembali sebagai orang muda kurang daripada 40 tahun supaya orang ramai mengetahui bahawa Allah swt Maha Berkuasa ke atas segala sesuatu."9

2.Imam Ja'far al-Sadiq as ketika menjawab soalan daripada salah seorang pengikutnya tentang pengganti nya, berkata: "Imam yang bakal menggantikanku ialah puteraku Musa, dan al-Qa'im Imam Muhammad ibn Hasan ibn Ali ibn Muhammad ibn Ali ibn Musa."10Imam al-Sadiq as juga berkata: "Bagi setiap manusia me nanti kepada sebuah kerajaan, dan kita menunggu kerajaan kita akan ditegakkan pada akhir zaman."11

3.Imam Ketujuh Imam Musa al-Kazim ibn Ja'far as ketika menjawab soalan salah seorang daripada sahabat-sahabatnya yang bertanya sama ada beliau as adalah al-Qa'im bi l-Haqq, (beliau as) berkata: "Aku adalah al-Qa'im bi l-Haqq tetapi al-Qaim yang akan menghapuskan musuh-musuh Allah daripada muka bumi ini dan akan memenuhi muka bumi ini dengan keadilan adalah keturunanku yang kelima. Justeru beliau bimbang akan keselamatan dirinya, beliau akan ghaib untuk jangka masa yang panjang di mana pada jangka masa itu ada kaum yang murtad tetapi ada juga yang akan berpegang teguh kepada (aqidah) mereka."

Beliau as menambah:
"Kebaikan kepada Syiah kami yang berpegang teguh kepada wilayah kami dan menjauhi musuh-musuh kami. Mereka adalah daripada kami dan kami daripada mereka dan mereka redha kepada kepimpinan kami dan kami redha kepada mereka sebagai syiah kami. Maka kebaikan kepada mereka, mereka demi Allah bersa ma-sama kami dalam darajat pada hari Qiamat."12

4.Akhir sekali, Imam Kesebelas Imam Hasan al-Askari as berkata:

"Seakan-akan aku melihat selepasku akan berlaku ikhtilaf di kalangan kalian tentang Imam selepasku. Barang siapa yang menerima Imam selepas Rasululah saww tetapi menolak puteraku adalah seperti seseorang yang yang menerima semua para anbiya' tetapi menolak Nubuwwah Muhammad, Rasulullah saww. Dan barang sia pa yang menolak (Muhammad saww ) sebagai Rasulullah saww adalah umpama engkar kepada seluruh anbi ya' Allah kerana ketaatan kepada yang terakhir daripada kami adalah umpama taat kepada yang awal dari pada kami dan engkar kepada yang akhir daripada kami umpama engkar kepada yang awal daripada kami. Bahawa sesungguhnya puteraku akan ghaib di mana pada ketika itu akan ada di kalangan manusia yang jatuh ke dalam keraguan kecuali mereka yang dipelihara oleh Allah swt."13

Riwayat-riwayat tersebut daripada Nabi saww dan para Imam as adalah banyak bilangannya untuk membe rikan kepada kita keterangan tentang aqidah yang penting ini dan ia merupakan riwayat-riwayat yang paling banyak dalam hal Imamah dalam kitab-kitab hadith Syi'ah.

Perkara tentang kepimpinan Imam ke Dua Belas, kerajaannya, dan hal-hal yang berkaitan dengannya merupa kan nombor dua selepas perkara Imamah Imam Ali Amirul Mu'minin as. Terdapat beratus-ratus hadith yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Syi'ah dan Sunni.14 Begitu juga ramai ulama dalam pelbagai mazhab Islam telah membukukan hadith-hadith berhubung dengan perkara ini15

Zaman para Imam as berlalu silih berganti bersama-sama dengan kekejaman pemerintah pada zaman mereka itu sehinggalah pada zaman kepimpinan Imam Hasan al-Askari as. Imam yang suci ini hidup dalam suasana yang sukar dan kurang muncul dalam majlis-majlis di khalayak ramai. Puteranya yang dikasihi yang meru pakan Hujah Allah disembunyikan daripada khalayak ramai sehinggalah tahun 260H dan kemudian ia Ghaib Sughra sehingga tahun 329H dan selepas itu mengalami peristiwa Ghaib Kubra sehinggalah pada suatu ketika nanti yang ditunggu-tunggu yang ditentukan oleh Allah swt di akhir zaman.

Kelahiran Yang Mulia

Pada suatu subuh 15 Sha'ban 255H, cahaya penyuluh dunia ini menyinar terang ke dalam tubuh manusia yang nanti akan menjadi sumber kepada kewujudan alam ini. Akhirnya saat-saat yang dtunggu-tunggu tiba. Allah swt tidak memungkiri janjiNya, dan Imam Mahdi as dilahirkan disebalik ada pihak-pihak yang menafikan Kelahiran nya. Ia merupakan satu daripada mukjizat sejarah dimana Bani Umaiyyah, Bani Abbasiyyah dan musuh-musuh Imam yang mulia ini berusaha untuk memadamkan cahaya suci ini tetapi ternyata mereka semuanya gagal.

Khalifah-khalifah Bani Abbasiyyah yang zalim dan kejam telah mendengar berita bahawa Imam Kedua Belas akan menegakkan kerajaan yang adil dan akan memerintah bumi ini dari timur ke barat, dan akan memusnah kan segala bentuk ketidakadilan dan kezaliman. Justeru, untuk menentang perkara ini daripada berlaku, mere ka menyiksa dan menyumpahkan darah pengikut-pengikut Ahlul Bait as seberapa ramai yang mereka mampu lakukan. Peristiwa pembunuhan para syuhada itu dapat dibaca dalam kitab-kitab yang dikarang khusus untuk tujuan tersebut.16

Pada tahun 235H, Mutawakkil, khalifah Bani Abbasiyyah memerintahkan Imam Kesepuluh Muhammad al- Hadi as dan keluarganya berpindah dari Madinah ke Samarra' supaya beliau boleh memantau pergerakan Imam as.17

Demikian juga, Mu'tamid, khalifah Bani Abbasiyyah yang terkenal dengan jolokan Fir'aun pada zamannya, amat takut kepada putera Imam Hasan al-Askari as. Beliau menubuhkan satu kumpulan unit perisik dan bidan untuk bertugas meninjau setiap rumah golongan Alawiyyin, khususnya rumah Hasan al-Askari supaya jika mereka mendapati lahir seorang bayi lelaki maka bayi ini hendaklah dibunuh serta merta.18

Pencarian mereka untuk membunuh Imam al-Mahdi as kemudian dilakukan secara besar-besaran apabila Imam Hasan al-Askari as wafat. Ini disebabkan setiap orang tahu bahawa pada hari kewafatan beliau as itu adalah hari di mana Imamah diserahkan kepada Imam Kedua Belas dan bumi ini akan berada di bawah wilayahnya. 

Shaykh al-Saduq, ulama terkemuka Syi'ah menulis dalam kitabnya Kamalu 'd-din:
"Apabila jenazah Imam Hasan al-Askari AS dikebumikan dan orang ramai telah pergi, khalifah dan para tenteranya mulai mengelidah rumah beliau AS untuk mencari puteranya dan mengarahkan supaya mereka mengawasi rumah tersebut."19

Shaykh al-Mufid, seorang ulama terkemuka Syi'ah juga menulis dalam kitab al-Irshad:
"Apabila Imam Hasan al-Askari as wafat, khalifah pada ketika itu, berusaha mencari puteranya kerana para Syi'ah pada ketika itu percaya dan kepercayaan itu tersebar luas di kalangan Syi'ah Imamiyyah bahawa para Syi'ah ketika itu sedang menunggu-nunggu kedatangan Imam mereka."20

Mu'tadid salah seorang daripada khalifah Abbasiyyah yang zalim yang memerintah di antara tahun 279H hingga 289H berhasrat untuk menghapuskan sama sekali keluarga Hasan al-Askari as apabila beliau mendengar berita bahawa Imam Hasan al-Askari as yang telah wafat dua puluh tahun lalu meninggalkan seorang putera dan ia masih hidup walaupun khalifah-khalifah terdahulu berusaha untuk membunuhnya.

Salah seorang pegawai Mu'tadid berkata:

"Mu'tadid telah memerintahkan saya dan dua orang lagi, setiap seorang daripada kami menunggang kuda dan berangkat menuju ke Samarra' dengan tergesa-gesa tanpa berhenti walau seketika untuk solat. Beliau mem berikan kepada kami alamat tempat tinggal Imam al-Askari as dan mengarahkan kami masuk ke rumahnya tanpa perlu meminta izin dan membawa kepala sesiapa sahaja yang ada di dalam rumah itu."21

Pada hakikatnya mereka terlupa bahawa ada satu kuasa yang Maha Besar yang melindungi Imam as daripada keganasan khalifah-khalifah yang lalu seperti mana yang ditegaskan dalam al-Qur'an: "Allah tidak menghenda ki selain menyempurnakan cahayaNya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukainya." (At-Taubah: 32)

Sesungguhnya apa yang mereka cuba lakukan itu adalah satu tindakan yang bodoh! Jika kehendak Allah swt terhadap sesuatu perkara, apakah ada seseorang yang mampu menentangnya? Adakah mungkin janji Allah tidak dapat ditunaikanNya? Atau adakah mungkin kuasa pemerintah zalim yang menentang kehendak Allah swt tidak dapat dikalahkan?

Tidakkah menakjubkan Allah swt yang Esa telah menunjukkan bukti-bukti kekuasaanNya sebelum ini supaya manusia kemudian mengambil iktibar bahawa jika Dia menghendaki memberikan manusia pilihanNya kerajaan dan kekuasaan dan menghapuskan kekufuran melaluinya, sudah pasti tidak ada sesorangpun yang mampun mengugat perintahNya.

Dan kisah tersebut disebutkan dalam al-Qur'an.

Firaun, seorang raja Mesir yang zalim, yang mempunyai kuasa dan kemegahan mendakwa dirinya sebagai Tuhan. Dia berhasrat untuk membunuh semua kanak-kanak lelaki Bani Israil kerana dia mendengar akan lahir seorang kanak-kanak lelaki yang pada kemudian hari akan menghancurkan kerajaan dan kekuasaannya.


Dia menumpahkan darah orang-orang yang tidak berdosa, membuang negeri mereka ini ke daerah-daerah yang tidak dikenali, tetapi lihatlah bagaimana Allah Yang Maha Besar memelihara NabiNya dan bagaimana kehendakNya melindungi Nabi Musa as dan pada akhirnya menghancurkan Firaun.

"Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa: Susukanlah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkan dia ke dalam sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, kerana sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.

Maka dipungutlah ia oleh keluarga Firaun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sesungguhnya Firaun dan Hamman beserta tenteranya adalah orang-orang yang bersalah.

Dan berkatalah isteri Firaun: "(Ia) cahaya mata bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfa'at kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak," sedang mereka tiada menyedari.


Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahsia tentang Musa, sean dainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).

Dan berkata ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan:"Ikutilah dia." Maka kelihatanlah olehnya Musa dari jauh, sedang mereka tidak mengetahuinya. Dan Kami cegah Musa dari menyusu kepada perempu an-perempuan yang mahu menyusukannya sebelum itu; maka berkatalah saudara Musa:"Mahukah kamu aku tunjukkan kepadamu ahlul bait yang akan memeliharanya untukmu, dan mereka dapat berlaku baik kepada nya?"

Maka Kami kembalikan Musa kepada ibunya supaya senang hatinya dan tidak berdukacita dan supaya ia me ngetahui bahawa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya." (Al-Qashash (28): 7-13)22

Sesungguhnya Allah akan memelihara HujahNya dan akan memenuhi JanjiNya dan khabar gembira walaupun kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.Apakah mungkin Allah swt menyelamatkan Nabi Musa as yang hanya menjadi Rasul kepada kaum tertentu, sebaliknya menyerahkan Imam Zaman ke tangan Mu'tamid dan Mu'tadid?

Adakah mungkin Allah swt melindungi nyawa Nabi Musa as ketika ia berada di di tengah-tengah sungai (Nil) di antara dua ombak laut yang mengganas, sebaliknya tidak memperdulikan keselamatan Imam Zaman ketika berada di rumah ayahandanya Imam Hasan al-Askari as?

Adakah mungkin Allah swt yang memelihara Nabi Ibrahim as di tengah-tengah api yang membakar23, tetapi membiarkan permata terakhir itrah Nabi saww menjadi mangsa nafsu amarah khalifah-khalifah Abbasiyyah?


Justeru, bagaimana orang-orang yang sesat dan korup pemikirannya menilai perkara ini? Pada subuh hari pada bulan Sha'ban pada tahun 255H, Imam Hasan al-Askari as mengusap wajah puteranya yang berseri-seri yang akan pada suatu hari nanti memenuhi dunia ini dengan janji-janji Allah swt dan membawa khabar gembira kepada orang-orang yang beriman.

Pada hari ketiga selepas kelahiran puteranya Imam Kesebelas Imam Hasan al-Askari menunjukkan puteranya itu kepada sahabat-sahabatnya dan berkata:"Selepasku nanti, puteraku ini akan menjadi imam kalian dan khalifah selepasku. Dialah al-Qaim yang dinanti-nantikan oleh orang ramai; apabila bumi ini telah dipenuhi dengan ketidakadilan dan kezaliman, beliau akan memenuhinya dengan keadilan dan kesaksamaan."24

Pada hari wiladah puteranya itu, Imam Kesebelas memberitahukan kepada sahabat-sahabatnya: "Para pegu asa yang zalim berusaha untuk membunuhku agar nanti puteraku tidak akan dilahirkan tetapi sekarang saksi kanlah kebesaran Kuasa Yang Maha Berkuasa."25

Imam Hasan al-Askari as memerintahkan 10,000 ribu paun roti dan daging untuk dibahagi-bahagikan di kalangan Bani Hashim untuk meraikan kegembiraan dan tanda bersyukur pada hari kelahiran tersebut. Uth man ibn Sa’id ditugaskan untuk melaksanakannya dan beliau telah melaksanakan perintah Imam as tersebut dengan cara yang paling baik.26

Sejak dari mula lagi, Imam Hasan al-Askari as menyembunyikan puteranya itu dari orang-orang asing atau yang yang tidak dikenali. Silalah baca petikan kata-kata Shaykh Mufid seperti berikut:
“Imam Hasan al-Askari as telah menyediakan asas sebuah daulah untuk puteranya itu. Beliau as merahsiakan kelahiran puteranya dan perkara-perkara lain yang berkaitan, kerana Imam as hidup pada suatu zaman di mana khalifah-khalifah sedang berusaha mencari puteranya dan sentiasa mengawasi Imam Al-Askari as. Hal ini disebabkan kepercayaan tentang Imam al-Mahdi as sudah diketahui umum menjadi kepercayaan para syi’ah Imamiyyah pada ketika itu. Mereka sentiasa menunggu-nunggu kedatangan pemimpin agung mereka itu. Justeru, Imam Hasan al-Askari as tidak mendedahkan identity puteranya itu, maka musuh-musuh Ahlul Bait as tidak dapat mengenali identity Imam al-Mahdi as selepas kewafatan Imam Hasan al-Askari as.27

Walaupun hal-hal yang berkaitan dengan Imam al-Mahdi as tidak diketahui oleh para musuhnya, namun para syi’ah yang mukhlis telah mengumpulkan berita perisitwa agung ini. Sebahagian daripada mereka telah diberita hu oleh Imam al-Askari as melalui surat. Salah seorang syiah yang mukhlis ini ialah Ahmad bin Is’haq telah me nerima surat dari Imam yang ditulis dengan tulisan tangannya sendiri, berbunyi: “Seorang putera telah dilahir kan untukku. Maka rahsiakanlah berita ini daripada orang ramai dan khabarkan hanya kepada kerabat terde kat dan sahabat-sahabat.”28

Di kalangan syiah yang lazimnya menziarahi Imam al-Askari as telah dibawa melihat puteranya Imam Kedua Belas al-Mahdi as yang kelak akan memimpin mereka. Abu Umari dan Ahwazi meriwayatkan: “Abu Muham mad (Imam Hasan al-Askari as telah menunjukkan kepadaku puteranya (Imam Kedua Belas) dan menyata kan kepadaku,”Inilah pemimpin (sahib) anda.”29

Sebahagian syiah sering melawat Imam al-Askari as secara berkumpulan, dan jika Imam mempercayai mere ka akan merahsiakan perkara ini, beliau as akan menunjukkan kepada mereka putera kesayangannya itu.

Muawiyah ibn Hakim, Muhammad ibn Ayyub dan Muhammad ibn Uthman Umari telah meriwayat seperti berikut: “Kami seramai empat orang berkumpul di rumah Imam Hasan, kemudian Imam menunjukkan kepada kami puteranya dan berkata kepada kami,”Ini adalah Imam kalian dan khalifah selepasku. Kalian hendaklah taat kepadanya selepasku dan tidak menentangnya yang akan menyebabkan kalian binasa.”30

Walau bagaimanapun sejak dari masa kelahiran “Bulan” Kedua Belas sehingga Imamah beliau as, para syi’ah sering mengunjungi Imam Kesebelas dan mengucapkan tahniah kepadanya.

Hasan ibn Hasan al-Alawi berkata:
“Aku pergi menemui Imam Hasan (al-Askari) di Samarra dan mengucapkan tahniah kepadanya di atas kelahiran puteranya itu.”31

Dan Abdullah ibn Abbas al-Alawi juga berkata:
“Aku melawat Imam al-Askari AS di Samarra dan mengucapkan tahniah di atas kelahiran puteranya.”32

Maka dalam keadaan ini kelahiran Imam Zaman telah dirahsiakan daripada orang-orang yang dicurigai. Dalam beberapa peristiwa hanya para syi’ah yang jujur di benarkan melihatnya, sehingga tahun 260H, apabila Imam Kesebelas wafat dan dengan kehendak Allah, jabatan Imamah diberikan kepada Sahibu l-Amr.


Zaman Ghaib al-Sugra

Apabila Imam Hasan al-Askari as wafat, jabatan Imamah telah diserahkan kepada permata terakhir daripada Ahlul Bait Nabi iaitu Imam al-Mahdi as. Walaupun Imam Mahdi tidak muncul di khalayak ramai, terdapat di kalangan mereka yang dipercayai mendapat izin menemuinya dan menyerahkan pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan oleh para syi’ah. Mereka yang dipercayai inilah yang berhubung kepada orang ramai dengan petujuk dan arahan daripada Imam al-Mahdi as.

Dari sudut pandangan keimanan, keyakinan, dan kebenaran, mereka yang menjadi perantara di antara orang ramai dan Imam al-Mahdi as ini adalah orang-orang yang terpilih di kalangan orang-orang Islam. Mereka ini lah yang menyampaikan perintah-perintah Imam al-Mahdi as kepada orang ramai.

Dengan mengkaji, keperibadian, ketaqwaan dan kepercayaan tokoh-tokoh ini, bukan sahaja mereka ini terserlah mempunyai keperibadian yang besar, tetapi kita juga dapat mengenali Imam Zaman as dengan lebih dekat, kerana di dalam kata-kata mereka ini yang menjadi sahabat Imam Mahdi as, terserlah tanda-tanda kebesaran Imam al-Mahdi as.

Di antara sahabat Imam Zaman as, empat orang daripada mereka amat terkenal dan dipercayai yang bertin dak sebagai perantara di antara Imam dan orang ramai, dan mereka ini di kenali sebagai Nawwab al-Arba ’ah.33

Kami perjelaskan di sini secara ringkas latar belakang mereka ini:
1. Uthman ibn Sa’id ‘Umari: Tokoh mulia ini bukan sahaja menjadi naib Imam Zaman as tetapi juga menjadi wakil Imam Hasan al-Askari as dan Imam Ali an-Naqi as. Beliau telah banyak menguruskan hal-hal yang berkaitan dengan syi’ah ketika hidupnya. Imam Kesepuluh (Imam al-Hadi as) berkata kepada pengikut-pengikutnya tentang Uthman ibn Sa’id ‘Umari: “Abu ‘Umari ini adalah orang yang amat dipercayai (tsiqatul amin). Apa yang beliau katakana kepada kalian , maka ia telah berkata bagi pihakku, dan apa sahaja yang beliau lakukan, dia lakukan hal ini bagi pihakku.”34

Kedudukannya itu berkekalan sehingga tahun 254H apabila Imam al-Hadi wafat. Kemudian Imam Kesebelas dilaporkan telah memuji keperibadian Abu ‘Umari sebagai mempunyai keperibadian yang mulia ketika beru cap di kalangan syi’ah:

“Abu ‘Umari adalah peribadi yang amat dipercayai (tsiqat al-amin). Beliau dipercayai oleh Imam yang sebe lumnya dan juga kepercayaanku dan selepas kematianku. Apa yang sahaja yang beliau katakana kepada ka lian, maka dia telah berkata bagi pihakku, dan apa sahaja yang beliau lakukan, maka beliau telah lakukannya bagi pihakku.”35

Maka dengan kepercayaan ini, beliau menjadi wakil (Naib l-Imam) Kedua Belas selepas kewafatan Imam Hasan al-Askari as. Pada hari wafat Abu ‘Umari, Sahibul Zaman (Imam al-Mahdi as) telah mengirimkan ucapan ta’ziah kepada puteranya, Muhammad ibn Uthman dengan berkata: “Sesungguhnya dari Allah kita da tang dan kepadaNya kita kembali. Kami berserah kepada kehendakNya dan ridha kepada qadaNya. Ayah mu telah hidup dengan kemuliaan dan wafat dengan kemuliaan. Semoga rahmat Allah ke atasnya, beliau telah menyertai sahabat-sahabat dan maulanya, ke atas mereka kesejahteraan. Beliau telah berusaha melakukan perkara-perkara yang mendekatkan dirinya kepada Allah dan sahabat-sahabatNya. Semoga Allah menyeri kan wajahnya.

2. Abu Ja’far Muhammad ibn Uthman: Peribadi ini menjadi naib kedua kepada Imam Zaman as. Beliau juga menjadi naib kepada Imam Kesebelas, yang telah berkata:”Ketokohan dan kemuliaan peribadinya di kalangan syi’ah amatlah terkenal dan tidak perlu untuk diperjelaskan lagi atau dipersoalkan lagi.”37

Berkenaan beliau dan ayahnya, Uthman ibn Said, Imam Hasan al-Askari AS berkata kepada salah seorang sahabatnya: “Umar dan anaknya, mereka berdua adalah tsiqah. Apa sahaja yang mereka lakukan, mereka lakukan bagi pihakku, dan apa sahaja yang mereka katakana, mereka berkata bagi pihakku. Justeru, dengarlah kata-kata mereka dan taatlah kepada mereka, kerana mereka berdua adalah tsiqah kepada kami.”38

Dan Imam Zaman AS berkata tentang mereka: “Beliau adalah kepercayaanku dan tulisannya adalah sama seperti tulisanku sendiri.”39

3. Abu l-Qasim Husayn ibn Ruh Nawbakhti: Abu Ja’far Muhammad ibn Uthman, naib ketiga Imam Zaman AS berkata tentang beliau: Husayn ibn Ruh ibn Abu Bahr Nawbakhti adalah penggantiku. Beliau adalah wakil yang tsiqah dan menjadi perantaraan di antara kalian dengan Sahibul Zaman. Oleh itu segala urusan kalian hendaklah dirujuk kepada beliau. Aku telah diberikan tanggungjawab ini, dan aku telah mengumumkan kepada kalian.”40

Shaykh Tusi (semoga rahmat Allah ke atasnya), berkata tentang beliau:”Abu l-Qasim Husayn ibn Ruh dianggap di kalangan sahabat-sahabat dan musuh-musuh sebagai orang yang amat terpelajar di kalangan orang ramai.”41

Ketulusan Husayn ibn Ruh sebagai naib Imam sudah dikenal malah oleh musuh-musuhnya juga. Shalmaghani, yang mendakwa menjadi naib Imam pada ketika itu telah terpaksa mengaku kepalsuannya apabila Imam Zaman memerintahkan Husayn ibn Ruh mendedahkan pembohongan dakwaannya itu. Shalmaghani berkata:

“Adalah tidak benar di antaraku dan Allah untuk menyatakan sesuatu perkara dalam hal Husayn ibn Ruh sela in daripada kebenaran. Walaupun jenayahnya (penentangannya) terhadapku amatlah besar, namun orang ini telah dilantik oleh Imam Zaman dalam tugasnya. Para syi’ah hendaklah tidak menjauhikan diri daripada nya.”42

4. Abu l-Hasan ‘Ali ibn Muhammad Simmari: Tokoh mulia ini adalah naib terakhir (Naibu l-Khass) Imam Zaman. Kewafatannya bertepatan pada 15 Sha’ban 329H. Husayn ibn Ruh memperkenalkan beliau sebagai naib Imam. Surat terakhir Imam Zaman AS telah ditujukan kepada tokoh mulia ini. Dalam keadaan ini Imam AS telah mengumumkan kewafatan Ali ibn Muhammad dan berakhirnya zaman tersebut:

“Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah Lagi Maha Pengasih. Anda akan meninggal dunia dalam tempoh enam hari. Semoga Allah memberikan kesabaran kepada saudara-saudara anda dalam keimanan di atas kewafatan anda. Maka bersedialah tetapi janganlah anda melantik sesiapa bagi menggantikan tempat anda sebagai naib kerana sejak dari hari kewafatan anda maka zaman Ghaybatul Kubra akan bermula. Tidak ada sesiapa yang akan melihatku sehinggalah Allah swt menghendaki kemunculanku. Kemunculanku akan berlaku dalam tempoh yang amat panjang ketika hati orang-orang berasa letih menunggu kemunculanku dan mereka yang lemah imannya berkata:”Apa? Adakah dia masih hidup?” Apabila manusia menjadi ganas dan tidak ada pertimbangan, dan bumi ini akan dipenuhi dengan kezaliman dan ketidakadilan. Ada orang-orang yang akan mendakwa telah melihatku. Awas! Sesiapa yang mendakwa hal tersebut sebelum kemunculan Sufyani dan suara dari langit mengisytiharkan kemunculanku, maka ia adalah suatu pembohongan. Tidak ada kekuatan kecuali Allah Yang Maha Besar.”43

Sebagaimana dapat dilihat dari surat ini, ia adalah surat perintah yang terakhir, di mana pintu bagi jabatan naib khas telah ditutup dengan kewafatan Ali ibn Muhammad, maka sesiapa yang mendakwa menjadi naib Imam atau mendakwa sebagai perantara kepada Imam atau Imam dapat dilihat adalah satu pembohongan. Pada zaman Ghaib Kubra tidak ada sesiapa yang mendakwa telah pergi menemui Imam Zaman as.

Orang ramai sudah pasti tidak mudah menerima empat orang naib Imam tersebut melainkan mereka telah ditunjukkan bukti-bukti luarbiasa Sahibu l-Amr untuk mengesahkan bahawa mereka itu adalah dipercayai dan betul, walaupun mereka menerima empat tokoh ini sebagai peribadi yang tsiqah dan tidak meragui mereka dalam iman, ketaqwaan dan ilmu pengetahuan.44

Wakil khas ini hadir menemui Imam Zaman AS bagi menyerahkan soalan-soalan atau masalah-masalah yang dihadapi oleh ilmuan syi’ah dan beliau AS telah menjawab soalan yang dianggap penting dalam bentuk surat dan dikirimkan melalui wakil tersebut.

Dalam surat-surat ini perkara yang penting dan masalah yang sukar yang dihadapi oleh syi’ah telah dijawab oleh Imam AS.

Salah satu daripada masalah-masalah tersebut adalah pertanyaan tentang tanggungjawab syi’ah pada zaman Ghaibah tersebut dan apakah yang perlu mereka lakukan ketika menghadapinya?

Dalam surat jawapan yang dikeluarkan oleh Imam Zaman AS untuk meraikan seorng tokoh syi’ah yang bernama Ishaq bin Yaqub, beliau AS telah mengariskan tugas-tugas, kaedah dan panduan untuk para syi’ah pada zaman Ghaibah. Panduan ini telah diikuti untuk berabad-abad lamanya dan ia menjadi satu hujah betapa luas dan lengkapnya syariat Islam.

Dalam salah satu daripada surat-surat kepada Imam Zaman AS ang dikirimkan melalui naib kedua, Ishaq bin Yaqub bertanya kepada Imam Zaman AS beberapa soalan, di antaranya ialah perkara yang menyentuh tajuk yang sedang kita bahaskan. Imam berkata dalam urusan tersebut seseorang hendaklah merujuk kepada mereka yang benar-benar memahami kata-kata Imam dan telah meriwayatkan dengan sahih kepada mereka: “Namun kepada masalah-masalah yang akan dihadapi pada masa akan dating, kamu hendaklah kepada periwayat-periwayat hadith daripada kami kerana fatwa mereka adalah seperti hujah kami ke atas kamu, dan aku adalah Hujah Allah kepada mereka.”45

Surat-surat lain Imam Mahdi AS telah dikeluarkan pada zaman Ghaib Sughra, setiap satu daripadanya menyelesaikan persoalan dan memberikan arahan dengan bijaksana. Semua surat-surat ini telah dikirimkan melalui naib khas Imam kepada para syiah yang inginkan jawapannya.

Ya, benar, empat naib Imam mempunyai kedudukan yang tinggi dari segi keimanan dan tsiqah, adalah perantara yang diberkati di antara Imam dan orang ramai sehingga tahun 329H. Apabila pintu jabatan ini ditutup, dan di atas kehendak Allah maka zaman Ghaib Kubra pun bermula.Peristiwa zaman ini telah dinyatakan sejak zaman Nabi SAWAW dan para Imam syi’ah sebelumnya dan umat Islam bersabar dalam tempoh ujian ini sehingga dengan kehendak Allah SWT, Imam Mahdi AS akan muncul dan matlamat Ilahi akan dipenuhi.

Zaman Ghaib Kubra

Selepas tahun 329H, maka bermulalah zaman Ghaib Kubra dan pada ketika ini tamatlah peranan naib khas Imam. Jika ada sesiapa yang mendakwa sebagai wakil atau naib Imam, maka mengikut pengisytiharan Imam Mahdi AS sendiri, dakwaan tersebut adalah palsu. Dalam hadith-hadith yang diriwayatkan oleh Imam-imam AS, tujuan Ghaib Khubra adalah umpama matahari yang terlindung di balik awam, ia tetap menjadi sumber kepada kehidupan makhluk di dunia ini. Demikian juga Imam AS yang terlindung dari tabir ghaibah, ia masih menjadi sumber kewujudan dan kehidupan dunia ini.46

Pada zaman Ghaib Kubra, ramai orang telah menemui Imam al-Mahdi AS, tetapi telah tidak ada seorangpun di antara mereka yand mendakwa dapat bertemu atau melihatnya atau mewakilinya kerana hanya empat orang Nawwab al-Khas Imam AS mempunyai kemuliaan menemuinya pada masa yang dikehendaki.

Ada beberapa orang daripada mereka ini yang beruntung dapat bertemu Imam Zaman AS dan nama-nama mereka telah disebutkan dalam kitab-kitab yang sahih.47 Di antara peribadi-peribadi merupakan tokoh-tokoh yang masyhur dalam dunia Islam; Muqaddas Ardibili – merupakan peribadi yang amat bertaqwa dan tokoh marja pada zamannya; Sayyid ibn Tawus – peribadi yang terkenal kerana ketaqwaannya dan periwayat yang adil; Sayyid Bahru l-‘Ulum – seorang ulama yang terkenal; dan lain-lain tokoh besar dalam Islam.

Memang benar, mereka telah melihat “matahari” (Imam AS) dengan saksi mata dan hati-hati mereka dipenuhi dengan iman kepad Imamu l-Asr (Imam Zaman AS) dan dengan penjelasan yang penuh hormat mereka memberitahu kepada orang-orang lain tentang pertemuan mereka dengan Imam Zaman AS.

Sebagai contoh, kami kemukakan sebahagian daripada wasiat Sayyid Tawus yang ditulis untuk anaknya pada tahun 650H. Beliau menerangkan kepada anaknya, merujuk kepada pertemuan tersebut tanpa mendakwa telah melihatnya: “Wahai anakku! Jika kejayaan mendapatkan kebenaran dan misteri telah dianugerahkan kepadamu, maka aku akan menyatakan kepadamu berhubung dengan Imam al-Mahdi AS supaya dengan demikian kamu tidak akan lagi berasa ragu dan kamu tidak akan lagi memerlukan dalil-dalil ilmiah dan hadith-hadith; kerana Imam al-Mahdi AS memang benar-benar hidup dan kewujudannya adalah benar, selagi Allah SWT belum mengizinkannya melakukan sesuatu perkara, maka beliau AS dielakkan daripada mendedahkan dan mengisytiharkan kerja-kerja beliau AS. Dan perkara ini bukanlah khusus untuk beliau AS semata-mata, tetapi adalah perkara yang biasa terjadi di kalangan Nabi-nabi dan wasi-wasi mereka. Maka kamu hendaklah mengetahui dengan yakin dan menganggapnya sebagai iman dan aqidah kamu. Dan ketahuilah keyakinan hati ayahmu terhadap Imam al-Mahdi AS adalah terang benderang daripada pengetahuannya tentang dunia ini.48

Kemuliaan melihat Imam Zaman AS bukan sahaja di kalangan ulama syi’ah tetapi juga dirasakan di kalangan orang-orang biasa yang taat. Kami rasa kagum apabila kami mendapati orang-orang yang pada suatu ketika dahulu terjebak dalam kemaksiatan dalam hidupnya tetapi selepas benar-benar bertaubat, dan selepas hati mereka terpaut kepada cinta terhadap Imam Zaman AS, juga mendapat peluang menemuinya dan di antara peribadi-peribadi ini juga terdapat di kalangan saudara kita Ahlul Sunnah.

Salah seorang daripada mereka ialah Hasan Iraqi yang pada suatu ketika hidup dalam moral yang rendah pada masa mudanya. Pada suatu hari, beliau tiba-tiba tersedar daripada kehidupan buruknya itu dan bertanya kepada dirinya,”Adakah aku dijadikan untuk melakukan amalan-amalan jahat itu? Kemudian beliau meninggalkan perbuatan buruknya itu dan pergi ke masjid. Pada ketika itu seorang alim sedang menyampaikan kisah Imam al-Mahdi AS. Iraqi berasa amat terharu dan hatinya amat cinta kepada Imam Mahdi. Justeru, dia berdoa kepada Allah selepas setiap solat lima waktu supaya diberikan peluang menemui Baqiyatullah (Imam Mahdi as). Akhirnya doanya terjawab dan selama tujuh hari dan malam beliau mempela jari jalan kebenaran dengan kehadiran Imam Mahdi as.

Maka, semenjak hari itu, orang ini menjadi salah seorang daripada ulama yang terkenal. Abdul Wahab Shara ni, salah seorang ulama Sunni yang terkenal, dan periwayat asal kisah ini menggelarkan orang itu sebagai ,”Guruku yang agung Shaykh Iraqi.”49

Pada zaman Ghaib Kubra, surat-surat telah dikirimkan oleh Imam Mahdi AS kepada individu-individu dan ulama Islam terkenal. Dalam surat-surat tersebut, masalah-masalah baru yang sukar telah diselesaikan, dan panduan yang perlu telah diberikan. Di antara surat-surat ini ialah yang dikeluarkan pada tahun 410H yang memuji ulama Islamyang terkenal, Muhammad ibn Muhammad Nu’man ataupun Shaykh Mufid.

Shaykh Mufid merupakan ulama yang tinggi kedudukannya dari segi ilmu dan ketaqwaannya dan surat tersebut adalah satu pengiktirafan di atas usahanya yang berkhidmat untuk Islam. Walaupun selepas berlalunya beberapa abad, orang ramai masih lagi menghormati dan memuliakannya.

Kepentingan surat ini menunjukkan kesedaran Imam AS tentang sikap salahlaku dan moral di kalangan sebilangan syi’ah, dan pada masa yang sama ia memberikan harapan kepada tujuan kehadirannya:

“Kami amat mengetahui urusan kalian dan tidak ada satupun yang tersembunyi dari kami. Kami mengetahui masalah-masalah yang dihadapi oleh anda dari saat anda suka kepada keseronokan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang buruk yang selama ini dijauhi oleh orang-orang sebelum kamu.Kami menyedari saat-saat ketika orang-orang sebelum kamu mengingkari janji yang telah dimeterai oleh mereka, umpama mereka tidak mengetahui perkara itu. Kami tidak akan mengabaikan atau lupa segala kesusahan yang menimpa kamu, dan musuh-musuh kamu mempunyai peluang untuk mengalahkan kamu. Oleh itu, ingatkan akan Allah dan bertaqwalah kepadaNya.”50

Tulisan yang amat bernilai oleh Imam Mahdi as pada zaman Ghaib Kubra ini adalah satu panduan yang amat penting bagi para syi’ah. Surat-surat ini boleh dikaji atau dirujuk dalam kitab-kitab sahih syi’ah.51

Walau bagaimanapun, kita kini sedang melalui zaman yang mutakhir dalam era Ghaib Kubra. Dalam tradisi Islam apabila tajuk ghaibah Imam Kedua Belas dibahaskan, rujukan dibuat ke atas ujian Allah ini. Para syi’ah yang benar-benar beriman dan ikhlas di bezakan dengan orang-orang lain “dan menjadi setulen emas tulen.”52

Dalam tradisi Islam, perbandingan di buat di antara para syi’ah yang ikhlas dan beriman dengan para pengikut Nabi Nuh as yang tetap kekal dengan keimanan mereka walaupun menghadapi ujian yang berat dan mereka yang bersama Nabi Nuh as dalam bahtera terselamat daripada malapetaka yang besar itu. Justeru, rahmat kepada golongan yang lulus ujian Ilahi ini; dan kami berharap dapat bersama-sama mereka dalam kedudukan tersebut.

Syi’ah Pada Zaman Ghaibah

Maka apakah peranan dan tanggungjawab para syi’ah pada masa kini?
Maka sesungguhnya, adakah kita mendakwa sebagai para syi’ah Imam al-Mahdi AS?
Jika kita mengkaji kehidupan para syi’ah Imam-imam yang suci AS sebelum Imam Kedua Belas, dan menyaksikan pengorbanan mereka tanpa sebarang keraguan, kita akan menyedari bahawa kita masih lagi tergolong daripada orang-orang yang lalai dan lemah. Tidakkah Salman al-Farisi, Abu Dharr al-Ghifari, ‘Ammar ibn Yasir dan Malik al-Ashtar menjadi syi’ah Imam Ali Amirul Mu’minin AS dan adakah kita juga tergolong kepada para syi’ah Imam Zaman AS?

Tidakkah Maytham al-Tammar, yang tidak henti-henti memuji Ali, Amirul Mu’minin, merupakan seorang syi’ah Imam Ali AS, dan kita juga yang melalui zaman Imam Zaman AS, merupakan syi’ah Imam Mahdi AS?

Tidakkah para syuhuda’ Karbala’, yang dengan cinta yang kuat berjihad Mempertahan kan Imam pada ketika itu, Husayn AS, dan mereka ini kemudian mati syahid, merupakan para syi’ah Imam Husayn AS, dan kita, yang keberatan memberikan harta benda, kehidupan dan lain-lain perkara di jalan Imam pada zaman kita kita, adalah para syi’ah Imam Mahdi AS?

Adakah peribadi seperti Hisham ibn Hakam, yang mempunyai kemampuan berbahas yang luar biasa telah menghancurkan hujah-hujah musuh-musuh Imamah sehingga beliau digelar,”Penolong Imam” oleh Imam al-Sadiq AS, merupakan seorang Syi’ah? Dan adakah kita juga, yang bermalas-malas menunaikan kewajiban kita untuk mengenali Imam pada zaman ini, merupakan para syi’ah?

Daripada apa yang kita telah pelajari tentang berita gembira dalam Qur’an dan hadith-hadith Nabi SAWAW dan para Imam AS, bahawa Imam Zaman AS mempunyai tanggungjawab yang khusus yang tidak dilaksanakan oleh Imam-imam sebelumnya. Imam Zaman AS akan mendirikan Daulah Islamiyyah di muka bumi ini. Beliau akan memenuhi bumi ini dengan kebenaran dan keadilan. Beliau akan menggunakan sumber-sumber bumi dan alam sekitar kita ini. Beliau akan memperbaiki dan membangunkan bumi ini, dan dengan cara ini kesedaran dan kefahaman umat akan meningkat.53

Justeru, tidakkah para syi’ah Imam Mahdi as mempunyai tugas dan tanggungjawab yang khusus juga? Tidakkah para syi’ah berusaha untuk mencapai kelayakan dan satu piawai untuk menjadi para sahabat Imam Mahdi AS apabila beliau muncul kelak dengan kehendak Ilahi?

Maka, marilah kita meneliti tugas dan tanggungjawab kita, dan bagaimanakah kita akan memenuhinya. Tidak ragu-ragu lagi, tugas pertama kita ialah menyakini kehadirannya. Mengenal Imam Zaman as amatlah penting dan asas seperti mana yang dinyatakan dalam hadith Nabi saww : “Barang siapa yang mati, tetapi tidak me ngenal Imam Zamannya maka, mati ia dalam keadaan jahiliyyah.”54

Mati dalam keadaan jahiliyyah bermakna mati dalam keadaan sesat dari daripada agama Islam dan menyele weng dari keimanan. Dan amatlah nyata orang yang mati tanpa mengenal Imam zamannya keimanannya tidak dikira.

Dalam riwayat yang lain, Imam Muhammad al-Baqir as dipetik berkata:
“Seseorang yang mati tanpa mempunyai Imam, maka mati ia dalam keadaan jahiliyyah, dan orang ramai tidak dikecualikan sehingga mereka mengenal Imam mereka.”
Maka, kita hendaklah berusaha mengenal Imam Zaman as demi keimanan dan keislaman kita, dan supaya kita akan diiktiraf di kalangan orang-orang yang memperolehi keselamatan dan di kalangan orang-orang yang beriman.

Tugas lain para syi’ah pada zaman Ghaibah Kubra, yang telah diterangkan oleh Imam AS ialah bersiap sedia menunggu kedatangan Penyelamat, maka langkah pertama untuk menjamin keselamatan adalah mengenal Imam zamannya; dan langkah kedua adalah bersiap sedia untuk mendirikan Daulah Yang Adil oleh Imam Mahdi as.

Sesiapa yang menunggu (muntazir) dan menyiapkan dirinya menanti kedatangan Imam as hendaklah mempunyai peribadi dan kelayakan menjadi para sahabat Imam al-Mahdi as dan sanggup mengorbankan diri dan harta benda di jalannya. Berdasarkan dalil ini, Imam as-Sadiq as berkata: “Barang siapa yang menanti perintah kami adalah umpama orang yang berkorban darahnya di jalan Allah.”55

Memang benar, barang siapa yang benar-benar bersedia menanti kedatangan Imamul ‘Asr umpama mati syahid di jalan Allah. Dalam riwayat yang lain, Imam yang sama menyatakan kepada sebilangan pengikutnya tentang peribadi yang merupakan Imam Zaman as: “Barang siapa yang mati ketika menanti kerajaan al-Qaim adalah umpama orang yang berada pada zaman kehadiran al-Qaim (Imam Mahdi as).”

Kemudian beliau as menambah: “Tetapi dia umpama orang yang ditetak dengan pedang ketika bersamanya.” Kemudian, beliau as menjelaskan lebih lanjut: “Demi Allah! Dia adalah umpama orang yang mati syahid ketika hadir bersama Rasulullah  saww .”56

Adakah kita dianggap di kalangan orang-orang yang menanti kehadiran Imam Mahdi as? Tidakkah kita seku rang-kurangnya menanti Wali Allah yang telah dijanjikanNya seperti mana penantian kita kepada kepulangan orang yang tersayang daripada sesuatu perjalanan?

Dalam hadith yang lain, Imam Sadiq as meriwayatkan kelayakan-kelayakan para sahabat Imam al-Mahdi as: “Jika seseorang ingin menjadi salah seorang sahabat al-Qaim, maka beliau hendaklah menanti kehadirannya dan hendaklah ia beramal dengan warak dan akhlak yang baik. Maka jika ia mati dan al-Qaim hadir selepas kematiannya, ia mendapat balasan umpama orang yang mengikutinya. Maka beramallah dengan bersungguh-sungguh dan tunggulah, bahawa usaha dan penantian itu akan memberikan kamu nikmat, wahai orang yang telah mendapat keselamatan.”56

Maka orang yang sedang menanti kehadiran dan tidak henti daripada usaha yang baik hendaklah berusaha untuk mencapai kedudukan yang akan membawa rahmat Allah swt. Maka kita hendaklah berdoa kepada Allah semoga kita termasuk orang-orang yang sedang menanti kehadiran Imam Zaman as dan amalan kita menjadi suatu tanda kebenaran dakwaan kita itu. Pertama, kita hendaklah menyiapkan diri kita dengan rasa cinta kepada Imam Mahdi as, dan kemudian kita hendaklah mengajak orang-orang lain ke jalannya, juga para musuh-musuhnya. Kita hendaklah mencapai tahap keperibadian para sahabat Imam Mahdi as dan hendaklah sentiasa dalam keadaan mengharapkan kemunculannya.

Para Syi’ah hendaklah mempunyai rasa cinta yang kukuh dengan Imam Mahdi as pada ketika Ghaibah.

Hati-hati dan jiwa mereka hendaklah dipenuhi dengan cinta kepadanya. Fikiran mereka hendaklah taat untuk berkhidmat kepadanya dan kehendak diri mereka hendaklah sesuai dengan kehendaknya.

Doa-doa mereka hendaklah ke arah mendapatkan rahmat Allah swt agar dicurahkan ke atas Imam Mahdi as, dan doa-doa mereka hendaklah membawa kepada keselamatan. Kehidupan mereka hendaklah dicerna dan dinyalakan dengan cinta kepadanya.



Nota Kaki:

[1]At-Taubah: 33
[2]Al-A'raf: 128
3Al-Qur'an 57: 17
4An-Nur: 55
5As-Saff: 8
6An-Nisa: 49
7Muthakhabul Athar, Lutfullah Safi Galpayagani, Bahagian 3, Bab 1
8Muthakhabul Athar, Lutfullah Safi Galpayagani, Bahagian 1 Bab 4
9Ibid, Bahagian II, Bab 4
10Ibid, Bahagian II, Bab, 21
11Al-Amali. As-Shaykh as-Saduq, hlm. 489
12Ithbatu l-Hudat, as-Shaykh Hurr al-Amili, Jilid VI, hlm. 417
13Ibid, hlm. 427
14Sila lihat Mutkhabul Athar fil Imam ath-Thani Ashar Alayhisalam oleh Lutfullah Safi Gulpayagani.
15Indek ringkas kitab-kitab ini boleh diperolehi dalam kitab al-Najm ath-Thaqib oleh Hajj Mirza Husayn Tabarsi.
16Sila rujuk Maqatil Talibin oleh Abul Faraj Isfahani yang mendedahkan nama-nama para syuhuda dari kalangan keturunan Ali bin Abi Talib sehingga tahun 313H.
17 Ihtbatul Wasiyyah, oleh Abu l-Hasan Ali ibn al-Husayn al-Mas'udi, hlm. 435.
18al-Kafi - Kitab al-Hujjah, Bab Kelahiran Abi Muhammad al-Hasan ibn Ali AS oleh Muhammad ibn Yaqub al-Kulayni.
19 Kamal d-din oleh Shaykh as-Saduq, Jilid, I, hlm. 101.
20 Irshad, oleh as-Shaykh al-Mufid, Bab Kewafatan Abi Muhammad al-Hasan ibn Ali AS.
21 al-Ghaybah, oleh Shaykh at-Tusi, hlm .160; Shawahidu n-nubuwwah oleh Abdul Rahman al-Jami al-Hanafi.
22 Al-Qasas: 7-13
23 Al-Qur'an 21: 69
24 Yanabi al-Mawaddah, Sulaiman ibn Ibrahim al-Qunduzi al-Hanafi, hlm. 60.
25 as-Sayyid ibn Tawus memetik kata-kata Imam Hasan al-Askari AS.
26 Kamalu ‘d-din, oleh ash-Shaykh as-Saduq, Juz, II, hlm. 104.
27 al-Irshad, oleh Shaykh al-Mufid, oleh as-Shaykh al-Mufid, Bab Kewafatan Abi Muhammad al-Hasan ibn Ali AS.
28 Kamalu ‘d-din, oleh Shaykh as-Saduq, Juz II, hlm. 109
29 al-Irshad, oleh as-Shaykh Mufid, Bab Tentang Imam Kedua Belas.
30 Kamalu-‘d-din oleh ash-Shaykh as-Saduq, Juz, II, hlm. 109.
31 Ihtbatu l-Hudat, oleh ash-Shaykh Hurr al-Amili, Juz, VI, hlm. 433
32 Ibid, Juz, VII, hlm. 20
33 Nama-nama dan bukti-bukti wakil-wakil Imam Zaman AS yang lain dapat dirujuk dalam kitab-kitab al-Rijal (biografi) di antaranya ialah kitab Taqihu ‘l-maqal, Juz I, hlm. 220
34 al-Ghaybah, oleh Shaykhu ‘t-Taifah Abi Ja’far Muhammad ibn al-Hasan at-Tusi, hlm. 215.
35 Ibid, hlm. 215
37 Tanqihul Maqal, oleh Mamaqani, Juz III, hlm. 149
38 al-Ghaybah, oleh as-Shaykh at-Tusi, hlm. 219.
39 Ibid, hlm. 220
40 Tarikh l-Ghaybatul s-Sughra, oleh Muhammad as-Sadr, hlm. 407.
41 al-Ghaybah, oleh as-Shaykh at-Tusi, hlm. 236.
42 Biharul Anwar, oleh Allamah al-Majlisi, Kitab Tentang Ghaybah, Bab 21 yang memetik daripada kitab Ghaybah karangan Shalmaghani.
43 al-Ghaybah, oleh ash-Shaykh at-Tusi, hlm. 242 dan 243
44 al-Kharayij oleh Qutbu’ d-Din Rawandi memetik daripada Bihar Anwar karya Allamah al-Majlisi Bab 13 dan 21.
45 Kashfu l-Ghummah, Juz III; al-Manaqib, Bahagian III, hlm. 456
46 Muntakhabu l-Athar oleh Lutfullah Safi Gulpayagani, Bahagian II, bab 29
47 Rujuk an-Najm ath-Thaqib, oleh Hajj Mirza Husayn at-Tabrasi an-Nuri, Bab 7.
48 Kashfu l-hujjah atau Barnam-e sa’adat, as-Sayyid ibn Tawus, Bahagian.IXXV, hlm. 74
49 Kashfu ‘l-astar, oleh Haji Mirza Husayn at-Tabrasi al-Nursi, Bahagian I, hlm. 18
50 Bihar ‘l-Anwar oleh Allamah al-Majlisi, Juz. iii, .hlm. 175
51 Kamalu’d-din, oleh ash-Shaykh as-Saduq, Bab 49; Biharul Anwar, oleh al-Allamah al-Majlisi, Juz XIII, Bab 36; Ihtijaj, oleh at-Tabrasi, Juz II.
52 al-Ghaybah, oleh Nu’mani, hlm. 107.
53 Muntakhbu l-Athar, oleh Lutfullah Safi Gulpayagani
54 Ilzam an-Nasib fi ithbat al-Hujjah al-Ghaib, oleh as-Shaykh Ali al-Yazdi al-Hairi, hlm. 5
55 Kamalud-din, oleh as-Shaykh as-Saduq, hlm. 336.
56 Bihar l-Anwar, oleh al-Allamah al-Majlisi, Juz, III, hlm. 126
56 al-Ghaybah, oleh Muhammad ibn Ibrahim ibn Ja’far an-Nu’mani, hlm. 106.
Free Web Hosting
Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com

http://www.atjehcyber.net/2012/05/imam-mahdi-dan-tanda-tanda.html

Sabtu, 05 Juli 2014

MENGAPA SEKARANG MUNCUL BERBAGAI FENOMENA YANG SANGAT MERUGIKAN KEHIDUPAN KEMANUSIAAN?




KEMUNCULAN NABI PALSU DAN "ISLAM RADIKAL" YANG TIDAK PUNYA WAWASAN KEMANUSIAAN DI MALAYSIA DAN INDONESIA PASTI ADA KAITANNYA DENGAN SEPAKTERJANG KITA YANG TIDAK ISLAMI
hsndwsp
di
Ujung Dunia



Kalau suatu komunitas atau negara systemnya tidak Islami sementara mayoritas penduduknya beragama Islam dan kehidupannya morat marit, terbukti di negara tersebut tidak ada "Rahmatan lil 'alamin" sebagai indikasi tidak adanya  keredhaan Allah swt. 

Apabila kondisi seperti itu berjalan terus menerus tanpa adanya perobahan dari penguasa dan segenap aparatnya, bermacam penyakit akan timbul dinegara tersebut. Contohnya muncul berbagai model "nabi palsu" macam di Indonesia. Mengapa nabi palsu bisa muncul dan mengapa banyak pula pengikutnya?  Persoalannya mereka menyaksikan tidak ada rakmatan bagi segenap penduduk, kecuali bagi para penguasa, lembaga legislatif, eksekutif dan bahkan lembaga Ulama dan lembaga agama lainnya.  Konklusi yang diambil para pengikut nabi palsu, berarti Islam penguasa dan segenap pengikutnya adalah Islam Palsu.

Kemunculan "Islam radikal" atau aliran Wahabi takfiri diberbagai negara yang mayoritas penduduknya hidup menderita.

Kemunculan Islam radikal dan brutal baru-baru ini pasti ada hubungannya dengan kondisi masyarakat seperti diatas. Mereka tidak percaya lagi kepada para Ulama Pemerintah. Mereka hanya percaya kepada para ulama yang mendukung perjuangan mereka. Mereka senantiasa mengucapkan kata-kata "Jihad" dimulut mereka. Mereka meyakini bahwa andaikata mereka mati pasti mati syahid dan masuk Surga. Justeru itu mereka berduyun-duyun dari berbagai negara hendak menyambut "kesyahidan". Bayangkan para wanita saja berduyun-duyun menyambut fatwa ulama mereka bahwa "jihad nikah" juga mendapat Surga sebagai imbalannya.

Ketika pemerintah menyaksikan fenomena tersebut muncul didepan mata mereka, mereka kalap dan meminta para ulama negara untuk mengeluarkan fatwa tentang "jihad" yang mereka yakini, seperti di kerajaan Malaysia baru-baru ini. Kemungkinan besar pemerintah Indonesia juga akan merasa dengan perasaan yang sama sebagaimana yang dirasakan pemerintah Malaysia.

Pertanyaannya.
Siapakah yang bersalah atas kemunculan Islam radikal tersebut? Apakah tepat kalau kita salahkan mereka seratus persen?

Mari kita analisa mengapa fenomena yang sangat menyayat hati itu bisa muncul.

Kalau kita meyakini petunjuk Allah, Rasulnya dan pribadi-pribadi yang ditunjukkan Allah swt paska kewafatan RasulNya, tidak boleh tidak kita harus kembali kepada petunjuk Allah swt dalam persoalan apapun. Sedikit saja terabaikan petunjuk Allah swt akan berakibat sangat fatal dalam hidup di Dunia ini yang resikonya adalah Neraka.

Para pejuang Islam yang radikal itu meyakini ayat Allah surah al Maidah ayat 44, 45 dan 47.  Dalam ayat tersebut (44), Allah katakan barang siapa yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah adalah "Kafir". 

Itu memang benar bahwa yang namanya kafir bukan hanya orang-orang yang mengaku bahwa agama mereka bukan Islam saja. Kafir yang Allah nyatakan itu lebih buruk disisi Allah dibandingkan orang-orang yang mengaku bukan beragama Islam tetapi masih memiliki wawasan kemanusiaan. Pada fenomena yang dinyatakan Allah kafir tidak ada kebaikan dan harapan tetapi masih ada kebaikan dan harapan pada diri non muslim yang berwawasan kemanusiaan macam Ahok (Basuki Cahaya Purnama). Fenomena yang dinyatakan Allah dalam al Maidah 44 sama esensinya dengan kafir harbi, hingga Allah sendiri mewanti-wanti pada RasulNya: 

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka (hai Muhammad), kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tetap tidak akan beriman.

خَتَمَ اللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ وَعَلَىٰ سَمْعِهِمْ ۖ وَعَلَىٰ أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ

Allah telah mengunci-mati hati, pendengaran dan penglihatan mereka ditutup rapat. Dan bagi mereka siksa yang amat berat. (QS. 2, 6-7)

Lalu kalau begitu apakah perjuangan Islam radikal itu sudah benar?  "tidak".  Kenapa tidak?  Mu'min tidak cukup beriman dengan hanya satu ayat saja tetapi keseluruhan al Qur-an (kaffah). Kalau tidak ada dalam Qur-an? Ikuti Hadist Nabi. Kalau tidak ada Hadist atau sudah dipalsukan macam dipalsukannya ayat-ayat Allah dari Nabi Daud, Musa dan 'Isa? Ikuti kata para Imam yang diutus sebagai perpanjangan keimamahan Rasulullah paska kewafatannya agar ummah tidak sesat.

Kalau tidak?  
Lihatlah para takfiri wahabi itu ketika mereka mengklaim hendak mendirikan "Negara Islam" macam di Suriah dan Irak, membunuh siapapun yang tidak sependapat dengan mereka. Malah mereka fitnah lagi bahwa itu kerjanya tentara Basyar Assad. Mereka menghalalkan cara apa saja demi tercapai tujuan mereka. Pertanyaannya, apakah Rasulullah saww dulu membunuh pihak mana saja yang tidak sependapat dengan beliau? Jawabannya pasti "Tidak".   Kalau begitu siapakah yang mereka teladani untuk mendirikan negara Islam?  Kaum Khawarij yang keluar dari komunitas Imam Ali, khalifah Islam yang sah. Lalu sepakterjang kaum khawarij tersebut diteruskan oleh Muawiyah bin Abu Sofyan dan anaknya, Yazid bin Muawiyah. (Muawiyah membunuh semua pengikut Imam Ali paska kewafatan beliau termasuk meracuni Imam Hassan, cucu Rasulullah yang pertama. Lalu Yazid berani membantai keturunan Rasulullah saww di Karbala setelah menzalimi Imam Hussein, cucu Rasulullah yang kedua). Inilah yang diteladani kaum takfiri, bukan Rasulullah saww.

Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya (Kaffah), dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS [2]: 208-209).

Hukum Allah diantaranya, pencuri dipotong tangannya, Penzina dirajam. Apabila pemerintah tidak adil (bertentangan dengan ayat keadilan), "yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin". Apabila dalam kondisi seperti itu diterapkan hukum potong tangan, habislah terpotong tangan sebahagian besar orang miskin sementara pencuri berdasi (baca koruptor) lolos dari hukum potong tangan disebabkan mereka pintar menyembunyikan bukti saat diperiksa hakim atau bahkan mereka mampu menyogok para hakim. Apabila diterapkan juga hukum Islam "potong tangan" dalam kondisi seperti itu, hukum tersebut berobah substansinya menjadi "hukum laba-laba". Tidak berlaku bagi "orang besar".

Untuk dapat diterapkan hukum Allah, langkah pertama system Islam (Kedaulatan Allah) yang harus diusahakan duluan. Langkah selanjutnya kesejahteraan rakyat seluruhnya, apapun agama mereka tidak boleh pandang bulu atau tebang pilih agamanya. Langkah selanjutnya kekayaan yang dimiliki seseorang dikarenakan kedekatannya dengan penguasa harus dihimbau secara maksimal untuk dikembalikan kepada negara untuk didistribusikan kepada rakyat yang haknya terabaikan. Apabila terabaikan oleh pelakunya, pemerintah berhak menyita harta tersebut, dimana sesungguhnya itu milik rakyat jelata.

Hal ini tidak mungkin terjadi di Malaysia, Indonesia dan negara-negara lainnya kecuali munculnya kepemimpinan yang benar-benar merakyat di negara tersebut.  

Apabila disuatu negara para pemimpin di lembaga Legislatif, Yudikatif, Eksekutif dan lembaga negara lainnya tidak adil, minimal mencari kesenangan diatas penderitaan rakyatnya, mereka itulah yang dinyatakan kafir oleh Allah swt dalam al Maidah ayat 44, kendatipun mereka membuat diskusi berapi-api menyatakan diri mereka itu beragama Islam. Mereka baru sadar setelah mereka berpindah ke alam Qubur tetapi tidak ada artinya lagi saat itu bagi mereka. (Na'uzubillahi min zalik)

Kesimpulannya

Kemunculan "Islam Radikal" ada kaitannya dengan sepak terjang "perangkat penguasa" dalam suatu negara taghut yang tidak adil. 

Kemunculan "Islam adikal" ada kaitannya dengan sepak terjang para ulama yang tidak peduli kepada kehidupan rakyat jelata tetapi asik berfatwa dengan fatwa yang menguntungkan penguasa. Dengan kata lain keberadaan lembaga ulama (baca MUI) hanya untuk melanggengkan kekuasaan majikannya (penguasa).

Kemunculan "Islam Radikal" ada kaitannya dengan ketidak pedulian lembaga legislatif yang mewakili rakyat tetapi berperan sebagai Dewan Penipu Rakyat.

Kalau tidak ingin bermunculan bermacam-macam "penyakit" dalam negara, kembalilah   kepada petunjuk Allah, Rasulnya dan Para Imam yang diutus. Penguasa Legislatif, Yudikatif, Eksekutif, lembaga Ulama dan lembaga negara lainnya, bersatulah semuanya untuk mengembalikan kekayaan negara menjadi benar-benar milik rakyat keseluruhannya bukan milik segelintir rakyat saja. Berbuat adillah dalam segala bidang kenegaraan agar pemerintahan kita mendapat redha Allah swt.

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia