HADIST RASULULLAH SAWW, IMAM ALI DAN ABU
DZAR GHIFARI
"Kata Rasulullah saww: "Kemiskinan akan membuat manusia menjadi kekafiran. Imam Ali menimpali,
andaikata kemiskinan itu berbentuk makhluk akan kubunuh dia. Abu Dzar Ghifari
melanjutkan, ketika kemiskinan masuk melalui pintu, Iman akan keluar mela lui
jendela"
Dalam kontek ini kita bisa
menganalisa persoalan Indonesia dan Acheh Sumatra, dimana sejak kawasan ini
dikuasai Suharto s/d Yudhoyono,
mayoritas Rakyat Indonesia dan Acheh hidup dalam kondisi ekonomi yang
morat-marit. Hanya segelintir rakyat yang hidup mewah dari usahanya
sendiri dan segahagiannya dari
kedekatannya dengan penguasa yang despotic tadi.
Sebelum kemunculan Jokowi
dan Ahok sepertinya Indonesia itu tidak ada harapan lagi untuk mengembalikan
hak rakyatnya (baca kekayaan negara adalah milik rakyat yang akan dikembalikan
manakala negara dipimpin oleh manusia Habil). Hal ini disebabkan bahwa korupsi
sudah mendarah daging atau membudaya. Ini terindikasi bahwa Indonesia pra
Jokowi – Ahok adalah termasuk negara yang despotic klas tinggi di Asia dan
Afrika. Sayapun yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan terlalu lama rakyat
menderita disuatu negara. Betapa kuatnya persekongkolan Fir’un, Karun, Hamman
dan Bal’m di zaman pra Nabi Musa dan Harus as, namun aklhirnya runtuh juga via
Musa dan Harun. Perlu kita garisbawahi bahwa kendatipun Fir’un cs sudah
tenggelam dan mati di laut Merah, ideology mereka tetap hidup biarpun pada
mulanya bergerak dibawah tanah. Kemunculan Samiri merupakan sinyal-sinyal kemunculan
ideology Fir’un cs kembali. Demikian juga kemunculan «samiri-samiri» paska
kewafatan Rasulullah saww, berlangsung terus sampai ke zaman kita sekarang ini.
Secara ideology, hanya ada
dua kutup saja manusia yang saling bermusuhan di planet Bumi ini, kutub Qabil
dan Habil. Bendera Qabil senantiasa diperagakan oleh manusia-manusia yang tidak
berwawasan kemanusiaan sementara bendera Habil diperjuangkan oleh
manusia-manusia yang berwawasan kemanusiaan.
Dari gambaran diatas
realitanya sekarang di Indonesia dimunculkan Allah dua figur manusia yang
berwawasan kemanusiaan dan mereka itu pintar, jujur, berani dan kawi, tidak
mudah mengalah kepada manusia-manusia yang berwawasan Qabil yang telah begitu
lama meninabobokkan rakyat jelata via alimpalsu (Para Bal’am). Justeru itu
jangan heran kalau manusia-manusia kutup Qabil begitu gencar berdaya upaya agar
Indonesia tetap berada dalam permainan politik kotor mereka, kendatipun anda
lihat pakaian mereka mentreng-mentreng yang mereka peroleh dari hasil korupsi,
baik korupsi biasa maupun korupsi yang legitimate.
Korupsi di Indonesia dulu
pra Jokowi – Ahok, ada disemua lini lembaga pemerin tahan, bukan saja di badan
Legislatif, yudikatif dan eksekutif tetapi juga lembaga-lembaga yang ikut
melanggengkan kekuasaan manusia kutub Qabil, yaitu MUI dan ormas-ormas berkedok
agama seperti FPI dan semacamnya.
Ketika Jokowi dan Ahok sadar
akan tujuan kekuasan yang harus berpihak rakyat mayoritas, mereka mulai bersemayam
dihati mayoritas rakyat Jakarta, sungguhpun belum meluas seluruh Nusantara,
termasuk Acheh – Sumatra, masih banyak rakyat yang belum sadar akan wawasan
kemanusiaannya. Justeru itu para koruptor kelas kakap berdaya upaya bagaimana
cara agar rakyat terpropokasi bahwa Jokowi dan Ahok harus disingkirkan. Hal ini
tidak obahnya seperti kaum yang tidak berdaya membuktikan bahwa pengikut
Ahlulbayt bukan Islam, dengan cara mempropokasi bahwa mereka punya Qur-an yang
berbeda. Kalau propokasi mereka semacam itu mampu mereka yakini rakyat
mayoritas, berhasillah mereka menghancurkan komunitas pengikut Ahlulbayt macam
di Sampang Dan belahan Bumi lainnya seperti di Timur Tengah yang sedang mulai
membuka mata orang-orang yang mau berfikir secara ‘arif.
Justeru itu para koruptor
kelas kakap memanfaatkan para Alim palsu disetiap lini pemerintahan untuk membuat
propokasi murahan bahwa Ahok telah
menistakan agama Islam. Ironisnya yang benar-benar menistakan agama yang
dilakukan dengan persekongkolan «Fir’un, Karun, Hamman dan Bal’am» di priode Suharto
sampai Yudhoyono tidak nampak dalam pikiran mereka, kenapa? Sebab mereka adalah
bahagian dari persekongkolan Fir-un, Karun, Hamman dan Bal’am.
Saat manusia kutub Qabil
berkuasa di Indonesia dulu, Qabil-qabil di lembaga DPR (Dewan Penipu Rakyat)
memilih presiden setiap priode yang telah ditetapkan. Lalu presidennya memilih
menteri-menterinya dari Qabil-qabil yang ada di lembaga DPR, makanya rakyat
dengan mudah mereka tipu. Kini ketika Jokowi jadi Presiden, terpaksa juga
beliau pilih dari lembaga DPR untuk jabatan menteri-menterinya. Diantara mereka
masih ada yang masih berpikiran Qabil hingga berdaya upaya untuk menghancurkan
Pemerintah Jokowi secara intern. Ini adalah tugas Jokowi untuk membersihkan
kabinetnya dari unsur-unsur bahaya laten tersebut.
Saat jokowi sedikit lambat
membereskan kabinetnya, para manusia kutub Qabil macam Fadli Zon dengan lantang
bersuara, mendiskreditkan Jokowi dan Ahok. Saya juga melihat Padli Zon ikut
demo bersama Ketua FPI dan juga Amin Rais memberikan semangat kepada sebagian
rakyat yang belum sadar. Fadli adalah wakil di DPR yang berarti kekuatan Qabil
masih agak kuat di lembaga legislatif priode Jokowi – Ahok ini. Untungnya PDIP
dan Nasdem sudah sadar untuk memiliki wawasan kemanusiaan via memihak rakyat
jelata dibawah pimpinan Jokowi – Ahok. Adapun Golkar sebagai kenderaan Suharto
yang mampu mempermainkan DR Amin Rais pasca Referendumnya dulu, masih kita
ragukan sepakter
jangnya.
Berbicara Golkar, terbawa
nama Amin Rais yang mampu melengserkan Raja koruptor tersebut. Namun kesalahan mutlak Amin adalah ketidakmantapannya
ideology Islam dalam bereferendum. Semestinya suharto dan kenderaan politiknya
harus ikut dilengserkan, hingga Indonesia benar-benar bebas dari sepakterjang
manusia-manusia kutub qabil. Akibat kelengahan Amin, percuma saja kejatuhan
Suharto, rakyat jelata tetap saja hidup morat-marit dibawah kekuasaan
presiden-presiden berikutnya.
Semoga orang-orang yang kita sebutkan masuk perangkap
manusia qabil sadar untuk memperbaiki jati dirinya (bertaubat) bukan malah
menganggap kita telah menyakiti hati mereka. Kita melihat sudah banyak pihak
yang sudah sadar macam tentara dan polisi. Kalau tentara dan polisi sudah
berwawasan kemanusiaan, merupakan sinyal-sinyal bahwa Rakyat Indonesia secara
mayority akan mendapat “angin segar” di bawah kepemimpinan Jokowi – Ahok. Semoga
kekuasaan "qabil" benar-benar berakhir di Nusantara ini dan berganti dengan kepemimpinan "Habil”
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Acheh - Sumatra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar