Jumat, 04 September 2009

MENEROPONG LANGKAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA


Bismillaahirrahmaanirrahiim.


TUGAS MENDIRIKAN SISTEM ALLAH ADALAH HAQ BUKAN KEWAJIBAN SEBAGAIMANA DINYATAKAN HT
hsndwsp
Acheh - Sumatera
 
SEKILAS MENEROPONG LANGKAH HIZBUT TAHRIR INDONESIA
 
Setelah membaca apa yang disampaikan saudara Muhammad Ismail Yusanto, Juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia, dalam pernyataan pers setelah 81 tahun runtuhnya Khilafah, ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi. Diantaranya, mengenai pernyataan mendirikan "Khalifah Islamiah" merupakan suatu kewajiban, yang anda tulis secara berulang-ulang. Dimana pernyataan itu sangat keliru. Saya yakin anda memahami "knotasi" kewajiban. Artinya bila kita melaksanakan akan mendapat "pahala" dan "berdosa" apabila kita tinggalkan. Akibatnya orang banyak berkesimpulan bahwa perkara "dosa" masih dapat meminta ampun kepada Allah, bukankah Allah maha pengampun ? Buat apa kita musti berjuang yang mungkin saja sangat membahayakan orang banyak dan kita sendiri.

Yang benar adalah "Haq" untuk memperjuangkan System Allah atau "Khalifah Islamiah". "Haq" disini adalah lawan kata dari "Bathil". Artinya andaikata kita tidak berupaya untuk memper juangkannya kita termasuk dalam golongan yang "bathil" kendatipun kita berkoar-koar di depan manusia bahwa kita orang Islam. Disinilah kita mencapai titik klimak dalam befikir berdasarkan firman Allah yang senantiasa di ulang-ulang dalam Al Qur-anul karim: "afala ta'qilun dan afala yatazakkarun" dan inilah Idiology Islam sejati yang pasti senantiasa dilawan oleh orang-orang dhalim dari kalangan manapun jua.

Apa yang saya utarakan ini selaras juga dengan hadist yang anda kemukakan sendiri: "Siapa saja yang mati, sementara di atas pundaknya tidak ada bai'at (untuk seorang Imam/Khalifah), maka dia akan mati dalam keadaan jahiliyah (H.R. Muslim). Jadi kalau kita sudah bertekat untuk mem perjuangkan System Allah tidak boleh tidak pastilah muncul seorang Imam/Khalifah, dimana kita "haq" berbai'at kepadanya.

Anda juga mengemukakan ayat berikut: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Q.S. al-A'raf: 96). Dengan ayat tersebut jelaslah kebenaran persepsi anda bahwa didalam system Indonesia Pancasila tidak ada keredhaan Allah. Makanya sejak dari Soekarno (yang telah menggusur System Allah di kepulauan Melanesia itu) sampai SBY, tetap saja rakyat hidup dalam keadaan morat-marit, kecuali koruptor-koruptor.

Selanjutnya anda mengemukakan ayat berikut: "Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan akan menukar keadaan mereka-sesudah mereka berada dalam ketakutan-dengan rasa aman. (QS an-Nur, 24: 55). Ayat ini juga tepat untuk dikemukakan dalam kontek permasalahan ini, tinggal lagi saya ingin menambahkan bahwa Allah juga berfirman bahwa Dia tidak akan merobah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang merobahnya. (QS, Ar-Rad, 13: 11). Artinya tanpa kita bertekat untuk menerima resiko mati Syahid atau hidup menderita dalam memperjuangkan System Allah itu, mustahil akan menjelma sendiri.

Kita "haq" mencontohi Perjuangan Imam Hussein bersama 72 sahabat setianya bertekat melawan kedhaliman tentera Yazid yang berjumlah 30,000. Lalu kita bandingkan dengan kekuatan kita sekarang, kenapa kita masih diam dengan bermacam alasan yang mengundang alternatif lainnya?.Selanjutnya saya tutup kritikan ini dengan beberapa alinia dari tulisan saya sendiri yang berjudul "Pendidikan Islam Kaffah"

"Kehidupan di dunia menghadapkan manusia pada dua jalan. Jalan yang mendaki lagi sukar dan jalan yang mulus lagi menyenangkan(QS, 90:10). Jalan yang mendaki lagi sukar adalah jalan yang membebaskan kaum dhuafa dari belenggu penindasan dan penjajahan, yang menimpa kuduk-kuduk mereka, membebaskan manusia dari sistem perbudakan baik perbudakan ortodok mahupun perbudakan modern (QS, 7:157 & QS, 90:12-18). Untuk menempuh jalan ini tidak boleh tidak dituntut untuk mendirikan sistem Allah. Untuk mendirikan sistem Allah membutuhkan kemantapan power dan Ideology sebab pasti akan berhadapan dengan kekuatan system Thaghut, jelasnya pasti akan berhadapan dengan medan tempur. Justru itulah para Rasul dilengkapi dengan Ideologi, Mizan dan Power (QS, Al-Hadid :25).

Setelah periode para Rasul berakhir, tugas mendirikan sistem Allah dilanjutkan para Imam yang diutus. Andaikata di suatu negeri tidak ada ulama warasatul ambiya, tugas tersebut akan diambil alih oleh penyeru-penyeru kebenaran secara kolektif sebab tugas mendirikan sistem Allah adalah Haq lawan kata daripada Bathil. Hal ini perlu digarisbawahi sebab banyak orang yang terkecoh dengan pendapat klasik yang mengatakan hukumnya wajib. Haq dalam konteks ini kedudukannya di atas wajib. Bila hukumnya wajib, andaikata tidak didirikan paling-paling berdosa. Sedangkan perkara dosa masih ada jalan untuk meminta ampun. Sedangkan perkara Haq, bila tidak didirikan hukumnya bathil. Resiko berada dalam sistem yang batil adalah neraka. Andaikata kita tidak berada dalam sistem Allah (Haq), otomatis kita berada dalam sistem Thaghut (bathil) ke cuali taqiyah. Untuk kasus ini Allah berfirman; "Qul Ja al Haqqu wazahaqal Baathil, innal Bathila kana Zahuuqa"

Jalan yang mulus lagi menyenangkan adalah jalan qabil, pembunuh manusia, jalan Namruz, Firaun, Jalan Kaisar-Kaisar di Roma, Jalan Abu Sofyan, jalan Muawiyah, jalan Yazid, Jalan orang-orang yang bersatu padu dalam system Thaghut Hindunesia-Jawa kecuali "Taqiah". Kesemuanya adalah jalan orang-orang yang mencari kebahagiaan diatas penderitaan orang lain. Mereka itu umumnya baik secara langsung mahupun tidak langsung, penentang ayat-ayat Allah. Mereka sekedar bereksistensi dan tak pernah beresensi. Manakala berbicara tentang negara Islam, Kedaulatan Allah, System Allah sebagian mereka langsung menentangnya, sementara sebagian yang lain merasa grogi, memperlihatkan sikap yang tidak senang dengan mengemu kakan berbagai dalih, tidak mungkinlah, mustahillah, mimpilah, dsb. Mereka mengaku diri sebagai orang beriman, Islam. Mereka sesungguhnya telah dinyatakan Allah dengan jelas dalam Al Quran Karim surat Al Baqarah ayat 8-20. Hal ini juga terdapat dalam surah Surah yang lainnya seperti Surah Al-Munafiqun dari ayat 1 sampai ayat 8 dan juga ayat-ayat di surah-surah lainnya."

Demikianlah sebagai kritikan konstruktif dari saya mudah-mudahan saudara Muhammad Ismail Yusanto berlapang dada untuk menerimanya dan mohon maaf andai kata ada hal yang menyentuh hati anda.


Billahi fi sabililhaq
Husaini Daud Sp
di Ujung Dunia
----------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar