Sabtu, 29 April 2017

KEMUNCULAN IMAM MAHDI AL MUNTAZHAR UNTUK MEMBUAT KEDAMAIAN DUNIA TANPA PERANG




DIAKHIR UMUR DUNIA INI (SEBELUM KIAMAT) ALLAH SWT MEMUNCULKAN KEMBALI IMAM MAHDI AL MUNTAZHAR BERSAMA NABI 'ISA BIN MARYAM
DENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN KELEMBUTAN 
BUKAN DENGAN KEKERASAN
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di 
Ujung Dunia



T
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Fakta bahwa Hugo Chavez dari Venezuela mengisyaratkan bahwa kaum Muslim dan kaum Kristiani akan bersatu untuk memerangi kaum jahat adalah fakta yang sangat tidak diinginkan oleh kaum Zionis untuk diketahui oleh orang lain orang ke banyakan. Mereka su dah susah payah mengeluarkan dana yang sangat melim pah ruah untuk menebar kan rasa permusuhan terhadap Islam (Islamophobia). Me reka sudah berusaha seku at tenaga melalui seluruh media masa agar bisa menyi sihkan kaum Muslimin dari pergaulan dunia.

Sebuah wawancara dilakukan oleh Ann Curry bersama dengan Presiden Iran Ahmadinejad yang diprakarsai oleh NBC. Wawancara ini dilakukan pada tahun 2009 dan tak pernah ditayangkan karena jawaban dari Ahmadinejad terhadap pertanyaan tentang Imam Mahdi yang ghaib itu tidak sesuai dengan pandangan yang ingin dipaksakan oleh kaum Zionis. Kaum Zionis ingin memaksakan panda ngan bahwa “Mahdi itu akan membawakan perang akhir dunia”.

Presiden Ahmadinejad mengoreksi pernyataan Ann Curry dengan mengatakan:
“Apa yang hendak dikatakan tentang perang akhir dunia itu—perang global … ini adalah pandangan yang dipaksakan oleh kaum Zionis. Imam Mahdi itu akan datang dengan logika yang benar dan terang; ia datang dengan berbudaya, ia datang dengan ilmu pengetahuan. Ia akan datang untuk membuat kedamaian hingga tidak ada lagi perang di muka bumi ini. Tidak ada lagi permusuhan, keben cian. Tidak ada lagi konflik pertentangan ….. ia akan kembali dengan Yesus Kristus. Keduanya akan kembali bersama-sama. Dan mereka akan bekerja sama; mereka akan memenuhi dunia ini dengan cinta.”

Israel tentu saja tidak ingin pandangan ini menjadi pandangan dunia. Mereka tidak ingin kaum Kristiani terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa musuh mereka sebenarnya itu bukanlah kaum Muslimin melainkan kaum Zionis.

Fakta bahwa gereja Katolik Roma ingin menutup-nutupi kejadian pembunuhan kaum Kristiani di Jerusalem menguatkan pandangan mengapa para pendiri Israel dan keluarga Rothschild itu berkuasa karena Mayer Amschel Rothschild (1744—1812) sendiri berujar: “Biarkan aku mengurus dan mengendalikan uang negara; sementara itu aku tidak peduli siapapun yang akan membuat hukum.”

Apabila Israel mendasari kebijakannya dengan keyakinan agama bahwa memang sudah hak mereka untuk kembali ke Jerusalem sebagai “manusia-manusia pilihan” setelah 2000 tahun lamanya berkelana (harap camkan bahwa para penduduk Palestina yang tinggal di tanah Palestina adalah aslinya orang-orang Khazar) maka kemudian tidak usah heran apabila para pemimpinnya meyakini bahwa kemba linya mereka ke tanah perjanjian itu semacam ramalan masa depan yang berda sarkan agama.

Jonas E Alexis dalam tulisannya yang berjudul “Bolshevik Purge of Western Civil ization and Rational Discourse (Part II)” menuliskan: “Kalau hal ini masih dianggap tidak masuk akal, maka anda lebih baik mendengarkan perkataan dari mantan kepala Shin Bet (Badan Agensi Kontraspionase), Yuval Diskin: “Masalah utama aku ialah bahwa aku tidak percaya dengan kepemimpinan yang ada sekarang ini, yang akan menggiring kita kepada sebuah perang dengan Iran dengan skala perang rejional ….aku tidak percaya dengan kepemimpinan yang senantiasa mem buat keputusan berdasarkan ‘ramalan agama’”

Apakah “Ramalan Agama” ini yang dijadikan alasan bagi orang-orang Israel untuk mencari-cari Imam Mahdi? Dan kalau memang mereka yakin akan kedatangan Imam Mahdi ini, pastinya mereka juga pernah mendengarkan sebuah hadits yang menyatakan bahwa “Pasukan yang membawa bendera hitam akan datang dari Khurasan dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa menghentikan mereka dan mereka akhirnya akan sampai di Baitul Muqadas (Mesjid Al-Aqsa) dimana mereka akan menancapkan bendera-bendera mereka.”

Fakta bahwa Iran—seperti dilansir oleh IAEA—tidak sedang membuat senjata nuklir tidak membuat Israel berhenti untuk memaksakan perang kepadanya. Jadi alasan yang mungkin bisa masuk akal ialah bahwa orang-orang yang sangat meyakini adanya Imam Mahdi itu ada di Iran dan Khurasan adalah salah satu tempat yang ada di kawasan Iran, jadi orang-orang Israel itu tetap mengincar Iran karena mere ka sangat percaya dengan “ramalan agama” yang menyatakan bahwa Imam Mahdi akan muncul lagi kedunia ini.

Khurasan itu adalah sebuah provinsi yang terletak di sebelah timur laut di kawasan Iran. Tapi sebagian dari Khurasan juga meliputi kawasan Asia Tengah dan Afgha nistan.

Dimanapun Amerika Serikat dan Israel melancarkan peperangan, di situ juga mereka membawa dan menggunakan bom-bom yang mengandung posfor putih. Itu sekaligus menyiratkan sebuah fakta yang sulit dibantah bahwa mereka itu ber perang bukan untuk mengekspor demokrasi atau untuk menegakkan demokrasi melainkan mereka hendak membuat sebuah generasi anak-anak yang lumpuh dan cacat seumur hidup yang nantinya tidak bisa membangun atau membentuk sebuah gerakan perlawanan ketika mereka dewasa kelak.

10 tahun setelah setelah invasi Amerika Serikat di Irak, para dokter yang bertugas di sana menyaksikan dengan mata kepala sendiri banyak sekali kasus orang-orang (terutama anak-anak) yang terkena kanker. Sebagian besar anak yang lahir me ngalami kelainan atau cacat bawaan yang diduga kuat akibat pemakaian sen jata yang mengandung uranium dan posfor putih oleh pihak militer Amerika Serikat. Tingkat kelahiran bayi cacat di kota Fallujah sudah melebihi angka rata-rata bayi cacat yang pernah terjadi di Hiroshima dan Nagasaki.

Dokumen militer Afghanistan yang sempat bocor oleh The Danish Daily menggam barkan lebih dari 1,100 kasus dimana tentara Amerika Serikat sudah menggunakan granat-granat yang mengandung posfor putih (WP grenades); selain itu juga mereka menggunakan posfor putih itu dalam roket-roket dan bom-bom yang me reka jatuhkan di kawasan Afghanistan.

Hadits-hadits yang beredar di kalangan kaum Muslimin menunjukkan bahwa Imam Mahdi itu datang bersama sebuah pasukan yang membawa bendera-bendera hitam. Hadits-hadits itu juga menyatakan bahwa hanya sedikit sekali orang Arab yang akan membantu dan mendukung perjuangan Imam Mahdi (as). Orang-orang Arab malah lebih suka mendukung para tiran.

Orang-orang Arab yang akan mendukung perjuangan Imam Mahdi sebenarnya sudah bisa kita ketahui dari ciri-ciri mereka. Pasukan militer sipil Hizbullah dari Lebanon misalnya. Mereka walaupun hanya memiliki persenjataan yang terbatas (karena bukan pasukan sebuah negara melainkan pasukan dari sebuah Partai saja—yaitu partai Hizbullah) tapi sanggup mengusir tentara Israel yang bersenjata sangat canggih dan tentaranya sangat terlatih. Para pejuang Hizbullah itu walaupun senjatanya sangat terbatas tapi mereka memiliki semangat yang tak terbatas—semangat yang sama seperti yang pernah dimiliki oleh Imam Ali bin Abi Thalib ketika mendobrak pintu gerbang benteng Khaybar sendirian. Sama juga dengan semangat putera dari Ali yaitu Husein bin Ali ketika harus dibantai di Kar bala bersama dengan anggota keluarga Nabi lainnya sejumlah 72 orang kurang lebih. Mereka tidak mau menyerah kepada seorang tiran yang didukung orang-orang Arab (yang terdiri dari para sahabat Nabi dan para tabi’in) yang bernama Yazid bin Mu’awiyah. Husein bin Ali dan seluruh keluarga Nabi—walaupun pasu kannya teramat kecil—tidak gentar melawan pasukan Yazid yang bejumlah kurang lebih 10,000 orang.

Sangat menyedihkan sekali melihat hadits-hadits sahih tentang Imam Mahdi yang berusia lebih dari seribu tahun lamanya menyebutkan bahwa banyak sekali orang Arab yang akan mendukung kaum tiran—kaum penindas yang kejam—dan memilih untuk memerangi Imam Mahdi yang akan datang lagi kedunia.

Lalu siapa orang-orang Arab yang lebih suka mendukung kaum tiran dan menolak bergabung dengan Imam? Kita bisa lihat peta perpolitikkan di timur tengah selama beberapa decade ini. Kita lihat Arab Saudi dan para pemimpin negara-negara teluk lainnya sudah bersekutu dengan Israel dan itu terlihat secara telanjang dalam konflik di Syria sekarang ini.

Israel memaksakan perang kepada Syria dan Iran. Israel bersekutu dengan mesra sekali dengan Saudi Arabia dan Qatar yang menggelontorkan uang dalam jumlah sangat besar serta senjata-senjata canggih kepada kelompok-kelompok gerombo lan yang ada di Syria. Mereka membunuhi orang-orang Ahlul Bayt (Syi’ah) dan membuat pembunuhan itu sebagai agenda utama (padahal oran-orang Syi’ah inilah yang dalam hatinya tetap memelihara keyakinan akan datangnya Imam Mahdi).

Seorang jurnalis bernama Seymour M Hersh menulis dalam artikelnya di New Yorker—yang berjudul “The Redirection”—menyoroti pemerintah Bush yang memfokuskan dirinya untuk melucuti kekuatan Iran dan melemahkan kedigdayaan pasukan Hizbullah. Pemerintahan Bush bekerja sama dengan Saudi Arabia yang mendanai kelompok-kelompok ekstremis radikal.

Tatanan dunia baru (The New World Order) telah memaksakan sebuah kekuatan brutal dalam Islam menjadi lunak sekali terhadap Israel. Kekuatan Islam yang brutal itulah yang menanggap tidak masalah untuk memperkosa para wanita dan membunuhi anak-anak kemudian memperlihatkan potongan tubuhnya sebagai piala kemenangan lewat media sosial atau Youtube. Kelompok radikal, ekstrim, dan intoleran ini sesungguhnya dibuat oleh seorang agen Inggris bernama Abdul Wahab (pemimpin dan penggagas Wahabisme). Dialah yang telah menciptakan suatu bentuk Islam yang baru—Islam yang tidak toleran; Islam yang galak; Islam yang dalam dakwahnya lebih sering mengejek daripada mengajak. Dialah yang mendakwahkan Islam radikal yang didukung oleh pemerintah Arab Saudi—negara asal dari Abdul Wahab (Muhammad bin Abdul Wahab). Islam yang memusuhi orang-orang Islam yang menurut mereka berbeda paham. Islam yang lebih mesra terhadap para tiran.

Abdallah Tamimi—salah seorang pemimpin dari pasukan Free Syrian Army—meminta bantuan kepada Israel untuk membuat aturan hukum Sunni yang sengaja dibuat untuk menindas kaum Syi’ah (Ahlul Bayt Nabi), kaum Kristiani, dan kaum Druze. Ia dengan terang-terangan berkata: “Israel itu bukan musuh kita; kami ingin Israel membantu kita.”

Saudi Arabia dan Israel juga mendanai kaum sektarian di negara-negara seperti Pakistan, Afghanistan, dan Irak. Di negara-negara itulah kaum Syi’ah banyak sekali dibunuh—bukan karena mereka melakukan perbuatan criminal tapi hanya karena mereka memiliki keyakinan berbeda saja. Kabel Wikileaks Amerika di Lahore menyoroti bagaimana Saudi Arabia menggelontorkan uang jutaan dolar Amerika kepada para Ahli Hadits dan para Ulama Fatwa di kawasan itu.


Kematian kaum Syi’ah di Pakistan mengalami peningkatan yang pesat sekali dan bahkan meskipun ada usaha-usaha di akar rumput antara kaum Sunni dan kaum Syi’ah untuk bersatu mengurangi atau mengakhiri usaha-usaha pembunuhan sadis terhadap kaum tertindas (kaum Syi’ah). Akan tetapi masa depan Pakistan tetap saja suram. Masa depan yang penuh darah karena Nawaz Shariff—yang telah didukung dan didudukan di kursi kekuasaan dengan menggunakan bantuan uang Saudi—sekarang memberikan keleluasaan kepada pihak Saudi untuk melakukan apapun yang mereka mau seperti yang pernah mereka lakukan di Afghanistan dimana mereka mendidik para pemuda Afghan di madrasah-madrasah yang didanai oleh Saudi. Mereka dididik supaya menjadi para pemuda yang intoleran (kaum Taliban) dan takfiri (suka mengkafirkan orang yang berlainan paham dengan mereka walaupun masih satu agama dengan mereka). Para pemuda takfiri (Salafi Wahabi) inilah yang kemudian digiring ke Syiria untuk melakukan pembunuhan dan penjagalan yang paling biadab dalam sejarah modern.

http://islamitucinta.blogspot.no/2015/04/ada-apakah-gerangan-hingga-israel.html
http://islamitucinta.blogspot.no/2015/04/ada-apakah-gerangan-hingga-israel.html


Hanya ada dalam khazanah pengikut Ahlulbayt:


Tidak ada komentar:

Posting Komentar