DIAKHIR UMUR DUNIA INI (SEBELUM KIAMAT) ALLAH SWT MEMUNCULKAN
KEMBALI IMAM MAHDI AL MUNTAZHAR BERSAMA NABI 'ISA BIN MARYAM
DENGAN ILMU PENGETAHUAN DAN KELEMBUTAN
BUKAN DENGAN KEKERASAN
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia
T
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Fakta bahwa Hugo Chavez dari Venezuela mengisyaratkan bahwa kaum Muslim dan kaum
Kristiani akan bersatu untuk memerangi kaum jahat adalah fakta yang sangat
tidak diinginkan oleh kaum Zionis untuk diketahui oleh orang lain orang
ke banyakan. Mereka su dah susah payah mengeluarkan dana yang sangat melim pah
ruah untuk menebar kan rasa permusuhan terhadap Islam (Islamophobia). Me reka
sudah berusaha seku at tenaga melalui seluruh media masa agar bisa menyi sihkan
kaum Muslimin dari pergaulan dunia.
Sebuah wawancara dilakukan oleh Ann Curry bersama dengan
Presiden Iran Ahmadinejad yang diprakarsai oleh NBC. Wawancara ini dilakukan
pada tahun 2009 dan tak pernah ditayangkan karena jawaban dari Ahmadinejad
terhadap pertanyaan tentang Imam Mahdi yang ghaib itu tidak sesuai dengan
pandangan yang ingin dipaksakan oleh kaum Zionis. Kaum Zionis ingin memaksakan
panda ngan bahwa “Mahdi itu akan membawakan perang akhir dunia”.
Presiden Ahmadinejad mengoreksi pernyataan Ann Curry dengan
mengatakan:
“Apa yang hendak dikatakan tentang perang akhir dunia itu—perang
global … ini adalah pandangan yang dipaksakan oleh kaum Zionis. Imam Mahdi itu
akan datang dengan logika yang benar dan terang; ia datang dengan berbudaya, ia
datang dengan ilmu pengetahuan. Ia akan datang untuk membuat kedamaian hingga
tidak ada lagi perang di muka bumi ini. Tidak ada lagi permusuhan, keben cian.
Tidak ada lagi konflik pertentangan ….. ia akan kembali dengan Yesus Kristus.
Keduanya akan kembali bersama-sama. Dan mereka akan bekerja sama; mereka akan
memenuhi dunia ini dengan cinta.”
Israel tentu saja tidak ingin pandangan ini menjadi pandangan
dunia. Mereka tidak ingin kaum Kristiani terbangun dari tidurnya dan menyadari
bahwa musuh mereka sebenarnya itu bukanlah kaum Muslimin melainkan kaum Zionis.
Fakta bahwa gereja Katolik Roma ingin menutup-nutupi kejadian
pembunuhan kaum Kristiani di Jerusalem menguatkan pandangan mengapa para
pendiri Israel dan keluarga Rothschild itu berkuasa karena Mayer Amschel
Rothschild (1744—1812) sendiri berujar: “Biarkan aku mengurus dan mengendalikan
uang negara; sementara itu aku tidak peduli siapapun yang akan membuat hukum.”
Apabila Israel mendasari kebijakannya dengan keyakinan agama
bahwa memang sudah hak mereka untuk kembali ke Jerusalem sebagai
“manusia-manusia pilihan” setelah 2000 tahun lamanya berkelana (harap camkan
bahwa para penduduk Palestina yang tinggal di tanah Palestina adalah aslinya
orang-orang Khazar) maka kemudian tidak usah heran apabila para pemimpinnya
meyakini bahwa kemba linya mereka ke tanah perjanjian itu semacam ramalan masa
depan yang berda sarkan agama.
Jonas E Alexis dalam tulisannya yang berjudul “Bolshevik Purge
of Western Civil ization and Rational Discourse (Part II)” menuliskan: “Kalau
hal ini masih dianggap tidak masuk akal, maka anda lebih baik mendengarkan
perkataan dari mantan kepala Shin Bet (Badan Agensi Kontraspionase), Yuval
Diskin: “Masalah utama aku ialah bahwa aku tidak percaya dengan kepemimpinan
yang ada sekarang ini, yang akan menggiring kita kepada sebuah perang dengan
Iran dengan skala perang rejional ….aku tidak percaya dengan kepemimpinan yang
senantiasa mem buat keputusan berdasarkan ‘ramalan agama’”
Apakah “Ramalan Agama” ini yang dijadikan alasan bagi
orang-orang Israel untuk mencari-cari Imam Mahdi? Dan kalau memang mereka yakin
akan kedatangan Imam Mahdi ini, pastinya mereka juga pernah mendengarkan sebuah
hadits yang menyatakan bahwa “Pasukan yang membawa bendera hitam akan datang
dari Khurasan dan tidak ada kekuatan apapun yang bisa menghentikan mereka dan
mereka akhirnya akan sampai di Baitul Muqadas (Mesjid Al-Aqsa) dimana mereka
akan menancapkan bendera-bendera mereka.”
Fakta bahwa Iran—seperti dilansir oleh IAEA—tidak sedang membuat
senjata nuklir tidak membuat Israel berhenti untuk memaksakan perang kepadanya.
Jadi alasan yang mungkin bisa masuk akal ialah bahwa orang-orang yang sangat
meyakini adanya Imam Mahdi itu ada di Iran dan Khurasan adalah salah satu
tempat yang ada di kawasan Iran, jadi orang-orang Israel itu tetap mengincar
Iran karena mere ka sangat percaya dengan “ramalan agama” yang menyatakan bahwa
Imam Mahdi akan muncul lagi kedunia ini.
Khurasan itu adalah sebuah provinsi yang terletak di sebelah
timur laut di kawasan Iran. Tapi sebagian dari Khurasan juga
meliputi kawasan Asia Tengah dan Afgha nistan.
Dimanapun Amerika Serikat dan Israel melancarkan peperangan, di
situ juga mereka membawa dan menggunakan bom-bom yang mengandung posfor putih.
Itu sekaligus menyiratkan sebuah fakta yang sulit dibantah bahwa mereka itu
ber perang bukan untuk mengekspor demokrasi atau untuk menegakkan demokrasi
melainkan mereka hendak membuat sebuah generasi anak-anak yang lumpuh dan cacat
seumur hidup yang nantinya tidak bisa membangun atau membentuk sebuah gerakan
perlawanan ketika mereka dewasa kelak.
10 tahun setelah setelah invasi Amerika Serikat di Irak, para
dokter yang bertugas di sana menyaksikan dengan mata kepala sendiri banyak
sekali kasus orang-orang (terutama anak-anak) yang terkena kanker. Sebagian
besar anak yang lahir me ngalami kelainan atau cacat bawaan yang diduga kuat
akibat pemakaian sen jata yang mengandung uranium dan posfor putih oleh pihak
militer Amerika Serikat. Tingkat kelahiran bayi cacat di kota Fallujah sudah
melebihi angka rata-rata bayi cacat yang pernah terjadi di Hiroshima dan
Nagasaki.
Dokumen militer Afghanistan yang sempat bocor oleh The Danish
Daily menggam barkan lebih dari 1,100 kasus dimana tentara Amerika Serikat sudah
menggunakan granat-granat yang mengandung posfor putih (WP grenades); selain
itu juga mereka menggunakan posfor putih itu dalam roket-roket dan bom-bom yang
me reka jatuhkan di kawasan Afghanistan.
Hadits-hadits yang beredar di kalangan kaum Muslimin menunjukkan
bahwa Imam Mahdi itu datang bersama sebuah pasukan yang membawa bendera-bendera
hitam. Hadits-hadits itu juga menyatakan bahwa hanya sedikit sekali orang Arab
yang akan membantu dan mendukung perjuangan Imam Mahdi (as). Orang-orang Arab
malah lebih suka mendukung para tiran.
Orang-orang Arab yang akan mendukung perjuangan Imam Mahdi
sebenarnya sudah bisa kita ketahui dari ciri-ciri mereka. Pasukan militer sipil
Hizbullah dari Lebanon misalnya. Mereka walaupun hanya memiliki persenjataan
yang terbatas (karena bukan pasukan sebuah negara melainkan pasukan dari sebuah
Partai saja—yaitu partai Hizbullah) tapi sanggup mengusir tentara Israel yang
bersenjata sangat canggih dan tentaranya sangat terlatih. Para pejuang
Hizbullah itu walaupun senjatanya sangat terbatas tapi mereka memiliki semangat
yang tak terbatas—semangat yang sama seperti yang pernah dimiliki oleh Imam Ali
bin Abi Thalib ketika mendobrak pintu gerbang benteng Khaybar sendirian. Sama
juga dengan semangat putera dari Ali yaitu Husein bin Ali ketika harus dibantai
di Kar bala bersama dengan anggota keluarga Nabi lainnya sejumlah 72 orang
kurang lebih. Mereka tidak mau menyerah kepada seorang tiran yang didukung
orang-orang Arab (yang terdiri dari para sahabat Nabi dan para tabi’in) yang
bernama Yazid bin Mu’awiyah. Husein bin Ali dan seluruh keluarga Nabi—walaupun
pasu kannya teramat kecil—tidak gentar melawan pasukan Yazid yang bejumlah
kurang lebih 10,000 orang.
Sangat menyedihkan sekali melihat hadits-hadits sahih tentang
Imam Mahdi yang berusia lebih dari seribu tahun lamanya menyebutkan bahwa
banyak sekali orang Arab yang akan mendukung kaum tiran—kaum penindas yang
kejam—dan memilih untuk memerangi Imam Mahdi yang akan datang lagi kedunia.
Lalu siapa orang-orang Arab yang lebih suka mendukung kaum tiran
dan menolak bergabung dengan Imam? Kita bisa lihat peta perpolitikkan di timur
tengah selama beberapa decade ini. Kita lihat Arab Saudi dan para pemimpin
negara-negara teluk lainnya sudah bersekutu dengan Israel dan itu terlihat
secara telanjang dalam konflik di Syria sekarang ini.
Israel memaksakan perang kepada Syria dan Iran. Israel bersekutu
dengan mesra sekali dengan Saudi Arabia dan Qatar yang menggelontorkan uang
dalam jumlah sangat besar serta senjata-senjata canggih kepada
kelompok-kelompok gerombo lan yang ada di Syria. Mereka membunuhi orang-orang
Ahlul Bayt (Syi’ah) dan membuat pembunuhan itu sebagai agenda utama (padahal
oran-orang Syi’ah inilah yang dalam hatinya tetap memelihara keyakinan akan
datangnya Imam Mahdi).
Seorang jurnalis bernama Seymour M Hersh menulis dalam
artikelnya di New Yorker—yang berjudul “The Redirection”—menyoroti pemerintah
Bush yang memfokuskan dirinya untuk melucuti kekuatan Iran dan melemahkan
kedigdayaan pasukan Hizbullah. Pemerintahan Bush bekerja sama dengan Saudi
Arabia yang mendanai kelompok-kelompok ekstremis radikal.
Tatanan dunia baru (The New World Order) telah memaksakan sebuah
kekuatan brutal dalam Islam menjadi lunak sekali terhadap Israel. Kekuatan
Islam yang brutal itulah yang menanggap tidak masalah untuk memperkosa para
wanita dan membunuhi anak-anak kemudian memperlihatkan potongan tubuhnya
sebagai piala kemenangan lewat media sosial atau Youtube. Kelompok radikal,
ekstrim, dan intoleran ini sesungguhnya dibuat oleh seorang agen Inggris
bernama Abdul Wahab (pemimpin dan penggagas Wahabisme). Dialah yang telah
menciptakan suatu bentuk Islam yang baru—Islam yang tidak toleran; Islam yang
galak; Islam yang dalam dakwahnya lebih sering mengejek daripada mengajak.
Dialah yang mendakwahkan Islam radikal yang didukung oleh pemerintah Arab
Saudi—negara asal dari Abdul Wahab (Muhammad bin Abdul Wahab). Islam yang
memusuhi orang-orang Islam yang menurut mereka berbeda paham. Islam yang lebih
mesra terhadap para tiran.
Abdallah Tamimi—salah seorang pemimpin dari pasukan Free Syrian
Army—meminta bantuan kepada Israel untuk membuat aturan hukum Sunni yang
sengaja dibuat untuk menindas kaum Syi’ah (Ahlul Bayt Nabi), kaum Kristiani,
dan kaum Druze. Ia dengan terang-terangan berkata: “Israel itu bukan musuh
kita; kami ingin Israel membantu kita.”
Saudi Arabia dan Israel juga mendanai kaum sektarian di
negara-negara seperti Pakistan, Afghanistan, dan Irak. Di negara-negara itulah
kaum Syi’ah banyak sekali dibunuh—bukan karena mereka melakukan perbuatan
criminal tapi hanya karena mereka memiliki keyakinan berbeda saja. Kabel
Wikileaks Amerika di Lahore menyoroti bagaimana Saudi Arabia menggelontorkan
uang jutaan dolar Amerika kepada para Ahli Hadits dan para Ulama Fatwa di
kawasan itu.
Kematian kaum Syi’ah di Pakistan mengalami peningkatan yang
pesat sekali dan bahkan meskipun ada usaha-usaha di akar rumput antara kaum
Sunni dan kaum Syi’ah untuk bersatu mengurangi atau mengakhiri usaha-usaha
pembunuhan sadis terhadap kaum tertindas (kaum Syi’ah). Akan tetapi masa depan
Pakistan tetap saja suram. Masa depan yang penuh darah karena Nawaz
Shariff—yang telah didukung dan didudukan di kursi kekuasaan dengan menggunakan
bantuan uang Saudi—sekarang memberikan keleluasaan kepada pihak Saudi untuk
melakukan apapun yang mereka mau seperti yang pernah mereka lakukan di
Afghanistan dimana mereka mendidik para pemuda Afghan di madrasah-madrasah yang
didanai oleh Saudi. Mereka dididik supaya menjadi para pemuda yang intoleran
(kaum Taliban) dan takfiri (suka mengkafirkan orang yang berlainan paham dengan
mereka walaupun masih satu agama dengan mereka). Para pemuda takfiri (Salafi
Wahabi) inilah yang kemudian digiring ke Syiria untuk melakukan pembunuhan dan
penjagalan yang paling biadab dalam sejarah modern.
http://islamitucinta.blogspot.no/2015/04/ada-apakah-gerangan-hingga-israel.html
http://islamitucinta.blogspot.no/2015/04/ada-apakah-gerangan-hingga-israel.html
Hanya ada dalam khazanah pengikut Ahlulbayt:
http://islamitucinta.blogspot.no/2015/04/ada-apakah-gerangan-hingga-israel.html
http://islamitucinta.blogspot.no/2015/04/ada-apakah-gerangan-hingga-israel.html
Hanya ada dalam khazanah pengikut Ahlulbayt:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar