Kamis, 13 April 2017

ATHIULLAH WAATHIURRASUL WAULIL AMRI MINGKUM




KEBANYAKAN KAUM MUSLIMIN MENGKLAIM MENGENAL ALLAH DAN RASULNYA
PERSOALANNYA APAKAH LOGIS KITA MENGENAL KEDUANYA DENGAN BENAR TANPA MENGENAL YANG KETIGANYA YAITU ULUL AMRI MINGKUM? DISINILAH KUNCINYA YANG HARUS KITA ANALISA AGAR KITA BENAR-BENAR TERMASUK BERIMAN KEPADA ALLAH DAN RASULNYA


KITA MEMANG MENGAKUI ADANYA WALI ALLAH TETAPI SIAPA DAN MANA ORANGNYA TIDAK JELAS. TETAPI TERTENTU ORANGNYA BAGI PENGIKUT AHLULBAYT RASULULLAH SAWW



Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pesan kita kepada pembaca yang berkecimpung di Internet bahwa ada banyak manfaat bagi kita yang mau mencari ilmu via internet alias via Google tetapi harus kita yakini pula bahwa yang merusak ‘iman kita, pikiran kita dan amalan kita juga banyak. Dari itu kita harus punya kearifan bagaimana cara agar media Internet ini bermanfaat bagi kita, bagi kemanusiaan yang becoming, bukan yang sekedar being.

Bagi para Mahasiswa/Santri setelah mendengar kuliah sang Dosen/Mullah, mereka harus rajin masuk perpustakaan agar yang belum begitu jelas dari para Dosen tadi dapat ditemui kembali kebenarannya di perpustakaan kecuali perpustakaan kecil. Medan Internet adalah perpustakaan Dunia yang paling besar, luas dan lengkap, akan kita temui info dan ilmu yang belum kita temui di perpustakaan yang berada di kawasan kita sendiri.

Ketika kami berdebat antar mazhab di group yang dibuat oleh “Ali Acheh”, ada pihak sering mengejek lawan debatnya dengan kitab Google yang dikesankan secara negatif. Kita pernah ingin membe rikan penjelasan kepada mereka yang keliru terhadap google saat itu tetapi baru kali ini terealisasi keinginan tersebut. Mereka yang memiliki perspektif yang keliru terhadap google, mengira bahwa kitab-kitab rujukan mereka itu memiliki jaminan tinggi. Mereka tidak sadar bahwa kebanyakan kitab yang menjadi rujukan mere ka adalah keliru, sebab kebanyakan disupport oleh hadist-hadist palsu. Mereka tidak sadar bahwa berjuta hadist palsu tersebar dikalangan sebahagian besar komunitas Muslim. Justeru itulah kaum Muslimin terus menuai perpecahan. Bukankah kaum mus limin yang waras meyakini bahwa Qur-an sebagai sumber utama pegangan kaum Muslimin tidak dapat dipalsukan disebabkan Allah sendiri yang menjaminya? Namun bagi kaum Muslimin yang fanatikbuta tetap ngotot menuduh kaum Syi’ah Imamiyah 12 memiliki Qur-an yang berbeda dengan mereka.

Bukan itu yang ingin kita paparkan tetapi mari kita berbicara sesama kaum muslimin yang mau berpikir. Qur-an memang tidak dapat dipalsukan. Artinya kalaupun ada pihak yang berusaha untuk memalsukan, pasti ketahuan. Itulah makna Allah sendiri yang menjamin keaslian Kitab terakhir tersebut, sementara kitab-kitab sebelumnya tidak ada lagi yang asli, semuanya sudah dipalsukan. Yang dilupakan kebanyakan kaum Muslimin adalah kitab pendamping Qur-an yaitu Hadist Nabi saww. Para Ahli Qur-an dari berbagai mazhab tau bahwa Qur-an itu tidak hanya menggunakan ayat.-ayat Muhkamat atau ayat Qat’i yang mudah dipahami oleh manusia biasa yang waras tetapi masih ada banyak ayat yang harus dipahami secara tersirat dan juga ayat-ayat mutasyabihat. Ada ayat yang harus diketahui asbabun nuzulnya agar tidak melenceng untuk dipahami di zaman kita sekarang ini.

Untuk memahami ayat-ayat yang non Muhkamat/non Qat’i ummah membutuhkan Hadist Nabi sebagai pendamping Qur-an. Lalu bayangkan apa yang akan terjadi saat ummah berbeda pendapat dalam beragama, kemanakah kita meruju’ agar kita tidak saling perpecahan sampai saling bermusuhan, sementara pesan Allah swt bahwa kita manusia tidak boleh bermusuhan satu sama lainnya walaupun berbeda Agama, apalagi hanya berbeda Mazhab. Secara Ideology Islam, mustahil kita mempersatukan antar agama. Yang dipersatukan bukan antar agama atau antar Mazhab tetapi antar manusia. Yang dipersatukan bukan agama tetapi pemeluk agama tidak boleh bermusuhan. Inilah yang dimaksudkan Allah swt: “Lakum diinukum waliadin”.

Kemana kita kembali saat berbeda pendapat? Jawabannya adalah kepada Hadist Murni bukan hadist palsu. Lalu bagaimana mungkin bisa bersatu kalau berjuta hadist palsu bergentayangan dikalangan kaum Muslimin? Dapatkah kita bersatu via diskusi yang bertujuan untuk mencari kebenaran dimana sebahagian kita menggunakan hadist palsu? Mustahil bukan? Terlepas daripada realitanya tidak dapat bersatu disebabkan banyaknya hadist palsu, minimal kita bisa sekedar tidak bermusuhan diantara yang berbeda agama dan berbeda mazhab dengan mau memfokuskan pada satu saja ayat petunjuk Allah bahwa “Islam itu rahmatan lil ‘alamin”. Berdasarkan ayat tersebut kalau kita berbeda dalam beragama tidak boleh saling kafir-mengkafirkan sebab akan berakibat kepada saling bermusuhan dan bahkan saling bunuh membunuh. Kalau itu yang terjadi masihkah kita beragama dengan agama Rahmatan Lil ‘Alamin? Kenapa kita menyelesaikan persoalan dengan adu jotos, tidak menggunakan argumen untuk menemukan kebenaran? Kalau dikatakan agama kita tidak benar, haruskah kita menjawab dengan menggunakan kekuatan fisik, bukankah kita juga diperkenanklan Allah untuk menjawab dengan logika yang kita miliki? Kalau kita tidak mampu mejawab, katakan saja Lakum diinukum waliadin, selesai.

Adakah petunjuk darI Allah swt agar kita melawan siapapun yang berbeda agama dengan perang? Pastilah tidak. Yang ada hanya kalau ada suatu komunitas bertekat untuk meme rangi kita, barulah kita dibenarkan melawannya setelah berdaya upaya untuk mengajak mereka agar tidak berperang. Itu adalah membela diri, bukan kita yang memulainya. Yang ada kalau segolongan manusia ditindas dan kita memiliki power untuk membela kaum yang tertindas itu, barulah kita dibenarkan Allah untuk membela kaum mustadhafin dan itu jugalah tugas utama para Rasul Allah yaitu membebaskan kaum dhu’afa dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157 & QS, 90:12-18)

Ketimpangan yang terjadi antar pemeluk agama dan atar mazhab adalah disebabkan kebanyakan manusia tidak mengikuti petunjuk Pemilik Dunia semesta ‘Alam. Allah menjadikan manusia sebagai WakilNya. Wakilnya yang pertama setelah di uji coba, bernegosiasi dengan para Malaikat adalah Nabi Adam as. Disebabkan makhluk yang dipimpin Adam adalah manusia yang bahan bakunya tanah tembikar dan dikombina sikannya dengan Roh suci, maka kebanyakan manusia menukik ke bumi/tanah tembikar, namun sebahagian yang lainnya menggapai langit. Itulah yang terakhir menjadi Wakil Tuhan/Khalifah fil Ardh. Sebahagiannya ditunjuk Allah secara lang sung (baca para Nabi, Rasul dan para Imam). Sedangkan yang lainnya mendapat kan sendiri dengan bimbingan Allah juga dan itulah yang dalam ilmu filsafat dika takan sebagai manusia “Becoming”, bukan sekedar being. Manusia becoming adalah manusia yang mampu keluar dari 4 penjara manusia, yaitu penjara alam, masya rakat, sejarah dan ego.

Sejak dari Nabi Adam sampai Nabi terakhir, Muhammad saww, manusia yang menukik ke Bumi senantiasa bermusuhan dengan kanusia yang menggapai Langit. Manusia yang menukik kebumi pertama sekali adalah Qabil, anak Adam sendiri, sedangkan korbannya (yang dibunuh) adalah Habil, anak Adam yang lainnya. Dari sinilah bagi kita yang memahami Ideology Islam timbul istilah manusia kutub Qabil dan manusia kutub Habil. Istilah ini lebih baik kita gunakan daripada istilah Muslim dan non Muslim. Kalau kita mau membuat seminar, ambillah topiknya untuk mem persatukan manusia-manusia Habil. Itu jauh lebih baik daripada topik mempersatu kan kaum Muslimin, kenapa? Sebabnya saat suatu Komunitas Muslim mengundang partisipan dari berbagai penjuru dunia, yang dating kebanyakan bukan manusia Habil tetapi kaum hipokrit (Bal’am) yang dikirim oleh majikannya dimana kita keta hui hamper seluruh negar Muslim dipimpin oleh penguasa Qabil yang menindas rak yatnya dengan bantuan para Ulama Bal’am.

Andaikata kita gunakan topik mempersatukan manusia Habil, kaum hypocrite tidak memiliki kesempatan dan kita juga tidak memintanya via penguasa Zalim tetapi via Ulama benaran /Ulama warasatul Ambya /pemimpin manusia kutub Habil. Pengi kut agama apapun tau bahwa Qabil adalah pembunuh manusia pertama dalam sejarah kemanusiaan. Dari situlah munculnya Qabil sebagai simbolisasi manusia ja hat sedangkan Habil symbolisasi manusia benaran. Qabil symbol basyar, yaitu makhluk yang sekedar maujud (being) diatas planet Bumi ini sedangkan Habil adalah manusia yang becoming, mampu keluar dari penjara egonya. Ketika kita berbicara “Rahmatan lil ‘Alamin” kita tidak merbicara hanya kaum Muslimin tetapi kita berbicara tentang manusia. Kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin senantiasa dirusak oleh manusia-manusia kutub Qabil, walaupun mereka menamakan diri mereka adalah Muslim dan bahkan Ulama, dimana esensinya adalah Bal’am, bu kan Ulama benaran. Bendera Qabil di kibarkan oleh Namrud, Fir’un, Samiri, Abu Lahab, Abu Sofyan, Mu’awiyah, Yazid bin Muawiyah dan Yazid-yazid modern di za man kita ini. Sedangkan bendera Habil (perjuangan Habil) dilanjutkan Nabi Ibrahim, Musa dan Harun, ‘Isa bin Maryam, Muhammad, Imam ‘Ali, Hassan, Hussein dan Hussein-hussein di zaman kita ini.

Kapan saja Allah swt memunculkkan wakilNya di Bumi senantiasa dihalangi oleh manusia-manusia kutub Qabil. Itulah sebabnya Allah menurunkan utusanNya silih berganti bersama kitab-kitabNya agar manusia tidak punya alasan bahwa mereka dilepaskan begitu saja di palnet Bumi ini tanpa petunjuk Allah swt. Satu satunya kitab Allah swt yang tidak dapat dipalsukan adalah Qur-an, namun manusia kutub Qabil tidak sadar bahwa Qur-an tampa pendampingnya tidak ada artinya sama sekali. Nabi Muhammad pernah berkata bahwa aku adalah Qur-an yang berjalan. Artinya Nabi Muhammad tau persis esensi Qur-an. Jadi kalau Nabi tidak ada atau sudah kembali ke alam Barzah, ummahnya /manusia akan sesat dalam hidup ini. Qur-an umpama buku resep obat yang membutuhkan para dokter seba gai pendampingnya. Adapun para dokter paska kewafatan Nabi adalah 12 Imam yang ditunjukkan Allah sendiri dan di umumkan Nabi di Ghadirkhum. Realitanya paska kewafatan Rasulullah tidak jauh berbeda dengan paska kepergian Nabi Musa, meninggalkan Nabi Harun sebagai penggantinya. Renungkanlah bagaima na mungkin ummah Nabi ‘Isa bin Maryam bisa hancur secara vertikal dan hori zontal paska keghaiban Nabinya? Demikian juga paska semua Nabi termasuk Nabi Musa dan Harun serta Nabi terakhir/penutup, Muhammad saww.

Logika yang brilliant (Hadist Nabi saww yang terlupakan):
Andaikata kita mengimani seluruh Nabi tetapi tidak mengimani Nabi terakhir seorang, mengimani Nabi sebelumnya tidak ada artinya sama seka di sisi Allah swt. Selanjutnya barang siapa mengimani Nabi Muhammad tetapi tidak mengimani para Imam yang diutus paska kewafatan Rasulullah sama dengan belum beriman kepada Rasulullah sendiri. Hal ini sama dengan mengimani Nabi Musa as tetapi tidak mengimani Nabi Harun as. Demikian juga orang yang beriman kepada Imam pertama tetapi tidak beriman kepada Imam terakhir (Imam Mahdi al Muntazhar) sama dengan belum beriman kepada para Imam keseluruhannya.

Umpamakan seorang anak yang memberitahukan kepada masyarakatnya bahwa dia sangat sayang kepada Ayahnya tetapi orang yang ditunjukkan ayahnya agar dikasihi, dimuliakan dan diikuti paska kematiannya tidak digubris sama sekali. Perta nyaannya, Apakah klaim anaknya bahwa dia sangat mencintai orangtuanya da pat dipercaya? Logika seperti ini sama dengan: “Athi’ullah wa athi’urrasul wa ulil amri mingkum”. Seseorang mengatakan bahwa dia beriman kepada Allah swt te tapi tidak beriman kepada RasulNya. Logikanya orang tersebut belum beriman kepada Allah swt. Adalah hal yang sama ketika seseorang mengatakan beriman kepada Allah dan RasulNya tetapi tidak beriman kepada “Ulil Amri mingkum”. 

Allah dan Rasulnya diketahui banyak orang tetapi orang yang mengenal feno mena ke 3 lebih sedikit dibandingkan orang yang hanya mengenal entas pertama dan kedua. Ghaibnya Nabi ‘Isa bin Maryam adalah untuk menyelamat kan beliau dari penyalipan dan pembunu han oleh pasukan tentara zalim saat itu. Sedangkan keghaiban Imam Mahdi al Muntazhar untuk me nyelamatkan beliau dari pasukan tentara Bani Abbaisiah yang mengaku beragama Islam (Islam KTP). Ada 2 perbeda an antara keghaiban Nabi ‘Isa dan Imam Mahdi al Muntazhar. Perbedaan perta ma Nabi ‘Isa langsung diangkat Allah/langsung Ghaib Kubra sedangkan Imam Mahdi al Muntazhar diawali dengan ghaib shughra terlebih dahulu, baru kemudian ghaib syughra.



Perbedaan kedua Nabi ‘isa bin Maryam hendak dibunuh oleh tentara non Moslem yang harbi sedangkan Imam Mahdi al Muntazhar hendak dibunuh oleh tentara Moslem KTP. Mereka melakukan tugas tersebut atas perintah tuan mereka, pengu asa zalim yang mengaku diri beragama Islam. Pemimpin Muslim benaran mustahil membunuh oposisinya kecuali mereka memang sama sepak terjang dengan kafir harbi yang tidak berwawasan kemanusiaan dan tidak berwawasan rahmatan lil ‘alamin.

Billahi fi sabiliklhaq

       Hsndwsp
Acheh –Sumatra
            Di 
   Ujung Dunia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar