KEBANYAKAN KAUM MUSLIMIN MENGKLAIM MENGENAL ALLAH DAN RASULNYA
PERSOALANNYA APAKAH LOGIS KITA MENGENAL KEDUANYA DENGAN BENAR
TANPA MENGENAL YANG KETIGANYA YAITU ULUL AMRI MINGKUM? DISINILAH KUNCINYA YANG
HARUS KITA ANALISA AGAR KITA BENAR-BENAR TERMASUK BERIMAN KEPADA ALLAH DAN
RASULNYA
KITA MEMANG MENGAKUI ADANYA WALI ALLAH TETAPI SIAPA DAN MANA
ORANGNYA TIDAK JELAS. TETAPI TERTENTU ORANGNYA BAGI PENGIKUT AHLULBAYT
RASULULLAH SAWW
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Pesan kita kepada pembaca yang berkecimpung di Internet bahwa
ada banyak manfaat bagi kita yang mau mencari ilmu via internet alias via
Google tetapi harus kita yakini pula bahwa yang merusak ‘iman kita, pikiran
kita dan amalan kita juga banyak. Dari itu kita harus punya kearifan bagaimana
cara agar media Internet ini bermanfaat bagi kita, bagi kemanusiaan yang
becoming, bukan yang sekedar being.
Bagi para Mahasiswa/Santri setelah mendengar kuliah sang
Dosen/Mullah, mereka harus rajin masuk perpustakaan agar yang belum begitu
jelas dari para Dosen tadi dapat ditemui kembali kebenarannya di perpustakaan
kecuali perpustakaan kecil. Medan Internet adalah perpustakaan Dunia yang
paling besar, luas dan lengkap, akan kita temui info dan ilmu yang belum kita
temui di perpustakaan yang berada di kawasan kita sendiri.
Ketika kami berdebat antar mazhab di group yang dibuat oleh “Ali
Acheh”, ada pihak sering mengejek lawan debatnya dengan kitab Google yang
dikesankan secara negatif. Kita pernah ingin membe rikan penjelasan kepada
mereka yang keliru terhadap google saat itu tetapi baru kali ini terealisasi
keinginan tersebut. Mereka yang memiliki perspektif yang keliru terhadap
google, mengira bahwa kitab-kitab rujukan mereka itu memiliki jaminan tinggi.
Mereka tidak sadar bahwa kebanyakan kitab yang menjadi rujukan mere ka adalah
keliru, sebab kebanyakan disupport oleh hadist-hadist palsu. Mereka tidak sadar
bahwa berjuta hadist palsu tersebar dikalangan sebahagian besar komunitas
Muslim. Justeru itulah kaum Muslimin terus menuai perpecahan. Bukankah kaum mus
limin yang waras meyakini bahwa Qur-an sebagai sumber utama pegangan kaum
Muslimin tidak dapat dipalsukan disebabkan Allah sendiri yang menjaminya? Namun
bagi kaum Muslimin yang fanatikbuta tetap ngotot menuduh kaum Syi’ah Imamiyah
12 memiliki Qur-an yang berbeda dengan mereka.
Bukan itu yang ingin kita paparkan tetapi mari kita berbicara
sesama kaum muslimin yang mau berpikir. Qur-an memang tidak dapat dipalsukan.
Artinya kalaupun ada pihak yang berusaha untuk memalsukan, pasti ketahuan.
Itulah makna Allah sendiri yang menjamin keaslian Kitab terakhir tersebut,
sementara kitab-kitab sebelumnya tidak ada lagi yang asli, semuanya sudah
dipalsukan. Yang dilupakan kebanyakan kaum Muslimin adalah kitab pendamping
Qur-an yaitu Hadist Nabi saww. Para Ahli Qur-an dari berbagai mazhab tau bahwa
Qur-an itu tidak hanya menggunakan ayat.-ayat Muhkamat atau ayat Qat’i yang
mudah dipahami oleh manusia biasa yang waras tetapi masih ada banyak ayat yang
harus dipahami secara tersirat dan juga ayat-ayat mutasyabihat. Ada ayat yang
harus diketahui asbabun nuzulnya agar tidak melenceng untuk dipahami di zaman
kita sekarang ini.
Untuk memahami ayat-ayat yang non Muhkamat/non Qat’i ummah
membutuhkan Hadist Nabi sebagai pendamping Qur-an. Lalu bayangkan apa yang akan
terjadi saat ummah berbeda pendapat dalam beragama, kemanakah kita meruju’ agar
kita tidak saling perpecahan sampai saling bermusuhan, sementara pesan Allah
swt bahwa kita manusia tidak boleh bermusuhan satu sama lainnya walaupun
berbeda Agama, apalagi hanya berbeda Mazhab. Secara Ideology Islam, mustahil kita mempersatukan antar agama. Yang
dipersatukan bukan antar agama atau antar Mazhab tetapi antar manusia. Yang
dipersatukan bukan agama tetapi pemeluk agama tidak boleh bermusuhan. Inilah
yang dimaksudkan Allah swt: “Lakum diinukum waliadin”.
Kemana kita kembali saat berbeda pendapat? Jawabannya adalah kepada
Hadist Murni bukan hadist palsu. Lalu bagaimana mungkin bisa bersatu kalau
berjuta hadist palsu bergentayangan dikalangan kaum Muslimin? Dapatkah kita
bersatu via diskusi yang bertujuan untuk mencari kebenaran dimana sebahagian
kita menggunakan hadist palsu? Mustahil bukan? Terlepas daripada realitanya
tidak dapat bersatu disebabkan banyaknya hadist palsu, minimal kita bisa
sekedar tidak bermusuhan diantara yang berbeda agama dan berbeda mazhab dengan
mau memfokuskan pada satu saja ayat petunjuk Allah bahwa “Islam itu rahmatan
lil ‘alamin”. Berdasarkan ayat tersebut kalau kita berbeda dalam beragama tidak
boleh saling kafir-mengkafirkan sebab akan berakibat kepada saling bermusuhan
dan bahkan saling bunuh membunuh. Kalau itu yang terjadi masihkah kita beragama
dengan agama Rahmatan Lil ‘Alamin? Kenapa kita menyelesaikan persoalan dengan adu jotos, tidak
menggunakan argumen untuk menemukan kebenaran? Kalau dikatakan agama kita tidak
benar, haruskah kita menjawab dengan menggunakan kekuatan fisik, bukankah kita
juga diperkenanklan Allah untuk menjawab dengan logika yang kita miliki? Kalau
kita tidak mampu mejawab, katakan saja Lakum diinukum waliadin, selesai.
Adakah petunjuk darI Allah swt agar kita melawan siapapun yang
berbeda agama dengan perang? Pastilah tidak. Yang ada hanya kalau ada suatu
komunitas bertekat untuk meme rangi kita, barulah kita dibenarkan melawannya
setelah berdaya upaya untuk mengajak mereka agar tidak berperang. Itu adalah
membela diri, bukan kita yang memulainya. Yang ada kalau segolongan manusia
ditindas dan kita memiliki power untuk membela kaum yang tertindas itu, barulah
kita dibenarkan Allah untuk membela kaum mustadhafin dan itu jugalah tugas
utama para Rasul Allah yaitu membebaskan kaum dhu’afa dari belenggu yang
menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157 & QS, 90:12-18)
Ketimpangan yang terjadi antar pemeluk agama dan atar mazhab
adalah disebabkan kebanyakan manusia tidak mengikuti petunjuk Pemilik Dunia
semesta ‘Alam. Allah menjadikan manusia sebagai WakilNya. Wakilnya yang pertama
setelah di uji coba, bernegosiasi dengan para Malaikat adalah Nabi Adam as.
Disebabkan makhluk yang dipimpin Adam adalah manusia yang bahan bakunya tanah
tembikar dan dikombina sikannya dengan Roh suci, maka kebanyakan manusia
menukik ke bumi/tanah tembikar, namun sebahagian yang lainnya menggapai langit.
Itulah yang terakhir menjadi Wakil Tuhan/Khalifah fil Ardh. Sebahagiannya
ditunjuk Allah secara lang sung (baca para Nabi, Rasul dan para Imam).
Sedangkan yang lainnya mendapat kan sendiri dengan bimbingan Allah juga dan
itulah yang dalam ilmu filsafat dika takan sebagai manusia “Becoming”, bukan
sekedar being. Manusia becoming adalah manusia yang mampu keluar dari 4 penjara
manusia, yaitu penjara alam, masya rakat, sejarah dan ego.
Sejak dari Nabi Adam sampai Nabi terakhir, Muhammad saww,
manusia yang menukik ke Bumi senantiasa bermusuhan dengan kanusia yang
menggapai Langit. Manusia yang menukik kebumi pertama sekali adalah Qabil, anak
Adam sendiri, sedangkan korbannya (yang dibunuh) adalah Habil, anak Adam yang
lainnya. Dari sinilah bagi kita yang memahami Ideology Islam timbul istilah
manusia kutub Qabil dan manusia kutub Habil. Istilah ini lebih baik kita
gunakan daripada istilah Muslim dan non Muslim. Kalau kita mau membuat seminar, ambillah topiknya untuk mem persatukan
manusia-manusia Habil. Itu jauh lebih baik daripada topik mempersatu kan kaum
Muslimin, kenapa? Sebabnya saat suatu Komunitas Muslim mengundang partisipan
dari berbagai penjuru dunia, yang dating kebanyakan bukan manusia Habil tetapi
kaum hipokrit (Bal’am) yang dikirim oleh majikannya dimana kita keta hui hamper
seluruh negar Muslim dipimpin oleh penguasa Qabil yang menindas rak yatnya
dengan bantuan para Ulama Bal’am.
Andaikata kita gunakan topik mempersatukan manusia Habil, kaum hypocrite
tidak memiliki kesempatan dan kita juga tidak memintanya via penguasa Zalim
tetapi via Ulama benaran /Ulama warasatul Ambya /pemimpin manusia kutub Habil.
Pengi kut agama apapun tau bahwa Qabil adalah pembunuh manusia pertama dalam
sejarah kemanusiaan. Dari situlah munculnya Qabil sebagai simbolisasi manusia
ja hat sedangkan Habil symbolisasi manusia benaran. Qabil symbol basyar, yaitu
makhluk yang sekedar maujud (being) diatas planet Bumi ini sedangkan Habil
adalah manusia yang becoming, mampu keluar dari penjara egonya. Ketika kita
berbicara “Rahmatan lil ‘Alamin” kita tidak merbicara hanya kaum Muslimin
tetapi kita berbicara tentang manusia. Kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin
senantiasa dirusak oleh manusia-manusia kutub Qabil, walaupun mereka menamakan
diri mereka adalah Muslim dan bahkan Ulama, dimana esensinya adalah Bal’am,
bu kan Ulama benaran. Bendera Qabil di kibarkan oleh Namrud, Fir’un, Samiri, Abu
Lahab, Abu Sofyan, Mu’awiyah, Yazid bin Muawiyah dan Yazid-yazid modern di
za man kita ini. Sedangkan bendera Habil (perjuangan Habil) dilanjutkan Nabi
Ibrahim, Musa dan Harun, ‘Isa bin Maryam, Muhammad, Imam ‘Ali, Hassan, Hussein
dan Hussein-hussein di zaman kita ini.
Kapan saja Allah swt memunculkkan wakilNya di Bumi senantiasa dihalangi
oleh manusia-manusia kutub Qabil. Itulah sebabnya Allah menurunkan utusanNya
silih berganti bersama kitab-kitabNya agar manusia tidak punya alasan bahwa
mereka dilepaskan begitu saja di palnet Bumi ini tanpa petunjuk Allah swt. Satu
satunya kitab Allah swt yang tidak dapat dipalsukan adalah Qur-an, namun
manusia kutub Qabil tidak sadar bahwa Qur-an tampa pendampingnya tidak ada
artinya sama sekali. Nabi Muhammad pernah berkata bahwa aku adalah Qur-an yang
berjalan. Artinya Nabi Muhammad tau persis esensi Qur-an. Jadi kalau Nabi tidak
ada atau sudah kembali ke alam Barzah, ummahnya /manusia akan sesat dalam hidup
ini. Qur-an umpama buku resep obat yang membutuhkan para dokter seba gai
pendampingnya. Adapun para dokter paska kewafatan Nabi adalah 12 Imam yang
ditunjukkan Allah sendiri dan di umumkan Nabi di Ghadirkhum. Realitanya paska
kewafatan Rasulullah tidak jauh berbeda dengan paska kepergian Nabi Musa,
meninggalkan Nabi Harun sebagai penggantinya. Renungkanlah bagaima na mungkin
ummah Nabi ‘Isa bin Maryam bisa hancur secara vertikal dan hori zontal paska
keghaiban Nabinya? Demikian juga paska semua Nabi termasuk Nabi Musa dan Harun
serta Nabi terakhir/penutup, Muhammad saww.
Logika yang brilliant (Hadist Nabi saww yang terlupakan):
Andaikata kita mengimani seluruh Nabi tetapi tidak mengimani
Nabi terakhir seorang, mengimani Nabi sebelumnya tidak ada artinya sama seka di
sisi Allah swt. Selanjutnya barang siapa mengimani Nabi Muhammad tetapi tidak
mengimani para Imam yang diutus paska kewafatan Rasulullah sama dengan belum
beriman kepada Rasulullah sendiri. Hal ini sama dengan mengimani Nabi Musa as
tetapi tidak mengimani Nabi Harun as. Demikian juga orang yang beriman kepada
Imam pertama tetapi tidak beriman kepada Imam terakhir (Imam Mahdi al
Muntazhar) sama dengan belum beriman kepada para Imam keseluruhannya.
Umpamakan seorang anak yang memberitahukan kepada masyarakatnya
bahwa dia sangat sayang kepada Ayahnya tetapi orang yang ditunjukkan ayahnya
agar dikasihi, dimuliakan dan diikuti paska kematiannya tidak digubris sama
sekali. Perta nyaannya, Apakah klaim anaknya bahwa dia sangat mencintai
orangtuanya da pat dipercaya? Logika seperti ini sama dengan: “Athi’ullah wa
athi’urrasul wa ulil amri mingkum”. Seseorang mengatakan bahwa dia beriman
kepada Allah swt te tapi tidak beriman kepada RasulNya. Logikanya orang tersebut
belum beriman kepada Allah swt. Adalah hal yang sama ketika seseorang
mengatakan beriman kepada Allah dan RasulNya tetapi tidak beriman kepada “Ulil
Amri mingkum”.
Allah dan Rasulnya diketahui banyak orang tetapi orang yang mengenal feno mena ke 3 lebih sedikit dibandingkan orang yang hanya mengenal entas pertama dan kedua. Ghaibnya Nabi ‘Isa bin Maryam adalah untuk menyelamat kan beliau dari penyalipan dan pembunu han oleh pasukan tentara zalim saat itu. Sedangkan keghaiban Imam Mahdi al Muntazhar untuk me nyelamatkan beliau dari pasukan tentara Bani Abbaisiah yang mengaku beragama Islam (Islam KTP). Ada 2 perbeda an antara keghaiban Nabi ‘Isa dan Imam Mahdi al Muntazhar. Perbedaan perta ma Nabi ‘Isa langsung diangkat Allah/langsung Ghaib Kubra sedangkan Imam Mahdi al Muntazhar diawali dengan ghaib shughra terlebih dahulu, baru kemudian ghaib syughra.
Allah dan Rasulnya diketahui banyak orang tetapi orang yang mengenal feno mena ke 3 lebih sedikit dibandingkan orang yang hanya mengenal entas pertama dan kedua. Ghaibnya Nabi ‘Isa bin Maryam adalah untuk menyelamat kan beliau dari penyalipan dan pembunu han oleh pasukan tentara zalim saat itu. Sedangkan keghaiban Imam Mahdi al Muntazhar untuk me nyelamatkan beliau dari pasukan tentara Bani Abbaisiah yang mengaku beragama Islam (Islam KTP). Ada 2 perbeda an antara keghaiban Nabi ‘Isa dan Imam Mahdi al Muntazhar. Perbedaan perta ma Nabi ‘Isa langsung diangkat Allah/langsung Ghaib Kubra sedangkan Imam Mahdi al Muntazhar diawali dengan ghaib shughra terlebih dahulu, baru kemudian ghaib syughra.
Perbedaan kedua Nabi ‘isa bin Maryam hendak dibunuh oleh tentara
non Moslem yang harbi sedangkan Imam Mahdi al Muntazhar hendak dibunuh oleh
tentara Moslem KTP. Mereka melakukan tugas tersebut atas perintah tuan mereka,
pengu asa zalim yang mengaku diri beragama Islam. Pemimpin Muslim benaran
mustahil membunuh oposisinya kecuali mereka memang sama sepak terjang dengan
kafir harbi yang tidak berwawasan kemanusiaan dan tidak berwawasan rahmatan lil
‘alamin.
Billahi fi sabiliklhaq
Hsndwsp
Acheh –Sumatra
Di
Ujung Dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar