YANG LOGIS ITU MUDAH DITERIMA AKAL SEHAT
TETAPI YANG ILLOGIS DAN ALOGISLAH YANG KITA FOKUSKAN KALI INI
SEBAHAGIAN PARA AHLI MENGATAKAN PENGORBANAN NIETZCHE ITU TIDAK LOGIS
MASAK DIA BERKORBAN HANYA UNTUK SEEKOR KUDA?
PENGORBANAN NIETZCHE ITU MEMANG TIDAK LOGIS
DAN JUGA BUKAN ILLOGIS TETAPI ALOGIS
hsndwsp
di
Ujung Dunia
Bismillaahirrahmaanirrahiim
4 Penjara Manusia dalam
ilmu Filsafat menurut Pemikir yang Tercerahkan
1. Penjara Alam
2. Penjara Sejarah
3. Penjara Masyarakat
4. Penjara Ego
(mementingkan diri sendiri)
1......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................
...........................................................
3. Pemjara Masyarakat.
Sebagian orang Indonesia
memahami bahwa kebanyakan politikus yang dipenjara oleh penguasa yang zalim
(despotic) adalah politikus yang tidak bersalah. Kita masih mempertanyakan
apakah orang-orang FPI tau atau tidak, fenomena tersebut. Andaikata mereka
memahami fenomena tersebut dapat dipastikan bahwa mereka sendiri terpenjara
dalam penjara masyarakat yang tidak Islami.
Sejarahnya Nusantara
Indonesia masih sangat kelam (masih terpenjara dalam penjara ke 2/penjara
sejarah). Belum sempat mengembangkan dirinya, penjajah belanda datang
menanamkan polapikir yang fiodal sesuai fenomena politik Neder land sendiri.
Sepakterjang Belanda dibawa ke Nusantara bersamaan dengan pola pikir kapitalis
dan orientalis. Setelah orang Indonesia berobah cara pikirnya, Belandapun
pergi. Namun tanpa disadari sepakterjang Belanda berhasil ditanam terutama
sekali pada politikus dan para pemimpin Indonesia.
Fenomena ini dapat
disaksikan bahwa politik Defide et Empere mulai direalisasikan pemerintah
Indonesia terhadap West Papua, Ambon, Acheh-Sumatra dan sebagainya. Seharusnya
kalau para politikus tidak mengikuti sepakterjang Belanda, kalau tidak
mengembalikan Nusantara kepada sekitar 23 Negara pra penjajahan Belanda, berilah
hak-hak negara sebelumnya dalam bentuk Negara-Negara Federasi. Dan hal ini
pernah ditulis dalam sebuah buku oleh DR Hasan Muhammad Di tiro, sebelum
Revolusi Acheh – Sumatra.
Andaikata para politikus
Indonesia mau mendengar usulan DR Hasan Muhammad Ditiro, dapat dipastikan Acheh
tidak akan bergolak hingga merugikan kedua belah pihak masyarakat Nusantara.
Islam sebagai agama yang
berideologi Rahmatan Lil ‘Alamin, menyatakan bahwa kebenaran itu tidak
tergantung pada banyak tidaknya orang yang meyakini suatu fenomena yang haq
(Demokrasi) tetapi tergantung pada manusia yang meyakini bahwa kekuasaan itu
milik Allah yang diperintahkan mereali sasikannya pada WakilNya
(Khalifatullah/Rasulullah/para Imam yang diutus paska kewafa tan RasulNya).
Selama Wakil Tuhan belum muncul, fenomena Alam dan Masya rakat tetap saja tidak
membawa masyarakat kearah yang Rahmatan lil ‘Alamin.
Masyarakat Indonesia pada
umumnya masih terbelenggu dalam penjara pertama, kedua dan ketiga. Kalau
penjara-penjara ini saja belum mampu kita atasi, berbi cara penjara ke 4 adalah
suatu hal yang mustahil untuk digapainya kecuali oleh pribadi-pribadi yang
memahami Cintanya Nietzche, cintanya Kupukupu. Agar pembaca yang belum terbiasa
belajar ilmu Falsafah, baikklah kita sampaikan sekelumit kisah Nietzche keluar
dari penjara dirinya (penjara yang teramat sulit yaitu penjara Ego)
Suatu hari Nietzche
berjalan menyusuri suatu jalan, dimana ia melihat seekor kuda yang berusaha
keras untuk keluar dari sebuah parit, bernafas terengah-engah dibawah muatan
berat dari sebuah kreta yang terjungkir diatasnya. Nietzche mengamati si
pemilik sedang berusaha memaksa kuda tersebut agar keluar dari himpitan
sehingga ia tidak akan kehilangan muatan keretanya. Binatang itu sudah demikian
terjerembab untuk bergerak, tetapi sipemilik yang nampaknya terlalu sayang pada
muatan kereta daripada keselamatan kudanya, mulai mengayunkan cemeti diatas
punggung kuda secara sangat bengis. Kuda itu mulai bergerak sedikit keluar dari
parit tersebut, tetapi ia gagal dan terjatuh kembali ke dalam parit dan salah
satu kakinya patah sewrta kelihatan sangat payah.
Marah menyaksikan pandangan
yang mengerikan akibat bru talitas manusia (basyar) tersebut, filosof tua itu
memberitahukan si petani itu agar menghentikan cambuknya pada kuda yang malang
itu. Ia menasehatinya agar pertama-tama muatan itu diambil terlebih dahulu,
baru kemudian kuda itu ditolong keluar dari parit. Namun si pemilik tidak
menggubris kata-kata Nietzche. Basyar itu terus menghujani cambukan dan
mendorong kuda itu. Hal itu mem buat sang filosof marah sedemikian rupa
sehingga ia melompat dan memegang leher baju si petani, sambil berkata: “Saya
tidak akan membiarkanmu men cambuk binatang malamg ini begitu kejam!”. Akan
tetapi si petani itu mampu melepaskan ndiri dan memukul jatuh Nietzche dan
kemudian memukulnya dengan keras sekali hingga dia meninggal beberapa hari
kemudian. Filosof yang dimasa mudanya mencintai kekuasaan dan kekuatan serta
memujanya, sekarang berdiri melawan kekuatan itu untuk menyelamatkan makhluk
yang lemah dan terinjak-injak, akhirnya ia mengorbankan dirinya untuk suatu
cita-cita kemanu siaan (yang sukar dipahami kebanyakan manusia yang tidak
memiliki pikiran yang kritis)
Kalau penjara 1,2 dan 3
sebetulnya tidak terlalu berat untuk keluar daripadanya. Tetapi penjara ke 4
itu manusia dan penjaranya menyatu. Kita tidak tau dimana pintunya dan dimana
dindingnya. Kalau kita mau keluar dari penjara Alam kita bisa menundukkan alam
dengan ilmu pengetahuan dan tekhnology. Untuk kekluar dari penjara Sejarah
manusia bisa belajar tahapan-tahapan Historis dan hukum-hukum deterministik
yang terjadi dalam perjalanan sejarah ummat manusia untuk kemudian kita
kembangkan untuk kita bangun sesuai dengan cita ideal masa depan yang kita
harapkan. Namun untuk keluar dari penjara Ego, semua perangkat ilmu menjadi
tawanannya. Satu-satunya yang mampu membebaskan diri dari penjara Ego adalah
"Cinta". Ibnu Arabi yang terkenal disamping Ibnu Sina dan Mulla Sadra
dari Persi sering menggam barkan cinta ini dengan cintanya Majnun dan Laila.
Saya tidak sependapat dengan mereka saat berbicara cinta. Bagi saya cintanya
Laila dan Majnun adalah dagang tetapi cinta sejati bukan dagang tetapi
pengorbanan. Dalam agama Islam
murni tidak ada pacaran ala Laila dan Majnun. Bagaimana mungkin para filosof
tersebut bermain dengan suatu contoh yang tidak Islami? Itulah dia cinta sejati
yang diaplikasikan Nietzche. Demi cita-citanya nyawanya dikorbankan agar yang
lain bisa hidup. Itulah cintanya "Kupukupu". Demi cintanya kepada
lampu, nyala lilin, nyawanya dikorbankan hingga badannya hangus berterbangan
menjadi abu. Demikianlan cinta sejati, cintanya kepada Allah swt. Kita mau
berkorban demi mencari redhaNya, macam pengorbanan kupu-kupu. Simaklah puisi
philosofis berikut ini:
Tindakan Nitzche adalah diluar logika. Logika
terlalu sempit untuk dapat membenar kannya. Tindakannya adalah tindakan murni
berdasarkan cinta sebagai esensi kesadarannya. Namun jika cinta diambil untuk
mengabdi suatu kepentingan pribadi, untuk memenuhi suatu keinginan untuk
memuaskan suatu harapan, itu bukan cinta. Itu adalah dagang. Cinta adalah
memberi, bukan mengambil atau kompensasi. Cinta adalah memilih dirinya mati
agar yang lain bisa hidup, agar suatu cita-cita menang, agar suatu impian
menjadi kenyataan. Ini adalah makna sesungguhnya dari i-thar yang berarti mengorbankan nyawanya sendiri
agar yang lain dapat hidup, memilih yang lain hidup sebagai ganti dirinya, dan
mengorbankan dirinya supaya yang lain bisa hidup. Jika ia mengetahui bahwa
kematiannhya akan menyelamatkan suatu kehidupan atau cita-cita, ia memilih
mati, agar yang lain bisa hidup, ia akan memilih kematian dirinya, kematian
kepentingannya, namanya, kekayaannya, segala yang ia miliki-agar supaya yang
lain dapat diselamatkan.
Demikianlah kesimpulannya
manusia dapat keluar dari kegelapan Penjara ke empat, penjara yang gelap dan
kokoh dalam dirinya, dengan kekuatan cinta. Cinta memiliki kekuatan yang
mendorong kita menolak diri kita sendiri, memberontak melawan ke inginan kita
sendiri dan mengorbankan kehidupan kita untuk suatu cita-cita atau un tuk orang
lain. Ini adalah tahap puncak dari menjadi atau becoming atau manusia sempurna
dan ini adalah syarat dimana manusia yang bebas lahir. Bila manusia te lah
membebaskan dirinya dari penjara alam dan masyarakat dengan sarana-sarana ilmu
namun untuk membebaskan dirinya dari penjara yang ada dalam dirinya (penjara
ego) haruslah dengan sarana-sarana cinta
dan iman, maka ia telah menjadi manusia yang bebas, memilih, sadar dan kreatif.
LOGIS ILLOGIS DAN ALOGIS
Berpikir, belajar dan
mencari ketenangan hidup adalah suatu yang logis tetapi eksentrisitas kita,
tidak mau berpikir saat melihat perpecahan diantara sesama kita, ikut-ikutnan
pendapat orang ramai adalah illogis. Akan tetapi kebiasaan dan tindakan yang
tidak logis maupun tidak illogis adalah alogis. Apa yang alogis memang tidak
logis tetapi ia sarat dengan power dalam diri kita, mampu menghancurkan rantai
logis sebab dan akibat untuk menggapai cita-cita yang lebih luhur. Nabi Ibrahim
tau persis bahwa resiko melawan pemimpin zalim adalah kebakaran, namun
disebabkan beliau seorang Imam yang sukses, apipun tunduk kepada Allah hingga
Ibrahim selamat. Dengan kata lain Ibrahim masuk api Namrud agar apinya padam
hingga ummah tidak terbakar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar