Kamis, 06 April 2017

FILSAFAT LOGIS ILLOGIS DAN ALOGIS





YANG LOGIS ITU MUDAH DITERIMA AKAL SEHAT 
TETAPI YANG ILLOGIS DAN ALOGISLAH YANG KITA FOKUSKAN KALI INI
SEBAHAGIAN PARA AHLI MENGATAKAN PENGORBANAN NIETZCHE ITU TIDAK LOGIS
MASAK DIA BERKORBAN HANYA UNTUK SEEKOR KUDA?
PENGORBANAN NIETZCHE ITU MEMANG TIDAK LOGIS 
DAN JUGA BUKAN ILLOGIS TETAPI ALOGIS

hsndwsp
di
Ujung Dunia




Bismillaahirrahmaanirrahiim

4 Penjara Manusia dalam ilmu Filsafat menurut Pemikir yang Tercerahkan


1. Penjara Alam
2. Penjara Sejarah
3. Penjara Masyarakat
4. Penjara Ego (mementingkan diri sendiri)
1......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
..........................................................................................................
...........................................................

3. Pemjara Masyarakat.
Sebagian orang Indonesia memahami bahwa kebanyakan politikus yang dipenjara oleh penguasa yang zalim (despotic) adalah politikus yang tidak bersalah. Kita masih mempertanyakan apakah orang-orang FPI tau atau tidak, fenomena tersebut. Andaikata mereka memahami fenomena tersebut dapat dipastikan bahwa mereka sendiri terpenjara dalam penjara masyarakat yang tidak Islami.

Sejarahnya Nusantara Indonesia masih sangat kelam (masih terpenjara dalam penjara ke 2/penjara sejarah). Belum sempat mengembangkan dirinya, penjajah belanda datang menanamkan polapikir yang fiodal sesuai fenomena politik Neder land sendiri. Sepakterjang Belanda dibawa ke Nusantara bersamaan dengan pola pikir kapitalis dan orientalis. Setelah orang Indonesia berobah cara pikirnya, Belandapun pergi. Namun tanpa disadari sepakterjang Belanda berhasil ditanam terutama sekali pada politikus dan para pemimpin Indonesia.

Fenomena ini dapat disaksikan bahwa politik Defide et Empere mulai direalisasikan pemerintah Indonesia terhadap West Papua, Ambon, Acheh-Sumatra dan sebagainya. Seharusnya kalau para politikus tidak mengikuti sepakterjang Belanda, kalau tidak mengembalikan Nusantara kepada sekitar 23 Negara pra penjajahan Belanda, berilah hak-hak negara sebelumnya dalam bentuk Negara-Negara Federasi. Dan hal ini pernah ditulis dalam sebuah buku oleh DR Hasan Muhammad Di tiro, sebelum Revolusi Acheh – Sumatra.

Andaikata para politikus Indonesia mau mendengar usulan DR Hasan Muhammad Ditiro, dapat dipastikan Acheh tidak akan bergolak hingga merugikan kedua belah pihak masyarakat Nusantara.

Islam sebagai agama yang berideologi Rahmatan Lil ‘Alamin, menyatakan bahwa kebenaran itu tidak tergantung pada banyak tidaknya orang yang meyakini suatu fenomena yang haq (Demokrasi) tetapi tergantung pada manusia yang meyakini bahwa kekuasaan itu milik Allah yang diperintahkan mereali sasikannya pada WakilNya (Khalifatullah/Rasulullah/para Imam yang diutus paska kewafa tan RasulNya). Selama Wakil Tuhan belum muncul, fenomena Alam dan Masya rakat tetap saja tidak membawa masyarakat kearah yang Rahmatan lil ‘Alamin.

Masyarakat Indonesia pada umumnya masih terbelenggu dalam penjara pertama, kedua dan ketiga. Kalau penjara-penjara ini saja belum mampu kita atasi, berbi cara penjara ke 4 adalah suatu hal yang mustahil untuk digapainya kecuali oleh pribadi-pribadi yang memahami Cintanya Nietzche, cintanya Kupukupu. Agar pembaca yang belum terbiasa belajar ilmu Falsafah, baikklah kita sampaikan sekelumit kisah Nietzche keluar dari penjara dirinya (penjara yang teramat sulit yaitu penjara Ego)

Suatu hari Nietzche berjalan menyusuri suatu jalan, dimana ia melihat seekor kuda yang berusaha keras untuk keluar dari sebuah parit, bernafas terengah-engah dibawah muatan berat dari sebuah kreta yang terjungkir diatasnya. Nietzche mengamati si pemilik sedang berusaha memaksa kuda tersebut agar keluar dari himpitan sehingga ia tidak akan kehilangan muatan keretanya. Binatang itu sudah demikian terjerembab untuk bergerak, tetapi sipemilik yang nampaknya terlalu sayang pada muatan kereta daripada keselamatan kudanya, mulai mengayunkan cemeti diatas punggung kuda secara sangat bengis. Kuda itu mulai bergerak sedikit keluar dari parit tersebut, tetapi ia gagal dan terjatuh kembali ke dalam parit dan salah satu kakinya patah sewrta kelihatan sangat payah.

Marah menyaksikan pandangan yang mengerikan akibat bru talitas manusia (basyar) tersebut, filosof tua itu memberitahukan si petani itu agar menghentikan cambuknya pada kuda yang malang itu. Ia menasehatinya agar pertama-tama muatan itu diambil terlebih dahulu, baru kemudian kuda itu ditolong keluar dari parit. Namun si pemilik tidak menggubris kata-kata Nietzche. Basyar itu terus menghujani cambukan dan mendorong kuda itu. Hal itu mem buat sang filosof marah sedemikian rupa sehingga ia melompat dan memegang leher baju si petani, sambil berkata: “Saya tidak akan membiarkanmu men cambuk binatang malamg ini begitu kejam!”. Akan tetapi si petani itu mampu melepaskan ndiri dan memukul jatuh Nietzche dan kemudian memukulnya dengan keras sekali hingga dia meninggal beberapa hari kemudian. Filosof yang dimasa mudanya mencintai kekuasaan dan kekuatan serta memujanya, sekarang berdiri melawan kekuatan itu untuk menyelamatkan makhluk yang lemah dan terinjak-injak, akhirnya ia mengorbankan dirinya untuk suatu cita-cita kemanu siaan (yang sukar dipahami kebanyakan manusia yang tidak memiliki pikiran yang kritis)

Kalau penjara 1,2 dan 3 sebetulnya tidak terlalu berat untuk keluar daripadanya. Tetapi penjara ke 4 itu manusia dan penjaranya menyatu. Kita tidak tau dimana pintunya dan dimana dindingnya. Kalau kita mau keluar dari penjara Alam kita bisa menundukkan alam dengan ilmu pengetahuan dan tekhnology. Untuk kekluar dari penjara Sejarah manusia bisa belajar tahapan-tahapan Historis dan hukum-hukum deterministik yang terjadi dalam perjalanan sejarah ummat manusia untuk kemudian kita kembangkan untuk kita bangun sesuai dengan cita ideal masa depan yang kita harapkan. Namun untuk keluar dari penjara Ego, semua perangkat ilmu menjadi tawanannya. Satu-satunya yang mampu membebaskan diri dari penjara Ego adalah "Cinta". Ibnu Arabi yang terkenal disamping Ibnu Sina dan Mulla Sadra dari Persi sering menggam barkan cinta ini dengan cintanya Majnun dan Laila. Saya tidak sependapat dengan mereka saat berbicara cinta. Bagi saya cintanya Laila dan Majnun adalah dagang tetapi cinta sejati bukan dagang tetapi pengorbanan. Dalam agama Islam murni tidak ada pacaran ala Laila dan Majnun. Bagaimana mungkin para filosof tersebut bermain dengan suatu contoh yang tidak Islami? Itulah dia cinta sejati yang diaplikasikan Nietzche. Demi cita-citanya nyawanya dikorbankan agar yang lain bisa hidup. Itulah cintanya "Kupukupu". Demi cintanya kepada lampu, nyala lilin, nyawanya dikorbankan hingga badannya hangus berterbangan menjadi abu. Demikianlan cinta sejati, cintanya kepada Allah swt. Kita mau berkorban demi mencari redhaNya, macam pengorbanan kupu-kupu. Simaklah puisi philosofis berikut ini:


Tindakan Nitzche adalah diluar logika. Logika terlalu sempit untuk dapat membenar kannya. Tindakannya adalah tindakan murni berdasarkan cinta sebagai esensi kesadarannya. Namun jika cinta diambil untuk mengabdi suatu kepentingan pribadi, untuk memenuhi suatu keinginan untuk memuaskan suatu harapan, itu bukan cinta. Itu adalah dagang. Cinta adalah memberi, bukan mengambil atau kompensasi. Cinta adalah memilih dirinya mati agar yang lain bisa hidup, agar suatu cita-cita menang, agar suatu impian menjadi kenyataan. Ini adalah makna sesungguhnya dari i-thar  yang berarti mengorbankan nyawanya sendiri agar yang lain dapat hidup, memilih yang lain hidup sebagai ganti dirinya, dan mengorbankan dirinya supaya yang lain bisa hidup. Jika ia mengetahui bahwa kematiannhya akan menyelamatkan suatu kehidupan atau cita-cita, ia memilih mati, agar yang lain bisa hidup, ia akan memilih kematian dirinya, kematian kepentingannya, namanya, kekayaannya, segala yang ia miliki-agar supaya yang lain dapat diselamatkan.


Demikianlah kesimpulannya manusia dapat keluar dari kegelapan Penjara ke empat, penjara yang gelap dan kokoh dalam dirinya, dengan kekuatan cinta. Cinta memiliki kekuatan yang mendorong kita menolak diri kita sendiri, memberontak melawan ke inginan kita sendiri dan mengorbankan kehidupan kita untuk suatu cita-cita atau un tuk orang lain. Ini adalah tahap puncak dari menjadi atau becoming atau manusia sempurna dan ini adalah syarat dimana manusia yang bebas lahir. Bila manusia te lah membebaskan dirinya dari penjara alam dan masyarakat dengan sarana-sarana ilmu namun untuk membebaskan dirinya dari penjara yang ada dalam dirinya (penjara ego) haruslah  dengan sarana-sarana cinta dan iman, maka ia telah menjadi manusia yang bebas, memilih, sadar dan kreatif.


LOGIS ILLOGIS DAN ALOGIS



Berpikir, belajar dan mencari ketenangan hidup adalah suatu yang logis tetapi eksentrisitas kita, tidak mau berpikir saat melihat perpecahan diantara sesama kita, ikut-ikutnan pendapat orang ramai adalah illogis. Akan tetapi kebiasaan dan tindakan yang tidak logis maupun tidak illogis adalah alogis. Apa yang alogis memang tidak logis tetapi ia sarat dengan power dalam diri kita, mampu menghancurkan rantai logis sebab dan akibat untuk menggapai cita-cita yang lebih luhur. Nabi Ibrahim tau persis bahwa resiko melawan pemimpin zalim adalah kebakaran, namun disebabkan beliau seorang Imam yang sukses, apipun tunduk kepada Allah hingga Ibrahim selamat. Dengan kata lain Ibrahim masuk api Namrud agar apinya padam hingga ummah tidak terbakar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar