MAZHAB SYI’AH IMAMIYAH ITSNA ASY’ARIYAH (ISLAM SYI’AH IMAMIYAH 12) ADALAH SEBUAH KOMUNITAS UMMAT ISLAM MURNI PADA ZAMAN RASULULLAH HINGGA KINI DAN BERLANJUT SAMPAI JAMAN IMAM TERAKHIR (IMAM MAHDI AL MUNTAZHAR)
WALAUPUN DIFITNAH, DIHINA DAN DIBUNUH OLEH MANUSIA-MANUSIA QABIL YANG MENGAKU DIRI JUGA SEBAGAI MUSLIM.
LATAR BELAKANGNYA ADALAH SAAT TURUN FIRMAN ALLAH SURAH AL BAYYINAH AYAT 7
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُوْلَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّة
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka adalah sebaik-baiknya
penduduk bumi. (QS. Al Bayyinah [98]:7)
Selekas
itu, Rasulullah saw. meletakkan tangannya di atas pundak Ali bin Abi Thalib
a.s., sedang para sahabat hadir dan menyaksikannya, seraya bersabda: “Hai Ali!,
Kamu dan para syi’ahmu adalah sebaik-baiknya penduduk Bumi”. [1] Dari sinilah,
kelompok ini disebut dengan nama “syi’ah”, dan dinisbatkan kepada Ja’far
Ash-Shadiq a.s. karena mengikuti beliau dalam bidang fiqih.
“Aku adalah Kota Ilmu
dan Ali adalah Pintu Gerbangnya”
Hadist ini menunjukkan bahwa Ilmu apapun yang kita dapati dalam
keidupan kita harus kita uji kebenarannya dengan Hadist Rasulullah saww,
apabila tidak kita da pati ayat Allah swt sebagai dasar pemikiran kita. Atau
boleh jadi ada rujukannya da lam Qur-an tetapi kita tidak memahaminya
disebabkan tidak semua ayat Qur-an da pat dipahami oleh ummat manusia kecuali
Rasulullah sendiri atau pengganti beliau yaitu 12 orang Imam sebagai
pendampingh Qur-an. Disebabkan Imam Ali sebagai Pintu Ilmu dan sebagai
pendamping Qur-an pertama paska kewafatan Rasulullah, dijauhkan dari
kepemimpinan Rasulullah saww (baca dari Keimamahan Rasulullah) oleh pihak-pihak
yang ambisius kepemimpinan, menyebabkan Hadist Rasulullah saw mendapat
kesempatan untuk dipalsukan.
Sebenarnya ada Hadist kunci agar setiap pemalsuan dapat
dideteksi yaitu Hadist Tsaqalain: “Kutinggalkan
2 pusaka bagi kalian, yaitu kitab Allah (Al Qur-an) dan Ittrahku (ahlulbaytku).
Ba rangsiapa yang berpegangteguh kepada keduanya tidak akan sesat selama-lama nya
sampai menemuiku dipancutan Qautsar”. Persoalan nya Hadist inipun ikut dipal sukan
dimana kata “Ittrahku” diganti dengan
“Sunnah ku”. Namun demikian dikala ngan pengikut Imam Ali atau Syi’ah Imam Ali
sejak dari dulu hingga kini tidak pernah tertipu dengan Hadist palsu ini dan
juga dengan Ha dist-hadist palsu lainnya sampai berjumlah jutaan hadist.
Non Syi’ah Ali yang jeli, masih ada cara untuk mendapatkan
ajaran Islam murni ber dasarkan ayat-ayat Qur-an yang berbunyi: “Afala
yatafakkarun dan afala ta’qilun” yang dikatakan Allah swt secara berulangkali (sampai
24 kali) sebagai indikasi pen tingnya manusia untuk berfikir secara maksimal
agar terungkap semua bentuk kepal suan yang dirajut secara licik oleh
manusia-manusia yang tidak mau berfikir berda sarkan petunjuk Allah, RasulNya
dan “Ulil amri mingkum”. Mereka akan menemukan ketika mereka mau bertabayyun.
Diantaranya memikirkan Hadist Kota Ilmu, dimana tersirat peringatan Rasulullah
saww bahwa ilmu yang benar harus diambil via Imam Ali bin Abi Thalib. Justeru
itu logislah kata Imam Ja’far bahwa barangsiapa yang ti dak mengenal Imam yang
diutus Allah swt tertolak semua amalan mereka walau pun amalannya sepenuh Bumi
ini.
Apa yang kita jelaskan ini adalah sebagai indikasi bahwa kita
tidak ingin saudara kita, kenalan kita di fb ini, sahabat sekampung, senegara
dan bahkan seDunia, ma suk Neraka yang sangat sengsara dan kekal
selama-lamanya. Andaikata kita tidak berusaha semaksimalmungkin, kita termasuk
manusia yang Egois sejati. Ironisnya ke banyakan manusia melihat orang yang
berkata bukan apa yang dikatakan. Artinya mereka baru percaya kalau yang
berkata itu adalah Ulama. Persoalannya mereka belum memahami esensi Ulama.
Seperti persoalan dalam masyarakat Jakarta, mere ka mengira Bal’am yang
bercokol di lembaga MUI itu ulama benaran. Mereka takut sekali kalau memilih
Ahok akan masuk neraka nanti. Inilah kelemahan kebanyakan manusia hingga mereka
dapat tertipu oleh sang Bal’am sepanjang hidupnya. Para Bal’am itu bukan saja
tidak paham bahwa ayat al Maidah 51 berhubungan dengan al Maidah 82 tetapi juga
mereka tiidak tau al Maidah ayat 44, 45 dan 47.
Berbicara hukum yang diturunkan Allah utamanya mensejahterakan
masyarakat. Ka lau masya rakat hidup miskin lalu kita terapkan hukum mencuri
potong tangan, juste ru kaum mustadhafin yang jadi korbannya sementara para
koruptor, pencuri berdasi tidak terjaring dengan hukumnya. Jadi berbicara hukum
yang diturunkan Allah juste ru kesejahteraan penduduknya yang harus digapai finansialnya
terlebih dahulu. Se babnya ini adalah tujuan utama Allah swt mengutus para
Rasulnya ke planet Bumi ini, yaitu membebaskan kaum mustadh’afin dari belenggu
nyang menimpa kuduk-kuduk mereka seerta mengajarkan mereka perkara yang halal
dan haram (QS,7:157 & QS, 90:12-18)
Di jakarta belum pernah ada gubernur yang membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang
menimpa kuduk-kuduk mereka. sebabnya setiap Gubernur mengiku ti irama para
Bal’am, bukan Ulama benaran. Mereka selalu terlibat dengan korupsi (pencuri
berdasi), bagaimana mungkin mensejahterakan kaum miskin kalau dia sen diri
berstatus pencuri berdasi?. Ini belum
lagi kita bicarakan korupsi yang legitimate. Justeru itulah pemimpin macam Ahok
sangat kita apresiasikan. Kuncinya Ahok bu kan saja memberdayakan ekonomi
rakyat tetapi juga menghancurkan semuia prak tek korupsi dan juga praktek prostitusi
yang belum pernah dihancurkan oleh guber nur manapun sebelumnya termasuk Ali
Sadikin yang berbeda sedikit dengan para
gubernur lainnya.
Saya juga sebagaimana pecinta kemanusiaan lainnya sejak dulu
mendambakan minimal Acheh - Sumatra kalau tidak mungkin untuk Indonesia menjadi
komunitas yang berwawasan kemanusiaan, yang mampu membedakan antar kafir harbi
di ayat 51 dan kafir jimmi ayat 82. Makanya fenomena Jakarta dibawah pimpinan
Ahok sangat saya fokuskan. Seharusnya mayoritas penduduk Nusantara ini terbuka
pikiran dengan kemunculan Ahok bahwa agama Islam yang mereka anut itu bukan
agama Islam murni. Kalau agama Islam murni dapat dipastikan berwawasan
"Rah matan lil 'Alamin". Mereka yang berwawasan rahmatan lil 'alamin
pasti tau bahwa Ahok memang non Moslem tetapi selain Ahok, kecuali Jokowi cs,
semuanya muna fiqun modern. Bagaimana mungkin Ahok yang non Muslim mampu
memimpin Ja karta secara Islami tetapi gubernur Jakarta sebelumnya yang
mengkklaim diri sebagai Muslim tidak mampu memimpin secara Islami. Ini
terindikasi nmereka bukan Muslim benaran tapi munafiqun modern hingga tepat jauh
lebih buruk dibanding kan Ahok yang non Muslim. DR Zaki Naik saja kelieru tidak
mapu membaca fenome na Ahok yang Islami ini.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar