DAN ULILAMRI YANG DIUTUS PASKA KEWAFATAN RASULULLAH UNTUK MENERUSKAN
DAKWAH BERISLAKH
BAGI SETIAP MANUSIA KUTUB HABIL YANG MEMILIKI KEMAMPUAN AGAR MANUSIA KUTUB QABIL SEGAHAGIANNYA SADAR UNTUK BERPATAH BALIK DAN MENJADI MANUSIA KUTUB HABIL
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Suatu hari ada 4
pendakwah melakukan prakteknya di kalangan masyarakat dan disaksi kan oleh Imam
‘Ali bin Abi Thalib sebagai Amirul Mu'minin saat itu di Kofah, Irak. Pendakwah
pertama berceramah hingga mampu membuat pendengar ketawa terba hak-bahak.
Adalah hal yang sama dilakukan juga oleh pendakwah kedua dan ketiga. Lalu Imam
‘Ali bangun hingga ketiga pendakwah tadi tau apa yang hendak dilakukan Imam,
lalu mereka lari terbirit-birit. Pendakwah keempat bangun dan memberita hukan
Imam bahwa dia tidak bersalah dengan alasan belum diberikan kesempatan untuk
berceramah. Imampun mempersilakan dia untuk naik panggung.
Tidak seperti ketiga
pendakwah tadi, pendakwah keempat ini saat berbicara tentang Neraka mengalir
airmatanya hingga pendengarpun ikut menangis. Saat dia berbicara tentang Surga
wajahnya mulai berbunga-bunga namun saat dia berbicara perjuangan mulai merah
matanya hingga wajahnyapun ikut memerah. Setelah turun panggung, Imam
mengatakan bahwa pendakwah keempatlah yang benar-benar sebagai pendakwah yang
haq sementara pendakwah yang pertama, kedua dan ketiga adalah tukang san diwara.
Pendakwah yang pertama,
kedua dan ketiga adalah pendakwah yang berkhidmat. Pendakwah semacam itu tidak
mencari redha Allah tetapi mencari redha publik atau masyarakat. Pendakwah yang
semacam inilah yang disenangi kebanyakan penduduk dunia dewasa ini. Andaikata
pendakwah semacam itu mendapat undangan dari kumpulan wanita yang mengaku
beragama Islam tetapi mereka tidak tutup aurat yang berarti tidak beriman
kepada kalam Allah surah an Nur 30-31 dan al Ahzab, dapat dipastikan tidak akan
pernah menjelaskan apa Kata Allah dalam surah an Nur dan al Ahzab tersebut, kenapa? Dia
khawatir kalau dia sampaikan ayat-ayat tersebut besar kemungkinan tidak akan
diundang lagi buat masa-masa berikutnya, dengan demikian dia akan kehilangan
amplopnya.
Dizaman Suharto
wanita-wanita PKK berpakaian khusus tanpa menutup aurat tetapi kita tidaktau
persis apakah wanita PKK sekarang priode Jokowi sudah tutup auratnya atau
belum. Disaat itu juga para pendakwah kebanjiran amplop di musim-musim bulan
Maulid namun mereka tidakpernah menyentuh kezaliman pemerintah, takut
berhadapan dengan penjara. Mereka asik berbicara tentang persoalan mempelai lelaki
pulang kepada mempelai perempuan, hukum mandi wajib dan doa-doa masuk WC, dengan
gaya kocak ala Zainuddin MZ dan AA Gym yang membuat partisipan ketawa
terbahak-bahak. Itulah yang namanya pendakwah berkhidmat. Mereka berkhid mat kepada penguasa dan masyarakat yang sami’na waata’na kepada penguasa. Sementara
kaum mustadhafin tetap menjadi bulan-bulanan para Bal’am yang bercokol di
lembaga MUI.
Adapun pendakwah yang haq
disisi Allah serta mendapat redha Nya adalah pendak wah yang berislakh. Mereka
berdakwah bukan untuk menyenangkan masyarakat tetapi untuk memperbaiki kesalahan
mereka agar menemukan kebenaran sejati bukan kebena ran semu, kononpula membuat
mereka ketawa terbahak-bahak. Kalau pendakwah sema cam itu mendapat undangan
dari Ibu-ibu PKK, dia akan menyampaikan pesan Allah dalam surah an Nur dan al
Ahzab sesuai penyakit yang sedang dihinggapi kaum hawa itu serta berpesan kepada mereka agar tahut kepada Allah bukan takut kepada
Manusia. Pendakwah semacam itu tidak takut kehilangan isi amplopnya. Dia tidak
berdakwah agar diundang lagi waktu-waktu berikutnya. Dia mencari redha Allah
bukan sekedar redha manusia.
Kedatangan Raja Arab
Saudi yang lalu ke Indonesia membuat kita bertanya-tanya, ke napa rakyat
Indonesia tidak berpikir kritis agar terbongkar kezaliman derajaan terse but
yang mengklaim diri sebagai penganut Islam sementara mayoritas rakyat Arab
Saudi hidup morat-marit. Mereka yang kaya
akibat kedekatannya dengan penguasa negara hidup bersenang-senang atas
penderitaan kaum mustadhafinnya. Kalau Indonesia berkiblat ke Arab Saudi di zaman
Suharto sampai Yudhoyono, bukankah dizaman Jokowi rakyat sudah mulai sadar,
benarkah?
Yang namanya Islam itu memang
pasti "Kaffah" tetapi kita bersabar bahwa di zaman Jokowi rakyhat
sudah mulai merasakan kenikmatannya walaupun belum 100% dan belum sampai
keseluruh kawasan termasuk Acheh-Sumatra. Ketika sang Raja Arab itu datang,
seharusnya wanita-wanita Indonesia tidak lagi berpakaian ala putri-putri raja
yang tidak Islami tetapi sudah waktunya untuk berkaca dan menelusuri bagaimana
pakaian putri kesayangan Rasulullah saww, Fatimah az Zahara. Prototype pakaian Az
Zahara dapat anda saksikan pada photo yang terpampang di catatan singkat ini.
Bagi Muslim sejati
dituntut Allah agar masuk Islam secara Kaffah, namun kita tetap menghormati
penganut agama apapun yang berwawasan kemanusiaan macam Ahok alias Basuki
Cahaya Purnama. Sayangnya beliau yang berwawasan kemanusiaan, kerakyatan,
pintar, jujur, berani dan bijaksana serta mampu memberantas korupsi dan
berbagai bentuk jenis kezaliman lainnya di Jakarta, dituduh menistakan agama.
Belum ada seorang pemimpinpun yang mengaku ber KTP Islam di Indonesia, tegas
memberan tas korupsi dan kezaliman jenis lain nya di kota Jakarta kecuali
presiden Jokowi dan Ahok.
Para penghuni di lembaga
MUI dulu bersekongkol dengan penguasa di zaman Suharto sampai Yudhoyono (semoga
Yudhoyono bertaubat mendengar keterangan saya ini), sebaliknya mulai berseberangan
jalan dengan presiden Jokowi dan juga Ahok, kenapa? Sebabnya Presiden Jokowi mulai menjadi pembela
Rakyat dan penampilannyapun macam orang biasa. Semoga Presiden Jokowi sadar
bahwa MUI harus dibubarkan agar niatnya membela Rakyat tidak terhambat oleh
para Bal’am tersebut. Alhamdulillah kita memahami esensi Haji dimana antara
manusia-manusia yang jahat itu justeru para Bal’amlah yang paling berbahaya
bagi kemanusiaan.
Kini saat Ahok berpihak
kepada kaum mustadhafin Jakarta serta menyatakan tekatnya untuk memberantas
korupsi, sang Bal’am malah berdaya yupaya untuk menyingkirkan Ahok dengan tuduhan
palsu bahwa ahok pendusta agama. Mereka dan pengikutnya tidak sadar bahwa
justeru merekalah penista agama yang sebenarnya, membiarkan kaum mustadhafin
hidup senin-kemis sementara para Bal’am hidup dengan "sedekah penguasa".
Para Bal’am memang realitanya tidak memahami bahwa Qur-an itu ada hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya. Ayat 51 surah al Maidah memang mutlak dilarang Allah berteman baik dengan Yahudi dan Nasrani yang beraliansi satu-sama lainnya dan siapapun yang tidak menggubris larangan Allah ini, mereka pasti tidak lagi termasuk Muslim disisi Allah swt. Kemudian perlu kita tambahkan bahwa kalau berteman saja dilarang, memilih sebagai pemimpinpun lebih terlarang lagi (So tidak jadi soal, multi terjemahan). Yang musti kita pertanyakan, apakah Allah melarang kaum Muslimin berteman dengan semua Yahudi dan Nasrani? Jawabannya pasti "TIDAK". Ketika kita menggunakan ayat 51 dalam khazanah HUKUM, kita musti lihat ayat lainnya diantaranya ayat 82 surah yang sama. Ahok termasuk fenomena dalam ayat 82 bukan ayat 51;
Para Bal’am memang realitanya tidak memahami bahwa Qur-an itu ada hubungan antara satu ayat dengan ayat lainnya. Ayat 51 surah al Maidah memang mutlak dilarang Allah berteman baik dengan Yahudi dan Nasrani yang beraliansi satu-sama lainnya dan siapapun yang tidak menggubris larangan Allah ini, mereka pasti tidak lagi termasuk Muslim disisi Allah swt. Kemudian perlu kita tambahkan bahwa kalau berteman saja dilarang, memilih sebagai pemimpinpun lebih terlarang lagi (So tidak jadi soal, multi terjemahan). Yang musti kita pertanyakan, apakah Allah melarang kaum Muslimin berteman dengan semua Yahudi dan Nasrani? Jawabannya pasti "TIDAK". Ketika kita menggunakan ayat 51 dalam khazanah HUKUM, kita musti lihat ayat lainnya diantaranya ayat 82 surah yang sama. Ahok termasuk fenomena dalam ayat 82 bukan ayat 51;
“Sesungguhnya kamu dapati
orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman
ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik. Dan se sungguhnya kamu dapati
yang paling dekat persahabatannya dengan orang-orang yang beriman ialah
orang-orang yang berkata: “Sesungguhnya kami ini adalah Nasrani”. Yang demikian
itu disebabkan karena diantara mereka itu (orang-orang nasrani) terdapat
pendeta-pendeta dan rahib-rahib, (juga) karena sesungguhnya mereka tidak
menyombongkan diri”. (QS, al-Maidah : 82)
Dengan demikian jelaslah
benar ucapan Ahok di Pulau Seribu bahwa Ahok tidak meni takan agama sebab
beliau masuk dalam kategori ayat 82 bukan ayat 51. Apakah masih terlalu sukar
untuk dipahami?
Kedua Andaikata Allah
tidak menurunkan ayat 82 surah al Maidah, Ahokpun tidak boleh dihukum dengan
ayat 51, kenapa? Sebab Indonesia bukan Negara Islam tetapi Negara Muslim. Ayat
tersebut diturunkan dalam system Islam dan untuk System Islam bukan untuk
System Thaghut. Seharusnya andaikata penghuni lembaga MUI bukan Bal’am, mereka
tau apa bedanya antara Negara Islam dengan Negara Muslim.
Habib Rezieq seharusnya
bertaubat kalau dia masih menginginkan agar FPI tidak dibubarkan pemerintah
yang memihak Rakyat sekarang. Sebetulnya kritik ini buat mereka bukan atas
dasar benci tetapi atas dasar kewajiban kaum Muslimin saling
nasehat-menasehati. Kita pernah dikritisi teman fb bahwa tidak baik kita
berulang-ulang atas persoalan yang sama. Kita berkeyakinan bahwa sebelum
persoalan tersebut ditindaklanjuti dengan benar, perlu kita kritisi terus menerus
hingga berhasil. Bukankah Allah sendiri mengulang berkali-kali terhadap persoalan
yang penting?
Billahi fi sabilil haq
Angku di Tampokdjok,
Awegeutah
Acheh - Sumatra
http://live.feedjit.com/live/feedjit.com/a0117352e993dfb4/
http://live.feedjit.com/live/feedjit.com/a0117352e993dfb4/
http://live.feedjit.com/live/feedjit.com/a0117352e993dfb4/
http://live.feedjit.com/live/feedjit.com/a0117352e993dfb4/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar