“AFALA TA’QILUN DAN AFALA YATAZAKKARUN” BERULANGKALI DALAM QUR-ANULKARIM
BUKANKAH INI MENUNJUKKAN BEGITU PENTINGNYA
BAGI MANUSIA UNTUK BERPIKIR?
BUKANKAH IBADAH BERPIKIR
YANG TERTINGGI NILAINYA DISISI ALLAH?
IBADAH LAINNYA AKAN SIRNA
ANDAIKATA MANUSIA
TIDAK MENGAWALINYA
DENGAN
IBADAH BERPIKIR
KECUALI
BAGI
KAUM AWWAM
hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia
Bismillaahirrahmaanirrahiim
وَإِذْ قَالَ
رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُواْ أَتَجْعَلُ
فِيهَا مَن يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاء وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ
لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُونَ -٣٠- وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا
ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن
كُنتُمْ صَادِقِينَ -٣١- قَالُواْ سُبْحَانَكَ لاَ عِلْمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا
إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ -٣٢-
"Dan
(ingatlah) ketika Tuhan-mu Berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka Bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang akan mengadakan kerusakan dan pertumpahan darah di
sana, sedangkan kami senantiasa bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?”
Dia Berfirman, “Sesungguhnya, Aku Mengetahui apa yang tidak kamu ketahui” (QS,
2: 30)
.........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
Allah
menjadikan Wakilnya, Nabi Adam di Bumi untuk membimbing manusia dan jin ke
jalanNya yang benar tetapi para Malaikat mengkhawatirkan nanti manusia akan
melakukan kerusakan dan pertumpahan darah. Sepertinya para Malaikat menghendaki
agar merekalah yang akan dijadikan sebagai Wakilnya dengan alasan mereka
senantiasa bertasbih dan memujiNya. Disini terindikasi bahwa dengan alasan
senantiasa bertasbih dan memujinya, tidak tepat untuk menjadi Wakil Tuhan.
Setelah memberitahukan para Malaikat bahwa Dia mengetahui apa yang tidak
diketahui para Malaikat, Allah menjelaskan alasanNya kepada yang bertanya (baca
para Malaikat). Hal ini menjadi titik awal yang harus dipikirkan Manusia dan
Jin bahwa kita tidak boleh sekedar mengatakan “ya” atau “tidak” tanpa alasan
yang membuktikan “ya” dan “tidak” tadi.
Setelah
membuktikan alasannya dengan mempersilakan Para Malaikat untuk bernegosiasi
dengan Adam/Manusia. Setelah Adam mengalahkan para Malaikat, pelajaran yang
harus kita petik adalah, para Malaikat sebagai pihak yang lemah argumennya saat
bernegosiasi, langsung mengaku kesala hannya dan meminta maaf kepada Allah swt hingga Allah memerintahkan kepada semua
Malaikat untuk sujud kepada Adam. Realitanya semua Malaikat menta’ati perintah
Allah kecuali Malaikat yang bahan bakunya Api (Iblis), secara takabbur
menentang perintah Allah hingga Allah memfonis nya sebagai “Kafir”.
Andaikata
Allah swt menjadikan wakilNya dalam bentuk Malaikat dimana Manusia tidak mampu
melihatnya bagaimana mungkin mengikutinya secara sempurna. Hal itu sama saja
tanpa wakilNya Allah juga mampu membimbing manusia kejalan Nya yang lurus.
Sebagai contoh, Allah pasti bisa menurunkan hujan tanpa Malaikat yang
ditugaskan untuk urusan tersebut, tetapi kenapa Allah tidak langsung menurunkan
hujan untuk kawasan yang dibutuhkannya? Realitanya Allah Membuat Matahari untuk
memanaskan permukaan Laut. Air laut yang sudah panas membubung naik ke udara
(proses penguapan/destilasi). Lalu angin meniupnya ke kawasan gunung. Hujan
lebat turun di gunung lalu membentuk sungai, lalu kembali menggapai laut. Yang
ditugaskan Allah untuk urusan tersebut adalah Malaikat (aparatNya) tetapi diatur
melalui proses destilasi alami agar Manusia tidak buntu saat berpikir proses
penurunan hujan tersebut. Demikian jugalah Allah tidak membimbing manusia dan
jin secara langsung tetapi melalui WakilNya, dimana yang pertama adalah Adam
‘alaihissalam. Andai kata Manusia memiliki bahan baku sama dengan Malaikat
(sinar), barulah wakilNya diangkat dari Malaikat.
Pertanyaan
selanjutnya adalah System yang dikehendaki Allah dalam kehidupan manusia dalam
bernegara, bermasyarakat dan berkeluarga. Dalam hal ini Allah berkata:
“Innaddiina ‘indallahil Islam”. Bagi manusia yang mau berpikir secara benar
pasti yakin bahwa Agama itu tidak akan terpelihara keasliannya tanpa System
yang benar (baca Negara Islam/Daulah Islamiyah/System Islam). Yang perlu kita
garisbawahi adalah “Substantif” nya bukan sekedar nama. Pada saat Nabi Adam
sudah beranak pinak sebagai suatu keluarga dan itu juga sebagai masyarakat,
disebabkan hanya itulah masyarakat manusia yang pertama, hukum kawinpun berbeda
dengan hukum kawin di zaman kita sekarang ini yang juga beragama Islam,
bermasyarakat Islam dan bernegara Islam tetapi substantifnya saja, tidak
difokuskan pada nama. Sa’at Nabi Yusuf membangun Masyarakat Islam dan negara
Islam di Mesir juga substantivenya jelas sekali sebagai “Negara Islam” dimana
beliau mampu merobah kehidupan yang penuh perbudakan menjadi kehidupan yang
Islami.
Demikian jugalah yang diaplikasikan Nabi terakhir,
Muhammad saww juga tidak dipopulerkan de ngan nama Negara Islam tetapi
Suibstantifnya jelas sekali itu adalah Negara Islam. Mungkin timbul be berapa
pertanyaan, diantaranya apakah tidak perlu kita berikan Namanya sebagai Negara
Islam /System Islam/Daulah Islamiyah di zaman kita sekarang ini macam Republik
Islam Iran? Jawabannya adalah nama juga
penting tetapi nama tanpa substantive adalah penipuan yang membuat kaum
mustadhafin dan kaum yang masih awwam terjerat dalam perangkap penipuan
tersebut tanpa disadari.
Dizaman kita sekarang ini satu-satunya negara Islam
hanyalah Republik Islam Iran. Bayangkan andaikata Republik Islam Iran tidak
memberikan nama negara Islam itu, kepada fenomena mana para Pemikir Islam
memberikan contohnya sa’at mereka berbicara Negara Islam? Bukankah sangat
beralasan kalau pemikir melupakan fenomena negara Islam setelah ideology kaum
sekuler menyusub dalam masyarakat Islam paska kewafatan Rasulullah hingga
begitu pahit bagi kita saat berbicara suatu system yang Islami? Namun yang sangat penting kita garisbawahi
adalah Substantifnya, disamping nama. Sebab nama tanpa Substantif adalah
penipuan luarbiasa.
Pernahkah anda mendengar keterangan seorang Propessor bahwa negara Islam itu harus
diberikan namanya sebagai negara Khalifah, hingga beliau ragu saat melihat
Republik Islam Iran dengan alasan negara tersebut tidak memberikan namanya
sebagai Negara Khalifah? Beliau juga ragu disebabkan Republik Islam Iran
termasuk aggota PBB, dimana beliau juga beralasan disebabkan PBB tidak perca ya
kepada Tuhan yang Satu.
Ketika beliau berbicara “Ilmu akhiriz Zaman”, beliau
tidak dapat menunjukkan fenomena negara Islam yang beliau namakan Negara
Khalifah, hanya beliau mampu menunjukkan fenomena Nasrani yang dekat
hubungannya dengan kaum Muslimin (baca al Maidah 82) yang diwakili oleh Rusia.
Betapa pilunya kita kalau hanya mampu mengenal fenomena negara yang dekat
dengan Negara Islam/System Islam tetapi fenomena Negara Islam/System Islam
sendiri tidak kita kenal fenome nanya, padahal fenomena tersebut sangat jelas
yaitu Republik Islam Iran. Mungkin keraguan beliau terhadap Syi’ah Imamiyah
12/Pengikut Ahlulbayt Rasulullah saw/Islam Mazhab Ja’fariah lah yang membuat
beliau tidak mampu melihat fenomena negara Islam dewasa ini.
Republik Islam Iran bersahabat baik dengan Rusia, Cina,
Negara-negara Amerika Latin dan negara manapun yang berwawasan kemanusiaan
serta toleran macam Indonesia dibawah kepemimpinan Jokowi dan Ahok Cina
sekarang. Perlu digarisbawahi bahwa ada beberapa negara sekarang menamakan diri
sebagai negara Islam tetapi substantifnya tidak Islami. Hal ini sama juga
dengan orang Alim yang menggunakan surban/berpenampilan macam penampilan Ulama
tetapi pikirannya tidak Islami, kan jauh lebih baik kita yang berpenampilan
macam orang biasa tetapi pikiran kita Islami macam pikiran Ahlulbayt
Rasulullah, minimal pikiran para Sahabat yang setia kepada Rasulullah (baca Abu
Dzar Ghifari, Al Miqdad dan Salman Al Farisi).
Sebelum kita telusuri negara-negara yang sekedar nama
saja macam “Nanggrou Acheh Darussalam” (realitanya bukan negara tetapi
Propinsi), “Brunai Darussalam”, “Arab Saudi yang hanya menggu nakan bendera
bermotif Islam”, Negara Khalifah Islam made in
Arab Saudi di Suriah+Irak (ISIS yang takfiri dan teroris), marilah kita
kunjungi Republik Islam Iran. Pada hakikatnya semua negara dibagi kepada 2
katagorie, Negara berkedaulatan Allah dan negara yang berkedaulatan Taghut.
Yang terakhir negara Taghut dibagi kepada 2 katagorie juga yaitu System Taghut
Despotic dan System Taghut non Despotic. Yang Despotic fasad secara Horizontal
dan vertical sedangkan yang non Despotik hanya fasad secara vertical dimana
secara Horizontal tidak fasad. Perlu digarisbawahi bahwa Allah swt
memfokuskannya secara Horizontal dan system yang fasad secara horizontal,
secara verticalpun otomatis ikut fasad.
System Kedaulatan Allah di RII, kekuasaan tertinggi
dikendalikan oleh seorang ‘Ulama yang disebut “Imam” (baca Ayatullah Ruhullah
Imam Khomaini yang pertama, kemudian digantikan oleh Ayatullah Sayed Ali
Khameney (Rahbar). Dibawahnya adalah 12 ‘Ulama
Warasatul Ambya’. Lalu dilanjutkan oleh Parlemen(Legislatif) dan
Presiden serta para menterinya, Eksekutif dan Yudikatif. Inilah yang disebut
System Wilayatul Fakih, penemuan Imam Khomaini yang belum ada duanya di zaman
kita sekarang. Setelah Parlemen membuat Undang-Undang, naskah tersebut
diserahkan kepada 12 Ulama/Fakih untuk diteliti apakah bertentangan dengan
Qur-an atau tidak. Andaikata bertentangan, dikembalikan untuk diperbaiki. Lalu
kedua kali diserahkan kepada 12 Ulama/Fakih. Andaikata masih salah, Ulama/Fakih
sendiri yang memperbaiki/mengoreksi, barulah ditandatangani setelah diperbaiki
lalu diserahkan kepada Presiden untuk ditindaklanjuti/dilaksanakan sepenuhnya
bersanma para Menterinya.
Kebanyakan
negara lainnya menggunakan system Teori John Locke, dimana ada yang Parlementer
Kabinet dan ada juga yang Presidentil Kabinet. Yang Parlementer diatas sekali
adalah Parlemen (Legislatif), baru kemudian Presiden dan para Menterinya
(Eksekutif). Lalu diikuti oleh lembaga Yudikatif. Sedangkan yang Presidentil
diatas sekali adalah Presiden (Eksekutif), baru kemudia Parlemen(Legislatif)
dan terakhir adalah Yudikatifnya. Dalam system yang menggunakan Teory John
Locke lazimya yang Presidentil Kabinet, Presidennya menjadi Diktator sedangkan
yang parlementer, lazimnya menjadi Diktator Mayority.
Berbicara
System Islam, mari kita berkaca pada Nabi Yusuf yang rupawan dan Islami.
Ketika
suatu komunitas/Negara dipimpin oleh orang-orang yang berwawasan kemanusiaan,
kaum Muslimin tidak dibenarkan untuk berevolusi. Kecuali suatu negara sudah
begitu menyelimet kezalimannya. Korupsi dan berbagai manipulasi sudah dianggap hal yang biasa macam Iran di
zaman Syah Palevi, Irak di zaman Saddam, Libya di zaman Muammar Qardafi, Mesir
din zaman Husni Mubarak dan Arab Saudi sejak dulu hingga kini dibenarkan
berevolusi. Sayangnya saat terjadinya revolusi di Tunisia, Mesir, Libya dan
Timur tengah pada umumnya, revolusi hanya berjalan ditempat. Banyak tokoh di
RII sendiri kala itu meyakini bahwa itu revolusi Islam yang diinspirasi
Revolusi Islam Iran. Saya berkali-kali menolaknya bahwa itu Revolusi Rakyat,
bukan revolusi Islam. Alasan saya disana tidak ada pemimpin yang Islami macam
para Ulama yang berevolusi di Iran. Akibatnya paska tergulingnya penguasa
despotic, rakyat lagi-lagi masuk perangkap konspirasi jahat hingga
negara-negara arogan dunia tetap memainkan perannya di negara-negara yang
barusaja berevolusi.
Sebenarnya
andaikata ada pemimpin yang Islami, masih ada cara lainnya untuk merobah suatu
ke hidupan yang despotic menjadi Islami. Fenomena ini dapat diamati saat Nabi
Yusuf mengaplikasikan kehidupan bernegara secara Islami ditengah-tengah
komunitas manusia dimana yang kaya mem perbudak yang miskin. Nabi Yusuf sendiri
diawali oleh perbudakan dirinya oleh saudara-saudaranya sendiri dan bahkan
beliau hampir saja dibunuh oleh Yahuda, prototype Qabil anaknya Nabi Adam as,
andaikata tidak dicegah oleh Lavi (saudara Nabi Yusuf yang agak baik
dibandingkan saudara Yusuf se-ayah lainnya).
Ketika
Yusuf masih kecil lagi, saudaranya se ayah sudah mulai dengki kepadanya, namun
Yusuf tidak pernah sakit hati terhadap mereka. Yang pertama melontarkan niat
membunuh Yusuf pertama sekali adalah Yahuda, hingga Lavi memperingatkan bahwa
ucapan Yahuda itu sangat berbahaya. Yang lainnya menanyakan pada Lavi, apa
solusi lainnya kalau tidak menerima usulan Yahuda. Lavi men jawab bahwa pertama
sekali singkirkan aklternatif membunuh, barulah kemudian kita cari solusi
lainnya. Singkat kata akghirnya mereka membujuk Yusuf agar mau dibawa kepadang
pengembalaan yang diawali dengan rayuannya bahwa sangat asik bermain dipadang
pengembalaan dan juga akan diajarkan ilmu untuk mengembala kambing. Ketika
Yusuf memintakan Ayahnya agar diizinkan bergi bermain di padang pengembalaan,
Nabi Ya’qub terpaksa mengizinkannya walaupun sebelumnya beliau tidak percaya
i’tikat baik 10 anak-anaknya yang lain itu.
Singkat
kisah, Yusuf dimasukkan kedalam Sumur yang asin airnya hingga dengan mu’jizat
Yusuf menjadi tawar. Ketika satu kafilah kehausan binatang tunggangannya, mereka
terpaksa mendekati sumur tersebut walaupun pernah mereka tau bahwa airnya asin.
Ketika Yusuf bergantung pada timba mereka dan terangkat keluar sumur,
saudara-øsaudaranya datang dan memberitahukan kafilah bahwa Yusuf itu budak
mereka. Setelah terjadi pertengkaran, akhirnya mereka bersedia menjual Yusuf
dengan perjanjian mereka akan membawa Yusuf jauh dari Kan’an supaya tidak dapat
kembali lagi dan Yusufpun memilih diperbudak untuk menghindarkan diri dari
pembunuhan oleh saudaranya sendiri sesuai petunjuk Allah yang disampaikan
Malaikat saat Yusuf berada dalam sumur.
Film Nabi Yusuf episode 5 subtitle Indonesia
Di pasar perbudakan Yusuf dibeli oleh Suami Zulaikha
hingga beliau dibesarkan di Istana Zulaikha. Untuk lebih jelas fenomena Negara
Islam dibawah pimpinan Nabi Yusuf di Mesir duklu, amatilah kesemua video
tersebut sampai video terakhir, nomor 34.
"Sorry,
belum selesai dan belum di edit!"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar