ISLAM ADALAH AGAMA BERSYSTEM. DARI ITU ADALAH KELIRU 180 DERAJAT
ORANG-ORANG YANG MENGIRA AQIDAH ITU HANYA MEN GUCAPKAN
DUA KALIMAH SYAHADAH.
LAILAHAILLA ALLAH, MUHAMMADUR RASULULLAH
HANYALAH RUMUSAN AQIDAH.
UNTUK MEMAHAMINYA DIPERLUKAN "MAKRIFAH AQIDAH"
SECARA ESENSI
hsndwsp
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Mari kita saksikan apakah rakyat Indoesia punya nyali atau tidak. Andaikata Yudhoyono mundurpun sama saja digantikan oleh orang-orang yang tidak berbeda sepak terjangnya dengan Yudoyono. Renungkanlah sejak dari Soekarno sampai Yudhoyono apa yang dapat diharapkan rakyat dari penguasa Indonesia? Kuncinya adalah "system", bukan pergantian wajah baru tetapi sepak terjangnya tidak berbeda. Yang terjadi di Indobnesia paska diktator dan koruptor Suharto adalah giliran kesempatan untuk menipu rakyat dan korupsi yang sudah membudaya. Sepertinya sudah sepakat mayoritas orang indonesia untuk tetap dalam lingkaran setan, ironisnya masih saja mempropokasi orang Acheh - Sumatra, West Papua dan Republik Maluku Selatan (RMS) agar tetap dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin tersebut. Lebih ironis lagi para alim palsu dalam system duplikat, "Firun, Karun dan Bal'am" itu tidak sadar bahwa mereka telah mengambil posisi "Bal'am" hingga mayoritas rakyat Indonesia terlena dengan sepak terjang para alim palsu tersebut.
Siapa saja yang bersatupadu atau bahasa tegasnya, bersekongkol dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin akan masuk neraka bersama penguasa yang zalim kelak. Ini memang penjelasan yang paling menyakitkan bagi mereka yang bersekongkol dalam "bahtera" yang sedang dikendalikan oleh persekongkolan "Firun, Karun dan Bal'am" itu. Seharusnya andaikata mereka bukan orang alim tipe "Bal'am", merekalah yang berdaya upaya membela kaum dhuafa Indonesia yang umumnya tinggal di gubuk-gubuk derita, di bawah titi kota Metropolitan dan di tempat-tempat kumuh lainnya agar mereka juga dapat mendapat "rahmatan lil'alamin", hingga dapat menyekolahkan anak-anak mereka agar mengenal jalan hidup yang benar di Dunia ini dan dapat berdoa kepada orang tua mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana seharusnya hidup di Dunia yang akan fana ini. Ironisnya lagi sebahagian mereka sudah belajar ke Republik Islam Iran, satu-.satunya system yang redha Allah dewasa ini tetapi mereka masih mengidentifikasi diri sebagai orang Hindunesia. Apakah kaum muslimin yang beriman kepada Rasulullah dulu setelah melalui "Ba'at Aqaba", masih mengidentifikasi diri sebagai orang dalam system Abu Sofyan di Mekkah kala itu? Malah orang yang telah mengaku beriman kepada Allah dan Rasulnya tetapi tidak bersedia untuk Hijrah keMadinah, ditegur Allah bahwa mereka belum beriman kalau tidak Hijrah.
Allah berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?.” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.” Orang-orang itu tempatnya dalanm neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali" [An Nisaa' (4): 97]
Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu.
Allah juga berkata: "Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [An Nisaa' (4): 100]
Sebahagian orang Indonesia memang sudah hijrah tetapi hanya badannya saja sedangkan pikirannya masih bersama Hindunesia. Hal ini terindikasi bahwa mereka senantiasa mengekspos pikiran penguasa Indonesia yang bathil, mulai dari Soekarno sampai Yudhoyono cs. Sebahagian mereka sudah belajar di Qum Iran tetapi kebathilan Pancasila mereka masih tidak tau hingga bangga mengekspose pernyataan penguasa Indonesia bahwa Pancasila itu alat pemersatu bangsa dengan alasan Indonesia itu multi agama. Tidakkah mampukah mereka menganalisa, apakah Republik Islam Iran tidak multi agama? Dengan ideology apakah pemimpin mereka mempersatukan rakyatnya?
Kalau orang Mekkah yang tidak hijrah ke Madinah, dibawa serta oleh Abu Sofyan cs untuk memerangi orang Islam di Madinah, orang Indonesia yang bersekongkol dalam system tersebut juga bertanggung jawab kelak terhadap orang-orang yang dibunuh oleh tentara dan polisi Indonesia di Acheh - Sumatra, West Papua, Maluku Selatan dan juga di pulau jawa sendiri, kendatipun yang dibunuh itu orang non Islam sekalipun. Ini adalah makna "System". Dengan kata lain, aqidah kita akan sirna ketika kita bersatupadu dalam "bahtera" yang mezalimi kaum mustadhafin. Perlu diketahui bahwa kaum mustadhafin yang tidak sanggup hijrah badannya disebabkan "miskinnya" untuk keluar dari pulau yang dikelilingi laut, akan dimaafkan Allah dengan terpaksa "bertaqiyyah". Mereka pastinya lebih baik dari orang yang hanya hijrah badannya tadi. Apakah terlalu rumit untuk dipahami?
From: Sunny <ambon@tele2.se>
To: Undisclosed-Recipient@yahoo.com
Sent: Saturday, October 29, 2011 4:38 PM
Subject: «PPDi» SBY-Boediono Gagal, Harus Berani Mundur
Ref: Kalau mereka berdua ini tidak berani mau mundur, apakah perlu dibantu oleh rakyat untuk dimundurkan? Jangan malu-malu kucing untuk meminta bantuan rakyat, mereka siap sedia untuk menolong kalian berdia untuk mundur!
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/10/28/272031/289/101/-SBY-Boediono-Gagal-Harus-Berani-Mundur
SBY-Boediono Gagal, Harus Berani Mundur
Penulis : Widjajadi
Jumat, 28 Oktober 2011 20:57 WI
Mari kita saksikan apakah rakyat Indoesia punya nyali atau tidak. Andaikata Yudhoyono mundurpun sama saja digantikan oleh orang-orang yang tidak berbeda sepak terjangnya dengan Yudoyono. Renungkanlah sejak dari Soekarno sampai Yudhoyono apa yang dapat diharapkan rakyat dari penguasa Indonesia? Kuncinya adalah "system", bukan pergantian wajah baru tetapi sepak terjangnya tidak berbeda. Yang terjadi di Indobnesia paska diktator dan koruptor Suharto adalah giliran kesempatan untuk menipu rakyat dan korupsi yang sudah membudaya. Sepertinya sudah sepakat mayoritas orang indonesia untuk tetap dalam lingkaran setan, ironisnya masih saja mempropokasi orang Acheh - Sumatra, West Papua dan Republik Maluku Selatan (RMS) agar tetap dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin tersebut. Lebih ironis lagi para alim palsu dalam system duplikat, "Firun, Karun dan Bal'am" itu tidak sadar bahwa mereka telah mengambil posisi "Bal'am" hingga mayoritas rakyat Indonesia terlena dengan sepak terjang para alim palsu tersebut.
Siapa saja yang bersatupadu atau bahasa tegasnya, bersekongkol dalam system yang menzalimi kaum mustadhafin akan masuk neraka bersama penguasa yang zalim kelak. Ini memang penjelasan yang paling menyakitkan bagi mereka yang bersekongkol dalam "bahtera" yang sedang dikendalikan oleh persekongkolan "Firun, Karun dan Bal'am" itu. Seharusnya andaikata mereka bukan orang alim tipe "Bal'am", merekalah yang berdaya upaya membela kaum dhuafa Indonesia yang umumnya tinggal di gubuk-gubuk derita, di bawah titi kota Metropolitan dan di tempat-tempat kumuh lainnya agar mereka juga dapat mendapat "rahmatan lil'alamin", hingga dapat menyekolahkan anak-anak mereka agar mengenal jalan hidup yang benar di Dunia ini dan dapat berdoa kepada orang tua mereka yang tidak memiliki kesempatan untuk belajar bagaimana seharusnya hidup di Dunia yang akan fana ini. Ironisnya lagi sebahagian mereka sudah belajar ke Republik Islam Iran, satu-.satunya system yang redha Allah dewasa ini tetapi mereka masih mengidentifikasi diri sebagai orang Hindunesia. Apakah kaum muslimin yang beriman kepada Rasulullah dulu setelah melalui "Ba'at Aqaba", masih mengidentifikasi diri sebagai orang dalam system Abu Sofyan di Mekkah kala itu? Malah orang yang telah mengaku beriman kepada Allah dan Rasulnya tetapi tidak bersedia untuk Hijrah keMadinah, ditegur Allah bahwa mereka belum beriman kalau tidak Hijrah.
Allah berkata: "Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya : “Dalam keadaan bagaimana kamu ini?.” Mereka menjawab: “Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah).” Para malaikat berkata: “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?.” Orang-orang itu tempatnya dalanm neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali" [An Nisaa' (4): 97]
Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya diri sendiri di sini, ialah orang-orang muslimin Mekah yang tidak mau hijrah bersama Nabi sedangkan mereka sanggup. Mereka ditindas dan dipaksa oleh orang-orang kafir ikut bersama mereka pergi ke perang Badar; akhirnya di antara mereka ada yang terbunuh dalam peperangan itu.
Allah juga berkata: "Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" [An Nisaa' (4): 100]
Sebahagian orang Indonesia memang sudah hijrah tetapi hanya badannya saja sedangkan pikirannya masih bersama Hindunesia. Hal ini terindikasi bahwa mereka senantiasa mengekspos pikiran penguasa Indonesia yang bathil, mulai dari Soekarno sampai Yudhoyono cs. Sebahagian mereka sudah belajar di Qum Iran tetapi kebathilan Pancasila mereka masih tidak tau hingga bangga mengekspose pernyataan penguasa Indonesia bahwa Pancasila itu alat pemersatu bangsa dengan alasan Indonesia itu multi agama. Tidakkah mampukah mereka menganalisa, apakah Republik Islam Iran tidak multi agama? Dengan ideology apakah pemimpin mereka mempersatukan rakyatnya?
Kalau orang Mekkah yang tidak hijrah ke Madinah, dibawa serta oleh Abu Sofyan cs untuk memerangi orang Islam di Madinah, orang Indonesia yang bersekongkol dalam system tersebut juga bertanggung jawab kelak terhadap orang-orang yang dibunuh oleh tentara dan polisi Indonesia di Acheh - Sumatra, West Papua, Maluku Selatan dan juga di pulau jawa sendiri, kendatipun yang dibunuh itu orang non Islam sekalipun. Ini adalah makna "System". Dengan kata lain, aqidah kita akan sirna ketika kita bersatupadu dalam "bahtera" yang mezalimi kaum mustadhafin. Perlu diketahui bahwa kaum mustadhafin yang tidak sanggup hijrah badannya disebabkan "miskinnya" untuk keluar dari pulau yang dikelilingi laut, akan dimaafkan Allah dengan terpaksa "bertaqiyyah". Mereka pastinya lebih baik dari orang yang hanya hijrah badannya tadi. Apakah terlalu rumit untuk dipahami?
From: Sunny <ambon@tele2.se>
To: Undisclosed-Recipient@yahoo.com
Sent: Saturday, October 29, 2011 4:38 PM
Subject: «PPDi» SBY-Boediono Gagal, Harus Berani Mundur
Ref: Kalau mereka berdua ini tidak berani mau mundur, apakah perlu dibantu oleh rakyat untuk dimundurkan? Jangan malu-malu kucing untuk meminta bantuan rakyat, mereka siap sedia untuk menolong kalian berdia untuk mundur!
http://www.mediaindonesia.com/read/2011/10/28/272031/289/101/-SBY-Boediono-Gagal-Harus-Berani-Mundur
SBY-Boediono Gagal, Harus Berani Mundur
Penulis : Widjajadi
Jumat, 28 Oktober 2011 20:57 WI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar