Selasa, 07 Februari 2017

ISLAM ITU TIDAK CUKUP DIPAHAMI DENGAN KACAMATA SYAR’I TETAPI JUGA DENGAN KACAMATA IDEOLOGI, PHILOSOFI DAN ESENSI/HAKIKAT







SYAHID DR ‘ALI SYARI’ATI 
MENIMBA ILMU DALAM JUBAH ABU DZAR GHIFARI
YANG BUKAN SIAPA - SIAPA 
KECUALI 
SAHABAT SETIA RASULULLAH SAWW 
DAN JUGA SAHABAT SETIA AHLULBAYTNYA
SAYA JUGA MENIMBA ILMU 
DARI SUMBER YANG SAMA
ILMU INI MENGANDUNG MUATAN HIKMAHNYA ISLAM
BUKAN SOFIANYA YAHUDI DAN NASRANI
DAN JUGA 
BUKAN NIRWANANYA HINDU DAN BUDHA

hsndwsp
Acheh - Sumatra
di
Ujung Dunia




 Bismillaahirrahmaanirrahiim

Di Indonesia sekarang para tokoh intoleran dan tidak berwawasan kemanusiaan serta terperangkap dalam pembelaan para koruptor baik secara sengaja atau tidak, telah menggunakan isue penodaan agama dan isue PKI untuk menggulingkan pemerintah Jokowi dan Ahok. Andaikata para hakim Indonesia dan segenap jajarannya masih orang-orang yang tidak memahami esensi keadilan dan agama Islam, besar kemungkinan Indonesia akan menjadi "Suriah dan Irak baru" yang menjadi medan perang Proxy.

Secara ideology, MUI yang membiarkan kaum mustadhafin hidup terlunta-lunta dan tidak memprotes saat penggusuran mereka di priode Suharto dan Yudhoyono adalah penoda agama terberat disisi Allah tetapi secara syar’i ala MUI tidak dianggap penodaan agama.

Ahok yang menolong kaum mustadhafin Jakarta dituduh menodai agama oleh syari’t ala Indonesia yang notabenenya adalah ajaran para Bal’am di lembaga MUI. Persekongkolan antara penguasa zalim (Jamaratul ‘ula), Karun (Jamaratul wus’a) dan Bal’am (Jamaratul ‘aqaba) di zaman Suharto dan Yudhoyono akan menghambat kesadaran Rakyat Indonesia untuk menggapai kesadarannya dalam beragama kecuali rakyat yang benar-benar memahami Esensi beragama, hingga pada merekalah Indonesia berkemungkinan menggapai secercah harapan.

Kini geleran Megawati yang dituduh menodai agama dan juga dituduh bekerjasama dengan PKI. Mungkin saja berikutnya tuduhan yang sama akan dialamatkan kepada Jokowi. Kendatipun kita pahami bahwa  DPR di Indonesia zaman Suharto dan Yudhoyono adalah Dewan Penipu Rakyat bukan Dewan Pembela/Perwakilan Rakyat tetapi sepertinya di zaman Jokowi – Ahok sekarang, DPR Indonesia sudah menampakkan kesadarannya untuk mewakili Rakyat via kepemimpinan Jokowi dan Ahok.

Secara Ideologis, Philosofis dan Esensi/Hakikat, apa saja aplikasi yang bertentangan dengan petunjuk Allah serta merugikan kemanusiaan adalah penodaan agama. Muslimah yang tidak tutup auratpun adalah penoda agama menurut Allah tetapi menurut  ajaran Bal’am di lembaga MUI itu tidak dianggap menodai agama makanya mayoritas penyiar  TV Indonesia tidak menutup auratnya. Ajaran MUI inilah yang saya maksudkan "Shiratal Mustaqim palsu" dimana ajaran tersebut bagaikan 2 sisi mata uang, yang satu bertuliskan nama Allah dan sisi lainnya bertuliskan Taghut. Orang beriman melihat sisi Taghutnya sedangkan orang awwam yang mengikuti bal’am hanya melihat sisi Allahnya saja. Dalam situasi seperti ini manusia membutuhkan para Ideolog yang berwajah merah bukan para Ilmuwan yang berwajah pucat.

Korupsi  adalah penodaan  agama terberat walaupun mendapatkan  legitimate undang-undang sekali pun. Itulah sebabnya Rasulullah saww memilih hidup sederhana kendatipun Allah memperkenalkan beliau kerajaan macam Nabi Sulaiman tanopa mengurangi haknya sedikitpun di Akhirat nanti. Kenapa Rasulullah tidak menerima kesenangan macam Nabi Sulaiman? Agar  pemimpin sepening galnya sadar bahwa kemewahan diatas penderitaan rakyat adalah suatu kezaliman dan pelakunya adalah penoda agama. Lalu kita bertanya-tanya bahwa diantara sekian banyak pemimpin yang mengaku diri semagai Muslim, mengapa baru Ahmadinejad  satu-satunya pemimpin yang tidak mau menerima gajinya dan bahkan tidak mau tinggal di Istana?  Gajinya dicukupkan sekedar honornya dari mengajar di suatu University. Apakah kita tidak mendapat undangan Allah untuk berpikir secara seksama dengan "fenomena seorang Ahmadinejad" agar kita terselamat dari api Neraka?

Yudhoyono dan seluruh pejabat yang hidup mewah serta para pencari kesenangan diatas penderitaan kaum mustadhafin adalah  penoda agama tereberat, bagaimana mungkin mereka merekayasa Ahok yang anti korupsi dan pembasmi korupsi di Indonesia bisa dipermainkan dan dituduh penista agama? Betapa zalimnya para Hakim dan segenap pihak yang beraliansi dengan para hakim  andaikata Ahok dipersalahkan dalam vonisnya nanti. Semoga para hakim priode Jokowi ini sudah berobah sebagaimana para tentara dan polisi. Hanya inilah harapan kita bersama Jokowi dan Ahok.

Ketika Indonesia menzalimi Rakyat Acheh disebabkan mereka menuntut haknya dibawah pimpinan DR Hasan Muhammad Ditiro, Allah mengirimkan Tsunami untuk mengundang masyarakat Dunia agar bisa melihat apa yang terjadi di Acheh kala itu. Sebahagian penduduk Dunia mengirimkan dana dan bantuan berupa barang yang memenuhi gudang-gudang di pelabuhan Sumatera Utara. Namun barang tersebut tidak pernah sampai ketangan para kaum mustadhafin Acheh yang sedang ditimpa musibah. Sedangkan dana berupa uang habis dilahap para koruptor yang mendapatkan legitimate Yudhoyono. Salahsatunya yang terbesar adalah Kuntoro Mangkusubroto yang diangkat Yudhoyono dengan dalih merehabilitasi Acheh paska tsunami. Selain Kuntoro, Yudhoyono juga beserta tokoh Acheh palsu mendapat kecipratan dana tersebut. Inilah yang namanya korupsi yang mendapat legitimate, apakah pembaca hanya bisa melihat sebatas ini? Insya Allah akan kita lihat lebih luas lagi andaikata kita termasuk orang-orang yang berpikiran kritis (critical thinking ).

Sebagai contoh pemikir yang kritis, ideologis dan philosofis, marilah kita bahas fenomena budak-budak modern sementara budak-budak ortodoks dapat disaksikan dalam video berikut ini:

Video nabi Yusuf 33



Manakah fenomena budak-budak modern? 
Allah swt mengutus para RasulNya untuk melepaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka (QS,7:157 & QS, 90:12-18).  Disamping itu para Rasul juga mengajarkan ummahnya tentang perkara halal dan haram (baca Hablum minallah dan hablum minannas).  Allah memfokuskan petunjukkNya pada hablum minannas (tidak menerima hablum minallah bagi hambaNya yang tidak berhablum minannas) Inilah agama 2 dymensi. Para Bal’am di lembaga MUI hanya berhablum minallah saja sedangkan hablum minannas mereka aplikasikan sebatas kulitnya saja (baca sekedar bersalaman pada hari raya haji dan shaum). Mereka tidak pernah tau kalau masih ada hari raya terbesar yang tidak disebabkan ibadah Haji dan shaum tetapi disebabkan perpanjangan keimamahan Rasulullah sendiri di Ghadirkhum agar ummahnya mampu mendeteksi Shiratal Mustaqim Murni/Sejati. Mengapa para Bal’am melalukan hanya sebatas tersebut?  Hal ini disebabkan mereka dan pengikut setianya tidak beragama secara benar (baca mereka hanya ber Shitatalmustaqim palsu). Akibat salah dalam berhablum minannas, maka dalam berhablum minallahpun rusak  secara otomatis.

Perlu digarisbawahi bahwa fi sabilinnas sama dengan fisabilillah. Bagaimana mungkin manusia hendak menolong Allah swt sedangkan manusia pasti tau bahwa Allah tidak butuh pertolongan dari makhlukNya. Sebaliknya manusia juga melihat ayat-ayatNya, Dia berkata bahwa barang siapa menolongNya, Dia akan menolong orang tersebut. Apakah kita terlalu sukar memahami maksud Allah di ayat-ayat tersebut?  Ketika kita menolong kaum mustadhafin bermakna kita telah menolong Allah. Inilah makna pemahaman manusia sejati yang beriman kepada Allah swt bukan sekedar memperbanyak Ibadah ritual saja (baca hanya berkhusuk sepi di relung-relung mesjid) sementara kaum mustadhafin yang merintih di gubuk-gubuk derita dalam hidupnya tidak ada yang mau menolong. Ketika ada pihak yang menolong mereka dan melenyapkan para koruptor (baca pencuri berdasi), sebahagian tokoh Indonesia beraliansi dengan para Bal’am, merekayasa agar orang tersebut dapat digulingkan dengan tuduhan penistaan agama. Adalah hal yang sama telah direkayasa terhadap setiap pimpinan KPK dengan persekongkolan "Fir’un, Karun dan Bal’am" huingga mereka yang benar berada di penjara dan yang salah bisa ketawaria.

Allah, Tuhannya kaum mustadhafin mengamanahkan kepada setiap orang yang berilmu agar menggunakann ilmunya untuk membebaskan kaum mustadhafin dari belenggu yang menimpa kuduk-kuduk mereka tetapi para ilmuwan yang tidak beriman tanpa sadar bersedia menjadi budak-budak modern. Setelah mereka menamatkan pendidikannya, segera berbaris hampir disetiap kota-kota besar dunia agar mendapat tawaran yang paling menyenangkan dalam hidupnya. Para pembeli budak modern menawarkan harga mereka yang aduhai. Yang pertama mengatakan bahwa kalau anda mau bekerja pada perusahaan saya akan menerima gaji yang besar. Lalu datang pembeli kedua mengatakan bahwa siapa yang bekerja pada saya disamping gaji yang tinggi juga rumah mewah. Kemudian datanglah pembeli ketika mengatakan bahwa dia sanggup memberikan gaji yang tinggi, rumah mewah dan kenderaan yang luck. Akhirnya para budak modern tersebut termangut-mangut memilih tuannya yang sanggup memberikan segalanya yang aduhai dan lupalah mereka pesan Allah untuk menolong kaum mustadhafin, sebaliknya hanya memikirkan keluarganya, berhablum minallah secara salah dan selalu berdo’a agar gajinya dinaikkan setiap tahun serta karirnya meningkat tajam. Untuk tercapai kehendaknya mereka siap melakukan apa saja demi menggapai tujuannya termasuk mempertuhankan atasannya. 


Kesimpulan:
Apa saja yang melanggar aturan agama yang haq adalah kezaliman dan setiap kezaliman adalah penodai agama. Bal’am yang bercokol di lembaga MUI adalah penempuh shIratalmustaqim palsu yang telah digoreskan Rasulullah diatas pasir dengan goresan yang lurus dan tebal tetapi dalam garis lurus dan tebal tersebut Rasulullah juga membuat garis kecil yang bergelombang bagaikan tumbuhan menjalar yang melingkari pohon petai. Mereka yang tidak kritis tidak mampu melihat garis kecil yang berkelok-kelok itu. Mereka yang menimba ilmu dari para Bal’am mengira itulah shiratal mustaqim hingga yakin benar bahwa mereka berada pada jalan yang lurus dalam "bahtera Taghut yang Zalim".



Billahi fi sabililhaq
hsndwsp

Di Ujung Dunia













Dengarkan suara Rausyanfikr Indonesia 
Jalaluddin Rahmat:







 Keteterangan Kuasa Hukum Sidang Ahok ke 9 Terkait 
Soal Penyadapan SBY dan Ma'ruf Amin-7 Februari 2017
Terbukti Said Aqil keliru memahami pernyataan Ahok

MENYAKSIKAN AHOK/BASUKI CAHAYA PURNAMA 


TSUNAMI DI ACHEH - SUMATRA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar