SESUNGGUHNYA KEBENARAN ITU DATANGNYA DARI ALLAH.
JUSTRU ITU BERFIKIRLAH SESUAI PETUNJUKNYA,
RASUL DAN IMAM-IMAM YANG DIUTUS
ALLAH DAN RASULNYA,
BUKAN BERFIKIR
MENURUT LOGIKA KITA
SEMATA-MATA
hsndwsp
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Rasulullah Muhammad saww berkata:
"Yang benar itu tetap benar walaupun keluar dari mulut anak yang ingusan". Hadist ini mengandung arti yang tersirat bahwa yang salah itu tetap salah walau keluar dari mulut orang yang mengklaim diri sebagai ulama. Melalui Hadist itu kita mampu mengkritisi wa lau 'ulama' sekalipun disebabkan adanya informasi dari Rasulullah bahwa sesungguhnya me reka itu bukan ulama tetapi orang-orang yang mengklaim diri sebagai ulama. Andai kata mereka masih kita sebut ulama, pastinya menyandang kata sifat jelek lainnya dibela kang seperti "suk" atau "gadongan". Hal ini sesuai info dari Rasulullah sendiri: "Akan da tang suatu masa yang menimpa manusia; tidak ada Islam kecuali tinggal namanya saja, tidak ada Al Qur'an kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mewah tetapi kosong dari petunjuk serta 'ulama' nya adalah orang yang paling jahat yang berada di kolong langit. . . . . . ." (HR. Baihaqi).
Dinegara-negara yang bersystem taghut despotic seperti Indonesia siapapun yang memili ki ilmu agama dikatakan ulama. Inilah yang membuat orang banyak jadi sesat. Malah di dalam system Indonesia itu sampai ke Acheh sengaja dibentuk suatu lembaga yang ber nama "Majlis Ulama", sementara sepakterjangnya tidak seperti ulama. Mereka sesungguh nya bukan ulama tetapi "Bal'am", yang merupakan sebagai simbolisasi ulama palsu atau ulama gadongan. Bal'am yang terkenal di jaman Nabi Musa meskipun 'alim' luarbiasa tetapi tidak tunduk patuh kepada Allah dan RasulNya (Musa dan Harun). Ulama palsu itu tunduk patuh kepada penguasa zalim yaitu Firaun. Bal'am itu tidak mampu menahan diri akibat nikmatnya dalam system Firu'n sebagaimana ulama gadongan dalam system Hin dunesia, "kabur matanya" idak mampu keluar dari enaknya "hidangan" penguasa Hindu nesia.
Sebagaimana setiap ulama palsu atau gadongan disebut "Bal'am", penguasa zalim juga disebut "Fir'un-fir'un". Itulah sebabnya semua ulama yang tunduk patuh kepada pengua sa Hndunesia, baik yang tergabung dalam lembaga "Majlis Ulama" maupun yang diluar majlis ulama gadongan itu kita berani menyebutnya sebagai 'Bal'am'. Hal ini bukan berda sarkan emosionil akibat perlakuan jahat mereka terhadap Acheh - Sumatra, West Papua dan Ambon, tetapi berdasarkan petunjuk Allah dalam Al Qur-an dan RasulNya dalam Hadist. Justeru itu sungguh tidak beralasan kalau mereka marah sama kita, ketika kita perjelas posisi mereka.
Kebanyakan manusia yang tidak berideology Islam di Indonesia dan juga di tanah Ren cong tidak mampu memahami kalau semua ulama atau 'alim palsu yang bersatupadu dalam system Taghut Indonesia despotic itu sama fungsinya dengan "Bal'am" yang me nentang Nabi Musa as dengan mengeluarkan fatwa-fatwanya, untuk melanggengkan ke kuasaan "Fir'un", sang majikannya. Mereka kerap kali menuduh kita "menghakimi" ketika mengkritisi alim-alim palsu itu. Padahal kalau kita menggunakan ayat Allah dan Rasulnya tempat kita berpijak, justeru Allah swt dan RasulNyalah yang menghakimi, bukan kita. Tu duhan yang sama juga sering muncul dimana-mana bahwa menurut mereka itu kita tidak boleh mengkafirkan orang lain. Mereka tidak sadar kalau yang mengkafirkan itu bukan kita tetapi Allah sendiri yang mengkafirkannya melalui ayat-ayatnya. ". . . . . . . Waman lam yahkum bima anzalalah, faulaika humul kafirun. . . . . . .Waman lam yahkum bima anzalallah, faulaika humuldh dhalimun. . . . . . . Waman lam yahkum bima anzalallah, faulaika humul fasiqun." (QS. Al Maidah, 5 : 44, 45 dan 47).
Kita dituntut Allah agar berpegang teguh pada kitab Qur'an sedangkan hadist kita butuh kan ketika kita berhadapan dengan ayat-ayat mutasyabihat. Sementara kebanyakan manu sia mempelintirkan ayat-ayat muhkamat sebagai ayat-ayat mutasyabihat dengan cara de mikianlah mereka dapat membela kaum yang zalim yang bersatu padu dalam system ta ghut despotic, dimana mereka terperangkap di dalamnya disebabkan tidak kritis terhadap ilmu yang mareka timba dalam system thaghut tersebut.
Andaikata kita enggan mengatakan kafir kepada orang-orang yang dinyatakan Allah seba gai kafir (baca orang-orang yang bersekongkol dalam system thagut despotic manapun), justru kitalah yang kafir (hadist). Kalau Rasulullah mengatakan bahwa kita tidak boleh mengkafirkan seseorang, bagi orang-orang yang sempurna fikirannya memahami betul bahwa terdapat makna tersirat dalam hadist tersebut, kita juga tidak boleh mengislamkan seseorang kalau Allah sendiri telah menyatakan kafir sebagaimana kafirnya orang-orang yang bersekongkol dalam system thaghut yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah (QS. Al Maidah, 5 : 44, 45, 47).
Jadi disinilah gunanya kita diberikan fikiran oleh Allah agar dapat mengambil kesimpulan yang tepat manakala berhadapan dengan realita yang rumit berdasarkan firmanNya yang selalu diulang-ulang dalam AlQur-an: " . . . . . . .Afala ta'qilun? . . . . . . .Afala yatazakkarun. ? . . . . . .
Untuk lebih jelas mari kita analisa alinia-alinia berikut ini:
Berdasarkan afala ta`qilun dan afala yatazakkarun, manusia didunia ini diklasifikasikan ke pada 4 katagori:
1. Katagori orang Islam disisi Allah, Islam disisi manusia.
2. Katagorii orang Islam disisi Allah, Kafir disisi manusia.
3. Katagori orang Kafir disisi Allah, Kafir disisi manusia.
4. Katagori orang Kafir disisi Allah, Islam disisi manusia.
Manusia dalam katagori nomor 1 adalah Islam. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa penilai berada dalam system Islam atau kedaulatan Allah dan bersatu padu didalamnya. Manusia dalam katagori nomor 2, juga Islam, sebab ketika pandangan suatu komunitas manusia bertolak belakang dengan pandangan Allah, justru pandangan Allahlah yang haq menentukannya. Fenomena pada point nomor dua ini menunjukkan bahwa penilai menganggap kafir terhadap orang yang dinyatakan Allah sebagai Islam. Penilai tersebut berada dalam komunitas yang bersatu padu dalam system Taghut yang bertentangan dengan system Allah.
Manusia yang berada dalam katagori nomor 3, adalah Kafir. Fenomena ini menunjukkan bahwa penilai bersatu padu dalam system Allah hingga mampu menilai seseorang sesuai dengan penilaian Allah. Terakhir manusia dalam katagori nomor 4, juga Kafir. Fenomena ini menunjukkan bahwa penilainya adalah orang-orang yang menganggap diri Islam tapi bersatupadu dalam system Taghut. Justru itulah mereka tidak mampu mengenal secara persis mana orang yang benar-benar Islam dan mana orang yang hanya menganggap diri Islam sementara menurut Allah sendiri orang tersebut adalah kafir. Orang-orang yang meyakini dan bersatupadu dalam system Taghut inilah yang sering menuduh orang lain mengkafirkan orang secara sembarangan. Mereka sesunguhnya tidak mantap 'Aqidah dan Ideology Islamnya.
Untuk memahami benar bagaimana keberadaan dan sepakterjangnya Fir'aun, Karun dan Bal'am, marilah kita analisa alinia-alinia berikut ini:
Wahai pasukan jihad!
Tembaklah Fir'aun yang mengatakan "Akulah Tuhan" yang mengazab siapa saja yang berani menentangnya. Tembaklah Karun yang mengatakan "Akulah Pemilik Harta", dan menjauhkan kaum dhu'afa dari pembendaharaan Dunia. Tembaklah Bal'am yang menga takan "Akulah Pemilik Agama", dan meninabobokkan rakyat jelata dengan bisikan "Syur ga" dan "Sabar" ketelinga mereka.
Fir'aun memberi legitimate kepada Karun untuk merampok uang rakyat dengan cara ko rupsi, manipulasi dan monopoli ekonomi. Sedangkan Bal'am menuhankan Fir'aun, tidak akan pernah membantah apa saja kemauan Fir'aun walaupun mendhalimi rakyatnya, bah kan senantiasa siap membela Fir'un dengan mempelintirkan ayat-ayat Allah manakala tim bul protes dari orang-orang idealis.
Ketiga simbolisasi itu merupakan trinitas yang saling menguatkan satu sama lainnya. Di lembah Mina engkau hanya menyaksikan 3 berhala, sementara Hamman (arsitek Fir'aun) disatukan dengan Karun (Konglomerat). Orang awwam bilang begini: "Kong kalingkong tutup mata raba kantong, gara-gara Kong rakyat melarat"
Fir'un memerintahkan Hamman untuk membuat sebuah kolam renang, biayanya disuruh ambil pada si Karun. Setelah selesai, wanita dan pria pun asik berenang-renang dengan pakaian super ketat. Saat orang-orang idealis memperotesnya, Bal'am datang berlagak "Ulama" serta berfatwa: "Allah itu indah dan mencintai keindahan. Yang paling indah di dunia ini adalah perempuan, justeru itu biarkanlah mereka itu berenang-renang supaya awet muda".
Wahai pasukan jihad, kini engkau berhadapan dengan mereka di lembah Mina. Kerah kanlah segenap kekuatanmu untuk meluluh-lantakkan mereka supaya dunia ini benar-benar aman, bukan aman dipasung. Justru itu dengarkanlah apa kata Nabi Ibrahim as, bintang Revolusi yang berhasil meluluh-lantakkan kekuasaan Namrud: "Manakala engkau berhadapan dengan Fir'aun, abaikanlah dia. Manakala berhadapan dengan Karun, biar kanlah dia, namun begitu engkau berhadapan dengan Bal'am, tembakkan dia. Apakah engkau menembak kakinya? Bukan. Apakah engkau menembak badannya? Juga bukan. Apakah engkau menembak kepalanya? Benar. Tepat sekali tembakan engkau. Tembak lah Bal'am itu di kepalanya atau jantungnya. Untuk memastikan dia benar-bemar roboh, membutuhkan 7 kali tembakan, demikianlah menurut guru-guru yang bijak.
Aneh sekali memang. Ketika jama'ah Haji melewati pintu gerbang Mina, musuh yang per tama ketemu adalah Fir'aun, lalu disusul oleh Karun, baru kemudian Bal'am yang tera khir sekali. Sedangkan serangan pada tanggal 10 Zulhijjah, khusus untuk me lumpuhkan kekuatan Bal'am dan membiarkan Fir'aun dan Karun buat sementara. Mengapakah demi kian? Allah, Tuhannya kaum mustadhafin menghentakkan pikiran kita untuk ber-afala ta' qilun dan berafala yatazakkarun.
Sesungguhnya ketiga simbolisasi itu melambangkan type orang-orang berbahaya, namun yang paling berbaya adalah "Bal'am". Mengapa demikian? Lazimnya dalam suatu komuni tas Islam, ulama memiliki kharisma yang tinggi ditengah-tengah masyarakat awam. Kalau posisi ulama di ambil alih oleh Bal'am dalam suatu negara, dapat dipastikan tidak ada orang yang berani melawan setiap fatwa yang dikeluarkannya.
Ketika seorang kepala negara atau Raja menjalankan roda pemerintahannya dengan se wenang-wenang, menzalimi kaum mustadhafin, Bal'amlah yang membisikkan kata-kata surga dan sabar ketelinga rakyat jelata, dengan cara demikianlah Bal`am membuat rakyat jelata terlena, hingga tidak mampu lagi mengkritik kesewenang-wenangan pemerintah (Presiden/Raja) sementara setiap jajaran pegawai pemerintahan, apakah dia seorang Sar jana biasa, Doktor, Propessor tetap saja menuhankan atasan nya, kendatipun mereka me ngaku Tuhan itu satu dimulut mereka. Andaikata pada suatu hari atasannya mengatakan bahwa sekarang bukan siang tetapi malam, bawahannya langsung membenarkan, "Oi ya ya, tadi aku menyaksikan bulan dan biiintang".
Di Mesjid-Mesjid kebanyakan khatib berani mempelintirkan ayat-ayat Allah, demi menjaga kewibawaan Pemerintah. Masyarakat diarahkan untuk berdoa saja dalam menghadapi se tiap bentuk kezaliman. Hadist palsu seperti: "Doa adalah senjata orang Mukmin" dipopu lerkan di tengah-tengah komunitas kaum Muslimin. Kendatipun kezaliman sudah menca pai klimaknya, tetap saja tidak boleh dilawan sebab kepala pemerintahan/Raja masih me lakukan shalat, apalagi sudah naik haji hingga mendapat titel Haji didepan namanya. Justru itu kita diarahkan untuk melakukan "Do`a Tolakbala" dengan memperagakan tela pak tangan dalam keadaan Telungkup kebawah dan dianggap selesailah perkara mence gah kemungkaran. Demikianlah arahan si Bal'am. Ma. . . sya Allah. . . . . . .
Sesungguhnya Bal'am itu merupakan penyakit yang paling berbahaya bagi kemanu siaan. Bahaya penyakit inilah yang di indikasikan dalam Qur'an Surah terakhir (An-Naas ; 1-6). Bahaya dalam surah Al-Falaq akan berakhir setelah mendapat serangan sinar Ma tahari (perhatikanlah orang yang kena sihir atau guna-guna dimana aktivitas tukang sihir ampuh dikegelapan atau malam tetapi begitu subuh tiba aktivitasnya terhenti), namun bahaya dalam surah An-Naas tidak akan pernah berakhir.
Justru itulah pada akhir dari pertunjukan Haji, dianjurkan untuk membahas hakikat dari Qur'an surah An-Naas dalam konferensi Internasional paska Haji di Lembah Mina, di alam terbuka. Namun sayang sekali, konferensi seperti itu tidak akan pernah terjadi manakala Pertunjukan Akbar ini masih dikuasai oleh Pemimpin Thaghut Saudi Arabia. Bagaimana mungkin exisnya suatu Konferensi, sementara di dalamnya dibahas strategi-strategi yang harus ditempuh oleh setiap jamaah Haji dalam meraih keberhasilannya sebagai Arsitek Revolusi, minimal bergabung dengan saudara-saudara mereka yang sedang ber Revolusi di negara asalnya masing-masing, sementara pengelola pertunjukan Haji sendiri adalah berhala yang engkau serang di Lembah Mina.
Wahai pasukan jihad!
Kendatipun engkau telah berhasil merobohkan Bal'am, namun engkau tidak boleh le ngah walau sedikitpun. Betapa sering dalam sejarah, suatu revolusi memakan anak-anak nya sendiri, mengalami dekaden kembali hanya setelah satu generasi berlalu. Kuman-kuman yang telah lama terpendam dibawah tanah, akan muncul kembali kepermukaan. Kaum reaksioner yang pernah mengaku sebagai sahabatmu sendiri muncul secara se rentak untuk bereaksi. Engkau telah melumpuhkannya dalam Perang Badar namun muncul kembali dalam Perang Siffain. Engkau telah memusnah kannya di mesjid-mesjid Dhirar, namun dia muncul kembali di mesjid Kofah. Engkau telah merasa aman dan lega setelah menguasai Madinah, Mekkah bahkan seluruh jazirah Arabia, Namun pada gene rasi yang kedua Islam mendapat pukulan yang paling telak di Karbala. Bagaimana mung kin cucu Rasulullah bersama sahabat setianya dibantai di Karbala? Cucu dari seorang presiden saja terlindung dari perlakuan seperti itu.Renungkanlah saudaraku.
Musuh yang sepertinya tidak pernah lenyap di permukaan Bumi ini di indikasikan Allah dalam surah terakhir dari Al-Qur'an al-Karim, dan disimbolisasikan di lembah Mina seba gai Bal'am (jamarah terakhir). Justeru itulah di khususkan menyerang kekuatan tersebut pada tanggal 10 Zulhijjah, 7 kali tembakan. Pada tanggal 11 Zulhijjah, barulah engkau diperintahkan untuk menggempur secara keseluruhan. Tembaklah Fir'aun 7x, Karun 7x dan lagi-lagi Bal'am 7x. Sudah berapa pelurukah kau habiskan? 7x4 = 28 peluru. Serangan dilanjutkan pada tanggal 12 Zulhijjah. Tembak Fir'aun 7x, Karun 7x, Bal'am 7x. Pada tanggal 13 Zulhijjah gempur lagi, tembak Fir'aun 7x, Karun 7x dan Bal'am pun masih perlu kau tembak 7x lagi. Sudah berapa pelurukah engkau habiskan? 28 + 7 x 6 = 28 + 42 = 70 peluru. Engkau masih memiliki sisanya 7 peluru lagi. Selesai sudah pertem puranmu. Jika engkau sudah berkorban dan ingin kembali ke negeri asalmu, kuburkanlah senjatamu bersama sisa peluru di Mina. Namun jika engkau memilih untuk tinggal di Mina, ulangilah seranganmu pada hari-hari berikutnya dengan sisa peluru yang masih engkau miliki. Sebab, Mina adalah medan pertempuran, jika engkau masih berada disa na engkau senantiasa harus bertempur.
Baarakallah wal hidayah li walakum
Was salaamualaikum wr wbr
hsndwsp
di Ujung Dunia
Rasulullah Muhammad saww berkata:
"Yang benar itu tetap benar walaupun keluar dari mulut anak yang ingusan". Hadist ini mengandung arti yang tersirat bahwa yang salah itu tetap salah walau keluar dari mulut orang yang mengklaim diri sebagai ulama. Melalui Hadist itu kita mampu mengkritisi wa lau 'ulama' sekalipun disebabkan adanya informasi dari Rasulullah bahwa sesungguhnya me reka itu bukan ulama tetapi orang-orang yang mengklaim diri sebagai ulama. Andai kata mereka masih kita sebut ulama, pastinya menyandang kata sifat jelek lainnya dibela kang seperti "suk" atau "gadongan". Hal ini sesuai info dari Rasulullah sendiri: "Akan da tang suatu masa yang menimpa manusia; tidak ada Islam kecuali tinggal namanya saja, tidak ada Al Qur'an kecuali tinggal tulisannya saja, masjid-masjid mewah tetapi kosong dari petunjuk serta 'ulama' nya adalah orang yang paling jahat yang berada di kolong langit. . . . . . ." (HR. Baihaqi).
Dinegara-negara yang bersystem taghut despotic seperti Indonesia siapapun yang memili ki ilmu agama dikatakan ulama. Inilah yang membuat orang banyak jadi sesat. Malah di dalam system Indonesia itu sampai ke Acheh sengaja dibentuk suatu lembaga yang ber nama "Majlis Ulama", sementara sepakterjangnya tidak seperti ulama. Mereka sesungguh nya bukan ulama tetapi "Bal'am", yang merupakan sebagai simbolisasi ulama palsu atau ulama gadongan. Bal'am yang terkenal di jaman Nabi Musa meskipun 'alim' luarbiasa tetapi tidak tunduk patuh kepada Allah dan RasulNya (Musa dan Harun). Ulama palsu itu tunduk patuh kepada penguasa zalim yaitu Firaun. Bal'am itu tidak mampu menahan diri akibat nikmatnya dalam system Firu'n sebagaimana ulama gadongan dalam system Hin dunesia, "kabur matanya" idak mampu keluar dari enaknya "hidangan" penguasa Hindu nesia.
Sebagaimana setiap ulama palsu atau gadongan disebut "Bal'am", penguasa zalim juga disebut "Fir'un-fir'un". Itulah sebabnya semua ulama yang tunduk patuh kepada pengua sa Hndunesia, baik yang tergabung dalam lembaga "Majlis Ulama" maupun yang diluar majlis ulama gadongan itu kita berani menyebutnya sebagai 'Bal'am'. Hal ini bukan berda sarkan emosionil akibat perlakuan jahat mereka terhadap Acheh - Sumatra, West Papua dan Ambon, tetapi berdasarkan petunjuk Allah dalam Al Qur-an dan RasulNya dalam Hadist. Justeru itu sungguh tidak beralasan kalau mereka marah sama kita, ketika kita perjelas posisi mereka.
Kebanyakan manusia yang tidak berideology Islam di Indonesia dan juga di tanah Ren cong tidak mampu memahami kalau semua ulama atau 'alim palsu yang bersatupadu dalam system Taghut Indonesia despotic itu sama fungsinya dengan "Bal'am" yang me nentang Nabi Musa as dengan mengeluarkan fatwa-fatwanya, untuk melanggengkan ke kuasaan "Fir'un", sang majikannya. Mereka kerap kali menuduh kita "menghakimi" ketika mengkritisi alim-alim palsu itu. Padahal kalau kita menggunakan ayat Allah dan Rasulnya tempat kita berpijak, justeru Allah swt dan RasulNyalah yang menghakimi, bukan kita. Tu duhan yang sama juga sering muncul dimana-mana bahwa menurut mereka itu kita tidak boleh mengkafirkan orang lain. Mereka tidak sadar kalau yang mengkafirkan itu bukan kita tetapi Allah sendiri yang mengkafirkannya melalui ayat-ayatnya. ". . . . . . . Waman lam yahkum bima anzalalah, faulaika humul kafirun. . . . . . .Waman lam yahkum bima anzalallah, faulaika humuldh dhalimun. . . . . . . Waman lam yahkum bima anzalallah, faulaika humul fasiqun." (QS. Al Maidah, 5 : 44, 45 dan 47).
Kita dituntut Allah agar berpegang teguh pada kitab Qur'an sedangkan hadist kita butuh kan ketika kita berhadapan dengan ayat-ayat mutasyabihat. Sementara kebanyakan manu sia mempelintirkan ayat-ayat muhkamat sebagai ayat-ayat mutasyabihat dengan cara de mikianlah mereka dapat membela kaum yang zalim yang bersatu padu dalam system ta ghut despotic, dimana mereka terperangkap di dalamnya disebabkan tidak kritis terhadap ilmu yang mareka timba dalam system thaghut tersebut.
Andaikata kita enggan mengatakan kafir kepada orang-orang yang dinyatakan Allah seba gai kafir (baca orang-orang yang bersekongkol dalam system thagut despotic manapun), justru kitalah yang kafir (hadist). Kalau Rasulullah mengatakan bahwa kita tidak boleh mengkafirkan seseorang, bagi orang-orang yang sempurna fikirannya memahami betul bahwa terdapat makna tersirat dalam hadist tersebut, kita juga tidak boleh mengislamkan seseorang kalau Allah sendiri telah menyatakan kafir sebagaimana kafirnya orang-orang yang bersekongkol dalam system thaghut yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah (QS. Al Maidah, 5 : 44, 45, 47).
Jadi disinilah gunanya kita diberikan fikiran oleh Allah agar dapat mengambil kesimpulan yang tepat manakala berhadapan dengan realita yang rumit berdasarkan firmanNya yang selalu diulang-ulang dalam AlQur-an: " . . . . . . .Afala ta'qilun? . . . . . . .Afala yatazakkarun. ? . . . . . .
Untuk lebih jelas mari kita analisa alinia-alinia berikut ini:
Berdasarkan afala ta`qilun dan afala yatazakkarun, manusia didunia ini diklasifikasikan ke pada 4 katagori:
1. Katagori orang Islam disisi Allah, Islam disisi manusia.
2. Katagorii orang Islam disisi Allah, Kafir disisi manusia.
3. Katagori orang Kafir disisi Allah, Kafir disisi manusia.
4. Katagori orang Kafir disisi Allah, Islam disisi manusia.
Manusia dalam katagori nomor 1 adalah Islam. Fenomena tersebut menunjukkan bahwa penilai berada dalam system Islam atau kedaulatan Allah dan bersatu padu didalamnya. Manusia dalam katagori nomor 2, juga Islam, sebab ketika pandangan suatu komunitas manusia bertolak belakang dengan pandangan Allah, justru pandangan Allahlah yang haq menentukannya. Fenomena pada point nomor dua ini menunjukkan bahwa penilai menganggap kafir terhadap orang yang dinyatakan Allah sebagai Islam. Penilai tersebut berada dalam komunitas yang bersatu padu dalam system Taghut yang bertentangan dengan system Allah.
Manusia yang berada dalam katagori nomor 3, adalah Kafir. Fenomena ini menunjukkan bahwa penilai bersatu padu dalam system Allah hingga mampu menilai seseorang sesuai dengan penilaian Allah. Terakhir manusia dalam katagori nomor 4, juga Kafir. Fenomena ini menunjukkan bahwa penilainya adalah orang-orang yang menganggap diri Islam tapi bersatupadu dalam system Taghut. Justru itulah mereka tidak mampu mengenal secara persis mana orang yang benar-benar Islam dan mana orang yang hanya menganggap diri Islam sementara menurut Allah sendiri orang tersebut adalah kafir. Orang-orang yang meyakini dan bersatupadu dalam system Taghut inilah yang sering menuduh orang lain mengkafirkan orang secara sembarangan. Mereka sesunguhnya tidak mantap 'Aqidah dan Ideology Islamnya.
Untuk memahami benar bagaimana keberadaan dan sepakterjangnya Fir'aun, Karun dan Bal'am, marilah kita analisa alinia-alinia berikut ini:
Wahai pasukan jihad!
Tembaklah Fir'aun yang mengatakan "Akulah Tuhan" yang mengazab siapa saja yang berani menentangnya. Tembaklah Karun yang mengatakan "Akulah Pemilik Harta", dan menjauhkan kaum dhu'afa dari pembendaharaan Dunia. Tembaklah Bal'am yang menga takan "Akulah Pemilik Agama", dan meninabobokkan rakyat jelata dengan bisikan "Syur ga" dan "Sabar" ketelinga mereka.
Fir'aun memberi legitimate kepada Karun untuk merampok uang rakyat dengan cara ko rupsi, manipulasi dan monopoli ekonomi. Sedangkan Bal'am menuhankan Fir'aun, tidak akan pernah membantah apa saja kemauan Fir'aun walaupun mendhalimi rakyatnya, bah kan senantiasa siap membela Fir'un dengan mempelintirkan ayat-ayat Allah manakala tim bul protes dari orang-orang idealis.
Ketiga simbolisasi itu merupakan trinitas yang saling menguatkan satu sama lainnya. Di lembah Mina engkau hanya menyaksikan 3 berhala, sementara Hamman (arsitek Fir'aun) disatukan dengan Karun (Konglomerat). Orang awwam bilang begini: "Kong kalingkong tutup mata raba kantong, gara-gara Kong rakyat melarat"
Fir'un memerintahkan Hamman untuk membuat sebuah kolam renang, biayanya disuruh ambil pada si Karun. Setelah selesai, wanita dan pria pun asik berenang-renang dengan pakaian super ketat. Saat orang-orang idealis memperotesnya, Bal'am datang berlagak "Ulama" serta berfatwa: "Allah itu indah dan mencintai keindahan. Yang paling indah di dunia ini adalah perempuan, justeru itu biarkanlah mereka itu berenang-renang supaya awet muda".
Wahai pasukan jihad, kini engkau berhadapan dengan mereka di lembah Mina. Kerah kanlah segenap kekuatanmu untuk meluluh-lantakkan mereka supaya dunia ini benar-benar aman, bukan aman dipasung. Justru itu dengarkanlah apa kata Nabi Ibrahim as, bintang Revolusi yang berhasil meluluh-lantakkan kekuasaan Namrud: "Manakala engkau berhadapan dengan Fir'aun, abaikanlah dia. Manakala berhadapan dengan Karun, biar kanlah dia, namun begitu engkau berhadapan dengan Bal'am, tembakkan dia. Apakah engkau menembak kakinya? Bukan. Apakah engkau menembak badannya? Juga bukan. Apakah engkau menembak kepalanya? Benar. Tepat sekali tembakan engkau. Tembak lah Bal'am itu di kepalanya atau jantungnya. Untuk memastikan dia benar-bemar roboh, membutuhkan 7 kali tembakan, demikianlah menurut guru-guru yang bijak.
Aneh sekali memang. Ketika jama'ah Haji melewati pintu gerbang Mina, musuh yang per tama ketemu adalah Fir'aun, lalu disusul oleh Karun, baru kemudian Bal'am yang tera khir sekali. Sedangkan serangan pada tanggal 10 Zulhijjah, khusus untuk me lumpuhkan kekuatan Bal'am dan membiarkan Fir'aun dan Karun buat sementara. Mengapakah demi kian? Allah, Tuhannya kaum mustadhafin menghentakkan pikiran kita untuk ber-afala ta' qilun dan berafala yatazakkarun.
Sesungguhnya ketiga simbolisasi itu melambangkan type orang-orang berbahaya, namun yang paling berbaya adalah "Bal'am". Mengapa demikian? Lazimnya dalam suatu komuni tas Islam, ulama memiliki kharisma yang tinggi ditengah-tengah masyarakat awam. Kalau posisi ulama di ambil alih oleh Bal'am dalam suatu negara, dapat dipastikan tidak ada orang yang berani melawan setiap fatwa yang dikeluarkannya.
Ketika seorang kepala negara atau Raja menjalankan roda pemerintahannya dengan se wenang-wenang, menzalimi kaum mustadhafin, Bal'amlah yang membisikkan kata-kata surga dan sabar ketelinga rakyat jelata, dengan cara demikianlah Bal`am membuat rakyat jelata terlena, hingga tidak mampu lagi mengkritik kesewenang-wenangan pemerintah (Presiden/Raja) sementara setiap jajaran pegawai pemerintahan, apakah dia seorang Sar jana biasa, Doktor, Propessor tetap saja menuhankan atasan nya, kendatipun mereka me ngaku Tuhan itu satu dimulut mereka. Andaikata pada suatu hari atasannya mengatakan bahwa sekarang bukan siang tetapi malam, bawahannya langsung membenarkan, "Oi ya ya, tadi aku menyaksikan bulan dan biiintang".
Di Mesjid-Mesjid kebanyakan khatib berani mempelintirkan ayat-ayat Allah, demi menjaga kewibawaan Pemerintah. Masyarakat diarahkan untuk berdoa saja dalam menghadapi se tiap bentuk kezaliman. Hadist palsu seperti: "Doa adalah senjata orang Mukmin" dipopu lerkan di tengah-tengah komunitas kaum Muslimin. Kendatipun kezaliman sudah menca pai klimaknya, tetap saja tidak boleh dilawan sebab kepala pemerintahan/Raja masih me lakukan shalat, apalagi sudah naik haji hingga mendapat titel Haji didepan namanya. Justru itu kita diarahkan untuk melakukan "Do`a Tolakbala" dengan memperagakan tela pak tangan dalam keadaan Telungkup kebawah dan dianggap selesailah perkara mence gah kemungkaran. Demikianlah arahan si Bal'am. Ma. . . sya Allah. . . . . . .
Sesungguhnya Bal'am itu merupakan penyakit yang paling berbahaya bagi kemanu siaan. Bahaya penyakit inilah yang di indikasikan dalam Qur'an Surah terakhir (An-Naas ; 1-6). Bahaya dalam surah Al-Falaq akan berakhir setelah mendapat serangan sinar Ma tahari (perhatikanlah orang yang kena sihir atau guna-guna dimana aktivitas tukang sihir ampuh dikegelapan atau malam tetapi begitu subuh tiba aktivitasnya terhenti), namun bahaya dalam surah An-Naas tidak akan pernah berakhir.
Justru itulah pada akhir dari pertunjukan Haji, dianjurkan untuk membahas hakikat dari Qur'an surah An-Naas dalam konferensi Internasional paska Haji di Lembah Mina, di alam terbuka. Namun sayang sekali, konferensi seperti itu tidak akan pernah terjadi manakala Pertunjukan Akbar ini masih dikuasai oleh Pemimpin Thaghut Saudi Arabia. Bagaimana mungkin exisnya suatu Konferensi, sementara di dalamnya dibahas strategi-strategi yang harus ditempuh oleh setiap jamaah Haji dalam meraih keberhasilannya sebagai Arsitek Revolusi, minimal bergabung dengan saudara-saudara mereka yang sedang ber Revolusi di negara asalnya masing-masing, sementara pengelola pertunjukan Haji sendiri adalah berhala yang engkau serang di Lembah Mina.
Wahai pasukan jihad!
Kendatipun engkau telah berhasil merobohkan Bal'am, namun engkau tidak boleh le ngah walau sedikitpun. Betapa sering dalam sejarah, suatu revolusi memakan anak-anak nya sendiri, mengalami dekaden kembali hanya setelah satu generasi berlalu. Kuman-kuman yang telah lama terpendam dibawah tanah, akan muncul kembali kepermukaan. Kaum reaksioner yang pernah mengaku sebagai sahabatmu sendiri muncul secara se rentak untuk bereaksi. Engkau telah melumpuhkannya dalam Perang Badar namun muncul kembali dalam Perang Siffain. Engkau telah memusnah kannya di mesjid-mesjid Dhirar, namun dia muncul kembali di mesjid Kofah. Engkau telah merasa aman dan lega setelah menguasai Madinah, Mekkah bahkan seluruh jazirah Arabia, Namun pada gene rasi yang kedua Islam mendapat pukulan yang paling telak di Karbala. Bagaimana mung kin cucu Rasulullah bersama sahabat setianya dibantai di Karbala? Cucu dari seorang presiden saja terlindung dari perlakuan seperti itu.Renungkanlah saudaraku.
Musuh yang sepertinya tidak pernah lenyap di permukaan Bumi ini di indikasikan Allah dalam surah terakhir dari Al-Qur'an al-Karim, dan disimbolisasikan di lembah Mina seba gai Bal'am (jamarah terakhir). Justeru itulah di khususkan menyerang kekuatan tersebut pada tanggal 10 Zulhijjah, 7 kali tembakan. Pada tanggal 11 Zulhijjah, barulah engkau diperintahkan untuk menggempur secara keseluruhan. Tembaklah Fir'aun 7x, Karun 7x dan lagi-lagi Bal'am 7x. Sudah berapa pelurukah kau habiskan? 7x4 = 28 peluru. Serangan dilanjutkan pada tanggal 12 Zulhijjah. Tembak Fir'aun 7x, Karun 7x, Bal'am 7x. Pada tanggal 13 Zulhijjah gempur lagi, tembak Fir'aun 7x, Karun 7x dan Bal'am pun masih perlu kau tembak 7x lagi. Sudah berapa pelurukah engkau habiskan? 28 + 7 x 6 = 28 + 42 = 70 peluru. Engkau masih memiliki sisanya 7 peluru lagi. Selesai sudah pertem puranmu. Jika engkau sudah berkorban dan ingin kembali ke negeri asalmu, kuburkanlah senjatamu bersama sisa peluru di Mina. Namun jika engkau memilih untuk tinggal di Mina, ulangilah seranganmu pada hari-hari berikutnya dengan sisa peluru yang masih engkau miliki. Sebab, Mina adalah medan pertempuran, jika engkau masih berada disa na engkau senantiasa harus bertempur.
Baarakallah wal hidayah li walakum
Was salaamualaikum wr wbr
hsndwsp
di Ujung Dunia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar