dari para Malaikat.
Ucapan Rasulullah saww tentang Lebih Utamanya Para Imam Ahlulbait dari para Malaikat.
Ash-Shaduq telah meriwayatkan di dalam kitab al-‘Ilal dan kitab Ikmal ad-Din, juga dalam bab 26 dari kitab “Uyun ar-Ridha, dari Abul Qasim Hasan bin Muhammad bin Sa’id al-Hatsimi al-Kufi, di masjidnya di kota Kufah, pada tahun 354 Hijriyah, dari Furat bin Ibrahim bin Furat al-Kufi, dari Muhammad bin Ali bin Ahmad al-Hamadani, dari Abul Fadhl Abbas bin Abdullah al-Bukhari, dari Muhammad bin Qasim bin Ibrahim bin Abdullah bin Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, dari Abdussalam bin Shalih al-Harawi, dari Ali bin Musa ar-Ridha, dari ayahnya Musa bin Ja’far, dari ayahnya Ja’far bin Muhammad, dari Ayahnya Muhammad bin Ali, dari Ayahnya Ali bin Husain, dari Ayahnya Husain bin Ali , dari Ayahnya Ali bin Abi Thalib yang berkata, Rasulullah saw telah bersabda :
“Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih utama dariku dan lebih mulia dariku.”
Ali as berkata, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih utama, engkau atau Jibril…?”
Rasulullah saw menjawab, “Wahai Ali, sesungguhnya Allah SWT telah mengutamakan para nabi dan para rasul-Nya atas para malikat-Nya, dan Dia telah mengutamakan aku atas seluruh para nabi dan para rasul. Adapun keutamaan setelahku adalah milik engkau hai Ali dan para imam sesudahmu. Sesungguhnya para malaikat adalah pelayan kita dan pelayan para pecinta kita.
“Hai Ali, sesungguhnya para malaikat pengangkat ‘Arsy dan para malaikat yang ada di sekelilingnya, semuanya bertasbih sambil memuji Tuhan mereka, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman kepada wilayah kita.
“Hai Ali, sekiranya tidak ada kita niscaya Allah tidak akan menciptakan Adam dan Hawa, surga dan neraka, dan langit dan bumi. Bagaimana kita tidak lebih utama dari malaikat padahal kita telah mendahului mereka dalam mengesakan dan mengenal Allah SWT, dalam bertasbih, mensucikan dan bertahlil kepada-Nya. Karena yang pertama diciptakan oleh Allah adalah roh kita, lalu Allah menjadikan kita berbicara dengan mengesakan dan mengagungkan-Nya.
“Kemudian Allah menciptakan para malaikat. Manakala mereka melihat roh kita sebagai sebuah cahaya mereka mengagungkan kita, maka kita bertasbih kepada Allah supaya para malaikat tahu bahwa kita adalah salah satu dari makhlik Allah dan bahwa dia terbebas dari sifat-sifat kita, maka para malaikat pun bertasbih kepada Allah mengikuti tasbih kita dan mensucikan Allah dari sifat-sifat kita.”
“Manakala mereka melihat besarnya kedudukan kita, maka kita bertahlil supaya para malaikat tahu bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa kita adalah mahluk dan bukan tuhan yang wajib mengabdi bersama Allah atau tidak bersama-Nya maka para malikatpun mengucapkan La ilaha Illallah.
“Manakala para malaikat melihat besarnya tempat kita, maka kita membesarkan Allah ( mengucapkan Takbir ) supaya para malaikat tahu bahwa Allah lebih besar dari dapat di gapai oleh tempat yang besar.”
“Manakala para malaikat melihat kemuliaan dan kekuatan yang telah Allah jadikan untuk kita, maka kitapun mengucapkan Lahauwla wala quwwata illa billah, supaya para malaikat tahu bahwa kita tidak menpunyai daya dan kekuatan kecuali dengan daya dan kekuatan Allah.”
“Manakala para malaikat melihat berbagai nikmat yang diberikan Allah kepada kita dan mewajibkan makhluq untuk menaati kita, maka kita mengucapkan Alhamdulillah, supaya para malaikat tahu bahwa merupakan hak Allah atas kita untuk mengucapkan segala puji bagi Allah atas segala nikmatNya, maka para malaikatpun mengucapkan Alhamdulillah,”
“Dengan perantaran kita mereka mendapat petunjuk untuk dapat mengenal Allah meng-Esakan-Nya, bertasbih kepada-Nya, bertahlil kepada-Nya, memuji dan mengagungkan-Nya.”
“Kemudian Allah menciptakan Adam lalu meletakan kita di tulang sulbinya. Kemudian Allah memerintahkan para malikat bersujud kepada Adam sebagai penghormatan dan pengaguman kepada kita.”
“Sujud para malaikat pada Allah merupakan ibadah kepada-Nya sedangkan sujud mereka kepada Adam merupakan penghormatan dan ketaatan karena kita berada di tulang sulbinya. Bahgaimana kita tidak lebih utama dari para malaikat padahal mereka semua telah sujud kepada Adam?.”
“Manakala aku dimikhrajkan ke langit, Jibril mengumandangkan adzan dua kali-dua kali dan mengumandangkan iqamah duakali-duakali. Kemudian dia berkata kepadaku, “Maju, hai Muhammad.”
“Aku berkata kepadanya, “Wahai Jibril, “Apakah aku perlu mendahuluimu…?”
“Jibril berkata, “Tentu. Karena Allah telah mengutamakan para nabi-Nya atas seluruh malaikatnya, dan terutama telah mengutamakanmu. ‘Maka aku maju dan menjadi imam Shalat bagi mereka. Tidak ada kesombongan disini.”
“Ketika kami telah sampai kepada tirai cahaya, jibril berkata kepadaku, “Maju, Wahai Muhammad, ‘lalu Jibril mundur dariku, “Aku berkata dalam keadaan seperti ini engkau meninggalkanku, ‘Jibril berkata, ‘Wahai Muhammad ini batas akhirku. Allah telah menetapkan batas akhirku sampai tempat ini jika aku melewatinya niscaya sayapku terbakar, karena telah melanggar batas-batas Allah.”
“Kemudian tuhanku mendorongku kedalam cahaya hingga aku sampai ketempat Masya Allah dari ketinggian kerajaan-Nya kemudian aku di panggil wahai Muhammad.” Aku menjawab, ‘Aku menyambut seruan-Mu dan siap menerima perintah-Mu, wahai Tuhanku, Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau,.’
“Lalu aku diseru kembali, ‘Hai Muhammad, engkau hambaku dan Aku Tuhanmu, hanya kepada-Ku engkau memperhambakan diri dan hanya kepada-Ku engkau bertawakal. Engkau adalah cahaya-Ku ditengah hamba-hamba-Ku, rasul-Ku kepada para makhlu-Ku, dan hujjah-Ku atas ciptaan-Ku. Aku ciptakan surga bagi orang yang mengikutimu dan Aku ciptakan neraka bagi orang yang menentang dan melawanmu. Aku wajibkan kemulian-Ku bagi para wasimu dan Aku wajibkan ganjaran-Ku bagimu.”
“Aku berkata. “Siapakah para wasiku…?:”
“Maka terdengar seruan, ‘Wahai Muhammad, para wasihmu tertulis pada tiang A'rasy. ‘
“Maka di hadapan Tuhanku aku melihat kearah A'rasy, disana aku melihat ada dua belas cahaya, dan pada masing-masing cahaya terdapat garis hijau dimana tertulis diatasnya nama seseorang wasiku. Yang pertama Ali bin Abi Thalib dan yang terakhir Mahdi al Muntazhar dari ummatku.”
“Aku berkata, ‘Wahai Tuhanku, apakah mereka ini para wasiku sepeninggalku..?’
“Lalu terdengar seruan, ‘Hai Muhammad, mereka itu para wali-Ku, para kekasih-Ku, para sahabat sejati-Ku, dan para hujjah-Ku atas makhluk-Ku. Mereka adalah para wasi dan khalifahmu, dan makhluk terbaik-Ku setelah kamu. Demi kemulian dan keagungan-Ku, Aku akan menangkan agama-Ku dengan perantaraan mereka, Aku akan tinggikan kalimat-Ku dengan perantaraan mereka, dan Aku akan bersihkan bumi-Ku dari musuh-musuh-Ku dengan perantaraan yang terakhir dari mereka, Dan Aku akan jadikan dia sebagai pemilik bumi belahan barat dan bumi belahan timur, serta Aku akan tundukkan baginya angin dan awan yang susah di atur, Aku akan mengangkatnya dari sebab akibat, Aku akan menolongnya dengan tentara-Ku, dan Aku akan membantunya dengan para malaikat-Ku, hingga seruan-Ku menjadi tinggi dan dia mampu menghimpun seluruh makhluk-Ku dalam meng-Esakan-Ku. Kemudian Aku akan kekalkan kekuasaanya, dan Aku akan gilirkan hari-hari diantara para wali-Ku hingga hari kiamat.”
====================================
Musa bin Abdullah, penyusun Kitab ini berkata, “Hadist ini shahih dan dapat di percaya.” Hadist ini datang dalam bentuk redaksi yang berbeda-beda, namun isi kandungannya mutawatir dan di sepakati di kalangan imamiyah. Mereka mempunyai beragam teks dan seluruh penggalan hadis ini. Kami tidak dapat menyebutkan semuanya…..
(karena panjangnya penjelasan ini, maka saya cukupkan sampai di sini )