KEPEMIMPINAN YANG BENAR SEBAGAIMANA DI REPUBLIK ISLAM IRANLAH YANG DAPAT MEMPERSATUKAN BUKAN SAJA ANTAR SYIAH DAN SUNNAH TETAPI BAHKAN ANTAR ISLAM DAN KRISTIAN SERTA NON ISLAM LAINNYA
hsndwsp
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim
Menarik juga kita simak "Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam" yang ditulis oleh Pena sehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam, Hujjatul Islam Mir Aghaei.
Hujjatul Islam ini telah membahas panjang lebar, tantangan pendekatan Mazhab-mazhab Islam. Semoga berkenan menerima komen kita ini yang tidak bertujuan untuk mendiskreditkannya, melainkan bertujuan untuk menambah kuat persepsi kita dalam memahami kondisi Ummah dan Imamah di zaman kita yang terakhir ini, semoga Allah swt berkenan memunculkan Imam Akhir zaman di zaman kita ini, Muhammad al Mahdi al Muntazhar dan Nabi Isa bin Maryam as.
Pada prinsipnya saya setuju sebagaimana yang telah diurai jelaskan oleh Hujjatul Islam ini, namun izin kanlah saya menyampaikan sedikit tambahan, dimana barangkali bermanfaat buat kita sekalian.
Pertama sekali saat kita analisa lembaran-lembaran sejartah, baik sejarah perjuangan Rasulullah, Nabi Muhammad saww sendiri maupun sejarah perjuangan Imam-Imam yang ditunjukkan Allah dan Rasul Nya secara kwnatitas sangat minim tetapi sangat mengagumkan secara kwalitasnya. Banyak penulis se jarah berpendapat bahwa jaman kegemilangan Islam adalah jaman "Khalifaur Rasyidin", sebaliknyakita berkeyakinan bahwa Jaman kegemilangan itu adalah jaman Rasulullah sendiri dan jaman Imam Ali bin Abi Thalib, bukan jaman "khalifaurr Rasyidin". Keyakinan kita ini berdasarkan kwalitas bukan kwanti tas. Di jaman Nabi suci, Muhammad saww mendapat pengakuan Allah sendiri saat Nabi Suci mengangkat Imam Ali as sebagai Maulanya atau perpanjangan keimamahan Rasulullah sendiri agar manusia yang ingin mengikuti agama yang benar mengikuti Imam yang diumumkan Nabi sendiri di Ghadir khum.
Pengakuan Allah swt ini terbukti dengan turunya ayat terakhir: "حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير الله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما أكل السبع إلا ما ذكيتم وما ذبح على النصب وأن تستقسموا بالأزلام ذلكم فسق اليوم يئس الذين كفروا من دينكم فلا تخشوهم واخشون اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا فمن اضطر في مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفور رحيم"
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kita tidak sedang membahas ayat terakhir ini disebabkan terlalu banyak pendapat yang kerap membuat kita confused. Yang hendak kita sampaikan hanya agama dibawah panduan Nabi terakhir dinyatakan Allah sempurna dengan pengumuman Imam Ali sebagai perpanjangan keimamahan Nabi suci. Kalau ada pihak yang tidak sependapat adalah wajar dan itu adalah hak mereka. Namun sangat disayangkan Imam Ali tidak diberikan kesempatan oleh mayoritas "kaum Muslimin" saat itu bersama pemimpin yang mereka percaya, kecuali setelah berakhirnya kepemimpinan Usman bin Affan.
Lalu kita bertanya-tanya dalam hati kalau Rasulullah sudah menetapkan penggantinya kenapa ada alternatif lain bagi kebanyakan "Ummah" kala itu? Bukankah "haq" hukumnya untuk tunduk patuh kepada Nabi yang semua kita tau bahwa apa saja yang ditentukan Nabi pasti berasal dari Allah?. Berdasarkan argumen ini berarti siapapun yang tidak mengikuti atau tidak tunduk patuh kepada Nabi sama dengan tidak tuduk patuh kepada Allah sendiri. Lalu kita bertanya-tanya kepada orang-orang yang mengaku tokoh Islam sekarang ini, apakah orang seperti itu masih dianggap sebagai orang beriman walaupun mereka sendiri mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad tetapi menolak ketetapan Nabi Suci? Di jaman kita ini persoalan yang begini dianggap mnyelimet, padahal sangat mudah dipahami asalkan kita tidak termasuk type orang fanatik buta. Namun demikian kalau ada pembaca yang belum mampu memahaminya silakan baca di http berikut ini:
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html
Banyak tokoh kita takut membicarakan persoalan dialinia diatas dengan alasan akan menuai perpe cahan antara Syiah dan Sunni. Hemat saya tidaklah demikian. Sunni memang berbeda dengan Syiah Imamiah 12 (maaf saya tidak bermaksud Syiah lainnya yang non Imamiah 12. Malah di Syiah Ima miah 12 juga tidak kita ikutkan syiah yang sudah dekaden). Perlu digaris bawahi bahwa perbedaan antara Islam dengan Kristian lebih besar lagi tetapi kenapa antara Orang Islam dan orang Kristian dapat bersatu di Republik Islam Iran dan di Libanon? Pertanyaan saya ini sangat mudah dipahami, tidak mnyelimet. Perpecahan antar mazhab Islam bukan disebabkan kita tidak menyembunyikan kom ponen-komponen yang berbeda di kalangan mazhab Islam tetapi pemimpin yang tidak layak disebut pemimpin tetapi lebih tepat kita katakan "penguasa". Penguasa hanya ingin menguasai rakyatnya bukan mempersatukannya.
Yang namanya pemimpin memang tugas utamanya memimpin rakyatnya kearah persatuan melalui ditegakkannya "Keadilan". Bukan saja keadilan ekonomi tetapi juga keadilan sosial dan politik. Demi kianlah mayoritas pemimpin di Republik Islam Iran sekarang ini di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad dan Sayed Ali Khamenei atau Rahbar. Di Republik Islam Iran bukan saja sama kepedulian pemimpin terhadap komunitas Islam Sunni tetapi juga sama kepeduliannya terhadap komu nitas Kristian dan non Islam lainnya. Lalu kita pertanyakan sekali lagi apakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di Saudi Arabya dulu? Jawabannya adalah ulah penguasa yang hypocrite. Alhamdulillah Syiah dan Sunni yang sadar sekarang di Saudi Arabya bersatu melawan kesewenang-wenangan rezim despotik, bukan? Siapakah yang membuat syiah dan Sunni bentrok sejak dulu sampai kini di Indonesia? Jawabannya penguasa. Siapakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di Mesir, Libya dan Irak dulu? Jawabannya pasti penguasa. Penguasa berdaya upaya untuk mengu asai rakyatnya agar kekuasaan mereka tetap langgeng. Salah satu fenomena yang fital adalah menciptakan perpecahan antar rakyat yang berbeda mazhab dan agama agar tidak bersatu, kendatipun di mulut penguasa senantiasa digembar-gemburkan persatuan. Itu adalah "hikayat Musang" yang hanya mampu mengelabui jenis orang "Pak turut" tetapi tidak berdaya kepada rakyat yang sudah sadar. Penguasa despotik berkuasa dengan keutuhan 3 entas (baca trinitas), Entas "Fir'un" (presiden atau raja dengan segenap jenjangannya), entas "Karun" (bendaharawan Negara) dan entas "Bal'am" (Menteri agama beserta jenjangnnya sampai ke Kabupaten - kabupaten dan lembaga "Ulama"). Ini memang termasuk persoalan yang mnyelemet. Untuk ini silakan analisa di http berikut ini:
Selanjutnya mari kita analisa satu saja diantara point-poin yang dipaparkan hujjatul Islam kita, yaitu
6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Apa yang diurai jelaskan ini benar adanya tetapi perlu kita pertanyakan, mana yang lebih produktif buat komunitas kita, menyalahkan musuh atau kelemahan kita sendiri. Hemat saya apabila kita fokuskan pada kesalahan musuh, yang namanya musuh memang wajar hendak melemahkan komunitas kita. Itu memang tugas mereka sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman. Bagi orang yang benar imannya keberadaan musuh sama dengan keberadaan Syaitan. Secara syar'i memang tidak mampu kita terima tetapi secara filosofis dan ideologis wujud Syaithan dan musuh adalah "haq" sebagai ujian Allah buat manusia. Andaikata kita fokuskan pada kesalahan musuh sama dengan kita bertanya pada Allah swt: "Ya Allah kenapa Engkau jadikan Syaithan hingga mereka telah menipu hambamu yang baik" Padahal yang namanya hamba Allah yang baik mustahil dapat ditipu Syaithan. Atau seperti orang alergi melihat kerumunan ulat lalu berkata: Ya Allah, kenapa Engkau jadikan Ulat yang membuat hati kami ngeri saat melihatnya. Padahal secara filosofis tanpa dijadikan ulat, Dunia ini akan penuh dengan bangkai-bangkai. Kalau kita sudah sampai klimaksnya berpikir baru kita sadari bahwa semua makhluk yang dijadikan Allah, tidak ada satupun yang sia-sia. Sebaliknya sampai Syaithanpun atau jin bermanfaat bagi manusia. Maaf bukan secara syar'i tetapi melalui kacamata Filosofis dan ideologis. Andaikata Allah tidak menjadikan Jin, sampai hari ini hanya Nabi Adam dan Hawa saja berdua menikmati fasilitas yang surgawi di dalam Surga. Logikanya Allah membuat sesuatu via hubungan sebab akibat. Turunya Hujan memang urusan Malaikat sebagai aparat Allah. Tetapi tidaklah hujan itu dituangkan begitu saja kepermukaan Bumi melainkan melalui proses deltilasi, dipanaskan air laut oleh matahari, lalu membubung naik ke angkasa, menjadi awan, dihembus angin ke gunung. Makanya hujan lebat banyak pegunungan:
http://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/puisi-filosofis.tml
Demikian juga proses Nabi Adam dan Hawa sebelum diangkat Allah sebagai wakilNya di Bumi. Silakan telusuri di http ini: http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/puisi-filosofis.html. Ada suatu hal yang kita lupa bahwa Allah sendiri telah memberitahukan manusia bahwa akan mengembalikan Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar di akhir kehidupan Dunia ini, dimana sebelumnya Dunia dipenuhi dengan kezaliman (baca betapa sering yang "haq" dikalahkan oleh yang "bathil" disebabkan banyaknya "manusia" yang bathil hingga membuat orang yang lemah iman terpedaya dengannya). namun saat Imam Mahdi dimunculkan kembali Dunia menjadi aman dan penuh keadilan dibawah pimpinan sang Imam. Dari itu kalau kawasan di Timur Tengah dikuasai oleh rezim-rezim despotik dalam kurun waktu yang demikian lama tidaklah menjadi hal yang aneh bagi kita hingga menyalahkan pihak Barat yang mesupport rezim-rezim despotik hampir seluruh Dunia. Dengan kesadaran rakyat di Timur tengah bersatu bukan saja antar Syiah dan Sunni tetapi juga antar Islam dan Kristian sampai ke Amerika dan Eropa. Semoga Allah memunculkan Imam zaman di akhir tahun 2012 ini, yang sekarang sedang dalam keadaan "Ghaib Kubra". AAmin ya Rabbal aa'lamin.
Baarakallah li walakum
(angku di Awegeutah),
Acheh - Sumatra
Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam
Kamis, 2012 Februari 09 07:45
Oleh: Hujjatul Islam Mir Aghaei
Perbedaan utama antara arogansi dunia dan penguasa serta politisi pada masa lalu adalah mereka mema suki dunia Islam dengan penuh perhitungan dan melibatkan ratusan pemikir dan ilmuan dengan nama orientalis. Dan dengan trik baru, mereka berhasil mengadu-domba antar sesama Muslim.
Sejarah masa lalu umat Islam sarat pasang surut terkait kedekatan antar sesama mereka. Sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam pernah mencapai puncak kemajuan dan kegemilangan berkat persatuan dan solidaritas yang terjalin di antara mereka. Sementara pada sisi lain sepak terjangnya, umat Islam ju ga mengalami puncak kelemahan dan ketertinggalan akibat perselisihan, perseteruan, dan keterasingan satu sama lain. Tentu saja, tingkat kesuraman ini bervariasi dan tergantung pada letak geografis dan intensitas antar mazhab serta dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa yang saling terpisah.
Tudingan palsu, pengkafiran, prasangka buruk, dan fanatisme buta antara kebanyakan pengikut maz hab dalam Islam, merupakan sebuah fenomena umum di masa lalu dan sekarang. Karena itu, sangat urgen untuk memahami faktor-faktor yang melahirkan hubungan tidak sehat, konflik dan perseteruan di antara mereka. Kita perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang telah menghalangi kerjasama dan pen dekatan antar sesama Muslim. Di sini kami akan menyinggung beberapa kendala yang menciptakan ju rang pemisah dan jarak di tengah umat yang agung ini.
1. Kebodohan dan ketidaktahuan satu sama lain
Salah satu problema Muslim dan pengikut mazhab-mazhab Islam pada masa lalu dan sekarang adalah sangat minimnya pengetahuan dan pengenalan mereka terhadap pengikut seluruh mazhab lain. Secara umum, mereka tidak mengetahui akidah, fikih, dan akhlak kelompok lain. Dan tragisnya, kadang mereka justru memiliki pengetahuan sebaliknya tentang saudaranya sesama Muslim. Pada masa lalu, ketidaktahuan ini didominasi oleh jarak dan minimnya sarana komunikasi antara mereka. Namun, kini dunia telah berubah menjadi sebuah institut dan jarak bukan lagi halangan seiring kemajuan teknologi komunikasi, surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet. Jadi, sekarang ketidaktahuan tersebut tidak dapat dibenarkan lagi.
Tokoh masyarakat, pemilik sarana komunikasi, para khatib dan orator perlu memberi wawasan dan pengetahuan kepada umat tentang adab, tradisi dan kepercayaan umat Islam di seluruh penjuru dunia, sehingga semua mengetahui bahwa Muslim menyerap pengetahun Islam dari sumber yang satu, yaitu; al-Quran dan hadis. Terlepas dari adat istiadat masing-masing daerah, prinsip-prinsip keyakinan dan pengetahuan Islam, mereka adalah satu dan umat yang satu. Langkah mewujudkan sikap saling penger tian dan pengenalan antara Muslim, tentu saja memberi kontribusi besar dalam melahirkan simpati dan persaudaraaan di tengah mereka.
2. Tudingan tak berdasar dan kesalahpahaman
Memperhatikan buku-buku yang ditulis oleh pengikut mazhab-mazhab Islam terhadap satu sama lain, dengan penilain objektif dan ilmiah, akan terlihat jelas bahwa kebanyakan isi buku-buku tersebut tidak lebih dari tudingan palsu dan fitnah. Sayangnya, tudingan-tudingan tak berdasar itu menyebar begitu cepat di tengah umat Islam. Tudingan tersebut bisa jadi karena kebodohan penulis terhadap akidah ke lompok lain, atau dampak fanantisme buta akibat dendam sejarah yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam, lalu mereka menebarkannya di tengah masyarakat Islam lewat goresan-goresannya.
Kebanyakan dendam dan prasangka buruk yang ada di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, juga lahir akibat kesalahpahaman mereka terhadap prinsip-prinsip, nilai-nilai dan akidah kelompok lain. Seba gian Muslim tidak saling mengenal satu sama lain, tidak punya pengenalan sempurna terhadap kebi asaan dan tradisi kelompok lain, dan setiap ritual sosial dan nasional kelompok lain akan dianggap sebagai akidah mazhab mereka. Kemudian dengan melihat sedikit perbedaan, mereka langsung mem buat kesimpulan keliru dan berburuk sangka kepada saudaranya serta menuding mereka sebagai ahli bid'ah. Padahal, perbedaan-perbedaan parsial seperti itu banyak ditemukan di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, antara lain; sujud di atas tanah (turbah), ziarah kubur, gelar ratapan duka di tengah pengikut Syiah. Puasa di hari Asyura dan ziarah kubur di tengah pengikut Ahlu Sunnah, akan dianggap bid'ah oleh orang-orang yang tidak berpengetahuan dan fanatik buta. Mereka dengan mudah meng kafirkan kelompok tertentu dan menebarkan tuduhan-tuduhan palsu. Padahal, jika mereka mengetahui dengan baik keyakinan mazhab lain, tentu jurang pemisah di tengah umat Islam dapat dipangkas seca ra drastis.
3. Fanatisme kesukuan, sektarian, dan individual
Rasa kagum manusia terhadap diri dan apa yang dimilikinya, senantiasa menjadi sisi negatif yang meng halangi manusia mencapai kesempurnaan material dan spiritual. Sifat itu juga telah mencegah manusia memanfaatkan karunia-karunia orang lain. Kekaguman ini muncul dalam bentuk individu, etnis, suku, mazhab dan sekte. Terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, manusia akan bersikap egois dan memandang dirinya di atas yang lain serta bersikap fanatik. Padahal, kitab suci al-Quran memper kenalkan konsep kesetaraan manusia dalam sebuah pesan globalnya; "Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa."
Namun, manusia yang terlena oleh hawa nafsu dan gemerlap dunia, senantiasa menganggap warisan nenek moyangnya dan interpretasinya atas kitab dan sunnah, sebagai kebenaran, sementara pemikiran dan gagasan kelompok lain selalu salah dan keliru di mata mereka. Padahal, alangkah bijaksananya jika ia menilai perbedaan ras, bahasa, dan letak geografis sebagai sebuah kewajaran. Mereka menolak kelompok lain atas dasar fanatisme buta dan bukan argumentasi rasional. Sementara metode yang benar adalah mengajak pengikut berbagai mazhab untuk membahas bersama-sama dalam kerangka dialog logis dan rasionalitas agama, serta menjadikan al-Quran dan sunnah sebagai landasan ijtihad.
Dalam konteks seperti itu, perbedaan mazhab akan menjadi rahmat bagi kaum Muslim dan jembatan untuk mendalami pemahaman keagamaan. Perbedaan suku, ras, bahasa, dan mazhab bukan alasan untuk membenarkan atau menyalahkan penafsiran dan ijtihad dari kitab dan sunnah. Akal sehat dan logika yang kuat adalah satu-satunya parameter untuk menilai kebenaran dan kesesatan akidah dan kepercayaan.
4. Ekstrimisme, fanatisme etnis, pengkafiran, dan pelecehan sakralitas kelompok lain
Di antara problema dunia Islam pada masa lalu dan sekarang, adalah semangat radikalisme dan ekstrimisme di tengah sekelompok kecil Muslim. Islam adalah agama yang seimbang dan fitrah suci manusia. Keterikatan Muslim terhadap mazhab tertentu, kadang-kadang bisa mengeluarkan mereka dari jalan tengah dan stabil, lalu menyeret mereka ke lembah ekstrimisme dan radikalisme.
Di bawah semangat yang tidak sehat ini, mereka kemudian saling mengkafirkan dan menuding pihak lain sebagai ahli bid'ah. Mereka juga bersikap ekstrim dan kaku dalam menafsirkan dan menerapkan prinsip-prinsip dan aturan syariat kepada kelompok lain. Dengan alasan yang dibuat-buat, mereka menganggap pihak lain sebagai orang yang fasik, munafik, dan keluar dari Islam. Sejalan dengan sikap negatif tersebut, kelompok lain bangkit menghina seluruh umat Islam dan sakralitas mereka. Langkah ini telah melukai perasaan umat Islam se-dunia.
Pada masa lalu, contoh nyata model pemikiran dan semangat yang tidak berimbang ini adalah kelompok Khawarij. Sempalan ini menyakini bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar akan dilogongkan kafir. Dengan alasan itu, mereka bahkan memerangi Imam Ali ibn Abi Thalib as. Akhirnya, melalui sebuah konspirasi busuk, mereka mengantarkan Imam Ali as ke gerbang syahadah.
Sekarang, kelompok-kelompok kecil di tengah mazhab Syiah dan Ahlu Sunnah juga terjebak ke jurang ekstrimis. Mereka mengkafirkan kelompok lain dan kadang-kadang menganggap tindakan membunuh saudaranya sesama Muslim sebagai ibadah. Atau menyulut api perpecahan dan perseteruan dengan menghina kesucian satu sama lain dan umat Islam. Salah satu tugas para pelopor pendekatan antar-mazhab adalah memperluas rasionalisme dan keseimbangan di tengah umat Islam.
5. Kepentingan politik dan ekonomi penguasa
Sejak dulu sering dikatakan bahwa manusia bersama agama para penguasanya. Artinya, kebijakan penguasa di setiap masyarakat sangat berperan dalam membentuk pikiran dan ide-ide masyarakat tersebut. Keyakinan beragama para anggota masyarakat juga tak luput dari pengaruh penguasa. Kebi jakan penguasa yang menguasai jiwa, harta dan keamanan masyarakat, telah mendominasi politik, ekonomi, budaya dan pendidikan dan pengajaran masyarakat tersebut. Kini, seiring meluasnya sarana komunikasi publik, pengaruh itu menjadi berlipat ganda.
Penguasa dan politisi yang bijak akan memanfaatkan sarana dan fasilitas tersebut demi kebaikan, perubahan dan persatuan umat. Namun, ada banyak penguasa yang mengeksploitasi kemajuan tekno logi untuk kepentingan politik dan ekonominya. Selain tahta dan harta, mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk memperlebar pengaruhnya dan menciptakan perpecahan di tengah umat Nabi Muhammad Saw. Tindakan seperti ini merupakan contoh nyata tiranisme, yang menjadi akar per selisihan dan perseteruan umat.
6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Pada masa lalu, hanya penguasa lokal yang mengadu-domba umat atas nama agama atau karena kebodohannya atau karena fanatisme dan kepentingan. Namun, dalam dua-tiga abad lalu dan sejak Eropa menginjakkan kakinya di dunia Islam untuk menjarah sumber daya dan kekayaan negeri-negeri Muslim, faktor lain juga memasuki arena pemecahan umat Islam. Faktor baru ini mempertontonkan kejahatan yang paling keji dalam menguasai dan menjarah kekayaan Muslim.
Perbedaan fundamental antara pendatang baru ini dan penguasa lokal pada masa lalu adalah mereka mamasuki dunia Islam penuh perhitungan dan melibatkan sejumlah ilmuan dengan bendera orientaslis. Mereka mengacak-acak umat Islam dengan berbagai trik dan konspirasi. Mengingat mereka sama sekali tidak punya hubungan emosional, keagamaan, dan nasionalisme dengan umat Islam, maka tak segan-segan pendatang baru ini melakukan berbagai kejahatan dan menciptakan malapetaka di dunia Islam demi menguasai kekayaan umat yang agung ini.
Beberapa metode baru yang digunakan imperialis dan terutama Inggris untuk menciptakan konflik di tengah umat Islam adalah sebagai berikut:
a. Membentuk sekte dan sempalan baru
Sejak dulu, kebijakan imperialis Inggris didasari pada pembentukan sekte baru dan kelompok politik sesat. Contoh pembentukan mazhab politik baru adalah mewujudkan paramisioner dan juga partai-parti afiliatif. Dalam bidang agama, mereka membentuk sekte-sekte sesat seperti Baha'i, Qadiyan, Shaikhan dan lain-lain. Tujuannya adalah menyimpangkan ajaran Islam dan memantik perpecahan umat. Metode lain Inggris adalah memanfaatkan agen-agenya di dunia Islam untuk kepentingan mata-mata dan aksi spionase.
Puncak penyimpangan intelektual yang diciptakan oleh imperialis adalah menghapus hukum esensial dalam Islam seperti, jihad, amar makruf dan nahi munkar, urgensi mendirikan negara Islam dan menggantikannya dengan sekularisme, dan juga konsep nabi terakhir, serta mempromosikan penafsiran-penafsiran keliru tentang qadha dan qadar, kepasrahan, irfan, dan tasawuf.
Kebijakan imperialistik ini masih memanfaatkan unsur-unsur yang menyimpang dan memperkuat penyimpagan pemikiran beberapa mazhab. Mereka juga mengerahkan antek-anteknya ke berbagai negara Islam untuk melancarkan praktek pengkafiran, tudingan bid'ah, dan fasik kepada seluruh umat Islam. Anasir-anasir ini telah menaburkan benih-benih perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam.
Kini, mungkin saja era membentuk sekte-sekte sempalan telah berakhir, meski para imperialis masih memanfaatkan senjata ini dalam beberapa peristiwa. Namun, pembentukan gerakan pemikiran dan ideologi modern, partai-partai afiliatif, tokoh-tokoh revolusioner palsu dan penyeru kebebasan, merupakan metode baru arogansi dunia untuk menguasai dunia Islam. Mereka menyebarkan pemikiran-pemikirannya dengan memanfaatkan sarana komunikasi dan kemajuan teknologi. Imperialis global juga berupaya memisahkan masyarakat Islam dari Islam murni dan revolusioner dengan tujuan melemahkan mereka dari dalam. Kewaspadaan terhadap trik baru ini, yang diprioritaskan terhadap pusat-pusat pendidikan, media, dan universitas, adalah tugas generasi baru dan harapan masa depan umat Islam.
b. Meruntuhkan dunia Islam dan disintegrasi negara Muslim
Pada zaman dulu, kekuatan-kekuatan besar menancapkan kekuasaannya atas dunia Islam dengan segala kelemahan dan penyimpangan yang mungkin, tetapi perwakilan kekuatan politik umat Islam bangkit melawan musuh-musuh Islam dan mempertahankan integritas teritorial wilayah Muslim dari rongrongan musuh. Dinasti Ottoman telah mendirikan sebuah pemerintahan yang kuat dan mencakup Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian besar dunia Ahlu Sunnah. Sementara pusat pemerintahan mereka bertempat di Turki. Di sisi lain, Syiah juga membentuk pemerintahan yang tangguh di bawah dinasti Safawi dan kemudian berdiri pemerintahan Qajar.
Salah satu pengkhianatan besar penjajah dunia Islam dan umat Islam adalah memperlemah pemerintahan Syiah di Iran dan pendudukan terhadap sejumlah kota dan provinsi di negara itu. Kaum imperialis memecah-mecah negara-negara Islam dan menciptakan negara-negara kecil di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Konspirasi ini mempermudah imperialis untuk melakukan invasi militer ke negara-negara Islam.
Konspirasi tersebut merupakan pukulan terberat terhadap kemuliaan dan kedigdayaan Muslim. Barat semakin leluasa menebarkan benih-benih permusuhan dan perpecahan serta menciptakan sekte-sekte baru di tengah umat Islam. Pada masa sekarang, Barat juga berupaya membentuk Timur Tengah baru, membagi Irak dan secara keseluruhan dunia Islam. Amerika Serikat, Eropa dan rezim Zionis Israel mempersiapkan peta baru untuk memecah negara Islam. Konspirasi dan Peta Jalan ini kiranya dapat digagalkan dengan kewaspadaan dan persatuan umat Islam.
c. Invasi militer dan pendudukan
Fenomena ini juga dilakoni oleh kolonialis di beberapa belahan dunia Islam seperti, anak benua India sepanjang tiga abad lalu dan dunia Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara, pasca runtuhnya Dinasti Ottoman. Masalah ini telah menjadi sumber sengketa garis perbatasan, politik, sektarian dan suku serta menghalangi persatuan dan kerjasama antar umat Islam.
d. Pembentukan pemerintah boneka
Para kolonialis Barat menempatkan beberapa antek-anteknya di negara-negara Muslim yang tidak berhasil mereka taklukkan. Mereka ditempatkan melalui konspirasi dan kudeta untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan imperialis dan penjaga kepentingan Barat di dunia Islam serta pemicu perpecahan dan konflik di tengah umat Islam. Konspirasi busuk ini dilancarkan di Iran dan Turki pada permulaan abad ke-20 dan mereka menempatkan antek-anteknya seperti Reza Khan dan Kemal Ataturk untuk menjalankan misi imperialis.
7. Menciptakan sekat di tengah umat Islam
Komunikasi, kontak dan interaksi antara umat Islam serta dialog untuk mengenal akidah satu sama lain, akan mengikis sejumlah besar kesalahpahaman dan membantu pemahaman antar sesama.
Pada masa lalu di mana sarana komunikasi masih terbatas, berbagai rumor dan kesalahpahaman mendominasi kaum Muslim yang dipisah oleh jarak, tapi sekarang, umat Islam bisa memahami dengan baik pemikiran-pemikiran saudaranya dan terlibat dalam berbagai seminar dan konferensi. Kini, mereka memahami bahwa kebanyakan perbedaan itu adalah bagian dari sengketa verbal dan bersifat parsial. Sementara ada banyak unsur kolektif yang akan menghubungkan mereka satu sama lain dan perbedaan sangat minim jika dibandingkan dengan persamaan yang mereka miliki.
Pelaksanaan ibadah haji, yang termasuk ibadah agung Islam dan poros tauhid serta solidaritas Muslim, memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan keakraban di tengah umat Islam. Jika ritual ini dikelola dengan baik, maka akan sangat membantu misi pendekatan mazhab dan persatuan Islam. (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)
* Penasehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam
Tags:
Related News
Ahmadinejad: Demi Israel, Kekuatan Arogan Rela Menindas Bangsa Lain
Read More >>