ALLAH SWT TELAH MENCIPTAKAN PARA NABI DARI POHON
YANG BERBEDA DAN MENCIPTAKAN AKU DARI POHON
YANG SATU
DAN AKU ADALAH ASLINYA/AKARNYA/PANGKALNYA,
ALI ADALAH BATANGNYA, FATIMAH ADALAH BUNGANYA
HASAN DAN HUSSEIN ADALAH BUAHNYA, MAKA SIAPA SAJA YANG BERGANTUNG
DI SALAH SATU RANTING DARI RANTING - RANTINGNYA MAKA AKAN SELAMAT DAN SIAPA YANG MENYIMPANG DARINYA
DI SALAH SATU RANTING DARI RANTING - RANTINGNYA MAKA AKAN SELAMAT DAN SIAPA YANG MENYIMPANG DARINYA
MAKA AKAN JATUH DAN CELAKA
(Hadist Nabi Suci)
hsndwsp
Acheh - Sumatera
(Hadist Nabi Suci)
hsndwsp
Acheh - Sumatera
Kebanyakan manusia tau bahwa Muhammad, Rasulullah saww adalah manusia yang tersayang disisi Allah. Kendatipun sebahagian kita belum melihat dalil naqli tentang siapa saja yang paling disayangi Allah setelah Nabi Muhammad, kita dapat mengalisa dengan fasilitas yang telah dianugerahkan Allah buat manusia dimana tidak dimiliki penomena lainnya, itulah "Pikiran". Dengan fasilitas inilah kita dapat menganalisa suatu fenomena di Alam ini tentang benar tidaknya disisi Allah, para Rasul, para Imam yang diutus, paska Rasulullah terakhir dan orang-orang yang benar imannya.
Orang yang paling disayangi Muhammad adalah Imam Ali dan isterinya Fatimah az Zahara, Imam Hassan dan Hussein, Zainab al Kubra dan Zainab asy Syughra. Bagi kita yang mampu menggunakan logika secara benar pasti meyakini bahwa setelah Muhammad saww, orang yang paling disayangi beliaulah yang paling disayangi Allah swt. Hal ini disebabkan bahwa apa saya yang dikatakan dan dilakukan Rasulullah pasti benar sebab itu semua berasal dari Allah. Allah berkata:
1. “Katakanlah:…. Aku sekali-kali tidak mengikuti, kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (al An’aam: 50)
2. “Dan apa sahaja yang dia (Muhammad) ucapkan itu,sesungguhnya bukanlah bersumber daripada hawa nafsunya, melainkan wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”(Surah An-Najm: 4)
3. “Katakanlah (Muhammad): ‘Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku oleh Tuhanku.’ ”(Al-A’raf: 203)
4. “Aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan kepadaku.”(Yunus: 15)
5. “Aku hanya akan mengikuti apa sahaja yang diwahyukan kepadaku.” (Al-Ahqaq: 9)
6. “Katakanlah (Muhammad) : ‘Aku hanya akan memberi peringatan kepada kamu dengan wahyu.’ ”(Al-Anbiya’: 45)
Ayat-ayat di atas bermakna bahawa Rasulullah saww tidak akan melakukan sesuatu perbuatan kecuali berdasar kan wahyu dari Allah swt, dan agar manusia mengikuti apa yang disampaikan Rasulullah kepada mereka. Sebagaimana Firman-Nya di ayat yang lain:
1. “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah ia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkan lah .” (Al-Hasyr: 7)
2. "Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian me reka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu beri kan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya". (QS. 4:65)
Satu saja ayat Allah diatas, pastinya sudah cukup untuk diambil kesimpulan bahwa orang yang paling disayangi Rasulullah adalah orang yang paling disayangi Allah juga. Fokus saya disini adalah Imam Hussein yang dibantai di Karbala bersama selu ruh keturunan Rasulullah kecuali bibi Zainab al Kubra yang difungsikan Allah seba gai penyampai misi Hussein paska kesyahidannya dan Ali Zainal Abidin bin Hussein yang masih kecil kala itu, sebagai penerus keimamahan Rasulullah (baca Imam ke IV). Disinilah benarnya kata-kata mutiara DR Ali Syariati: "Jadilah kamu sebagai Hussein atau Zainab al Kubra kalau tidak anda adalah Yazid, tidak ada alternatif lainnya"
Selanjutnya mari kita renungi Hadist berikut ini:
Malam itu, Ummu Salamah bermimpi melihat Rasulullah Saww. dengan rambut kusut, baju lusuh dan kepalanya bertabur tanah. Dalam mimpi itu, Ummu Salamah bertanya, “Ya Rasulullah, ada apa gerangan hingga kulihat rambutmu kusut dan bajumu lusuh begini?” Beliau menjawab, “Ketahuilah Ummu Salamah, putra kesa yanganku, al-Husain, telah wafat, dan aku sedang menggali kuburan untuknya dan sahabat-sahabatnya.” Ummu Salamah segera terbangun sambil menggigil ketakutan. Lalu ia segera melihat botol berisi tanah Karbala yang pernah dititipkan Rasulullah Saww. kepadanya aga disimpan. Ternyata, tanah dalam botol itu sudah menjadi me rah berdarah.
Di tempat lain, Ibn ‘Abbas bermimpi melihat Rasulullah Saww. dengan rambut kusut dan baju lusuh sambil membawa botol berisi darah. Dalam mimpi itu, Ibn ‘Abbas bertanya, “Demi ayah, engkau, dan ibuku, apa ini gerangan?” Beliau menjawab, “Ini adalah darah al-Husain dan sahabat-sahabatnya. Sejak hari ini, aku akan selalu mem bawanya ke manapun.”
Itulah sebabnya kami syiah Imamiyah 12 mengambil tanah karbala untuk meratakan dahi ketika Shalat. Hal ini sesuai kata Rasulullah sendiri bahwa sujud itu tidak sah kecuali atas tanah. Sayangnya sebagian orang Sunni menertawakan kami, padahal justeru merekalah yang tidak memahaminya perihal sujud dan sejarah kesyahidan Hussein di Karbala.
Itulah malam ketika terjadinya peristiwa besar dalam sejarah umat manusia; peris tiwa yang telah mengoyak nilai-nilai kemanusiaan, yang di luar batas perikemanu siaan, yang menimbulkan tanda tanya ihwal kemanusiaan manusia. Itulah hari 'A syura, saat ketika seorang manusia suci dan mulia dianiaya, dinistakan, dihinakan, dan dicampakkan di luar batas kemanusiaan oleh makhluk-makhluk yang berwujud manusia tetapi berperangai iblis. Ironisnya mereka masih mengaku Ummah Muham mad saww.
Betapa tidak. Buktinya dapat kita lihat dalam satu episode dari drama pembantaian terkeji yang pernah dikenal manusia sepanjang zaman, serangan takberperikema nusiaan dalam detik-detik akhir hayat al-Husain yang tak pernah terbayangkan da lam pikiran orang yang sadar, dan yang tidak mungkin dipikul oleh hati yang paling keras sekalipun.
Siang itu, setelah dikepung beramai-ramai selama beberapa hari tanpa akses ke sum ber air, al-Husain meminta minum, tetapi Syimir menolak memberinya air. Bahkan, Abu al-Hatuf membidikkan panah ke dahinya dan seseorang lainnya melemparnya dengan batu sehingga mengenai wajahnya. Ketika al-Husain hendak menarik ujung bajunya untuk mengusap darah yang mengucur, anak panah lain yang bermata tiga mengenai dadanya dan tembus ke jantungnya. Al-Husain mengusap darah yang mengucur dari dahinya lalu melumurkannya ke kepala, wajah dan janggutnya. Kemu dian darah menutupi kedua matanya sehingga ia tidak bisa melihat. Ia pun mencoba duduk untuk menenangkan diri. Namun, Malik bin al-Nasar mengham pirinya sam bil memakinya dan menebaskan pedang ke kepalanya. Al-Husain pun terjungkal ke tanah.
Ketika tubuh al-Husain terkapar di atas tanah, si durjana Syimir menghampirinya lalu menendangnya dan duduk di atas dadanya sambil menjambak rambutnya. Ke mudian ia menebaskan pedangnya ke leher al-Husain dua belas kali, lalu memisah kan kepala suci itu dari tubuhnya. Setelah memotong kepala itu, Syimir meletak kannya di atas tongkat yang panjang. Seperti kerasukan setan, mereka tidak merasa puas dengan kekejian yang telah mereka lakukan. Maka mereka menyalib tubuh al-Husain yang sudah tidak berkepala itu, dan tidak segan-segan untuk memotong jari tangannya sekadar untuk mengambil cincinnya dan menarik celananya sekadar untuk mengambil ikat pinggangnya.
Ironisnya, perbuatan super sadis itu dilakukan bukan oleh orang-orang kafir dan musyrik yang tidak memahami Islam dan kaum Muslim, tetapi oleh mereka yang mengaku diri sebagai ummat Muhammad, yang adalah kakeknya. Namun, tindakan mereka amat sangat jauh dari nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang dibawa utusan pem bawa rahmat bagi semesta alam itu. Padahal, baru beberapa puluh tahun saja sebe lumnya, Muhammad Saww. mengajarkan agar setiap Muslim menjaga hak, harta, kehormatan dan darah Muslim yang lain. Seorang Muslim dituntut untuk membela saudaranya sesama Muslim, membantunya dalam kesulitan, menolongnya dalam kesu sahan, menghilangkan kesedihannya, tidak menzaliminya, dan tidak menelan tarkannya.
Beliau bersabda, “Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain; tidak boleh dizalimi dan ditelantarkan. Barang siapa memenuhi ke butuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhan dirinya. Barang siapa melapangkan kesusahan sau daranya, Allah akan melapangkan ke susahan dirinya pada hari kiamat.” Beliau juga bersabda, “Darah orang-orang Islam adalah setara; yang paling dekat berusaha dibantu dan yang paling jauh dilindungi. Mereka adalah "satu tubuh" terhadap orang-orang selain mereka.” Apabila kita tidak meyakini sebagaimana kata Rasulul lah tersebut, kita tidak perlu bersitegang leher, sebagaimana orang-orang yang bersa tupadu dalam system taghut Hindunesia membanggakan diri sebagai penduduk mayoritas Islam. Mereka itu bagaikan buih di lautan, bak kata Rasulullah di Hadist yang lain, sementara Allah sendiri mengatakan di surah al Baqarah ayat 8:".......wama hum bimukminin". (nauzubillahi minzalik).
Terlebih lagi, orang yang menjadi korban pembantaian itu adalah ke luarga suci Nabi Saww.; orang yang sepantasnya disayangi sebagaimana kakeknya menyayanginya, orang yang semestinya dihormati dan dimuliakan sebagaimana leluhurnya, Muham mad Saww dihormati dan dimuliakan. Al-Husain adalah buah hati Nabi Saww. Pada suatu hari, Rasulullah Saww. naik mimbar dengan wajah yang nampak sedih. Al-Hasan dan al-Husain ikut naik bersamanya. Lalu beliau meletakkan tangan kanan nya di atas kepada al-Hasan dan tangan kirinya di atas kepala al-Husain. Beliau bersabda: “Ya Allah, sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan rasul-Mu. Dua anak ini adalah keturunanku yang terbaik, asal-usulku yang terpilih, dan keturu nanku yang paling utama, yang kutinggalkan di tengah ummatku. Jibril telah membe ritahukan kepadaku bahwa anakku yang ini akan ditelantarkan dan dibunuh dengan racun, sedangkan yang satunya lagi akan syahid dengan berlumuran darah. Ya Allah, berkahilah dia dalam kematiannya dan jadikanlah dia penghulu para syuhada.”
Syaddad meriwayatkan bahwa Rasulullah Saww. menemui kami pada suatu malam untuk mengerjakan shalat i'sya. Ketika itu, beliau menggendong al-Husain as. lalu beliau maju untuk mengimami shalat. Setelah menurunkan al-Husain as, beliau bertakbir memulai shalat. Ketika bersujud, beliau melakukannya lama sekali. Maka saya mengangkat kepala lebih duluan. Ternyata, anak itu sedang berada di punggung beliau yang sedang bersujud. Saya pun bersujud lagi. Setelah selesai shalat, saya ber tanya: “Ya Rasululah, engkau bersujud dalam shalatmu lama sekali sehingga saya me ngira telah terjadi sesuatu atau sedang turun wahyu ke padamu.” Beliau menjawab, “Bukan itu, tetapi anakku ini naik ke pung gungku dan aku tidak ingin mengganggu nya. Aku membiarkannya hingga ia merasa puas.”
Selanjutnya mari kita analisa bagaimana mungkin kebanyakan orang yang mengaku sebagai ummat Muhammad di zaman kita ini tidak merasa pilu hatinya atas kesya hidan Imam Hussein? Ironisnya lagi mereka mencela kami Syiah disaat kami mempe ringati hari Asyura agar "benang merah" Hussein bersambung dalam komunitas ka mi hingga mengenal persis fenomena pembantaian keturunan Nabi suci kami diza man kita masing-masing?
Renungkanlah pembaca sekalian, apakah orang-orang yang melupakan tragedi Karbala dapat dianggap sebagai pecinta Rasulullah yang sesung guhnya? Bagaimana mungkin kita mengaku mencintai Rasulullah sementara orang yang dicintai Allah dan RasulNya tidak kita cintai, bahkan kita cemoohi keberadaannya? Disinilah kun cinya benar tidaknya kita orang beriman. Beriman tidaknya seseorang tidak cukup dengan pengakuan lidah saja, tidak cukup dengan hafalan rukun Iman saja, tidak cukup dengan mengucapkan kalimah syahadah saja, melakukan shalah, shaum, membayar zakat dan bahkan naik Haji. Itu baru sebatas 'ibadah Ritual belaka. Apa bila keyakinan kita terhadap Islam hanya sebatas yang saya sebutkan tadi, sesung guhnya kita belum termasuk orang yang benar - benar beriman.
Mengapa Imam Hussein as mengorbankan darah dan airmata, keluarga dan sahabat setianya? Untuk menyirami "pohon Islam" yang sudah mati di tangan Yazid bin Muawiyah dan seluruh bedebah yang bersatupadu di bawah kekuasaan Taghutnya sebagaimana "matinya" Islam dalam system Taghut yang menzalimi kaum dhuafa dimana saja dibelahan bumi ini di zaman kita sekarang ini. Tidakkah kita mampu merenungi bagaimana mungkin orang yang mengaku ummat Muhammad tetapi membu nuh keluarga Muhammad saww satu persatu? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Apakah kita buta terhadap Al Qur-an yang sejak awal lagi telah diwanti-wanti Allah di ayat mawaddah (keluarga Nubuwah): "Itu lah (karunia) yang (dengan itu) Allah mengembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah (hai Muhammad): "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri" (QS. 42:23)
Nabi suci saww adalah orang yang paling Allah swt cintai, dan Allah swt mewajibkan bagi para makhluknya untuk mencintainya, dan Allah swt tekankan bahwa kecintaan kepadanya tidak ada gunanya tanpa kecintaan kepada keluarganya (Ahlulbaytnya as).(قل لا اسألكم عليه اجراً الاّ المودّة في القربى ومن يقترفْ حسنةً نزد له فيها حسناً) {الشورى:23} Nabi saww bersabda: “sesungguhnya Allah swt telah menciptakan para Nabi as dari pohon-pohon yang berbeda-beda dan menciptakanku dari pohon yang satu dan aku adalah aslinya/akarnya/pangkalnya, Ali adalah batangnya, Fatimah adalah bunganya, Hasan dan Husain adalah buahnya, siapa saja yang bergantung di salah satu ranting dari ranting-rantingnya maka akan selamat dan siapa yang menyimpang darinya maka akan jatuh dan celaka, walaupun telah beribadah antara Shafa dan Marwa selama seribu tahun kemudian seribu tahun lagi kemudian seribu tahun lagi kemudian tidak memahami perkataan kami maka Allah swt akan memasukkannya kedalam Neraka” ke mudian Nabi saww membaca ayat: “قل لا اسألكم عليه اجراً الاّ المودّة في القربى” hadis ini terdapat di kitab-kitab sunni (ahlu sunnah) seperti di Tarikh Demasyq 12/143, di kitab syawahid al-Tanzil (2/203 hadis837) dan di kitab Kifayah al-Thalib:178 (h318 bab87). Nabi saww tidak meminta dari kita sesuatu apapun atas dakwahnya kecuali kecintaan kepada Ahlulbaytnya, permintaan ini adalah kemuliaan bagi kita. Karena kecintaan kepada Ahlulbayt as adalah perintah Allah swt dan keridhaanNya.
Sebagai penutup marilah kita lihat betapa semua Imam paska Rasulullah di bunuh dengan pedang dan racun kecuali Imam Mahdi al Muntazar. Apabila fenomena berikut ini saja mampu kita renungkan se cara mendalam, sungguh mulai saat itu terketuklah hati kita untuk mendalami risalah agama yang haq dan mulia, versi Ahlulbayt Rasulul lah ini (baca Syiah Imamiah 12):
1. Imam Ali Ibnu Abi Thalib Al Murtadha atau digelar Amirul mukminin syahid dibunuh dengan pedang beracun oleh ibnu Muljam (golongan Khawarij) di dalam Mesjid Kufah saat Imam sedang Shalat Subuh.
2. Imam Hassan ibn Ali al Mujtaba syahid diracun di Madinah oleh isteri nya atas suruhan Muawiyah bin Abu Sofyan.
3. Imam Hussain ibn Ali asy-Syahid, syahid dalam pertempuran yang tidak seimbang dengan pasukan Yazid di Karbala pada 10 Muharram, terkenal hari 'Asyura, bulan Muharram.
4. Imam Ali ibn Hussain Zain al Abidin syahid diracun di Madinah pada 25 Muhar ram di zaman Hisyam bin Abdul Malik
5. Imam Muhammad ibn Ali al Baqir syahid diracun di Madinah 7 zul hijjah di zaman kekuasaan Ibrahim
6. Imam Ja’afar ibn Muhammad as Sadiq syahid diracun 25 Syawwal zaman Al Man sur.
7. Imam Musa ibn Ja’afar al Kazim syahid diracun dalam penjara Bagdad 25 Rajab zaman kekuasaan Harun ar Rasyid.
8. Imam Ali ibn Musa ar Redha syahid diracun di Khurasan, Iran 17 Safar zaman kekuasaan al Ma'mun
9. Imam Muhammad ibn Ali al Jawad syahid diracun di Baghdad zaman kekuasaan al Mu'tasim.
10. Imam Ali Ibn Muhammad al Hadi syahid diracun di Samarra, Irak 3 Rajab zaman kekuasaan Mutawakkil.
11. Imam Hassan ibn Ali al Askari syahid diracun di Samarra 8 Rabbiul awwal zaman kekuasaan Mu'tamid.
12. Imam Muhammad ibn Hassan al Mahdi, al Muntazar sejak lahir digrebek rumah nya oleh tentara kerajaan sebagaimana tentara Fir'un dulu menggrebek Rumah nabi Musa, namun tipu daya Allah diatas segala-galanya. Demikianlah Imam al Mahdi diselamatkan dari kezaliman tentara yang mengaku diri sebagai Ummat Muhammad juga tetapi mereka hendak membunuh Imam al Mahdi sebagaimana moyang mere ka dahulu telah membunuh 11 Imam sebelumnya, dari Imam Ali as sampai dengan Imam Hasan bin Ali al Askari.
Imam Mahdi di ghaibkan Allah, pertama disebut ghaib as Syughra dima na beliau hanya bisa dilihat oleh 4 orang wakil nya untuk berurusan de ngan ummahnya (baca Syiah Alawi atau syiah Imamiah 12). Setelah me ninggalnya wakil tera khir, Imam mulai masuk ghaib Kubra dimana tak seorangpun dapat melihatnya lagi hingga ditampilkan Allah kelak bersa ma Nabi Isa bin Maryam. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang keberadaan Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar silakan klik disini:
http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/kabar-gembira-dalam-al-qur-anulkarim.html
Billahi fi sabilil haq
hsndwsp
di Ujung Dunia
notice:
Ketika kita menemui suatu fenomena yang haqqul yakin kebenarannya, kita harus haqqul yakin juga bahwa Allah mengharapkan kepada kita agar menyampaikan kepada orang lain. Pabila pihak yang sampai seruan kita itu tidak menggubrisnya sementara hal tersebut benar disisi Allah, menjadi saksi kelak di hari Kemudian (baca saat Allah menempelak manusia dengan Surah Yasin ayat 60 - 65). Sebaliknya, andaikata tidak kita sampaikan kepada orang lain kita ter masuk yang menyembunyikan kebenaran ilmu Allah. yang berakibat celaka dia khirat kelak. Justeru itulah Allah menuntut pada hambaNya yang telah menemukan kebenaran agar me nyampaikan ke pihak lain, betapapun resikonya, terkadang dicemoohi, dibenci dan bahkan dibu nuh sebagaimana mereka membunuh Ahlulbayt Rasulul lah, konon pula kita pe ngikut ahlulbayt nya. Andaikata fenomena yang haq itu tidak kita sampaikan kepihak lain, kita termasuk orang egois sejati disisi Allah, hendak masuk syurga sendirian. Allah tidak akan memasukkan ke dalam Syurga orang yang egois demikian. Allah memasukkan seseorang da lam Syurga melalui ajakan kita kepada orang lain. Justeru keyakinan seperti itulah saya berdaya upaya untuk menyampai kan apa yang telah saya yakinkan ini, betapapun resikonya. Read more about tempelakan Allah:
Ketika kita menemui suatu fenomena yang haqqul yakin kebenarannya, kita harus haqqul yakin juga bahwa Allah mengharapkan kepada kita agar menyampaikan kepada orang lain. Pabila pihak yang sampai seruan kita itu tidak menggubrisnya sementara hal tersebut benar disisi Allah, menjadi saksi kelak di hari Kemudian (baca saat Allah menempelak manusia dengan Surah Yasin ayat 60 - 65). Sebaliknya, andaikata tidak kita sampaikan kepada orang lain kita ter masuk yang menyembunyikan kebenaran ilmu Allah. yang berakibat celaka dia khirat kelak. Justeru itulah Allah menuntut pada hambaNya yang telah menemukan kebenaran agar me nyampaikan ke pihak lain, betapapun resikonya, terkadang dicemoohi, dibenci dan bahkan dibu nuh sebagaimana mereka membunuh Ahlulbayt Rasulul lah, konon pula kita pe ngikut ahlulbayt nya. Andaikata fenomena yang haq itu tidak kita sampaikan kepihak lain, kita termasuk orang egois sejati disisi Allah, hendak masuk syurga sendirian. Allah tidak akan memasukkan ke dalam Syurga orang yang egois demikian. Allah memasukkan seseorang da lam Syurga melalui ajakan kita kepada orang lain. Justeru keyakinan seperti itulah saya berdaya upaya untuk menyampai kan apa yang telah saya yakinkan ini, betapapun resikonya. Read more about tempelakan Allah:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar