Kamis, 16 Desember 2010

SETIAP HARI ADALAH ASYURA, SETIAP BULAN ADALAH MUHARRAM DAN SETIAP TEMPAT ADALAH KARBALA.

INILAH KARBALA DAN DISINILAH IMAM HUSSEIN AS CUCU RASULULLAH

SERTA KELUARGA DAN SAHABAT SETIANYA DIBANTAI ATAS PERINTAH
YAZID BIN MUAWIYAH



Bismillaahirrahmaanirrahiim


JADILAH HUSSEIN ATAU ZAINAB AL KUBRA,
KALAU TIDAK ANDA ADALAH YAZID.
HUSSEIN MENYIRAMI POHON ISLAM DENGAN DARAH DAN AIRMATA. ZAINAB MENYAMPAIKAN MISSI HUSSEIN HINGGA DIKETAHUI MANUSIA
DI DUNIA SEJAK DULU HINGGA KINI
BAHKAN SAMPAI MENEMUINYA
DI PANCUTAN KAUTSAR.
hsndwsp

Acheh - Sumatera








Kalimat demi kalimat baris demi baris dan alinia demi alinia telahpun berlalu hingga goresan bung Novendra Dj ini terbaca habis tanpa terasa lelah sedikitpun. Mengapa tidak, kisah yang diangkat adalah cucuanda Nabiullah, Imam Hussein as, Imam ke 3, ayahanda dari Imam Ali Zainal Abidin bin Hussein as. Sayang di Acheh sepertinya tak terbaca peristiwa yang demikian dahsyat dan menyayat hati bagi pribadi yang benar-benar beriman, bukan hipokrit alias hanya mengaku saja beriman sementara sepakterjangnya sepertinya tidak jauh berbeda dengan dupli kat Yazid bin Muawiyah itu sendiri.



Sebahagian orang yang mengaku bermazhab Syiah di pulau Jawa hanya terbatas dengan mengeluarkan airmata ketika memperingati hari syahidnya Imam Hussein di medan Karbala, tetapi setelah itu merekapun sepertinya tidak berbeda dengan pengikut Yaziz bin Muawiyah bin abu Sofyan, bersatupadu dalam system Hindune sia yang Yaziddin itu. Ini membuktikan bahwa mereka baru sebatas ilmu Syiah hingga mereka hanya mengetahui kalau Imam Hussein teranianya di Padang Karbala, namun tidak memiliki Ideology Imam Hussein yang pantang bersatupadu dalam system taghut zalim dan hipokrit. Sebahagian mereka memiliki banyak il mu tentang Syiah dan 12 Imamnya hingga mereka layak disebut Ilmuwan Syiah namun sebetulnya mereka masih belum apa-apa dan tidak jauh berbeda dengan Islam non Syiah. Untuk berguru tentang Syiah, tentang Karbala tentang Imam Hussein memang mudah tetapi untuk memahami Syiah Alawi (baca Syiah me rah), Imam Hussein dan Karbala diperlukan mendalami Ideologynya.



Kalau kita terbatas pada ilmu Syiah, Imam dan Karbala, kita belum mampu meli hat fenomena yang ditentang Syiah, para Imam dan Hussein di Karbala di jaman kita masing-masing. Justru itulah kita masih saja bersatu padu dan bahkan meng identifikasi dirikita sebagai fenomena dimana Yazid menjadi prototipenya fenome na tersebut. Itulah yang dinamakan Syiah hitam atau syiah dekaden. Syiah sejati atau syiah Alawi adalah syiah merah. Mereka bukan saja berilmu Syiah tetapi juga berideology syiah, para Imam dan Karbala.



Agama manapun memiliki dua wajah yang saling bertentangan, wajah dekaden dan wajah ideology. Islam berwajah dekaden seolah-olah melibatkan dirinya dalam kejahatan, menumbuhkan reaksionerisme, kelambanan, dan kelumpuhan. Agama Islam macam ini telah mengekang spirit kebebasan dan secara culas membenarkan status quo. Sedangkan Islam yang type lain, Islam ideology yang pantang bersatupadu dalam system Islam yang dekaden. Sudah barang pasti Islam Ideology tidak diperbolehkan tumbuh dan berkembang dalam sejarah oleh Islam dekaden. Justru di jantung bangsa-bangsa Muslim, sebagaimana kita keta hui, kebenaran dan cita-cita Islam sedang dikorbankan.



Dalam bentuknya yang tidak ideologis agama adalah suatu kumpulan keperca yaan turun-temurun dan perasaan individual, suatu imitasi terhadap upacara-upacara, aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan agama dan praktek-praktek yang sudah berurat berakar dari satu generasi kegenerasi lainnya. Jenis agama sema cam ini menunjukkan semangat kolektif dari suatu kelompok masyarakat. Agama seperti ini tidak pernah nenemukan esensinya hingga memperlihatkan penen tangannya terhadap spirit dan semangat kemanusiaan yang sesungguhnya.



Praktek agama seperti ini sampai hari ini berkembang dan tumbuh subur dalam system yang hipokrit, dimana mereka mengaku beragama Muhammad tetapi mereka tidaklagi memiliki ideology Muhammad, Ali dan Hussein di Karbala. Sebahagian mereka dari kampung berpindah ke kota. Dikota mereka menimba ilmu diberbagai perguruan hingga memungkinkan mereka menjadi "orang besar" setelah bergabung dengan orang-orang pemerintahan. Mereka menjadi kaya, memiliki rumah yang luck, gaji yang tinggi dan mobil mewah. Namun kebanyakan mereka hidup miskin dan menderita tetapi mereka tetap berdaya upaya agar tidak ketinggalan ketika musim maulid tiba kendatipun Rasulullah sendiri melarangnya, namun mereka sepertinya tidak pernah mengetahui adanya larangan.
Tak obahnya seperti kebiasaan orang Kristian memperingati hari lahirnya Yesus, mereka tidak pernah memahami bahwa tgl 25 Desemeber itu bukan hari lahirnya Nabi Isa as tetapi hari lahirnya dewa matahari. Demikian juga pohon cemara yang mereka hias sebagai pohon Natal, padahal pohon tersebut takpernah eksist ditempat kelahiran Nabi Isa bin Maryam.http://www.youtube.com/watch?v=YDTC5n8mfzI&feature=related




Dikalangan Syiah jaman Syah Redha Palevi juga demikian kondisi masyarakat, dimana orang-orang miskin walau makanpun tak menentu, berdaya upaya walau dengan cara menabung guna membeli lampu pompa, rantai untuk flagelasi (me mukul - mukul tubuh dalam peringatan syahidnya Imam Hussein di Karbala), alat bunyi-bunyian dan jubah hitam. Ironisnya acara tersebut dikordinir penguasa. Pada hari Asyura malah semua orang dipaksakan harus mengalir airmata tetapi satu hari setelah itu atau esoknya pemerintah membuat hari bergembira dimana tidak dibenarkan seorangpun menangis kecuali ditangkap polisi. Jadi semua me reka (baca penguasa plus rakyatnya memang syiah tetapi syiah Safawi bukan syiah Alawi. Syiah Alawi tidak di benarkan berkembang sampai Imam Khomaini, Dr Ali Syariati, Murtadha Mutahhari cs muncul hingga mampu menggulingkan pe nguasa Safavid dan berdirinya system Islam Syiah Alawi yang sangat cemerlang sekarang ini.


Mudah - mudahan tulisan singkat ini menjadi renungan bagi banbgsa-bangsa yang sedang ter tindas di jaman kita ini. Kita harus belajar memahami Karbala hing ga menemukan fenomena karbala dikalangan kita masing-masing. Kita harus mampu memahami mana sosoknya Yazid di jaman kita, dikalangan kita dan mana sosok Hussein dikalangan kita masing-masing. Lalu bersatulah "Hussein-hussein" untuk meluluhlantakkan "yazid-yazid". Dengan cara demikianlah kita terlepas dari api Neraka, bukan hanya dengan mengalirkan air mata di hari Asyura dan berpu asa agar dapat pahala sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kita bersatupadu dalam system yang sama dengan system yang ditentang Imam Hussein as di Karbala.







Billahi fi sabililhaq

hsndwsp

di Ujung Dunia


notice:
Ketika kita menemui suatu fenomena yang haqqul yakin kebenarannya, kita harus haqqul yakin juga bahwa Allah mengharapkan kepada kita agar menyampaikan kepada orang lain. Pabila pihak yang sampai seruan kita itu tidak menggubrisnya sementara hal tersebut benar disisi Allah, menjadi saksi kelak di hari Kemudian (baca saat Allah menempelak manusia dengan Surah Yasin ayat 60 - 65). Sebaliknya, andaikata tidak kita sampaikan kepada orang lain kita ter masuk yang menyembunyikan kebenaran ilmu Allah. yang berakibat celaka dia khirat kelak. Justeru itulah Allah menuntut pada hambaNya yang telah menemukan kebenaran agar me nyampaikan ke pihak lain, betapapun resikonya, terkadang dicemoohi, dibenci dan bahkan dibu nuh sebagaimana mereka membunuh Ahlulbayt Rasulul lah, konon pula kita pe ngikut ahlulbayt nya. Andaikata fenomena yang haq itu tidak kita sampaikan kepihak lain, kita termasuk orang egois sejati disisi Allah, hendak masuk syurga sendirian. Allah tidak akan memasukkan ke dalam Syurga orang yang egois demikian. Allah memasukkan seseorang da lam Syurga melalui ajakan kita kepada orang lain. Justeru keyakinan seperti itulah saya berda ya upaya untuk menyam pai kan apa yang telah saya yakinkan ini, betapapun resikonya. Read more about tempelakan Allah: http://achehkarbala.blogspot.com/2009/09/tempelkan-yang-sangat-menyakitkan-bagi.html ngat-menyakitkan-bagi.html



Pentas Karbala,
Simbol PerlawananAtas Kebatilan
Refleksi Atas Kesyahidan Imam Husain bin ‘Ali
Oleh; Novendra Dj






Catatan sejarah umat Islam mengabadikan satu tragedi yang memilukan dan menohok jantung orang-orang muslim yang peka dengan agama dan hakikat kemanusiaan. Tepat pada hari ke-10 dibulan Muharram tahun 61 H, suatu peristiwa pembantaian sadis menimpa al Husain bin ‘Ali bin Abithalib beserta para pengikut setianya. Tragedi yang mengambil tempat di padang Karbala, Iraq ini menyisakan kepiluan dan kepedihan hati kaum mu’min. Bagaimana tidak, karena yang dibantai adalah cucunda Rasulullah saw, anak putri tercinta beliau, Fathimah az Zahra. Dan yang melakukannya adalah orang-orang yang mengaku umat Muhammad saw.

Sang kesatria dan hujjatullah dibantai oleh Yazid bin Mu’awiyah, salah seorang khalifah dinasti Umayyah. Mereka membunuh seorang putra Bani Hasyim demi memadamkan cahaya Islam dan memuluskan jalan nafsu keserakahan atas kekuasaan dan harta benda. Kesilauan dunia telah memperdayakan dinasti Umayyah, hingga mereka tega menumpahkan darah suci keturunan Rasulullah saw. Bala tentara kezaliman itu menggenangi tanah Nainawa (nama lain dari Karbala) dengan darah yang dialiri dari tubuh Imam Husain beserta pendukung setianya.

Perang antara Imam Husain bersama pengikut setianya dengan pasukan Yazid berlangsung tidak seimbang. Puluhan orang dari barisan beliau melayani serangan ribuan prajurit Yazid yang dibekali persenjataan lengkap. Sangat tidak adil jika dikatakan peristiwa Karbala tersebut adalah peperangan, melainkan sebentuk pembantaian. Sang petempur terakhir yang hidup (Husain) merenggang nyawa dalam keadaan teraniaya. Pribadi agung ini menjadi tonggak keteladanan, merelakan dirinya syahid dalam keadaan teraniaya demi pengabdiannya kepada Islam. Ia menjawab panggilan dan menjalankan dengan sempurna amanat Allah dan Rasulnya.

Tragedi Karbala sebuah peristiwa yang tidak ada bandingannya dalam sejarah manusia. Bentuk pengorbanan dan ketabahan yang ditampilkan Imam Husain menjadi energi dahsyat bagi orang-orang yang yakin dengan janji-janji Rabba nya. Husain menjemput ajalnya di Karbala bukanlah berlatar putus asa atau pasrah pada takdir yang ditentukan Allah Swt untuknya. Tetapi dia datang dengan visi dan misi yang jelas, yaitu upaya penyelamatan dan mengembalikan eksistensi serta kemurnian agama kakeknya, Muhammad saw.

Kemurnian Islam sejak wafatnya Rasulullah saw mulai terkikis. Pelbagai penyelewengan terjadi akibat nafsu serakah sebagaian kalangan elit yang masih menyimpan dihati mereka bongkahan-bongkahan kebencian dan dendam kepada al Mustafa dan ahlulbaitnya, terutama kepada ‘Ali bin Abithalib. Keadaan yang mencederai citra Islam ini mendorong Imam Husain bangkit dan melawan, terutama setelah Mu’awiyah mencabik-cabik traktat perdamaian antara ia dengan Imam Hasan. Dimana traktat tersebut berisi kesepakatan bahwa kaum muslim akan memilih khalifahnya setelah meninggalnya Mu’awiyah. Namun Mu’awiyah dibalik itu berusaha memperoleh bai’at bagi Yazid, putranya. Dan mulai menebar fitnah atas ahlulbait Nabi, secara khusus terhadap pribadi Imam ‘Ali.

Namun pribadi seperti al Husain tidak tinggal diam dan pasrah membiarkan cahaya Islam redup. Dia tidak akan sudi membai’at dan membiarkan urusan umat Islam ditangan orang seperti Yazid. Al Husain memandang perlu membangun simbol lebih jelas antara kebenaran dan keadilan yang diwakili dirinya, dengan simbol kebatilan dan kezaliman yang diwakili Yazid bin Mu’awiyah. Tentunya langkah yang diambil al Husain tersebut membawa konsekuensi besar mengenaskan. Dimana kepedihan dan kedukaan dahsyat akan menimpa Rasulullah dan keluaganya beserta orang-orang yang setia pada agama yang hanif. Karena tipe Yazid tidak sungkan menumpahkan darah orang-orang yang menghalanginya, meskipun itu manusia agung seperti al Husain.

Kita bisa bayangkan bagaimana Imam Husain, cucunda kesayangan Rasulullah saw, dibantai dengan sangat biadab. Begitu juga sangat memilukan saat Ali Al Ashgar, bayi Imam Husain syahid dengan panah beracun menembus lehernya. Kekejaman terhadap keturunan Rasul saw ini senantiasa membuat kesedihan mendalam.

Tetapi di balik kesedihan itu, banyak makna lain terkandung dibalik pengorbanan dan syahidnya Imam Husain beserta para pengikutnya. Disitu tersimpan kisah heroik, sebelum menjemput syahidnya, Imam Husain dengan gagah berani melawan ribuan prajurit seorang diri. Ini mengisyaratkan pesan bahwa seorang muslim mesti tetap tegar melawan kezaliman. Bagaimana pun keadaannya.

Peristiwa karbala memotret dua sisi yang saling bertolak belakang. Barisan pengusung bendera haq satu pihak dan barisan kebatilan dipihak lain. Imam Husain beserta rombongannya datang ke tanah Karbala demi menegaskan tapal batas haq dan batil. Ia datang dengan kesadaran ilahiah, bahwa pengorbanan dan kucuran darahnya akan merobek tabir-tabir kejahilan dan kezaliman. Beliau menyadari bahwa umat Islam selanjutnya membutuhkan suatu tonggak inspirasi yang akan memompa spirit mereka dalam menentang penindasan dan ketidak adilan.
Disisi lain, perlakuan Yazid dan bala tentaranya terhadap Imam Husain, putri-putri Bani Hasyim, dan para pengikut setianya adalah mempertontonkan budaya ala rezim penindas. Peristiwa ini sungguh menegaskan bahwa antara haq dan kebatilan tidak akan pernah bisa bercampur. Haq tidak akan pernah tunduk dihadapan lawannya, keduanya senantiasa berhadap-hadapan. Semangat perlawananan atas kezaliman mesti senantiasa dipupuk, dijadikan spirit yang mengakar dikalangan umat Islam. Jika tidak, maka kezaliman akan merasa aman memegang kendali, dan ia juga bisa menyelubungi dirinya dengan jubah kebenaran, dan topeng keadilan.

Keprihatinan kita, Peristawa Karbala seperti terlupakan oleh umat Islam mayoritas. Entah karena sengaja demi menyelamatkan muka umat Islam dari rona buram lembaran sejarah pilu. Namun demikian, tidak bisa dihindari, sejarah umat ini ternyata tidak semulus dalam lembaran buku-buku yang popular beredar ditengah-tengah kita. Pelbagai fakta terkait tragedi-tragedi menyayat hati turut memburamkan fenomena umat ini. Diantara peristiwa besar dan terpenting serta layak dikenang, adalah tragedi Karbala.

Tragedi menyesakkah hati ini memang hanya akrab dan selalu dikenang oleh umat Islam dari mazahab Syiah. Kalangan umat Islam yang memiliki loyalitas tinggi pada ahlulbait Nabi saw ini melihat peristiwa tersebut sebagai pembuka mata umat Islam atas batasan haq dan batil yang tidak mungkin dicapur satu sama lain.

Membangunkan kesadaran umat bahwa Islam beserta kebenaran dan keadilan yang diusungnya mesti senantiasa diperjuangkan, meskipun harus dibayar dengan penderitaan dan darah sekalipun. Dan mereka senantiasa menjadikan kenangan Asyura sebagai wadah membangun spirit untuk bangkit, loyalitas pada kebenaran, dan senantiasa menolak kezaliman dan penindasan.

Namun demikian, pembelajaran ataupun hikmah Asyura bukanlah monopoli Islam Syiah saja. Sejatinya peristiwa ini menjadi spirit bersama umat Islam dari kalangan manapun yang setia dengan ajaran Rasulullah saw, yang menginginkan batasan haq dan batil tetap dikenali, dan keadilan ditegakkan. Karena Imam Husain telah menggoreskan tonggak keteladanan – dengan kemuliaan pengorbanannya demi kemurnian dan tegaknya agama Muhammad saww – dan men jadikannya sebagai pesan agung, bahwa duduk bersanding dengan penindas dan keza liman itu sendiri adalah aib dan kehinaan. Dan ummat Islam dituntut untuk senantiasa berada dalam kemuliaan, penyampai kebenaran, dan pengimplementasi keadilan. Labbaika ya Imam Hussain...


English translation
Bismillaahirrahmaanirrahiim


BE AL-Kubra Zainab Hussein OR,
IF YOU ARE NOT Yazid.
Hose Hussein TREE WITH BLOOD AND ISLAM tears. Zainab Hussein mission SUBMIT TO KNOW PEOPLE
IN THE WORLD SINCE FIRST UP NOW
EVEN UNTIL meet
IN PANCUTAN Kauthar.
hsndwsp
Aceh - Sumatra







Sentence by sentence and line by line by alinia telahpun alinia passed up to scratch Dj Novendra bung it unreadable without felt tired out a bit. Why not, the story raised was cucuanda Nabiullah, as Imam Hussein, Imam to 3, father of Imam Hussein bin Ali Zainal Abidin as. Unfortunately in Acheh seem indecipherable event so devastating and heartbreaking for the person who really believe, not only claimed to be hypocritical aka faith while sepakterjangnya not seem much different from Yazid bin Muawiyah dupli kat itself.

Sebahagian people who claim to bermazhab Shia on the island of Java is limited only by shedding tears when commemorate the martyrdom of Imam Hussein in Karbala field, but after that they seemed no different from the followers of Muawiyah bin ash bin Yaziz Sofyan, bersatupadu in vain Hindune system that Yaziddin it. This proves that they had limited knowledge Shiites until they just know when Imam Hussein teranianya in Padang Karbala, but does not have an abstinence Ideology of Imam Hussein in the system taghut bersatupadu unjust and hypocritical. They will have a lot il mu of Shia and 12 priests until they deserve to be called scientists Shia but in fact they still do not nothing and not much different from non-Shiite Islam. To sit on the Shia, the Karbala of Imam Hussein is easy but to understand the Shi'ite Alawi (read Shiite me angry), Imam Hussein and Karbala required Ideologynya deepen.

If we are limited on the science of Shia, Imam and Karbala, we are not able to saw a hat phenomenon Shia opposition, the Imam Hussein in Karbala and in our own era. That's the whole we are still united and even identified him as a phenomenon whereby dirikita Yazid became the prototype phenomenological na. That is what is called black Shiite or Shiite decadent. True or Shiite Shiite Shiite Alawi is red. They are not only knowledgeable but also berideology Shiite Shiites, the Imam and Karbala.

Any religion has two opposing faces, face and facial decadent ideology. Islam faced decadent as if involved in the crime, grow reaksionerisme, inaction, and paralysis. Islam Religion of this kind have been reined in a deceitful spirit of freedom and justify the status quo. Meanwhile, another type of Islam, Islam ideology that abstinence bersatupadu in the Islamic system is decadent. Of Islamic Ideology must not be allowed to grow and flourish in Islamic history by decadent. Precisely at the heart of Muslim nations, as we fear hui, truth and ideals of Islam is being sacrificed.

In a form that is not ideological belief religions is a collection of hereditary wealth and individual feelings, an imitation of the ceremonies, rules, habits and religious practices that are already entrenched kegenerasi other than one generation. Type of religion sema cam shows the collective spirit of a community group. Religion like this had ever nenemukan essence to show opponents hands against the spirit and the true spirit of humanity.

Religious practices like this to this day to develop and thrive in a hypocritical system, where they claim religion tidaklagi Muhammad but they have a ideology of Muhammad, Ali and Hussein in Karbala. They will move from village to town. They gain knowledge in various city colleges to enable them to become "great man" after joining the people reign. They became wealthy, owning a house of luck, high salaries and luxury cars. But most of them live in poverty and suffering but they still make an effort to not miss when the season comes in spite of the Prophet's birthday itself forbidden, but they never seem to know of any restrictions. Not obahnya such as customs of Kristian commemorate the birth of Jesus, they never understand that it's not Desemeber 25th birthday of Prophet 'Isa but today the birth of the sun god. Likewise, they are fir tree as a decorative Christmas tree, whereas tree takpernah eksist birth place of Prophet 'Isa ibn Mar yam. http://www.youtube.com/watch?v=YDTC5n8mfzI&feature=related

Among the Shia Shah era Redha Palevi likewise the condition of society, in which poor people makanpun although erratic, despite attempts by way of saving money to buy a light pump, chain to flagelasi (hit me - hit the body in the martyrdom anniversary of Imam Hussein in Karbala), musical instrument and a black robe. Ironically event dikordinir ruler. On the day of Ashura in fact all people should be forced to flow tears but the same day or next day after that happy day in which the government makes one cry is not justified unless arrested by police. So all they had (read ruler plus citizens are Shiite, but not the Shiite Safavid Shi'ite Alawi. Shi'ite Alawi not justify developing until the Imam Khomaini, Dr Ali Shari'ati, Murtadha Mutahhari cs appear to be able to overthrow his ruler and the establishment of Safavid Shi'ite Alawi Islamic system is very brilliant today.

Easy - I hope this short article a muse for banbgsa being oppressed peoples of our age. We must learn to understand the phenomenon of Karbala Karbala Hing ga find among our own. We must be able to understand where the figure Yazid of our time, among us and where the figure of Hussein among our own. Then unite "Hussein-Hussein" to crush "-Yazid Yazid." That was how we separated from the fire of Hell, not only by flowing tears on the day of Ashura and berpu hope for to reward while in our daily lives bersatupadu in the same system with the system as opposed to Imam Hussein in Karbala.



Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
at the End of the World





notice:
When we see a phenomenon that haqqul believe the truth, we must haqqul believe also that God expects us to convey to others. Sovereign, when the party until the appeal we were ignored while it is right hand of God, as witnesses later in the day then (read: When God menempelak man with Surah Yasin verses 60-65). Conversely, if we do not convey to others we too into the science of hiding the truth of God. which result in harm him khirat later. Precisely why God holds in His servants who have discovered the truth for me convey to the other party, however the risk, sometimes dicemoohi, hated and even murdered as they kill dibu Ahlulbayt the Messenger was, we also said his ahlulbayt its adherents. If the phenomenon of truth that we do not tell other kepihak, we included the true selfish side of God, about to enter heaven alone. God will not enter into heaven so selfish person. God da lam someone enter heaven through our invitation to others. Indeed, such confidence that I attempt to greet arriving pie ya what I have been convinced of this, however the risk. Read more about tempelakan God: http://achehkarbala.blogspot.com/2009/09/tempelkan-yang-sangat-menyakitkan-bagi.html very-painful-bagi.html





Pentas Karbala,
Symbols PerlawananAtas kebatilan
Reflections on Martyrdom of Imam Husayn ibn 'Ali
By; Novendra Dj


The historical record of Muslims perpetuate a tragedy strikes the heart-wrenching and Muslim people who are sensitive to religion and the nature of humanity. Exactly on the day of the 10th month of Muharram in 61 AH, a sadistic massacre happened al Husayn ibn 'Ali ibn Abithalib and his loyal followers. The tragedy that took place in the desert of Karbala, Iraq is leaving the heartache and pain the hearts of the believers. How not, because that is slaughtered cucunda Prophet, the son of his beloved daughter, Fatima Zahra. And who do it are those who claim Muhammad's people.

The knight and hujjatullah massacred by Yazid bin Mu'awiyah, one of the caliph of the Umayyads. They killed a son of Bani Hashim to extinguish the light of Islam and pave the way lust greed for power and possessions. Glare of the world has beguile the Umayyad dynasty, until they have the heart to shed the blood of the holy descendants of the Prophet. The armies of tyranny that flooded the ground Nainawa (another name of Karbala) with blood which flowed from the body of Imam Husayn and their loyal supporters.

The war between the followers of Imam Hussain with forces loyal to Yazid took place not in balance. Dozens of people from the ranks, he served thousands of soldiers attack Yazid equipped armor. It is not fair to say it is a battle of Karbala incident, but a kind of massacre. The last living fighters (Hussain) lives in a state battered stretch. Great personal example of this was the base, volunteered himself a martyr in a state of being persecuted for his devotion to Islam. He answered the call and run with the perfect message of Allah and His messenger.

The tragedy of Karbala is an event that is unrivaled in human history. Form of sacrifice and steadfastness of Imam Husayn be displayed tremendous energy for people who believe in his promises Rabba. Husayn in Karbala to pick up his end is not set in despair or surrender to the destiny that Allah prescribed for her. But he comes with a clear vision and mission, namely efforts to rescue and restore the existence and purity of the religion of his grandfather, Muhammad PBUH.

The purity of Islam since the death of the Messenger of Allah began to erode. Various deviations in part due to greedy lust among the elite who still keep their hearts chunks of hatred and vengeance against al Mustafa and ahlulbaitnya, especially to 'Ali bin Abithalib. Things that hurt the image of Islam has led Imam Husain stood up and fought back, especially after Mu'awiyah tearing it with a peace treaty between Imam Hasan. Where the treaty contains an agreement that the Muslims would vote after the death of Mu'awiyah khalifahnya. However Mu'awiyah behind it trying to get bai'at to Yazid, son. And began to spread slander upon Prophet ahlulbait, specifically the person of Imam 'Ali.

But as al Husayn personally did not stay silent and resigned to let the dim light of Islam. He will not willingly let membai'at and Muslim affairs in the hands of people like Yazid. Al-Hussain sees the need to build a clearer symbol of truth and justice who represented himself, with the symbol of evil and tyranny, which is represented by Yazid bin Mu'awiyah. Of course, the steps taken by al-Husain was brought tragic consequences. Where pain and sorrow of terrible will befall the Prophet and keluaganya with those who are faithful to the religion of hanif. Because type Yazid not hesitate to spill the blood of people who block it, even though it was great man like al-Husayn.

We can imagine how the Imam Husayn, the Prophet's favorite cucunda, were slaughtered by a very barbarous. So is very heartbreaking when Ali Al Ashgar, baby martyrdom of Imam Hussain with poisoned arrows pierce his neck. Atrocities against the descendants of the Prophet is always a deep sadness.

But the sadness behind it, many other meanings contained behind the sacrifice and the martyrdom of Imam Husayn and his followers. There is saved the heroic story, prior to pick up martyrdom, Imam Husain valiantly against thousands of soldiers alone. This implies a message that Muslims should remain strong against tyranny. In any circumstances.

Event of Karbala photographing two conflicting sides. Rows of flag bearers haq one side and evil on the other line. Imam Husayn and his entourage came to the land of Karbala for the sake of truth and assert boundaries vanity. It comes with divine consciousness, that sacrifice and their blood running will tear the veil-the veil of ignorance and tyranny. He further realized that Muslims need an inspiring milestone that will pump up their spirit in opposing oppression and injustice.
On the other hand, treatment of Yazid and his army of Imam Hussain, the daughters of Bani Hashim, and his loyal followers are exposing oppressive regimes a la culture. This event was confirmed that between truth and falsehood can never be mixed. Haq would never subject before his opponents, both of them always face to face. Perlawananan spirit of tyranny must be constantly nurtured, made by deep-rooted spirit among Muslims. If not, then tyranny will feel secure in control, and he also can cloak himself with the robe of truth, and the mask of justice.

Our concern, such as Karbala Peristawa forgotten by the majority Muslims. Whether it was deliberate in order to save Muslims from the face of history sadly opaque hue. However, it is inevitable, the history of this people was not as smooth as in the piece of popular books that circulate in our midst. The various facts related to heart-wrenching tragedies also cloud the people of this phenomenon. Among the major events and important and worthy remembered, is the tragedy of Karbala.

Tragedy menyesakkah this heart is only familiar and always remembered by the Muslims of the Shiite mazahab. Among Muslims who have a high loyalty to the Holy Prophet ahlulbait this view these events as an eye opener Muslims on truth and falsehood limitation that is not possible dicapur each other.

Awaken the awareness of Islam and its people that truth and justice must always strive diusungnya, although it should be paid for with suffering and even blood. And they always make the memories of Ashura as a place to build spirit to rise up, loyalty to truth, and always reject the tyranny and oppression.

However, learning or wisdom is not the monopoly of Ashura Shiite Islam alone. Indeed the spirit of this event together Muslims from among any of the faithful to the teachings of the Prophet, who wanted the restrictions remain recognizable truth and falsehood, and justice is done. Because of Imam Husain has scraped exemplary milestone - with the glory of sacrifice for the sake of purity and the establishment of religion Muhammad saww - and to jadikannya as great message, that sit side by side with the oppressor and keza liman itself is a disgrace and humiliation. And Muslims are required to always be in glory, messenger of truth, justice and implementers. Labbaika yes Imam Hussain ...

2 komentar:

  1. subhanallah...cantik dan jelas sekali penjelasan saudara..

    BalasHapus
  2. Komen dari hsndwsp: Kata "monopoli" yanbg digunakan Novendra adalah keliru dan terkesan negatif. Sepertinya Novendra tidak sadar bahwa yang menzalimi Imam Hussein, keluarga dan pengikut setianya di Karbala Irak juga mengaku diri mereka sebagai muslim walaupun Allah sendiri telah menyatakan: "wamahum bimukminin" (QS, Al Baqarah 8)

    BalasHapus