Selasa, 19 Oktober 2010

KETIKA KITA MEMBELA KEZALIMAN SAAT ITU JUGA KITA TELAH MENZALIMI KAUM MUSTADHAFIN SERTA DIRI KITA SENDIRI


ALLAH BERFIRMAN:
DAN DIANTARA MANUSIAADA YANG MENGATAKAN:
"KAMI BERIMAN KEPADA ALLAH DAN HARI KEMUDIAN" PADAHAL MAREKA ITU SESUNGGUHNYA BUKANLAH ORANG YANG BERIMAN (QS, 2 : 8)
hsndwsp
Acheh - Sumatra

AYAT TERSEBUT DIATAS SANGAT MENAKUTKAN SEBAB SEKIAN MILYAR
PENDUDUK DUNIA MENGAKU DIRI SEBAGAI ORANG ISLAM TETAPI MENURUT
AYAT TERSEBUT BUTUH ANALISA SECERMAT MUNGKIN
MENGINGAT HIDUP DI DUNIA INI HANYA SEKALI SAJA
APAKAH KITA TERMASUK YANG BERIMAN?

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Di zaman Rasulullah orang-orang hipokrit berbaur dalam system. Suatu hari Rasu lullah pergi ke fron pertempuran dan meninggalkan Imam Ali sebagai gantinya di Ma dinah sebagaimana Nabi Musa dulu pergi, meninggalkan Harun sebagai gantinya. Di madinah ketika itu banyak orang mengganggu Imam Ali dengan perkataannya. Dian taranya mereka mengatakan bahwa Rasulullah tidak senang kepada Imam, makanya dia tidak dibawa bersama Rasulullah. Imam menyusul Nabi dan menyampaikan apa yang terjadi di Madinah. Nabi berkata:" Hai Ali! Tidak senangkah hubungan kita se perti hubungan Musa dan Harun? Tidak ada orang yang benci kepadamu kecuali orang munafik." Penjelasan Rasulullah yang singkat itu menunjukkah bahwa yang pertama Imam Ali difungsikan sebagai pengganti Rasulullah. Kedua banyak sekali orang munafik yang hidup di Madinah. Mereka membenci Imam Ali sejak awal per juangan Rasulullah sampai beliau syahid di mesjid Kufah dan bahkan dibenci sam pai ke anak-anaknya (baca cucu Rasulullah) Bagi siapapun yang mau berpikir seba gaimana kalamullah yang senantiasa berulang-ulang di Al Qur-an "afala ta'qilun dan afala yatazakkarun", tidak mengherankan dimanapun kita saksikan bahwa orang yang tegas pada kebenaran sebagaimana Imam Ali berkiprah dalam hidupnya, tidak disenangi oleh kebanyakan orang. Bukankah Allah juga berfirman bahwa yang benar imannya hanya sedikit (baca illa kalil).

Banyak situasi yang menunjukkan Imam Ali sebagai pengganti Rasulullah. Dianta ranya pertama sekali ketika turunya surat perintah dari Allah agar Nabi menyam paikan seruannya secara terbuka:

"Hai orang yang berkemul (berselimut) , bangunlah, lalu berilah peringatan! " (QS, 74 : 1, 2). Ketika itu Nabi membuat kenduri sebagai sarana dakwah. Setelah mereka yang kebanyakan terdiri dari kaum kerabat Nabi sendiri, habis menyantap daging kambing, Rasul menyampaikan kepada mereka dimana Allah telah mengangkatnya sebagai utusanNya. Ketika Nabi menanyakan siapa diantara mereka yang bersedia membantunya dalam penyampaian risalahnya tidak seorangpun yang menjawab kecuali Imam Ali yang masih anak-anak. Rasulullah mengulangi permintaannya sampai tiga kali tetapi tetap saja tidak ada yang bersedia kecuali Imam Ali yang tidak membenarkan suara Rasulullah jatuh tampa ada yang menapungnya. Nabi langsung memeluk Imam Ali dan mengatakan kepada Orang ramai: "Inilah Ali yang akan menjadi penggantiku, kelak".

Mereka yang hidup di zaman kita mengira bahwa orang yang paling baik setelah Rasulullah, orang yang dibawa bersama ketika beliau hijrah. Mereka tidak mampu menganalisa bagaimana kedudukan Imam Ali yang sanggup menempatkan diri seba gai pengganti Nabi di katilnya. Dalam hal ini Imam pernah berkata bahwa Nabi Musa berada dalam ketakutan berhadapan dengan Fir'un setelah membunuh orang Kubti, tetapi dia tidak takut ketika pengikut "Fir'un" menggertaknya untuk dibunuh setelah mereka merasa tertipu oleh Imam yang tidur di katil Nabi.

Terakhir sekali Nabi mengangkat Imam Ali di Ghadirkhum yang disaksikan ratusan ribu orang tetapi kebanyakan mereka berpatahbalik. Ini terbukti apa yang dikatakan Rasulullah saww: "Musa dan Harun adalah pelajaran yang paling tepat untuk anda hai Ali". Kalau Imam Ali dibelakangi Ummah Muhammad ketika beliau wafat, Harun ditinggalkan Ummah Nabi Musa ketika beliau masih hidup lagi. Ini adalah pelajaran yang paling penting juga buat kita yang hidup di zaman sekarang ini.

Ketika Abubakar dimarahi Fatimah az Zahara, beliau menangis dan mengatakan kepada pengikutnya agar tidak memaksakan dia untuk jabatan khalifah, disebabkan Fatimah tidak redha. Abubakar masih ingat ketika Rasulullah berkata: "Barang siapa menyayangi fatimah sama dengan telah menyayangi diriku, barang siapa menyakiti hati fatimah sama dengan sudah menyakiti hatiku dan baranng siapa yang membuat Fatimah tidak redha sama dengan telah membuat aku tidak redha ". Ironisnya Umar mendesak Abubakar dengan alasan negara akan kacau-balau kalau Abubakar mele takkan jabatan. Ketika Abubakar sakratul maut yang cukup mengerikan, beliau menyesali gara-gara Umar yang mendesak dia agar menjauhkan Imam Ali dari kedu dukannya yang sah. Nampaknya Umarlah yang mendorong Abubakar hingga sema sa Rasulullah sendiri berani melawan perintah Nabi (baca sejarah Abubakar dan Umar menolak perintah Nabi untuk berperang dibawah pimpinan Usamah bin Ziad)

Sebelum Abubakar meninggalkan Dunia yang, menunjuk Umar sebagai penggan tinya. Aneh memang, kebanyakan orang mengira Rasulullah tidak punya hak me ngangkat penggantinya, betapa lugunya cara orang berpikir seperti itu. Ketika Umar ditikam Abu Luk-lu-ah, Umar secara politis memberikan jabatan kepada Usman bu kan kepada Imam Ali, melalui keluguan Abdur Rahman bin Auf. Ketika Umar berku asa, memberikan gaji yang tinggi kepada orang-orang yang dikiranya senior dalam Islam. Kebiasaan dimasa Umar itu diteruskan oleh Usman bin Affan. Malah Usman lebih parah lagi, menggunakan uang negara bagaikan menggunakan milik pribadi nya sendiri. Ketimpangan di masa Usman juga merembes kepada korupsi yang mem buat yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin, sebagaimana kita saksi kan dalam system taghut Indonesia, Irak Saddam, Iran Syah Palevi dan lain sebagai nya di zaman kita ini. Itu adalah duplikat Umar bin Af fan, Muawiyah dan Yazid. Ken datipun banyak orang "pintar" dalam system Indonesia yang menzalimi kaum dhu 'afa itu, mereka tidak mampu menganalisa keberadaan mereka sama dengan kebera daan pengikut Rasulullah dan Imam Ali yang mengaku beriman tetapi sepakterjang mereka menentang kebijaksanaan Rasulullah dan Imam Ali sendiri. Rasulullah dan Imam Ali sangat anti kepada system yang menzalimi kaum dhuafa, sebagai mana kita ketahui bahwa Allah mengangkat Nabi Muhammad sebagai Rasul dan Imam Ali sebagai penerus kepemimpinan Rasulullah justeru utamanya untuk mem bela kaum dhuafa
(QS.7:157 & QS, 90:12-18)

Yang sangat proaktif kepada kaum dhuafa kala itu adalah Abu Dzar Ghifari. Beliau be rani menentang penguasa Zalim ketika itu. Muawiyah bin Abi Sofyan adalah sepupu Usman dan mendapat kedudukan sebagai Gubernur Syam secara nepotisme. Dian tara para koruptor kala itu Muawiyah adalah nomor wahid. Abu Dzar al Ghifari sedi kitpun tidak takut kepada Muawiyah, bukan saja dalam dakwahnya di kampung-kam pung dan Kota tapi juga berani menunjuk langsung kemata Muawiyah sendiri. Mua wiyah, mengirim Surat kepada Usman dan mengatakan bahwa apabila beliau tidak ingin kehilangan kekuasaan, itu Abu Dzar Ghifari perlu dibereskan agar tidak menye bar "fitnah" keseluruh negara. Usman memanggil Abu Dzar dan memintanya agar tinggal saja bersamanya di Istana. Abu Dzar lah namanya yang tidak dapat disogok dengan cara bagaimanapun. Akhirnya Abu Dzar dibuang Usman ke Rawadhah yang tidak berpenghuni seorangpun kala itu, hingga Abu Dzar mati kelaparan.

Ketika Abu Dzar Ghifari mau diberangkatkan, seorangpun tidak dibenarkan Usman untuk menjumpainya. Yang pantang mematuhi amaran yang bathil itu tidak ada lain kala itu kecuali Imam Ali, Hasan dan Hussein, Salman Al Farisi dan Al Miqdad. Keti ka Ahlulbayt Rasulullah dan sahabat setianya berbicara dengan Abu Dzar, Marwan bin Hakam, menantu Usman datang dengan untanya sambil berteriak: "Tidakkah ka lian dengar bahwa khalifah melarang berbicara dengan orang itu?" Seketika itu juga Imam Ali menampar unta tunggangan Marwan, "gedegap". Marwan jatuh bersama Untanya. Dia bangkit dan mengadu kepada Usman apa yang terjadi. Usman memang gil Imam dan memintakan agar Imam mendengar apa yang dikatakan Marwan. Imam bertanya apakah harus didengar juga walau perkataannya tidak benar? Usman menanyakan apakah Imam Ali lebih baik daripada Marwan. Imam menjawab: "Bah kan saya lebih baik daripada kamu".

Di zaman kita sekarang masih banyak orang yang mengetahui bahwa Abu Dzar mati kelaparan tetapi mereka tidak tau kenapa Abu Dzar al Ghifari mati kelaparan dan siapa yang membuatnya demikian menderita. Mereka itu seperti orang yang hanya mengetahui rimbunnya Rimba di lereng-lereng gunung tapi tidak tau kenapa bisa demikian dan kenapa Allah menjadikan rimba demikian rimbunnya.

Sebahagian orang mengatakan pada saya agar tidak mengungkap peristiwa seperti itu, dikhawatirkan terjadi permusuhan. Saya katakan hal itu sama juga seperti pendakwah berislah, membongkar kedhaliman penguasa. Kalau tidak kita bongkar sama dengan kita telah membiarkan kaum dhuafa tertindas dengan sepakterjang penguasa secara aman. Justru ketimpangan dimasa lampau terulang lagi sepanjang sejarah sebagaimana kita saksikan sekarang ini di Asia dan Afrika. Orang alimpalsu dizaman sekarang sangat tidak setuju kita ungkap kedhaliman Usman dengan alasan itu sahabat Nabi. Mereka tidak sanggup berpikir bahwa ketika kita menutup kezali man Usman, disaat yang sama kita telah menzalimi Abu Dzar Ghifari. Ironisnya alim palsu seperti itu bersatupadu dalam system yang sama dhalimnya dengan Usman bin Affan, Mua wiyah bin Abi Sofyan dan Yazid bin Muawiyah, kenapa?

Jadi ketika alimpalsu membela Usman, Muawiyah dan Yazid, secara tidak langsung mereka telah membela diri mereka sendiri. Mereka bertanya kenapa Hanya Abu Dzar Ghifari saja yang menentang khalifah Usman? Pertanyaan ini sama juga de ngan pertanyaan, kenapa hanya sedikit saja orang Acheh yang memusuhi Indone sia? Kenapa banyak dari mereka hanya berdiam diri saja menyaksikan kemungkaran dan kezaliman? Lupakah kita kata Allah dalam Qur-an bahwa kebanyakan manusia tidak beriman illa kalil. Kecuali sedikit saja yang beriman. Perlu kita jelaskan bahwa semua orang yang bersatupadu ketika Usman, Muawiyah dan Yazid berkuasa, mere ka akan ditempatkan Allah bersama Usman, Mu awiyah dan Yazid kelak di dalam ne raka (na'uzu billahi min zalik)

Ketika Usman mengawinkan anaknya dengan Marwan bin Hakam banyak mengam bil uang negara. Abu Ayyub pemegang kas negara memprotes sepakterjang Usman. Usman bertanya apakah anda cemburu disebabkan aku mengambil Marwan sebagai menantuku? Abu Ayyub menjawab bukan, tapi terlalu banyak anda menghabiskan uang negara hingga aku mengira anda mengambil kembali apa yang telah anda infak kan kepada Rasulullah dulu. Usman sambil menghardik, menendang Abu Ayyub hingga lama tinggal dikatil, sampai meninggal dunia. Lalu bandingkan dengan Sad dam yang juga menembak sendiri dengan senjata setiap orang yang berbeda penda pat dengannya, mengapa? Saddam meniru Usman sebagai teladannya. Suharto tidak menembak sendiri oposisinya tapi diperintahkan kepada tentara dan polisi plus Gol kar tunggangan politiknya untuk menghabisi oposisi.

Alimpalsu yang dipanggil ulama oleh orang awwam demikian antusias bergandingan dengan tentara, polisi dan Golkar untuk menghabisi PKI tanpa periksa secara seksama, kenapa? Mereka mengira PKI itu tidak punya Tuhan lalu bisa dibunuh menurut pikiran dungu mereka. Lalu kita bertanya andaikata dengan alasan seperti itu bisa dibunuh, apa bedanya tuhan Atheis PKI dengan tuhan trinitas Hindu Brah mana, Wisynu dan Syiwa, demikian juga trinitas kristian (baca tuhan anak, tuhan bapak dan tuhan bunda Maria), kenapa tidak dibunuh? Lalu kita tanya lagi apakah alimpalsu tersebut menuhankan Allah atau Penguasa Dhalim?. Benar dimulut mere ka berkomatkamit dengan ucapan lailaha illa Allah (tidak ada tuhan kecuali Allah), tetapi sepakterjang mereka tidak tundukpatuh kepada Allah. Mereka tunduk patuh kepada penguasa dhalim dari Suharto hingga Yudhoyono dan sepertinya sampai ha ri Kiamat.

Allah berfirman: ". . . . . waman lam yahkum buma anzalallah, faulaika humul ka firun". Lengkap terjemahannya seperti ini "Sesung guhnya Kami telah menurunkan Kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan Kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang menyerah diri ke pada Allah, oleh orang-orang alim mereka dan pendeta-pendeta mereka, disebab kan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takut lah ke pada-Ku. Dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang sedikit. Barangsiapa yang tidak memu tuskan menurut apa yang ditu runkan Allah, maka me reka itu adalah orang-orang yang kafir" (QS, al Maidah 44)

Ayat tersebut sangat dilarang membahasnya oleh penguasa Taghut zalim, hipokrit dan korrup, kena pa? Sebab akan meruntuhkan ke kuasaan mereka. Semua alimpal su tundukpatuh kepada larangan penguasa tersebut. Adakah alimpalsu itu tundukpa tuh kepada Allah? Masihkan aqidah mereka terpelihara secara utuh atau sudah sir na, kecuali tinggal dimulutnya saja. Apabila kita telah menjelaskan seperti ini mereka coba membela diri dengan hadist hikayat Musang:" . . . .tidak boleh memerangi pe nguasa yang masih shalat" Andaikata itu hadist benaran bagaimana mungkin berto lak belakang dengan ayat Allah: " Fawailul lil mushallin"(QS, al Maun 4), Celakalah orang shalat. Kenapa Allah mengatakan bahwa orang yang shalat seperti itu celaka? Lengkapnya seperti ini:

1. Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Itulah orang yang menghar dik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. 4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, 5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, 6. orang-orang yang berbuat riya' , 7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna .
Ketika Imam Ali memimpin negara, kebiasaan Umar dan Usman yang tidak adil itu dikembalikan kepada masa Rasulullah sendiri dimana semua orang mendapat hak yang sama dari negara. Inilah yang namanya negara milik Rakyat bukan milik penguasa sebagaimana kita saksikan di Indonesia sejak dulu hingga sekarang yang ujungnya berakibat: "Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin". Mereka mengaku beragama Islam dan mendapat support dari ulamasuk serta alimpalsu jenis lainnya.

Disinilah kuncinya persoalan kita sekarang. Imam Ali ditentang oleh pengikutnya sendiri, orang yang pertama sekali membai'atnya (baca Talhah bin Ubaidillah, Zubeir bin Awwam dan semacamnya). Kenapa mereka menentangnya? Inilah yang kita ala mi sekarang dimana orang-orang yang bertype macam Imam Ali dijauhkan dari kepemimpinan, kenapa? Agar mereka dapat menguasai kekayaan negara sebagai ke kayaan moyangnya, minimal mereka memiliki gaji yang jauh lebih tinggi dibanding kan orang lain. Ingatkah anda bagaimana tingginya gaji Kuntoro cs yang mendapat le gitimate penguasa dari Jawakarta?

Secara filosofis Kuntoro cs dan pemberi legitimate telah menzalimi kaum dhuafa Acheh - Sumatra. Itulah yang disebut mengambil kesenangan diatas penderitaan orang lain.
Ketimpangan pikiran Talhah dan Zubeir dimanfaatkan Muawiyah hingga Aisyah sendiri tidak mampu mengendalikan diri, demikian hebatnya pengaruh Mu awiyah yang bermain dibelakang layar. Talhah dan Zubeir beralasan bahwa Imam tidak bermusyawarah dengan mereka ketika mengambil kebijaksanaan negara. Imam menjawab: "Kalau ada hal yang tidak kuketahui barulah kuajak kalian bermu syawarah".

Imamlah namanya yang sangat paham bagaimana kebiasaan Rasulullah dulu melak sanakan keadilan. Lalu Talhah dan Zubeir mengatakan bahwa Imam telah menyama kan gaji mereka dengan orang yunior. Imam menjawab bahwa semasa Rasulullah ada orang yang lebih senior dari mereka, tetapi Rasulullah tidak pernah memberikan gaji yang lebih tinggi dari gaji para yunior. Kelebihannya nanti diterima di Akhirat, kata Rasulullah. Kemudian tampil lagi yang lainnya mengatakan bahwa Imam telah banyak menyakiti hati mereka, termasuk telah membunuh orang tua mereka. Imam menjawab bahwa bukan dia yang membunuhnya. Ketika kebenaran datang orang tua mereka menentangnya lalu berhadapanlah dengan pedang Zulfikarnya.


Jadi inilah persoalan yang membuat kita selalu tertinggal jauh dibelakang walau di bandingkan dengan system non Muslim sekalipun. Di dalam system yang dibangun Imam Khomaini, cucu Imam Ali di RII, Mahmud Ahmadinejad juga mampu memim pin, meneladani Imam Ali. Dia juga dibenci oleh "Talhah-talhah" tapi di RII sekarang juga sudah banyak sekali pengikut Abu Dzar Ghifari. Justru itu Talhah tidak berdaya di RII walaupun mereka bergerak di bawah tanah dan mendapat support non muslim yang anti kedamaian Dunia.

Semoga Talhah di RII sadar bahwa mereka keliru 180 derajat dan mau bercermin kepada Zubeir bin Awwam yang cepat sadar ketika mendapat teguran Imam Ali, lalu bertaubat.
Jadi kesimpulannya bahwa fenomena yang terjadi dimasa Rasulullah terulang lagi di di masa kita sekarang. Sebagaimana sebagian besar orang dulu mem bela penguasa dhalim, terulang juga di masa kita sekarang walaupun sudah kita jelas kan, mereka tetap bersatupadu dengan penguasa dhalim. Kalau dulu penguasa men zalimi orang-orang seperti Abu Dzar Ghifari, di zaman kita juga banyak kaum dhuafa yang terzalimi dan orang-orang yang tidak punya pikiran menganggap enteng saja ketika menyaksikan kaum dhuafa sekarang. Mereka tidak sadar kalau mereka secara tidak langsung telah membela penguasa dhalim. Mereka tidak mengenal Imam yang diutus Allah sebagai penerus kepemimpinan Rasulullah. Mereka tidak ber beda de ngan ummah nabi Musa yang tidak mengenal pemimpin yang haq untuk diikuti, ke cuali "Samiri-samiri" di zaman kita sekarang.

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia












Tidak ada komentar:

Posting Komentar