DIWAJIBKAN ATAS KAMU BERPERANG
PADAHAL PERANG ITU ADALAH SUATU YANG KAMU BENCI.
BOLEH JADI KAMU MEMBENCI SESUATU,
PADAHAL IA AMAT BAIK BAGIMU. . . . . . .
(QS, AL BAQARAH : 216)
Andaikata PBB itu benar-benar berfungsi sebagai penengah untuk menyelesaikan sengketa manapun di belahan dunia ini, perang mungkin saja dapat dihindari. Realitanya PBB itu tidak konsekwen dengan apa yang tertulis dalam aturan mereka. Justru itu perang sebagai solusi memang tepat sekali. Bagi kita Muslim perang itu adalah terbukanya pintu Syahid. Kalau perang tidak terjadi orang yang sudah ditakdirkan mati akan mati juga sementara orang yang ditakdirkan umur panjang tidak akan mati juga kendatipun orang tersebut bergelut dengan perang. Contohnya di Acheh - Sumatra dimana orang yang tidak terlibat dalam perang yang merasa "aman" tinggal di kota-kota, mereka mayoritas mati disebabkan musibah Tsunami. Allah berfirman: ”Katakanlah: Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".(QS. 62 : 8)
Dewasa ini banyak orang yang mengaku diri sebagai orang Islam tapi mereka sangat benci terhadap perang. Mereka rela menjadi permainan penjajah daripada berperang. Mereka mengira mengira perang itu sama dengan kekerasan. Pastinya kita dilarang Allah sepakterjang yang emosionil dan bersifat kasar dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam hidup ini. Sebaliknya kita dianjurkan agar kita bersifat lemah lembut, kecuali ketika kita berhadapan dengan pihak yang dhalim (asyidda ala kuffar, ruhama bainahum). Muslim dituntut Allah berlembut bukan saja sesama mereka tapi juga dengan non Muslim kecuali terhadap kaum munafiqun dan kaum "harbi" yang sangat benci terhadap system yang Islami.
Mengapa kebanyakan umat muslim alergi dengan perang padahal Allah mewajibkannya? Hal ini mari kita telusuri mulai dari hukum wajib berpuasa dulu. Dalam surah Al Baqarah ayat 183, Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Perintahnya diawali “kutiba alaikum . . . . . . .” artinya ”diwajibkan atas kamu… ” Puasa adalah salah satu Rukun Islam, artinya sesorang bisa dianggap keluar dari Islam bila tidak mau menunaikannya dengan sengaja tanpa alasan. Kalau kita analisa ayat tersebut diatas lebih jauh lagi akibat yang ditimbulkan jika tidak berpuasa “tanpa uzur”, maka ia termasuk tidak beriman. Karena kewajiban puasa untuk orang beriman saja.
Sementara suarah Al Baqarah ayat 216: ”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". Perintahnya diawali dengan “kutiba alaikum…” mengapa para Ulama, teungku, kiyai, ustad dan sebagainya tidak pernah membahas hal ini ? Itulah buktinya bahwa mereka itu bukan ulama benaran tapi ulama menara gading alias Bal’am. Mereka menuhankan penguasa dhalim (baca Yazid-yazid modern alias ”Fir’un”) yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah dala systemnya (QS, Al Maidah: 44, 45, 47). Bukankah ini namanya “Diskriminatif, Afa tukminuuna bi ba’dil kitabi watakfuruuna biba’d” (Mengimani sebagian dan mengingkari sebagian yang lainnya) Inilah yang dimaksudkan islam yang tidak kaffah alias sudah dekaden..
Memang sungguh sulit sekali kita pahami ummat yang ada sekarang ini, begitu alergi dengan peperangan, padahal Allah berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” Apalagi alasan yang akan kita kemukakan dibalik semua alasan yang kita kemukakan, tersembunyi kemunafiqan/penolakan atas ayat tersebut. Allah menjajikan untuk mereka (ulama, tokoh masyarakat, uatadz2, dsb termasuk kita ) yang menyembunyikan kebenaran ini sebagaimana tertera dala surah Al Baqarah ayat 159. ”Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati”.
Kita tutup tulipan ini dengan agat tempelakan Allah kelak kepada orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah:
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", 61. dan hendaklah kamu tundukpatuh kepada-Ku. Inilah jalan yang lurus. 62. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? 63. Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya). 64. Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. 65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS, Yasiin, 61 s/d 62)
Dewasa ini banyak orang yang mengaku diri sebagai orang Islam tapi mereka sangat benci terhadap perang. Mereka rela menjadi permainan penjajah daripada berperang. Mereka mengira mengira perang itu sama dengan kekerasan. Pastinya kita dilarang Allah sepakterjang yang emosionil dan bersifat kasar dalam menyelesaikan berbagai persoalan dalam hidup ini. Sebaliknya kita dianjurkan agar kita bersifat lemah lembut, kecuali ketika kita berhadapan dengan pihak yang dhalim (asyidda ala kuffar, ruhama bainahum). Muslim dituntut Allah berlembut bukan saja sesama mereka tapi juga dengan non Muslim kecuali terhadap kaum munafiqun dan kaum "harbi" yang sangat benci terhadap system yang Islami.
Mengapa kebanyakan umat muslim alergi dengan perang padahal Allah mewajibkannya? Hal ini mari kita telusuri mulai dari hukum wajib berpuasa dulu. Dalam surah Al Baqarah ayat 183, Allah berfirman: ”Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Perintahnya diawali “kutiba alaikum . . . . . . .” artinya ”diwajibkan atas kamu… ” Puasa adalah salah satu Rukun Islam, artinya sesorang bisa dianggap keluar dari Islam bila tidak mau menunaikannya dengan sengaja tanpa alasan. Kalau kita analisa ayat tersebut diatas lebih jauh lagi akibat yang ditimbulkan jika tidak berpuasa “tanpa uzur”, maka ia termasuk tidak beriman. Karena kewajiban puasa untuk orang beriman saja.
Sementara suarah Al Baqarah ayat 216: ”Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". Perintahnya diawali dengan “kutiba alaikum…” mengapa para Ulama, teungku, kiyai, ustad dan sebagainya tidak pernah membahas hal ini ? Itulah buktinya bahwa mereka itu bukan ulama benaran tapi ulama menara gading alias Bal’am. Mereka menuhankan penguasa dhalim (baca Yazid-yazid modern alias ”Fir’un”) yang tidak menghukum dengan hukum yang diturunkan Allah dala systemnya (QS, Al Maidah: 44, 45, 47). Bukankah ini namanya “Diskriminatif, Afa tukminuuna bi ba’dil kitabi watakfuruuna biba’d” (Mengimani sebagian dan mengingkari sebagian yang lainnya) Inilah yang dimaksudkan islam yang tidak kaffah alias sudah dekaden..
Memang sungguh sulit sekali kita pahami ummat yang ada sekarang ini, begitu alergi dengan peperangan, padahal Allah berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” Apalagi alasan yang akan kita kemukakan dibalik semua alasan yang kita kemukakan, tersembunyi kemunafiqan/penolakan atas ayat tersebut. Allah menjajikan untuk mereka (ulama, tokoh masyarakat, uatadz2, dsb termasuk kita ) yang menyembunyikan kebenaran ini sebagaimana tertera dala surah Al Baqarah ayat 159. ”Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dila'nati Allah dan dila'nati (pula) oleh semua (mahluk) yang dapat mela'nati”.
Kita tutup tulipan ini dengan agat tempelakan Allah kelak kepada orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah:
Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tunduk patuh kepada syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", 61. dan hendaklah kamu tundukpatuh kepada-Ku. Inilah jalan yang lurus. 62. Sesungguhnya syaitan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? 63. Inilah Jahannam yang dahulu kamu diancam (dengannya). 64. Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. 65. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS, Yasiin, 61 s/d 62)
Billahi fi sabililhaq
Muhammad al Qubra
Acheh - Sumatra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar