BAGAIKAN JERATAN LABA-LABA YANG MEMBUAT BELALANG TAK BERDAYA
hsndwsp
Acheh - Sumatra
hsndwsp
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Alam a`had ilaikum ya bani Adam. Alla ta`budusy syathan. Innahu lakum àduwwum mubin. Wa ani` budu Ni, haza siratum mustaqim. walaqad azdhalla mingkum jibillang katsira, afalam takunu ta`qi lun? Hazihi jahan namullati kuntum tu àdun. Islauhal yauma bima kuntum takfurun. Al yauma nakh timu ala afwahihim, watukallimuna aidihim watasyhadau arjuluhum bima kanu yaksibun (QS.Yasin: 60 - 65)
Terjemahannya: "Bukankah sudah kuperintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tun duk patuh kepada syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu. Dan tunduk pa tuhlah kepada da Ku. Inilah jalan yang selurus-lurusnya. Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantarakamu. Apakah kamu tidak berfikir ? Inilah Jahannam yang dulu kamu dian cam (dengannya). Masuklah kamu kedalamnya hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pa da hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan dan kaki Kami minta kesaksian terhadap apa yang telah mereka kerjakan dahulu" (QS,36:60-65)
Sembilan orang ulama Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur memutuskan haramkan golput (golongan pu tih atau tidak memilih) dalam pemilu presiden (pilpres) mendatang. Keputusan itu ditetapkan dalam pertemuan tertutup ke-sembilan Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jatim di Surabaya, Sabtu (18/9), yang berlangsung sejak pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Pertemuan itu dihadiri KH Mas duqi Mahfudh (Rois Syuriah PWNU Jatim), KH Idris Marzuqi (Mustasyar PBNU/ pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri), KH Zainuddin Jazuli (mustasyar PWNU Jatim), dan KH Ali Masyhuri (a'wan PW NU)." (Ant / Prim, kompas.com. Sabutu, 18 September 2004
Itu merupakan persekongkolan antara "Balàm" (badut-badut) yang berjingkrak-jingkrak dibawah ketiak Megawati si Jamu gendong, Sukarno, Suharto, Gusdur dan SBY yang tangannya masih baru dengan lu muran darah segar rakyat jerlata, berfatwa untuk melanggingkan kekuasaan majikannya. Ulama palsu seperti itu banyak sekali bergentayangan didalam System Thaghut Hindunesia zalim dan Munafiq. Mereka mendapat cap jempol dari pemimpin-pemimpin zhalim. Kedudukan mereka bagaikan Bal'am dalam sistem Fir'aun. Merekalah yang meninabobokkan rakyat jelata untuk tidak melawan ke zaliman Sukarno, Suharto, Gusdur, Megawati dan antek-anteknya, sebab mereka masih shalat, puasa, naik haji dan bahkan rajin berdoa.
Mereka berlagak ulama dengan penampilan bersorban dan berjenggot, ¨tetapi otaknya Snough Houghro nye. Mereka tidak mampu berfikir bahwa System itu umpama bahtera yang sedang berada di tengah laut, sementara pemimpin adalah sang Nakhoda. Kalau nakhodanya seorang pemimpin yang kafir, za lim dan fasiq (QS,5: 44, 45, dan 47), tentu secara pelan tetapi pasti akan membawa bahteranya itu ke neraka bersama segenap pengikutnya, kendatipun pengikutnya menganggap diri alim.
Apa artinya mereka àlim sementara mereka bersekongkol dengan otaknya Pembunuh, Penindas dan Koruptor? Dapatkah anda memahaminya ? Pembunuhan yang dilakukan TNI terhadap rakyat jelata da lam peristiwa Tanjung Periuk adalah perpanjangan tangan Suharto, pembunuhan yang dilakukan TNI/POLRI terhadap rakyat Papua Nugini, Maluku, Selebes, Timor Larose dan Acheh - Sumatra adalah perpanjangan tangan Soekarno, Suharto, Gusdur, Megawati dan juga tanggung jawab seluruh anggota DPR/MPR, serta pejabat-pejabat negara lainnya. Mampukah anda memahaminya?
Ketika kepala negara/Raja menjalankan roda pemerintahannya dengan sewenang-wenang men-zalimi kaum mustadhafin, Bal'amlah yang membisikkan kata-kata syurga dan sabar ketelinga rakyat jelata. Dengan cara demikianlah Bal`am membuat rakyat jelata terlena, sehingga tidak mampu lagi mengkri tik kesewenang-wenangan pemerintah (Presiden/Raja), apalagi untuk memeranginya. Sementara setiap jajaran pegawai pemerintahan, apakah dia seorang Sarjana biasa, Doktor, Propessor tetap saja menu hankan atasannya, kendatipun mereka mengaku Tuhan itu satu dimulut mereka. Andaikata pada suatu hari atasannya mengatakan bahwa sekarang bukan siang tetapi malam, bawahannya langsung membenarkan, "Oi ya ya, tadi aku menyaksikan bulan dan biin-tang".
Di Mesjid-Mesjid mereka berani mempelintirkan ayat-ayat Allah, demi menjaga kewibawaan Pemerin tah. Masyarakat diarahkan untuk berdoa saja dalam menghadapi setiap bentuk kezaliman. Hadist pal su seperti: "Doa adalah senjata orang Mukmin" dipopulerkan di tengah-tengah komunitas kaum Musli min. Kendatipun kezaliman sudah mencapai klimaknya, tetap saja tidak boleh dilawan sebab kepala pemerintahan/Raja masih melakukan Shalat, justeru itu kita diarahkan untuk melakukan "Do`a Tolak bala" dengan memperagakan telapak tangan dalam keadaan telungkup kebawah dan selesailah perkara mencegah kemungkaran, demikian arahan Bal'am. Maa-sya Allah.
Mereka tidak memahami mana yang dimaksudkan "Aqidah". Di mulut mereka mengaku tidak ada tuhan selain Allah, namun dalam kehidupan mereka membuat tandingan dengan Allah. Mereka tidak memahami bahwa kalau tidak mengaplikasikan sebagaimana kata Allah dalam keuhidupan keluarga, bermasjarakat dan bernegara, kita belum termasuk dalam katagori orang-orang yang beriman kendati pun telah kita ucapkan dengan lidah dan kita tasdiqkan dengan hati. Mereka menganggap Islam tidak boleh melawan musuh dengan kekerasan biarpun kita sudah dijajah, tidak boleh melawan dengan sen jata, cukup dengan dakwah terus-menerus. Seperti sontoloyo-sontoloyo di pulau Jawa saat dibredili Belanda dulu sehingga belum apa-apa sudah menyerah. Lalu dibawa ke Acheh - Sumatra sebagai umpan peluru. Buktinya dapat anda saksikan di Kerkhof, Banda Acheh.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung DuniaTerjemahannya: "Bukankah sudah kuperintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak tun duk patuh kepada syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagi kamu. Dan tunduk pa tuhlah kepada da Ku. Inilah jalan yang selurus-lurusnya. Sesungguhnya syaithan itu telah menyesatkan sebahagian besar diantarakamu. Apakah kamu tidak berfikir ? Inilah Jahannam yang dulu kamu dian cam (dengannya). Masuklah kamu kedalamnya hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pa da hari ini Kami tutup mulut mereka, tangan dan kaki Kami minta kesaksian terhadap apa yang telah mereka kerjakan dahulu" (QS,36:60-65)
Sembilan orang ulama Nahdlatul Ulama (NU) Jawa Timur memutuskan haramkan golput (golongan pu tih atau tidak memilih) dalam pemilu presiden (pilpres) mendatang. Keputusan itu ditetapkan dalam pertemuan tertutup ke-sembilan Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jatim di Surabaya, Sabtu (18/9), yang berlangsung sejak pukul 14.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Pertemuan itu dihadiri KH Mas duqi Mahfudh (Rois Syuriah PWNU Jatim), KH Idris Marzuqi (Mustasyar PBNU/ pengasuh Pesantren Lirboyo, Kediri), KH Zainuddin Jazuli (mustasyar PWNU Jatim), dan KH Ali Masyhuri (a'wan PW NU)." (Ant / Prim, kompas.com. Sabutu, 18 September 2004
Itu merupakan persekongkolan antara "Balàm" (badut-badut) yang berjingkrak-jingkrak dibawah ketiak Megawati si Jamu gendong, Sukarno, Suharto, Gusdur dan SBY yang tangannya masih baru dengan lu muran darah segar rakyat jerlata, berfatwa untuk melanggingkan kekuasaan majikannya. Ulama palsu seperti itu banyak sekali bergentayangan didalam System Thaghut Hindunesia zalim dan Munafiq. Mereka mendapat cap jempol dari pemimpin-pemimpin zhalim. Kedudukan mereka bagaikan Bal'am dalam sistem Fir'aun. Merekalah yang meninabobokkan rakyat jelata untuk tidak melawan ke zaliman Sukarno, Suharto, Gusdur, Megawati dan antek-anteknya, sebab mereka masih shalat, puasa, naik haji dan bahkan rajin berdoa.
Mereka berlagak ulama dengan penampilan bersorban dan berjenggot, ¨tetapi otaknya Snough Houghro nye. Mereka tidak mampu berfikir bahwa System itu umpama bahtera yang sedang berada di tengah laut, sementara pemimpin adalah sang Nakhoda. Kalau nakhodanya seorang pemimpin yang kafir, za lim dan fasiq (QS,5: 44, 45, dan 47), tentu secara pelan tetapi pasti akan membawa bahteranya itu ke neraka bersama segenap pengikutnya, kendatipun pengikutnya menganggap diri alim.
Apa artinya mereka àlim sementara mereka bersekongkol dengan otaknya Pembunuh, Penindas dan Koruptor? Dapatkah anda memahaminya ? Pembunuhan yang dilakukan TNI terhadap rakyat jelata da lam peristiwa Tanjung Periuk adalah perpanjangan tangan Suharto, pembunuhan yang dilakukan TNI/POLRI terhadap rakyat Papua Nugini, Maluku, Selebes, Timor Larose dan Acheh - Sumatra adalah perpanjangan tangan Soekarno, Suharto, Gusdur, Megawati dan juga tanggung jawab seluruh anggota DPR/MPR, serta pejabat-pejabat negara lainnya. Mampukah anda memahaminya?
Ketika kepala negara/Raja menjalankan roda pemerintahannya dengan sewenang-wenang men-zalimi kaum mustadhafin, Bal'amlah yang membisikkan kata-kata syurga dan sabar ketelinga rakyat jelata. Dengan cara demikianlah Bal`am membuat rakyat jelata terlena, sehingga tidak mampu lagi mengkri tik kesewenang-wenangan pemerintah (Presiden/Raja), apalagi untuk memeranginya. Sementara setiap jajaran pegawai pemerintahan, apakah dia seorang Sarjana biasa, Doktor, Propessor tetap saja menu hankan atasannya, kendatipun mereka mengaku Tuhan itu satu dimulut mereka. Andaikata pada suatu hari atasannya mengatakan bahwa sekarang bukan siang tetapi malam, bawahannya langsung membenarkan, "Oi ya ya, tadi aku menyaksikan bulan dan biin-tang".
Di Mesjid-Mesjid mereka berani mempelintirkan ayat-ayat Allah, demi menjaga kewibawaan Pemerin tah. Masyarakat diarahkan untuk berdoa saja dalam menghadapi setiap bentuk kezaliman. Hadist pal su seperti: "Doa adalah senjata orang Mukmin" dipopulerkan di tengah-tengah komunitas kaum Musli min. Kendatipun kezaliman sudah mencapai klimaknya, tetap saja tidak boleh dilawan sebab kepala pemerintahan/Raja masih melakukan Shalat, justeru itu kita diarahkan untuk melakukan "Do`a Tolak bala" dengan memperagakan telapak tangan dalam keadaan telungkup kebawah dan selesailah perkara mencegah kemungkaran, demikian arahan Bal'am. Maa-sya Allah.
Mereka tidak memahami mana yang dimaksudkan "Aqidah". Di mulut mereka mengaku tidak ada tuhan selain Allah, namun dalam kehidupan mereka membuat tandingan dengan Allah. Mereka tidak memahami bahwa kalau tidak mengaplikasikan sebagaimana kata Allah dalam keuhidupan keluarga, bermasjarakat dan bernegara, kita belum termasuk dalam katagori orang-orang yang beriman kendati pun telah kita ucapkan dengan lidah dan kita tasdiqkan dengan hati. Mereka menganggap Islam tidak boleh melawan musuh dengan kekerasan biarpun kita sudah dijajah, tidak boleh melawan dengan sen jata, cukup dengan dakwah terus-menerus. Seperti sontoloyo-sontoloyo di pulau Jawa saat dibredili Belanda dulu sehingga belum apa-apa sudah menyerah. Lalu dibawa ke Acheh - Sumatra sebagai umpan peluru. Buktinya dapat anda saksikan di Kerkhof, Banda Acheh.
Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar