Jumat, 19 Juni 2009

HIKMAH DIBALIK GEMPA TEKTONIK DAN GELOMBANG TSUNAMI DI ACHEH - SUMATRA

Bismillaahirrahmaanirrahiim.



HIKMAH DIBALIK GEMPA TEKTONIK DAN GELOMBANG TSUNAMI
26 DESEMBER 2004

(hsndwsp
di Ujung Dunia)


MENELUSURI HIKMAH DI BALIK GEMPA TEKTONIK
DAN GELOMBANG TSUNAMI

26
DESEMBER 2004


Takziah untuk semua rakyat Acheh - Sumatra yang mengalami musibah gempa bumi dan tsunami, semoga Allah memberikan rahmat kesabaran atas segala ujian Nya. Setelah itu kita bangsa Acheh yang mengenal pemimpin kita sendiri sebagaimana Firman Allah swt: "Atiullah wa atiurrasul, wa ulil amri mingkum", harus mampu berfikir bahwa musibah yang datang dari Allah itu pasti ada hikmahnya yang baik bagi bangsa Acheh khususnya dan bagi orang-orang yang mau berfikir umumnya. Justru itu tidaklah menjadi hal yang telak. Yang menjadi persoalan yang telak adalah "kedhaliman" yang dicetuskan Indonesia-Jawa munafiq (penjajahan/penindasan)

"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un". Semua insan akan kembali kepada-Nya. Dimanapun orang-orang yang mati dalam musibah seperti itu ada yang baik disisi Allah dan ada juga yang buruk, yaitu orang-orang yang tidak mengenal Pemimpin//Imam yang ditunjukkan Allah untuk diikuti/dita'ati, termasuk orang-orang yang mencaci pemimpin tersebut, kendatipun mereka tidak tinggal shalat, kendatipun mereka melakukan amar makruf nahi mungkar, kenapa begitu ?

Karena mereka itu tidak mengenal Pemimpin/Imam yang "haq" diikuti/ditaati, dan pemimpin/imam itu paling menentukan disisi Allah. Sepanjang sejarah dunia ini dapat kita lihat bahwa kapan saja bangkitnya suatu bangsa, pasti muncul seorang pemimpin yang sangat menentukan dalam proses "penyadaran" bangsa tersebut terlebih dahulu. Andaikata pemimpin tidak muncul, massa tetap menjadi korban statusquo. Pertama sekali Allah menjadikan Nabi Adam sebagai wakil Nya di Bumi: "Waiz qala rabbuka lilmalaikati inni ja'ilun fil ardhi khalifah..." (QS Al Baqaraah, 2: 30). Setelah Habil di bunuh Qabil, dunia ini dipimpin oleh Qabil yang dhalim sampai Allah membangkitkan pemimpin lain yang mengikuti garis kepemimpinan Habil.

Dalam kesempatan ini saya mengemukakan beberapa contoh saja, yaitu Ibrahim, Musa, Harun, Isa bin Maryam, Muhammad, Ali bin Abi Thalib dan Hussein bin Ali. Setelah itu Allah membangkitkan pemimpin diamana-mana hampir di seluruh dunia. Pemimpin yang diberikan wahyu memang mudah kita kenali. Yang menjadi persoalan dan perlu kita belajar untuk mengenalnya adalah pemimpin yang mengikuti garis "kepemimpinan" Rasul tersebut di jaman kita ini. Diantara pemimpin-pemimpin itu ada yang berhasil dunia dan akhirat, namun banyak juga yang hanya berhasil diakhirat saja, contohnya nabi Nuh. Andaikata tak seorangpun yang mematuhi apa yang keluar dari mulut Nabi Nuh, beliau tetap saja mendapat Syurga seperti Nabi Muhammad saw. Ketidak berhasilan nabi Nuh disebabkan mayoritas ummahnya ”berkepala batu”. Nabi Nuh telah berbuat sesuat petunjuk Allah. Disinilah buktinya bahwa manusa hanya diperintahkan untuk berusaha sementara ketentuannya/hidayahNya, Allahlah yang menentukannya.

Begitu jugalah pada jaman sekarang ini, andaikata muncul seorang pemimpin yang mendapat redha Allah, namun takada yang mentaatinya ataupun mayoritas beroposisi, sudah barang pasti pemimpin tersebut tidak akan berhasil di dunia ini, namun beliau berhasil di akhirat kelak. Hal seperti ini perlu kita pikirkan dengan sungguh-sungguh agar tidak mengalami seperti kaum Nabi Nuh yang tidak menaiki perahunya.

Andaikata Nabi Ibrahim tidak muncul, massa rakyat tidak akan terselamatkan dari api neraka. Andaikata Nabi Musa dan Harun tidak muncul, massa akan mengalami nasib yang sama seperti pengikut Namrud, akan masuk neraka bersama Firaun. Demikian jugalah andaikata Nabi Muhammad saww tidak muncul, bangsa Arab tetap saja menjadi jahil seperti Abu Sofyan, Abu Jahal dan Abu Lahab. Dengan kata lain semua mereka akan masuk neraka kecuali sedikit yang masih mengikuti agama Nabi Ibrahim.
Andaikata di Acheh tidak muncul pemimpin yang paling menentukan dalam proses "penyadaran", bangsa Acheh-Sumatra tetap saja bersekongkol dengan penjajah Indonesia Jawa dan semua mereka akan masuk neraka bersama dedengkot-dedengkot Indonesia - Jawa kecuali sedikit, mengapa ? Sebab pemimpin itu adalah "juru selamat".

Pemimpin itu bagaikan "Nakoda" dari suatu "Bahtera", sementara penumpangnya adalah Ummah yang bersatu padu pada satu poros yang "haq" (Imamah). Nilai Imamah sama dengan nilai keseluruhan Ummah disisi Allah. Justru itu Ummah tidak boleh sembarangan dalam kritikannya terhadap Imamah. Sebab yang namanya Imamah pasti lebih mengetahui daripada Ummah.

Pada suatu hari Ibnu Abbas sedang berceramah sampai bintang-bintang mulai menampakkan dirinya. Seorang badui berteriak: "Shalat!”, Ibnu Abbas tetap saja meneruskan ceramahnya sementara badui tadi mengulangi teriakannya: "shalat, sampai tiga kali. Ibnu Abbas menanggapi: "Kamukah yang menganjarkan agama kepadaku atau aku ? Ibnu Abbas bukan Imam, dia hanyalah Pendakwah yang berislakh (baca penyeru kebenaran)

Ya Allah betapa lugunya sebahagian pembaca tulisanku ini. Mereka tak mampu memahaminya.

Pembaca yang budiman !
Untuk lebih jelas marilah kita simak apa yang difirmankan Allah mengenai "juru selamat" yang saya paparkan diatas: "Hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya. Dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada agama Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara. Dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menjelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk"(QS Ali Imran, 3: 102-103) ".

Ketika itu kamu benar-benar berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Bagai manakah Allah menyelamatkan bangsa Arab pada saat itu ? Dengan membangkitkan seorang Pemimpin/Imam diantara mereka. Nabi Muhammad saww lah yang berposisi sebagai juru selamat dalam kontek ini."Hual lazi baatsa fil ummiyyi rasulam minhum yatlu alaihim ayatihi wa yuzakkihim wa yuallimuhumul kitaba wal hikmah wa ingkanu ming qablu lafi dhalalim mubin (QS Al Jumu'ah, 62: 2).

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp

Di Ujung Dunia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar