Kamis, 09 Februari 2012

PERSEKONGKOLAN FIRUN, KARUN DAN BAL'AMLAH YANG MEMBUAT SYIAH DAN SUNNI BENTROK.



 KEPEMIMPINAN YANG BENAR SEBAGAIMANA DI REPUBLIK ISLAM IRANLAH YANG DAPAT MEMPERSATUKAN BUKAN SAJA ANTAR SYIAH DAN SUNNAH TETAPI BAHKAN ANTAR ISLAM DAN KRISTIAN SERTA NON ISLAM LAINNYA
hsndwsp
Acheh - Sumatra


Bismillaahirrahmaanirrahiim


Menarik juga kita simak "Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam" yang ditulis oleh Pena sehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam, Hujjatul Islam Mir Aghaei.

Hujjatul Islam ini telah membahas panjang lebar, tantangan pendekatan Mazhab-mazhab Islam. Semoga berkenan menerima komen kita ini yang tidak bertujuan untuk mendiskreditkannya, melainkan bertujuan untuk menambah kuat persepsi kita dalam memahami kondisi Ummah dan Imamah di zaman kita yang terakhir ini, semoga Allah swt berkenan memunculkan Imam Akhir zaman di zaman kita ini, Muhammad al Mahdi al Muntazhar dan Nabi Isa bin Maryam as.

Pada prinsipnya saya setuju sebagaimana yang telah diurai jelaskan oleh Hujjatul Islam ini, namun izin kanlah saya menyampaikan sedikit tambahan, dimana barangkali bermanfaat buat kita sekalian.

Pertama sekali saat kita analisa lembaran-lembaran sejartah, baik sejarah perjuangan Rasulullah, Nabi Muhammad saww sendiri maupun sejarah perjuangan Imam-Imam yang ditunjukkan Allah dan Rasul Nya secara kwnatitas sangat minim tetapi sangat mengagumkan secara kwalitasnya. Banyak penulis se jarah berpendapat bahwa jaman kegemilangan Islam adalah jaman "Khalifaur Rasyidin", sebaliknyakita berkeyakinan bahwa Jaman kegemilangan itu adalah jaman Rasulullah sendiri dan jaman Imam Ali bin Abi Thalib, bukan jaman "khalifaurr Rasyidin". Keyakinan kita ini berdasarkan kwalitas bukan kwanti tas. Di jaman Nabi suci, Muhammad saww mendapat pengakuan Allah sendiri saat Nabi Suci mengangkat Imam Ali as sebagai Maulanya atau perpanjangan keimamahan Rasulullah sendiri agar manusia yang ingin mengikuti agama yang benar mengikuti Imam yang diumumkan Nabi sendiri di Ghadir khum.

Pengakuan Allah swt ini terbukti dengan turunya ayat terakhir: "حرمت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير الله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما أكل السبع إلا ما ذكيتم وما ذبح على النصب وأن تستقسموا بالأزلام ذلكم فسق اليوم يئس الذين كفروا من دينكم فلا تخشوهم واخشون اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم الإسلام دينا فمن اضطر في مخمصة غير متجانف لإثم فإن الله غفور رحيم"

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Kita tidak sedang membahas ayat terakhir ini disebabkan terlalu banyak pendapat yang kerap membuat kita confused. Yang hendak kita sampaikan hanya agama dibawah panduan Nabi terakhir dinyatakan Allah sempurna dengan pengumuman Imam Ali sebagai perpanjangan keimamahan Nabi suci. Kalau ada pihak yang tidak sependapat adalah wajar dan itu adalah hak mereka. Namun sangat disayangkan Imam Ali tidak diberikan kesempatan oleh mayoritas "kaum Muslimin" saat itu bersama pemimpin yang mereka percaya, kecuali setelah berakhirnya kepemimpinan Usman bin Affan.

Lalu kita bertanya-tanya dalam hati kalau Rasulullah sudah menetapkan penggantinya kenapa ada alternatif lain bagi kebanyakan "Ummah" kala itu? Bukankah "haq" hukumnya untuk tunduk patuh kepada Nabi yang semua kita tau bahwa apa saja yang ditentukan Nabi pasti berasal dari Allah?. Berdasarkan argumen ini berarti siapapun yang tidak mengikuti atau tidak tunduk patuh kepada Nabi sama dengan tidak tuduk patuh kepada Allah sendiri. Lalu kita bertanya-tanya kepada orang-orang yang mengaku tokoh Islam sekarang ini, apakah orang seperti itu masih dianggap sebagai orang beriman walaupun mereka sendiri mengaku sebagai pengikut Nabi Muhammad tetapi menolak ketetapan Nabi Suci? Di jaman kita ini persoalan yang begini dianggap mnyelimet, padahal sangat mudah dipahami asalkan kita tidak termasuk type orang fanatik buta. Namun demikian kalau ada pembaca yang belum mampu memahaminya silakan baca di http berikut ini: 
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html
http://achehkarbala.blogspot.no/2013/05/yang-benar-tetap-benar-walau-keluar.html

Banyak tokoh kita takut membicarakan persoalan dialinia diatas dengan alasan akan menuai perpe cahan antara Syiah dan Sunni. Hemat saya tidaklah demikian. Sunni memang berbeda dengan Syiah Imamiah 12 (maaf saya tidak bermaksud Syiah lainnya yang non Imamiah 12. Malah di Syiah Ima miah 12 juga tidak kita ikutkan syiah yang sudah dekaden). Perlu digaris bawahi bahwa perbedaan antara Islam dengan Kristian lebih besar lagi tetapi kenapa antara Orang Islam dan orang Kristian dapat bersatu di Republik Islam Iran dan di Libanon? Pertanyaan saya ini sangat mudah dipahami, tidak mnyelimet. Perpecahan antar mazhab Islam bukan disebabkan kita tidak menyembunyikan kom ponen-komponen yang berbeda di kalangan mazhab Islam tetapi pemimpin yang tidak layak disebut pemimpin tetapi lebih tepat kita katakan "penguasa". Penguasa hanya ingin menguasai rakyatnya bukan mempersatukannya.

Yang namanya pemimpin memang tugas utamanya memimpin rakyatnya kearah persatuan melalui ditegakkannya "Keadilan". Bukan saja keadilan ekonomi tetapi juga keadilan sosial dan politik. Demi kianlah mayoritas pemimpin di Republik Islam Iran sekarang ini di bawah kepemimpinan Mahmoud Ahmadinejad dan Sayed Ali Khamenei atau Rahbar. Di Republik Islam Iran bukan saja sama kepedulian pemimpin terhadap komunitas Islam Sunni tetapi juga sama kepeduliannya terhadap komu nitas Kristian dan non Islam lainnya. Lalu kita pertanyakan sekali lagi apakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di Saudi Arabya dulu? Jawabannya adalah ulah penguasa yang hypocrite. Alhamdulillah Syiah dan Sunni yang sadar sekarang di Saudi Arabya bersatu melawan kesewenang-wenangan rezim despotik, bukan? Siapakah yang membuat syiah dan Sunni bentrok sejak dulu sampai kini di Indonesia? Jawabannya penguasa. Siapakah yang membuat Syiah dan Sunni bentrok di Mesir, Libya dan Irak dulu? Jawabannya pasti penguasa. Penguasa berdaya upaya untuk mengu asai rakyatnya agar kekuasaan mereka tetap langgeng. Salah satu fenomena yang fital adalah menciptakan perpecahan antar rakyat yang berbeda mazhab dan agama agar tidak bersatu, kendatipun di mulut penguasa senantiasa digembar-gemburkan persatuan. Itu adalah "hikayat Musang" yang hanya mampu mengelabui jenis orang "Pak turut" tetapi tidak berdaya kepada rakyat yang sudah sadar. Penguasa despotik berkuasa dengan keutuhan 3 entas (baca trinitas), Entas "Fir'un" (presiden atau raja dengan segenap jenjangannya), entas "Karun" (bendaharawan Negara) dan entas "Bal'am" (Menteri agama beserta jenjangnnya sampai ke Kabupaten - kabupaten dan lembaga  "Ulama"). Ini memang termasuk persoalan yang mnyelemet. Untuk ini silakan analisa di http berikut ini:


Selanjutnya mari kita analisa satu saja diantara point-poin yang dipaparkan hujjatul Islam kita, yaitu

6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Apa yang diurai jelaskan ini benar adanya tetapi perlu kita pertanyakan, mana yang lebih produktif buat komunitas kita, menyalahkan musuh atau kelemahan kita sendiri. Hemat saya apabila kita fokuskan pada kesalahan musuh, yang namanya musuh memang wajar hendak melemahkan komunitas kita. Itu memang tugas mereka sebagai ujian bagi orang-orang yang beriman. Bagi orang yang benar imannya keberadaan musuh sama dengan keberadaan Syaitan. Secara syar'i memang tidak mampu kita terima tetapi secara filosofis dan ideologis wujud Syaithan dan musuh adalah "haq" sebagai ujian Allah buat manusia. Andaikata kita fokuskan pada kesalahan musuh sama dengan kita bertanya pada Allah swt: "Ya Allah kenapa Engkau jadikan Syaithan hingga mereka telah menipu hambamu yang baik" Padahal yang namanya hamba Allah yang baik mustahil dapat ditipu Syaithan. Atau seperti orang alergi melihat kerumunan ulat lalu berkata: Ya Allah, kenapa Engkau jadikan Ulat yang membuat hati kami ngeri saat melihatnya. Padahal secara filosofis tanpa dijadikan ulat, Dunia ini akan penuh dengan bangkai-bangkai. Kalau kita sudah sampai klimaksnya berpikir baru kita sadari bahwa semua makhluk yang dijadikan Allah, tidak ada satupun yang sia-sia. Sebaliknya sampai Syaithanpun atau jin bermanfaat bagi manusia. Maaf bukan secara syar'i tetapi melalui kacamata Filosofis dan ideologis. Andaikata Allah tidak menjadikan Jin, sampai hari ini hanya Nabi Adam dan Hawa saja berdua menikmati fasilitas yang surgawi di dalam Surga. Logikanya Allah membuat sesuatu via hubungan sebab akibat. Turunya Hujan memang urusan Malaikat sebagai aparat Allah. Tetapi tidaklah hujan itu dituangkan begitu saja kepermukaan Bumi melainkan melalui proses deltilasi, dipanaskan air laut oleh matahari, lalu membubung naik ke angkasa, menjadi awan, dihembus angin ke gunung. Makanya hujan lebat banyak pegunungan
 http://achehkarbala.blogspot.no/2009/06/puisi-filosofis.tml

Demikian juga proses Nabi Adam dan Hawa sebelum diangkat Allah sebagai wakilNya di Bumi. Silakan telusuri di http ini: http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/puisi-filosofis.html. Ada suatu hal yang kita lupa bahwa Allah sendiri telah memberitahukan manusia bahwa akan mengembalikan Imam Muhammad al Mahdi al Muntazhar di akhir kehidupan Dunia ini, dimana sebelumnya Dunia dipenuhi dengan kezaliman (baca betapa sering yang "haq" dikalahkan oleh yang "bathil" disebabkan banyaknya "manusia" yang bathil hingga membuat orang yang lemah iman terpedaya dengannya). namun saat Imam Mahdi dimunculkan kembali Dunia menjadi aman dan penuh keadilan dibawah pimpinan sang Imam. Dari itu kalau kawasan di Timur Tengah dikuasai oleh rezim-rezim despotik dalam kurun waktu yang demikian lama tidaklah menjadi hal yang aneh bagi kita hingga menyalahkan pihak Barat yang mesupport rezim-rezim despotik hampir seluruh Dunia. Dengan kesadaran rakyat di Timur tengah bersatu bukan saja antar Syiah dan Sunni tetapi juga antar Islam dan Kristian sampai ke Amerika dan Eropa. Semoga Allah memunculkan Imam zaman di akhir tahun 2012 ini, yang sekarang sedang dalam keadaan "Ghaib Kubra". AAmin ya Rabbal aa'lamin. 

Baarakallah li walakum
(angku di Awegeutah),
Acheh - Sumatra







Tantangan Pendekatan Mazhab dan Persatuan Islam
Kamis, 2012 Februari 09 07:45
Oleh: Hujjatul Islam Mir Aghaei

Perbedaan utama antara arogansi dunia dan penguasa serta politisi pada masa lalu adalah mereka mema suki dunia Islam dengan penuh perhitungan dan melibatkan ratusan pemikir dan ilmuan dengan nama orientalis. Dan dengan trik baru, mereka berhasil mengadu-domba antar sesama Muslim.

Sejarah masa lalu umat Islam sarat pasang surut terkait kedekatan antar sesama mereka. Sepanjang perjalanan sejarah, umat Islam pernah mencapai puncak kemajuan dan kegemilangan berkat persatuan dan solidaritas yang terjalin di antara mereka. Sementara pada sisi lain sepak terjangnya, umat Islam ju ga mengalami puncak kelemahan dan ketertinggalan akibat perselisihan, perseteruan, dan keterasingan satu sama lain. Tentu saja, tingkat kesuraman ini bervariasi dan tergantung pada letak geografis dan intensitas antar mazhab serta dilatarbelakangi oleh peristiwa-peristiwa yang saling terpisah.

Tudingan palsu, pengkafiran, prasangka buruk, dan fanatisme buta antara kebanyakan pengikut maz hab dalam Islam, merupakan sebuah fenomena umum di masa lalu dan sekarang. Karena itu, sangat urgen untuk memahami faktor-faktor yang melahirkan hubungan tidak sehat, konflik dan perseteruan di antara mereka. Kita perlu mengidentifikasi faktor-faktor yang telah menghalangi kerjasama dan pen dekatan antar sesama Muslim. Di sini kami akan menyinggung beberapa kendala yang menciptakan ju rang pemisah dan jarak di tengah umat yang agung ini.

1. Kebodohan dan ketidaktahuan satu sama lain
Salah satu problema Muslim dan pengikut mazhab-mazhab Islam pada masa lalu dan sekarang adalah sangat minimnya pengetahuan dan pengenalan mereka terhadap pengikut seluruh mazhab lain. Secara umum, mereka tidak mengetahui akidah, fikih, dan akhlak kelompok lain. Dan tragisnya, kadang mereka justru memiliki pengetahuan sebaliknya tentang saudaranya sesama Muslim. Pada masa lalu, ketidaktahuan ini didominasi oleh jarak dan minimnya sarana komunikasi antara mereka. Namun, kini dunia telah berubah menjadi sebuah institut dan jarak bukan lagi halangan seiring kemajuan teknologi komunikasi, surat kabar, majalah, radio, televisi dan internet. Jadi, sekarang ketidaktahuan tersebut tidak dapat dibenarkan lagi.

Tokoh masyarakat, pemilik sarana komunikasi, para khatib dan orator perlu memberi wawasan dan pengetahuan kepada umat tentang adab, tradisi dan kepercayaan umat Islam di seluruh penjuru dunia, sehingga semua mengetahui bahwa Muslim menyerap pengetahun Islam dari sumber yang satu, yaitu; al-Quran dan hadis. Terlepas dari adat istiadat masing-masing daerah, prinsip-prinsip keyakinan dan pengetahuan Islam, mereka adalah satu dan umat yang satu. Langkah mewujudkan sikap saling penger tian dan pengenalan antara Muslim, tentu saja memberi kontribusi besar dalam melahirkan simpati dan persaudaraaan di tengah mereka.

2. Tudingan tak berdasar dan kesalahpahaman
Memperhatikan buku-buku yang ditulis oleh pengikut mazhab-mazhab Islam terhadap satu sama lain, dengan penilain objektif dan ilmiah, akan terlihat jelas bahwa kebanyakan isi buku-buku tersebut tidak lebih dari tudingan palsu dan fitnah. Sayangnya, tudingan-tudingan tak berdasar itu menyebar begitu cepat di tengah umat Islam. Tudingan tersebut bisa jadi karena kebodohan penulis terhadap akidah ke lompok lain, atau dampak fanantisme buta akibat dendam sejarah yang diciptakan oleh musuh-musuh Islam, lalu mereka menebarkannya di tengah masyarakat Islam lewat goresan-goresannya.

Kebanyakan dendam dan prasangka buruk yang ada di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, juga lahir akibat kesalahpahaman mereka terhadap prinsip-prinsip, nilai-nilai dan akidah kelompok lain. Seba gian Muslim tidak saling mengenal satu sama lain, tidak punya pengenalan sempurna terhadap kebi asaan dan tradisi kelompok lain, dan setiap ritual sosial dan nasional kelompok lain akan dianggap sebagai akidah mazhab mereka. Kemudian dengan melihat sedikit perbedaan, mereka langsung mem buat kesimpulan keliru dan berburuk sangka kepada saudaranya serta menuding mereka sebagai ahli bid'ah. Padahal, perbedaan-perbedaan parsial seperti itu banyak ditemukan di tengah pengikut mazhab-mazhab Islam, antara lain; sujud di atas tanah (turbah), ziarah kubur, gelar ratapan duka di tengah pengikut Syiah. Puasa di hari Asyura dan ziarah kubur di tengah pengikut Ahlu Sunnah, akan dianggap bid'ah oleh orang-orang yang tidak berpengetahuan dan fanatik buta. Mereka dengan mudah meng kafirkan kelompok tertentu dan menebarkan tuduhan-tuduhan palsu. Padahal, jika mereka mengetahui dengan baik keyakinan mazhab lain, tentu jurang pemisah di tengah umat Islam dapat dipangkas seca ra drastis.

3. Fanatisme kesukuan, sektarian, dan individual
Rasa kagum manusia terhadap diri dan apa yang dimilikinya, senantiasa menjadi sisi negatif yang meng halangi manusia mencapai kesempurnaan material dan spiritual. Sifat itu juga telah mencegah manusia memanfaatkan karunia-karunia orang lain. Kekaguman ini muncul dalam bentuk individu, etnis, suku, mazhab dan sekte. Terpengaruhi oleh faktor-faktor tersebut, manusia akan bersikap egois dan memandang dirinya di atas yang lain serta bersikap fanatik. Padahal, kitab suci al-Quran memper kenalkan konsep kesetaraan manusia dalam sebuah pesan globalnya; "Wahai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan dan Kami jadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa."

Namun, manusia yang terlena oleh hawa nafsu dan gemerlap dunia, senantiasa menganggap warisan nenek moyangnya dan interpretasinya atas kitab dan sunnah, sebagai kebenaran, sementara pemikiran dan gagasan kelompok lain selalu salah dan keliru di mata mereka. Padahal, alangkah bijaksananya jika ia menilai perbedaan ras, bahasa, dan letak geografis sebagai sebuah kewajaran. Mereka menolak kelompok lain atas dasar fanatisme buta dan bukan argumentasi rasional. Sementara metode yang benar adalah mengajak pengikut berbagai mazhab untuk membahas bersama-sama dalam kerangka dialog logis dan rasionalitas agama, serta menjadikan al-Quran dan sunnah sebagai landasan ijtihad.
Dalam konteks seperti itu, perbedaan mazhab akan menjadi rahmat bagi kaum Muslim dan jembatan untuk mendalami pemahaman keagamaan. Perbedaan suku, ras, bahasa, dan mazhab bukan alasan untuk membenarkan atau menyalahkan penafsiran dan ijtihad dari kitab dan sunnah. Akal sehat dan logika yang kuat adalah satu-satunya parameter untuk menilai kebenaran dan kesesatan akidah dan kepercayaan.

4. Ekstrimisme, fanatisme etnis, pengkafiran, dan pelecehan sakralitas kelompok lain
Di antara problema dunia Islam pada masa lalu dan sekarang, adalah semangat radikalisme dan ekstrimisme di tengah sekelompok kecil Muslim. Islam adalah agama yang seimbang dan fitrah suci manusia. Keterikatan Muslim terhadap mazhab tertentu, kadang-kadang bisa mengeluarkan mereka dari jalan tengah dan stabil, lalu menyeret mereka ke lembah ekstrimisme dan radikalisme.

Di bawah semangat yang tidak sehat ini, mereka kemudian saling mengkafirkan dan menuding pihak lain sebagai ahli bid'ah. Mereka juga bersikap ekstrim dan kaku dalam menafsirkan dan menerapkan prinsip-prinsip dan aturan syariat kepada kelompok lain. Dengan alasan yang dibuat-buat, mereka menganggap pihak lain sebagai orang yang fasik, munafik, dan keluar dari Islam. Sejalan dengan sikap negatif tersebut, kelompok lain bangkit menghina seluruh umat Islam dan sakralitas mereka. Langkah ini telah melukai perasaan umat Islam se-dunia.

Pada masa lalu, contoh nyata model pemikiran dan semangat yang tidak berimbang ini adalah kelompok Khawarij. Sempalan ini menyakini bahwa setiap orang yang melakukan dosa besar akan dilogongkan kafir. Dengan alasan itu, mereka bahkan memerangi Imam Ali ibn Abi Thalib as. Akhirnya, melalui sebuah konspirasi busuk, mereka mengantarkan Imam Ali as ke gerbang syahadah.

Sekarang, kelompok-kelompok kecil di tengah mazhab Syiah dan Ahlu Sunnah juga terjebak ke jurang ekstrimis. Mereka mengkafirkan kelompok lain dan kadang-kadang menganggap tindakan membunuh saudaranya sesama Muslim sebagai ibadah. Atau menyulut api perpecahan dan perseteruan dengan menghina kesucian satu sama lain dan umat Islam. Salah satu tugas para pelopor pendekatan antar-mazhab adalah memperluas rasionalisme dan keseimbangan di tengah umat Islam.

5. Kepentingan politik dan ekonomi penguasa
Sejak dulu sering dikatakan bahwa manusia bersama agama para penguasanya. Artinya, kebijakan penguasa di setiap masyarakat sangat berperan dalam membentuk pikiran dan ide-ide masyarakat tersebut. Keyakinan beragama para anggota masyarakat juga tak luput dari pengaruh penguasa. Kebi jakan penguasa yang menguasai jiwa, harta dan keamanan masyarakat, telah mendominasi politik, ekonomi, budaya dan pendidikan dan pengajaran masyarakat tersebut. Kini, seiring meluasnya sarana komunikasi publik, pengaruh itu menjadi berlipat ganda.

Penguasa dan politisi yang bijak akan memanfaatkan sarana dan fasilitas tersebut demi kebaikan, perubahan dan persatuan umat. Namun, ada banyak penguasa yang mengeksploitasi kemajuan tekno logi untuk kepentingan politik dan ekonominya. Selain tahta dan harta, mereka menyalahgunakan kekuasaan untuk memperlebar pengaruhnya dan menciptakan perpecahan di tengah umat Nabi Muhammad Saw. Tindakan seperti ini merupakan contoh nyata tiranisme, yang menjadi akar per selisihan dan perseteruan umat.

6. Kebijakan imperialisme dan arogansi
Pada masa lalu, hanya penguasa lokal yang mengadu-domba umat atas nama agama atau karena kebodohannya atau karena fanatisme dan kepentingan. Namun, dalam dua-tiga abad lalu dan sejak Eropa menginjakkan kakinya di dunia Islam untuk menjarah sumber daya dan kekayaan negeri-negeri Muslim, faktor lain juga memasuki arena pemecahan umat Islam. Faktor baru ini mempertontonkan kejahatan yang paling keji dalam menguasai dan menjarah kekayaan Muslim.

Perbedaan fundamental antara pendatang baru ini dan penguasa lokal pada masa lalu adalah mereka mamasuki dunia Islam penuh perhitungan dan melibatkan sejumlah ilmuan dengan bendera orientaslis. Mereka mengacak-acak umat Islam dengan berbagai trik dan konspirasi. Mengingat mereka sama sekali tidak punya hubungan emosional, keagamaan, dan nasionalisme dengan umat Islam, maka tak segan-segan pendatang baru ini melakukan berbagai kejahatan dan menciptakan malapetaka di dunia Islam demi menguasai kekayaan umat yang agung ini.

Beberapa metode baru yang digunakan imperialis dan terutama Inggris untuk menciptakan konflik di tengah umat Islam adalah sebagai berikut:

a. Membentuk sekte dan sempalan baru
Sejak dulu, kebijakan imperialis Inggris didasari pada pembentukan sekte baru dan kelompok politik sesat. Contoh pembentukan mazhab politik baru adalah mewujudkan paramisioner dan juga partai-parti afiliatif. Dalam bidang agama, mereka membentuk sekte-sekte sesat seperti Baha'i, Qadiyan, Shaikhan dan lain-lain. Tujuannya adalah menyimpangkan ajaran Islam dan memantik perpecahan umat. Metode lain Inggris adalah memanfaatkan agen-agenya di dunia Islam untuk kepentingan mata-mata dan aksi spionase.

Puncak penyimpangan intelektual yang diciptakan oleh imperialis adalah menghapus hukum esensial dalam Islam seperti, jihad, amar makruf dan nahi munkar, urgensi mendirikan negara Islam dan menggantikannya dengan sekularisme, dan juga konsep nabi terakhir, serta mempromosikan penafsiran-penafsiran keliru tentang qadha dan qadar, kepasrahan, irfan, dan tasawuf.

Kebijakan imperialistik ini masih memanfaatkan unsur-unsur yang menyimpang dan memperkuat penyimpagan pemikiran beberapa mazhab. Mereka juga mengerahkan antek-anteknya ke berbagai negara Islam untuk melancarkan praktek pengkafiran, tudingan bid'ah, dan fasik kepada seluruh umat Islam. Anasir-anasir ini telah menaburkan benih-benih perpecahan dan perselisihan di tengah umat Islam.

Kini, mungkin saja era membentuk sekte-sekte sempalan telah berakhir, meski para imperialis masih memanfaatkan senjata ini dalam beberapa peristiwa. Namun, pembentukan gerakan pemikiran dan ideologi modern, partai-partai afiliatif, tokoh-tokoh revolusioner palsu dan penyeru kebebasan, merupakan metode baru arogansi dunia untuk menguasai dunia Islam. Mereka menyebarkan pemikiran-pemikirannya dengan memanfaatkan sarana komunikasi dan kemajuan teknologi. Imperialis global juga berupaya memisahkan masyarakat Islam dari Islam murni dan revolusioner dengan tujuan melemahkan mereka dari dalam. Kewaspadaan terhadap trik baru ini, yang diprioritaskan terhadap pusat-pusat pendidikan, media, dan universitas, adalah tugas generasi baru dan harapan masa depan umat Islam.

b. Meruntuhkan dunia Islam dan disintegrasi negara Muslim
Pada zaman dulu, kekuatan-kekuatan besar menancapkan kekuasaannya atas dunia Islam dengan segala kelemahan dan penyimpangan yang mungkin, tetapi perwakilan kekuatan politik umat Islam bangkit melawan musuh-musuh Islam dan mempertahankan integritas teritorial wilayah Muslim dari rongrongan musuh. Dinasti Ottoman telah mendirikan sebuah pemerintahan yang kuat dan mencakup Timur Tengah, Afrika Utara dan sebagian besar dunia Ahlu Sunnah. Sementara pusat pemerintahan mereka bertempat di Turki. Di sisi lain, Syiah juga membentuk pemerintahan yang tangguh di bawah dinasti Safawi dan kemudian berdiri pemerintahan Qajar.

Salah satu pengkhianatan besar penjajah dunia Islam dan umat Islam adalah memperlemah pemerintahan Syiah di Iran dan pendudukan terhadap sejumlah kota dan provinsi di negara itu. Kaum imperialis memecah-mecah negara-negara Islam dan menciptakan negara-negara kecil di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Konspirasi ini mempermudah imperialis untuk melakukan invasi militer ke negara-negara Islam.

Konspirasi tersebut merupakan pukulan terberat terhadap kemuliaan dan kedigdayaan Muslim. Barat semakin leluasa menebarkan benih-benih permusuhan dan perpecahan serta menciptakan sekte-sekte baru di tengah umat Islam. Pada masa sekarang, Barat juga berupaya membentuk Timur Tengah baru, membagi Irak dan secara keseluruhan dunia Islam. Amerika Serikat, Eropa dan rezim Zionis Israel mempersiapkan peta baru untuk memecah negara Islam. Konspirasi dan Peta Jalan ini kiranya dapat digagalkan dengan kewaspadaan dan persatuan umat Islam.

c. Invasi militer dan pendudukan
Fenomena ini juga dilakoni oleh kolonialis di beberapa belahan dunia Islam seperti, anak benua India sepanjang tiga abad lalu dan dunia Arab di Timur Tengah dan Afrika Utara, pasca runtuhnya Dinasti Ottoman. Masalah ini telah menjadi sumber sengketa garis perbatasan, politik, sektarian dan suku serta menghalangi persatuan dan kerjasama antar umat Islam.

d. Pembentukan pemerintah boneka
Para kolonialis Barat menempatkan beberapa antek-anteknya di negara-negara Muslim yang tidak berhasil mereka taklukkan. Mereka ditempatkan melalui konspirasi dan kudeta untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan imperialis dan penjaga kepentingan Barat di dunia Islam serta pemicu perpecahan dan konflik di tengah umat Islam. Konspirasi busuk ini dilancarkan di Iran dan Turki pada permulaan abad ke-20 dan mereka menempatkan antek-anteknya seperti Reza Khan dan Kemal Ataturk untuk menjalankan misi imperialis.

7. Menciptakan sekat di tengah umat Islam
Komunikasi, kontak dan interaksi antara umat Islam serta dialog untuk mengenal akidah satu sama lain, akan mengikis sejumlah besar kesalahpahaman dan membantu pemahaman antar sesama.

Pada masa lalu di mana sarana komunikasi masih terbatas, berbagai rumor dan kesalahpahaman mendominasi kaum Muslim yang dipisah oleh jarak, tapi sekarang, umat Islam bisa memahami dengan baik pemikiran-pemikiran saudaranya dan terlibat dalam berbagai seminar dan konferensi. Kini, mereka memahami bahwa kebanyakan perbedaan itu adalah bagian dari sengketa verbal dan bersifat parsial. Sementara ada banyak unsur kolektif yang akan menghubungkan mereka satu sama lain dan perbedaan sangat minim jika dibandingkan dengan persamaan yang mereka miliki.

Pelaksanaan ibadah haji, yang termasuk ibadah agung Islam dan poros tauhid serta solidaritas Muslim, memiliki peran yang sangat besar dalam menciptakan keakraban di tengah umat Islam. Jika ritual ini dikelola dengan baik, maka akan sangat membantu misi pendekatan mazhab dan persatuan Islam. (IRIB Indonesia/Taqrib/SL)

* Penasehat Sekjen Forum Internasional Pendekatan Mazhab-mazhab Islam
Tags:
Related News
Ahmadinejad: Demi Israel, Kekuatan Arogan Rela Menindas Bangsa Lain
Read More >>
  

Rabu, 08 Februari 2012

SEMANGAT KITA BUTUHKAN SETELAH KITA MEMILIKI IDEOLOGY KALAU TIDAK AKAN MELENCENG DARI REALITA YANG SESUNGGUHNYA


MANA ADA PASUKAN WANITA BERIMAN SEPERTI INI DI DUNIA KECUALI 
REPUBLIK ISLAM IRAN DAN PASUKAN INENG BALEE DI
ACHEH - SUMATRA

KITA TIDAK SEHARUSNYA MENGAGUNGKAN SEBAGAI REVOLUSI ISLAM DENGAN SEMANGAT YANG KITA MILIKI TETAPI KITA SEHARUSNYA MELIHAT DARI KACAMATA IDEOLOGY ISLAM AGAR TIDAK SALAH KAPRAH
hsndwsp
Acheh - Sumatra


Kita sendiri tidak menamakan "Revolusi Arab" dan juga tidak menamakan "Revolusi Islam" tetapi "Revolusi Rakyat". Logikanya apabila kita sebut sebagai revolusi Arab terkesan revolusi tersebut hanya berlaku bagi bangsa Arab saja sebagaimana revolusi Perancis (baca Renaisans) dan revolusi Iran (baca Revolusi Islam walaupun terbatas di kalangan bangsa Iran saja). Kita juga tidak menyebut sebagai revolusi Islam disebabkan belum cukup syarat yang sesuai engan definisinya. Revolusi Islam terdiri dari dua unsur yang mantap, yaitu Ummah dan Imamah. Ummah adalah massa yang berideology Islam dan meyakini "haq" bersatupadu dibawah satu poros yaitu Imamah. Imamah adalah seorang Imam yang memahami persis tugas yang diembannya sesuai petunjuk Allah swt. Nilai seorang Imam sama dengan nilai Ummah. Tanpa Imam ummah akan kacau balau kecuali ada orang yang ditunjukkan sang Imam sebagai wakilnya untuk diikuti baik secara perseorangan maupun secara kolektif. Kemampuan Imam bukan saja mampu membimbing Ummah sesuai petunjuk Allah tetapi juga mampu merumuskan system yang redha Allah. 

Sampai detik ini kita belum melihat adanya seorang Imam di dalam "Revolusi Rakyat" baik di Timur Tengah maupun di Amerika dan Eropa. Sebagaimana kita ketahui bahwa sejak dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad yang terakhir, semuanya membawa satu misi atau satu agama yang dinamakan Allah agama Islam yang bermakna "Selamat" (Innad Diina 'indallaahil Islam) Nabi Muhammad tidak hanya mendapat titel Nabi dari Allah tetapi juga "Imam" seperti Nabi Ibrahim as. Revolusi Islam pertama sekali di aplikasikan oleh Nabi Muhammad di jazirah Arab. Keimamahan Nabi Muhammad diteruskan oleh 12 Imam paska kematian Nabi suci. Di zaman kita ini tidak banyak orang ketahui secara mendetil peristiwa revolusi di masa lampau kecuali revolusi Islam Iran. 

Imam Khomaini adalah sosok yang memenuhi syarat sebagai Imamah. Beliau bukan saja mampu membimbing Ummah (baca bangsa Iran yang bersatu padu dibawah pimpinan seorang Imam) tetapi juga mampu merumuskan "System Islam" (baca Wilayatul Fakih). Apabila adanya seorang Imam atau Penyeru kebenaran secara kolektif, revolusi tidaklah sekedar menumbangkan penguasa despotik saja tetapi juga memahami "What next nya". (Meruntuhkan yang bathil, membangun yang haq). Seorang Imam memahami bahwa suatu Negara yang mendapat redha Allah, rahmat dan ampunanNya haruslam benar systemnya dan benar juga kepemimpinannya.  Andaikata di Timur Tengah tidak ada seorangpun yang mampu merumuskan system Islam, mereka harus menggunakan "Wilayatul Fakih" Imam Khomaini dalam system Negara mereka paska kejatuhan rezim-rezim despotik. Apabila mereka sepakat seperti itu barulah revolusi di Timur Tengah dapat disebut sebagai "Revolusi Islam". Realitanya mereka hanya memiliki semangat Islam, belum berideology Islam.  

Realitanya tidak satu bangsapun di Timur Tengah sampai hari ini berhasil mendirikan system Islam. Andaikata di suatu kawasan ada seorang yang memenuhi syarat sebagai seorang Imam dalam kontek "Imamah" dapat dipastikan Ummah yang bersatupadu dengannya memahami siyasah fatanah (politik Islam murni). Realitanya Tunisia dan Libya masih saja belum mampu memahami situasi Syria yang sebenarnya. Adapun Mesir, Yaman dan Bahrain sampai hari ini masih dikuasai oleh rezim despotik, walaupun Husni Mubarak dan Ali Saleh sudah tumbang.

Kesimpulannya revolusi yang sedang bergolak di seluruh Dunia sekarang adalah "Revolusi Rakyat" atau "Revolusi Kemanusiaan". Tugas para cendekiawan Muslim atau para ideolog Islam diseluruh Dunia, berdaya upaya untuk mengarahkan mereka hingga menemukan revolusi sejati yakni "Revolusi Islam" sebagaimana Revolusi Islam Iran. Perlu digaris bawahi bahwa revolusi yang sedang berlangsung sekarang ini memang terinspirasi revolusi Islam Iran. (Demikian angku di Tampok Donya)

Billahi fi sabililhaq
Angku di Tampok Donja

Tulisan berikut ini sesuai dengan persepsi saya:



Wednesday 23 October 2013 14:55
Share/Save/Bookmark
Revolusi
Beda Revolusi Iran dan Mesir
Islam Times - Karena tak punya pemimpin karismatik seperti Ayatullah Ruhullah Khomeini, masyarakat Mesir tak bisa berkumpul di bawah satu bendera dan panduan masa depan yang jelas.
Demonstran pro Morsi di Kairo Mesir.jpg
Demonstran pro Morsi di Kairo Mesir.jpg

M. I. Bhat adalah profesor dan Ketua Departemen Geologi & Geofisika di University of Kashmir. Bhat mulai menulis tentang politik sejak tahun 2010. Artikel-artikelnya sering muncul di Veteran Today, Palestina Chronicle, OpEdNews dan Kashmir.

Dalam artikel Bhat yang dilansir Press TV, Minggu (20/10/13), kegagalan revolusi Mesir membuat dunia memperhatikan kesuksesan revolusi Iran. Barat sendiri berusaha mendiskreditkan bahkan menuduh Iran gagal menciptakan demokrasi (pro Amerika).

Tapi menurut Bhat, revolusi Islam Iran adalah revolusi yang sukses karena hal berikut;

1. Supremasi pemimpin revolusi Iran: Pemimpin tunggal revolusi Iran sesuai dengan acuan agama dari Al-Quran dan Sunnah. Rakyat Iran percaya bahwa revolusi mereka berlandaskan Islam.

2. Revolusi Islam Iran menumbangkan sang dikatator dan sistem kediktatoran yang dibangunnya. Hal ini sangat membantu dalam memperkecil jumlah korban dalam perjalanan revolusi Islam Iran.

3. Revolusi Islam Iran berhasil memutuskan hubungan dengan Amerika, meski sebagai konsekwensinya, Iran harus terisolasi dari dunia Barat, dana dan tekhnoogi Barat serta bantuan institusinya seperti IMF dan Bank Dunia. Iran pun dijatuhi berbagai sanksi. Tapi, Iran terus bergerak maju. Sekarang, Iran menjadi satu-satunya negara di wilayah Timur Tengah yang pemerintahnya dipilih lewat pemilu, memiliki populasi yang berpendidikan (pria dan wanita), mempunyai basis industri dan infrastruktur yang cukup maju.

Sementara revolusi Mesir gagal karena tiga hal pula.
1. Revolusi Mesir tak didukung ideologi. Revolusi Mesir bak sebuah  pemberontakan massa tanpa pemimpin yang terjadi karena kebencian mereka pada diktator Hosni Mubarak. Tujuan mereka terbatas pada lengsernya Mubarak dari kekuasaan. Karena tak punya pemimpin karismatik seperti Ayatullah Ruhullah Khomeini, masyarakat Mesir tak bisa berkumpul di bawah satu bendera dan panduan masa depan yang jelas. Hasilnya, saat tujuan terbatas itu tercapai, massa pun mulai terpisah sesuai kecenderungan politik/ideologi mereka.

2. Ikhwanul Muslimin yang semestinya bisa memimpin revolusi itu dalam skala luas hanya berdiri menonton. IM hanya turun ke ring saat pemilu untuk meraih suara dan kekuasaan. Dan saat berkuasa, IM bertindak sangat mencengangkan. Sebelum Mohamed Morsi dilantik sebagai presiden, delegasi IM berkonsultasi dengan Departemen Luar Negeri AS, pejabat Pentagon dan think tank Zionis yang sebenarnya merupakan akar penyebab penderitaan warga Mesir. Ini membuat pihak-pihak anti Amerika kembali bangkit.

Meksi berlatar belakang Islam, para petinggi IM tak cukup berani membuka pemerintahan Islam. Mereka malah mengumumkan kesetiaan pada perjanjian Israel yang diperantarai AS. Mereka juga membantu broker Amerika melakukan gencatan senjata antara Hamas dan Israel bahkan meminta warga Mesir (khususnya kader IM) berperang di Suriah. Ini membuktikan bahwa mereka hanyalah pengekor Amerika dan mendapat keabsahan dari pemerintah AS.

3. Meski sudah setengah berjalan di jalur revolusinya, tapi infrastruktur Mesir yang ofensif tak tersentuh sama sekali. Tentara, birokrasi dan kroni-kroni politik mereka terus berkuasa hingga pasca revolusi.

Meski IM mampu memahami teknik-teknik budidaya akar rumput tapi mereka gagal mengelola kompleksitas sebuah revolusi. Terbukti IM tak mempelajari dan menganalisa revolusi Iran serta hal-hal yang membuatnya sukses.

Rakyat Iran tak peduli meski milyaran asset mereka dibekukan pemerintah AS sebagai efek penyitaan dan penyanderaan Kedutaan Besar AS oleh mahasiswa muda revolusioner di Tehran. Amerika lalu menghadiahkan perang 8 tahun pada Iran lewat Saddam Hussain. Tapi, lagi-lagi, Iran bertahan dan bergerak maju meraih tujuan yang telah ditetapkan.

Iran setelah revolusinya terus bergerak sementara Mesir kembali jatuh dalam cengkeraman militer, Amerika dan kesengsaraan.[IT/r]

 
 
 
 

Selasa, 07 Februari 2012

REFLEKSI DARI TULISAN YANG DIANGKAT IRIB, BERJUDUL: "Pemimpin Syiah Kuwait Jawab Fatwa Haram Mufti Saudi Soal Maulud"




SEHARUSNYA MUFTI SAUDI ARABIA TIDAK MEMFATWAKAN TENTANG MAULUD NABI SUCI TETAPI  FATWA TENTANG HARAMNYA DAN BATHILNYA MEMBUNUH MANUSIA SEBAGAIMANA YANG TELAH DIBUNUH OLEH REZIM SAUDI BAIK DI DALAM NEGARANYA MAUPUN DI BAHRAIN, YAMAN SERTA KONSPIRASI JAHATNYA TERHADAP SYRIA, IRAK DAN MESIR. NAMUN YANG NAMANYA BAL'AM MEMILIKI SEPAKTERJANG YANG ANEH
hsndwsp
Acheh - Sumatra

Mengenai peringatan hari lahir nabi suci benar, bahwa Nabi sendiri yang melarangnya. Ada beberapa sebab, maka Nabi melarangnya. Diantaranya Nabi khawatir bahwa dikemudian hari manusia berlomba-lomba memperingati hari lahir mereka masing-masing sementara kaum mustadhafin tidak mampu berbuat dan juga merasa minder untuk menghadiri acara peringatan hari lahir orang kaya-kaya. Realitanya sekarang ini terbukti bahwa orang-orang kaya berlomba-lomba memperingati hari lahirnya, mengundang sanak famili yang kaya-kaya juga sementara orang miskin merasa minder, apa lagi untuk memperingati hari lahirnya. Selanjutnya realitanya dalam sejarah juga maulid Nabi tidak pernah diperingati di zaman para sahabat hingga diperingati pertama sekali oleh Salahuddin al Ayyubi. Sesuai dengan larangan Nabi sendiri terbukti kalender Islam tidak dibuat berdasarkan hari lahir Nabi, melainkan diambil dari tahun Hijrahnya Nabi. Ini membuktikan bahwa perjuangan Nabi yang diutamakan.

Dalam hal ini saya berpendapat bahwa Maulid Nabi dapat dibenarkan pelaksanaannya dengan catatan mencontohi Maulid yang pertama sekali dibuat oleh Salahuddin al Ayyubi. Saat itu al Ayyubi bertanya-tanya dalam hati, kenapa kaum Muslimin tidak bersemangat untuk berjihad melawan musuh yang berbahaya. Oleh sebab itu beliau membuat kenduri secara besar-besaran dan mengundang tokoh-tokoh Islam serta berpidato setelah makan kenduri, membahas secara mantap bagaimana dulu Nabi berjuang. Hasilnya seluruh kaum Muslimin mulai sadar bahwa tanpa perjuangan, kemenangan mustahil dapat diraihnya. Dari itu teladan Nabi dalam berjuang berhasil diangkat kembali oleh Salahuddin al Ayyubi. Kebijaksanaan seperti yang diaplikasikan al Ayyubilah yang perlu dianalisa di zaman kita ini, agar bermanfaat dan mendapat redha Allah.

Berdasarkan alinia diatas, dapat ditegaskan bahwa Maulid yang kosong dari perjuangan (baca sekedar memperingati saja) adalah perbuatan sia-sia tetapi kalau mau membuat maulid, buatlah seperti yang dibuat oleh Al Ayyubi, menggunakan kenduri sebagai sarana untuk menyampaikan esensi perjuangan Nabi suci. Andaikata kita mampu mencontohi Al Ayyubi, bukan saja hari lahir Nabi (Maulid) tetapi juga hari lahir pemimpin agung lainnya yang dibawah Nabipun dapat dibenarkan. Perlu digarisbawahi bahwa diantara peristiwa-peristiwa dimasa lalu, Tragedi Karbala adalah yang terutama untuk diperingati. Ini adalah anjuran Nabi sendiri. Ketika agama Nabi Suci dirusak oleh Yazid bin Muawiyah, Nabi Suci mengarahkan Imam Hussein untuk "menyirami pohon Islam" yang sedang sakarat di tangan Yazid. Hal ini dapat diketahui ketika Ibnu Abbas mengusulkan agar Imam Hussein pergi saja ke Yaman dengan alasan bahwa disana banyak sahabat yang setia sedangkan kebanyakan orang Kofah (Irak) saat itu, hipokrit tidak dapat dipercaya. Imam menjawab bahwa kepergiannya ke Kofah bukan untuk sebuah penaklukan tetapi untuk dibunuh agar melalui penderitaannya itu dapat tercerabut semua akar kezaliman dan kepalsuan Yazid bersama pengikut-pengikutnya. Ketika Ibnu Abbas bertanya kenapa dibawa anak-anak bersama, Imam menjawab Allah hendak menyaksikan mereka ditawan. "Saya melakukannya sesuai arahan kakekku, Nabi suci". Perlu digarisbawahi bahwa kendatipun begitu pentingnya peringatan tragedi Karbala, andai kata peringatan tersebut tidak memiliki ideology sebagai "nyawanya", akan menjadi budaya yang sekedar diperingati secara turun-temurun. Dalam hal ini silakan simak alinia-alinia berikut ini:

Sebahagian orang yang mengaku bermazhab Syiah di pulau Jawa hanya terbatas dengan mengeluarkan airmata ketika memperingati hari syahidnya Imam Hussein di medan Karbala, tetapi setelah itu merekapun sepertinya tidak berbeda dengan pengikut Yaziz bin Muawiyah bin abu Sofyan, bersatupadu dalam system Hindu nesia yang Yaziddin itu. Ini membuktikan bahwa mereka baru sebatas ilmu Syiah hingga mereka hanya mengetahui kalau Imam Hussein teranianya di Padang Karbala, namun tidak memiliki Ideology Imam Hussein yang pantang bersatupadu dalam system taghut hipokrit yang menzalimi kaum mustadhafin. Sebahagian mereka memiliki banyak ilmu tentang Syiah dan 12 Imamnya hingga mereka layak disebut Ilmuwan Syiah, namun sebetulnya mereka masih belum apa-apa dan tidak jauh berbeda dengan non Syiah. Untuk berguru tentang Syiah, tentang Karbala tentang Imam Hussein memang mudah tetapi untuk memahami Syiah Alawi (baca Syiah merah), Imam Hussein dan Karbala diperlukan mendalami Ideologynya.


Kalau kita terbatas pada ilmu Syiah, Imam dan Karbala, kita belum mampu meli hat fenomena yang ditentang Syiah, para Imam dan Hussein di Karbala di jaman kita masing-masing. Justru itulah kita masih saja bersatu padu dan bahkan meng identi fikasi diri kita sebagai fenomena dimana Yazid menjadi prototypenya fenomena ter sebut. Itulah yang dinamakan Syiah hitam atau syiah dekaden. Syiah sejati atau syiah Alawi adalah syiah merah. Mereka bukan saja berilmu Syiah tetapi juga berideology syiah, para Imam dan Karbala.


Agama manapun memiliki dua wajah yang saling bertentangan, wajah dekaden dan wajah ideology. Islam berwajah dekaden seolah-olah melibatkan dirinya dalam keja hatan, menumbuhkan reaksionerisme, kelambanan, dan kelumpuhan. Agama Islam macam ini telah mengekang spirit kebebasan dan secara culas membenarkan sta tusquo. Sedangkan Islam type lain, Islam ideology yang pantang bersatu padu da lam system Islam yang dekaden. Sudah barang pasti Islam Ideology tidak diperbo lehkan tumbuh dan berkembang dalam sejarah oleh Islam dekaden. Justru di jantung bangsa-bangsa Muslim, sebagaimana kita ketahui, kebenaran dan cita-cita Islam sedang dikorbankan. (fenomena ini sangat kental di Timur Tengah hingga terexport ke hampir seluruh Dunia)


Dalam bentuknya yang tidak ideologis agama adalah suatu kumpulan kepercayaan turun-temurun dan perasaan individual, suatu imitasi terhadap upacara-upacara, aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan agama dan praktek-praktek yang sudah berurat, berakar dari satu generasi kegenerasi lainnya. Jenis agama semacam ini menunjukkan semangat kolektif dari suatu kelompok masyarakat. Agama seperti ini tidak pernah nenemukan esensinya hingga memperlihatkan penentangannya terhadap spirit dan semangat kemanusiaan yang sesungguhnya.

Praktek agama seperti ini sampai hari ini berkembang dan tumbuh subur dalam system yang hipokrit, dimana mereka mengaku beragama Muhammad tetapi me reka tidak lagi memiliki ideology Muhammad, Ali dan Hussein di Karbala. Sebaha gian mereka dari kampung berpindah ke kota. Dikota mereka menimba ilmu diberbagai perguruan hingga memungkinkan mereka menjadi "orang besar" setelah bergabung dengan orang-orang pemerintahan. Mereka menjadi kaya, memiliki rumah yang luck, gaji yang tinggi dan mobil mewah. Namun kebanyakan dari mereka hidup miskin dan menderita tetapi mereka tetap berdaya upaya agar tidak ketinggalan ketika musim maulid tiba kendatipun Rasulullah sendiri melarangnya. Mereka sepertinya tidak pernah mengetahui adanya larangan. Tak obahnya seperti kebiasaan orang Kristian memperingati hari lahirnya Yesus, mereka tidak pernah memahami bahwa tgl 25 Desemeber itu bukan hari lahirnya Nabi Isa as tetapi hari lahirnya "Dewa Matahari" dalam pemahaman agama yang sesat juga. Demikian juga pohon cemara yang mereka hias sebagai pohon Natal, padahal pohon tersebut tidak pernah eksist ditempat kelahiran Nabi Isa bin Maryam.
http://www.youtube.com/watch?v=YDTC5n8mfzI
http://www.youtube.com/watch?v=YDTC5n8mfzI
Dikalangan Syiah jaman Syah Palevi Iran juga demikian kondisi masyarakat, dimana orang -orang miskin walau makanpun tidak menentu, berdaya upaya walau dengan cara menabung guna membeli lampu pompa, rantai untuk flagelasi (memukul - mukul tubuh dalam peringatan syahidnya Imam Hussein di Karbala), alat bunyi-bunyian dan jubah hitam. Ironisnya acara tersebut dikordinir penguasa. Pada hari Asyura malah semua orang dipaksakan harus mengalir airmata tetapi satu hari setelah itu atau esoknya pemerintah membuat hari bergembira dimana tidak dibenarkan seorangpun menangis kecuali ditangkap polisi. Jadi semua mereka (baca penguasa plus rakyatnya memang syiah tetapi syiah Safawi bukan syiah Alawi). Syiah Alawi tidak di benarkan berkembang sampai Imam Khomaini, Dr Ali Syariati dan Murtadha Mutahhari cs muncul hingga mampu menggulingkan penguasa Safavid dan berdirinya system Islam Syiah Alawi yang sangat cemerlang sekarang ini.


Mudah - mudahan refleksi ini menjadi renungan bagi bangsa-bangsa yang sedang tertindas di jaman kita ini. Kita harus belajar memahami Karbala hingga menemukan fenomena karbala dikalangan kita masing-masing. Kita harus mampu memahami mana sosoknya Yazid di jaman kita, dikalangan kita dan mana sosok Hussein dikalangan kita masing-masing. Lalu persatukanlah "Hussein-hussein" untuk meluluh lantakkan "yazid-yazid". Dengan cara demikianlah kita terlepas dari api Neraka, bukan hanya dengan mengalirkan air mata saja di hari Asyura dan berpuasa agar dapat pahala sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kita bersatupadu dalam system yang sama dengan system yang ditentang Imam Hussein as di Karbala.


Bllahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia



Pemimpin Syiah Kuwait Jawab Fatwa Haram Mufti Saudi Soal Maulud
Senin, 2012 Februari 06 18:37

Pemimpin Syiah Kuwait mereaksi fatwa mufti Arab Saudi yang menilai peringatan hari kelahiran Nabi sebagai bidah denganmengatakan, "Peringatan maulud bukan berarti menyembah nabi dan juga bukan kesyirikan, melainkan sebuah sunnah dan tradisi kuno di dunia Islam."

Fars News (6/2) mengutip koran terbitan Kuwait al-Anba' menyebutkan, Sayid Muhammad Baqir al-Muhri, pemimpin Syiah Kuwait dalam pernyataannya menyambut peringatan maulud nabi, menyinggung pelaksanaan peringatan tersebut secara meriah di berbagai belahan penjuru dunia dan menilainya sebagai sebuah peringatan terbesar dalam sejarah umat manusia. Ditambahkannya, peringatan tersebut bukan berarti penyembahan kepada nabi atau kesyirikan, adapun kelompok-kelompok jahil dan terbelakang memang tidak dapat membedakan antara ibadah dan penghormatan.

"Mereka berpikir bahwa makna ibadah dan penghormatan terhadap para auliya Allah itu sama, dan bersandarkan pada pemikiran sesat itu, mereka mengharamkan peringatan bulan Rabiul Awal," jelas al-Muhri.

Lebih lanjut dikatakannya, "Semua ulama Islam dan seluruh kalangan masyarakat Muslim di sepanjang sejarah, merupakan sebuah tradisi. Mengenang Rasulullah seperti dalam firman Allah «ورفعنا لک ذکرک» herus dibarengi dengan mengenang keutamaan, kemuliaan, perjuangan, pengorbanan, dan jasa-jasa Nabi.

Sayid al-Muhri kemudian menyebutkan dua kitab تاریخ الخمیس dan المواهب اللدنیة yang memaparkan dengan gamblang peringatan maulud pada abad-abad lalu dan tidak ada pengharamannya. Bahkan dalam kitab صحیح مسلم jilid 2 halaman 819 dalam pembahasan puasa disebutkan, Rasulullah Saw ditanya tentang sebab mustahab puasa di hari Senin dan beliau menjawab, "Karena pada hari itu aku terlahir ke dunia dan pada hari itu juga al-Quran diwahyukan kepadaku."

(IRIB Indonesia/MZ)
 
 
 
 
 
m

Senin, 05 Desember 2011

TANPA IMAM YANG HAQ, TAWAF MELINGKARI KA'BAH SAMA DENGAN MELINGKARI ISTANA HIJAU YAZID



SETIAP HARI ADALAH ASYURA, SETIAP BULAN ADALAH MUHARRAM 
DAN SETIAP TEMPAT ADALAH KARBALA, 
(SELOGAN SYAHID DR ALI SYARIATI, PEMIKIR ISLAM YANG MAMPU MELULUH
LANTAKKAN ASUMSI BARAT HINGGA MASIH BELUM SIUMAN SAMPAI HARI INI, DEMIKIAN MENGGEMA DI REPUBLIK ISLAM IRAN HINGGA REVOLUSI BERHASIL)

Taqi Muntazhery
Acheh - Sumatra




Bismillaahirrahmaanirrahiim




Apa yang perlu kita analisa ketika berhadapan dengan fenomena yang sama sebagaimana saat yang di hadapi Imam Hussein as di Karbala? Apakah cu kup sekedar mengulangi selogan yang dikemukakan para arsitek Revolusi Islam Iran tersebut? Al Qur-an tanpa dianalisa maknanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata tidak berbeda dengan buku-buku yang ditulis para ahli yang tujuannya seke  dar komersil. Demikian juga peringatan Hari Asyura tanpa usaha kita untuk menangkap esensinya agar kita mengenal persis mana komunitas yang ditentang oleh Imam Hussein agar kita hari ini juga menentangnya. Dengan cara demikianlah kita mendapat penilain Allah sebagai pembela Imam Hussein, keluarga dan sahabat setianya.

Apabila kita sekedar memperingati hari 'Asyura tanpa kita analisa mana fenomena Yazid di zaman ki ta masing-masing, yakinlah andaikata Yazid bin Muawiyah dapat dihadirkan kembali ke   tengah - te ngah komunitas kita, diapun akan bergegas untuk bergabung dalam setiap acara peringatan hari Asyu ra. Apabila anda mampu memahami apa yang saya maksudkan ini, anda akan mengatakan: "Sandiwa ra yang bagaimana  lagi sedang berlangsung di dalam system "Yazid yazid modern" sekarang ini?


Pembaca yang mulia
Syahid DR Ali Syariati telah begitu jelas memperkenalkan makna dari selo gan yang sangat revolusi oner tersebut diatas: "Setiap hari adalah Asyura, setiap bulan adalah Muharram dan setiap tempat ada lah Karbala". Artinya bagi siapapun yang meyakini diri sebagai pengikut Imam Hussein akan bertem pur melawan setiap fenomena yang sama sepakterjangnya dengan sepakter jang Yazid bin Muawi yah. Perlawanan Imam Hussein terhadap Yazid bin Muawiyah di Karbala adalah pertempuran antara "yang haq dan yang bathil". Fenomena inilah yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan bahkan sedang men-Dunia sekarang ini.


Ketika Habil hendak dibunuh Qabil yang durhaka itu, Habil tidak melawan nya, kenapa? Agar pembu nuhan tersebut benar-benar terjadi bahwa diawal sejarah kehidupan manusia terjadinya "perang" antara yang haq dan yang bathil agar manusia belakangan dapat mengambil i'tibar ketika meneruskan kehidupan di planet Bumi ini bahwa Dunia tidak sunyi dari pertempuran antara yang haq dan yang bathil sebagai arena ujian Allah untuk diseleksi, mana yang bakal menjadi penghuni Neraka dan ma na yang akan mewarisi Surga.

Paska kematian Habil, Dunia dipimpin oleh Qabil secara dekaden. Artinya Qabil masih saja mengkla im bahwa dirinya penerus kepemimpinan ayahnya, Nabi Adam as. Padahal sepak terjang Qabil berto lak belakang dengan esensi agama ayahnya. Pembela darah Habil diwarisi oleh Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, Imam Ali, Hasan, Hussein serta 9 orang Imam lanjutannya. Sedangkan sepakterjang Qabil diwarisi oleh Namrud, Fir'un, Abu Sofyan, Muawiyah, Yazid dan "basyar-basyar" lainnya.


Ketika Imam Hussein as melihat kerusakan (fasad fil ardh) ditangan Yazid, beliau tidak bersikap seba gaimana Habil berhadapan dengan Qabil. Ini dymensi revolusioner sang Imam yang sangat penting untuk dianalisa dengan cermat. Hal ini terlihat jelas bahwa Imam Hussein dibekali dengan senjata walaupun jumlah pengikutnya hanya sekitar 73 orang (baca sangat sedikit dibandingkan dengan ang katan perang Yazid yang berjumlah sekitar 30 ribu orang). Andaikata seluruh peserta Haji memahami dan meyakini khutbah Imam Hussein bahwa tanpa Imam yang haq, tawaf melingkari Ka'bah adalah sama dengan melingkari istana hijau Yazid. Dengan kata lain bukan saja tidak sah Hajinya tetapi bah kan tidak ada gunanya mengaku beragama Nabi Muhammad saww (baca masuk katagory hypocrite). Sepakterjang inilah yang sangat disayangkan, dialami banyak orang yang mengaku dilidah beriman sementara Allah berkata:". . . . . . . wama hum bimukminin" (QS, 2: 8). Andaikata seluruh jamaah Haji saat itu ikut bersama Imam Hussein as ke Karbala, Imam dan keluarganya tidak akan terbunuh dan bahkan besar kemungkinan Imam akan menang di Karbala.


Demikian juga andaikata kaum Muslimin tidak membiarkan rakyat Bahrain, Yaman dan kawasan lain nya dibantai oleh "Yazid-yazid" modern di Timur-Tengah sekarang ini, besar kemungkinan revolusi sudah berhasil. Sayangnya kita tidak berbuat untuk rakyat-rakyat tertindas di Timur-Tengah sama se perti kita bela orang Palestina. Padahal "Palestina" bukan saja Palestina tetapi juga "Timur-Tengah" dan malah sepakterjang rezim - rezim zalim sudah mendunia. Apakah terlalu sulit untuk dipahami nya?

Sebahagian orang yang mengaku bermazhab Syiah di Indonesia hanya terbatas dengan mengeluarkan airmata ketika memperingati hari syahidnya Imam Hussein di medan Karbala, tetapi setelah itu merekapun sepertinya tidak berbeda dengan pengikut Yaziz bin Muawiyah bin abu Sofyan, bersatu padu dalam system despotic yang Yaziddin itu. Ini membuktikan bahwa mereka baru sebatas berilmu Syiah hingga mereka hanya mengetahui kalau Imam Hussein teranianya di Padang Karbala, namun tidak memiliki Ideology Imam Hussein yang pantang bersatupadu dalam system taghut zalim dan hipokrit. Sebahagian mereka memiliki banyak ilmu tentang Syiah dan 12 Imamnya hingga mereka layak disebut Ilmuwan Syiah namun sebetulnya mereka masih belum apa-apa dan tidak jauh berbeda dengan Islam non Syiah. Untuk berguru tentang Syiah, tentang Karbala tentang Imam Hussein me mang mudah tetapi untuk memahami Syiah Alawi (baca Syiah merah), Imam Hussein dan Karbala di perlukan mendalami Ideologynya.


Kalau kita terbatas pada ilmu Syiah, para Imam dan Karbala, belum mampu menganalisa fenomena yang ditentang Syi'ah dan Imam Hussein as di Kar bala di zaman kita masing-masing, kita masih saja bersatu-padu dan bahkan masih mengidentifikasikan diri kita sebagai fenomena dimana Yazid men jadi prototypenya fenomena tersebut. Itulah yang dinamakan Syiah hitam atau syiah dekaden. Syi'ah sejati atau syi'ah Alawi adalah syi'ah merah. Mereka bukan saja berilmu Syiah tetapi juga berideolo gy syiah, para Imam dan Karbala.

Agama manapun memiliki dua wajah yang saling bertentangan, wajah dekaden dan wajah ideology. Islam berwajah dekaden seolah-olah melibatkan dirinya dalam kejahatan, menumbuhkan reaksioneris me, kelambanan, dan ke lumpuhan. Agama Islam semacam ini telah mengekang spirit kebebasan dan secara culas membenarkan status quo. Sedangkan

Dalam bentuknya yang tidak ideologis agama adalah suatu kumpulan keper cayaan turun-temurun dan perasaan individual, suatu imitasi terhadap upaca ra-upacara, aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan agama dan praktek-praktek yang sudah berurat berakar dari satu generasi kegenerasi lainnya. Jenis agama semacam ini menunjukkan semangat kolektif dari suatu kelompok masyarakat. Agama seperti ini tidak pernah nenemukan esensinya hingga memperlihatkan penetangannya terhadap spirit dan se mangat kemanusiaan yang sesungguhnya.

Praktek agama seperti ini sampai hari ini berkembang dan tumbuh subur dalam system yang hipokrit, dimana mereka masih mengaku beragama Muhammad tetapi mereka tidak lagi memiliki ideology Muhammad, Ali dan Hussein di Kar bala. Sebahagian mereka dari kampung berpindah ke kota. Di sana mereka menimba ilmu diberbagai perguruan tinggi, hingga memungkinkan mereka menjadi "orang besar" setelah bergabung dengan orang-orang pemerintahan. Mereka menjadi kaya, memiliki rumah yang fantastis, gaji yang tinggi dan mobil yang mewah. Kebanyakan dari mereka hidup miskin dan menderita tetapi tetap saja berdaya upaya agar tidak ketinggalan ketika musim maulid tiba, ken datipun Rasulullah sendiri melarangnya, namun mereka sepertinya tidak pernah mengetahui adanya larangan. Tidak obahnya seperti kebiasaan orang Kristian memperingati hari lahirnya Yesus, seper tinya mereka tidak pernah sadar bahwa tgl 25 Desemeber itu bukan hari lahirnya Nabi Isa as tetapi hari 'lahirnya' dewa matahari. Demikian juga pohoncemara yang mereka hias sebagai pohon Natal, padahal pohon tersebut tidak per nah exist di tempat kelahiran Nabi Isa bin Maryam. http://www. youtube.com/watch?v=YDTC5n8mfzI&feature=related

Di kalangan Syiah jaman Syah Redha Palevi Iran, juga demikian kondisi masyarakat, dimana orang-o rang miskin walau makanpun tidak menentu, berdaya upaya walau dengan cara menabung guna mem beli lampu pompa, rantai untuk flagelasi (memukul - mukul tubuh dalam peringatan syahidnya Imam Hussein di Karbala), alat bunyi-bunyian dan jubah hitam. Ironisnya acara tersebut dikordinir pengua sa. Pada hari Asyura malah semua orang dipaksakan harus mengalir airmata tetapi satu hari setelah itu atau esoknya pemerintah membuat hari bergembira dimana tidak dibenarkan seorangpun mena ngis kecuali ditangkap polisi. Jadi semua mereka (baca penguasa plus rakyatnya memang syiah tetapi syiah Safawi bukan syiah Alawi. Syiah Alawi tidak di benarkan berkembang sampai Imam Khomai ni, Syahid Dr Ali Syariati dan Murtadha Mutahhari cs muncul, hingga mampu meluluhlantakkan penguasa Safavid dan berdirinya system Islam "Syiah Alawi"  (baca system Islam berdasarkan teory "Wilayatul Fakih" karya Imam Khomaini sendiri) yang belum ada duanya di zaman kita sekarang ini.


Mudah - mudahan tulisan singkat ini menjadi renungan bagi bangsa-bangsa yang sedang tertindas di zaman kita ini. Kita harus belajar memahami Karba la hingga menemukan fenomena "karbala" dika langan kita masing-masing. Kita harus mampu memahami mana sosoknya 'Yazid' dan mana sosok 'Hussein' di zaman kita dan dikalangan kita masing - masing. Lalu berserulah agar bersatu "Hussein-hussein" untuk meluluhlantakkan "yazid-yazid". Dengan cara demikianlah kita terlepas dari api Nera ka, bukan hanya dengan mengalirkan air mata saja di hari 'Asyura atau berpuasa agar dapat pahala se dangkan dalam kehidupan sehari - hari kita, bersatupadu dalam system yang sama dengan system yang ditentang Imam Hussein as di Karbala.
(Barakallah li walakum)

http://www.youtube.com/watch?v=JyWul35JnjY&feature=related




























Sabtu, 03 Desember 2011

ISLAM ITU SATU TETAPI KENAPA JUGA BANYAK GOLONGAN YANG SALING BERBEDA? INI AKIBAT HADIST PALSU






Saya belum sempat menganalisa tulisan ini. Buat sementara waktu telusurilah sejarah berikut ini yang sudah terbukti keabsahannya hingga terbukti andaikata ada kesilapan tulisan tersebut diatas:                                                                                                         
http://jakfari.files.wordpress.com/2008/05/wafat_nabi_dan_suksesi_di_saqifah.pdf
http://jakfari.files.wordpress.com/2008/05/wafat_nabi_dan_suksesi_di_saqifah.pdf




NIAT BAIK SAJA TIDAK CUKUP TAMPA DIBARENGI DENGAN PEMAHAMAN ESENSI ISLAM.

Mohon ma'af ini belum di sempurnakan.
Insya Allah akan disempurnakan nanti...

https://buletinmitsal.wordpress.com