Kamis, 24 November 2016

HADIST RASULULLAH SAWW, IMAM ALI DAN ABU DZAR GHIFARI






HADIST RASULULLAH SAWW, IMAM ALI DAN ABU 

DZAR GHIFARI


"Kata Rasulullah saww: "Kemiskinan akan membuat manusia menjadi kekafiran. Imam Ali menimpali, andaikata kemiskinan itu berbentuk makhluk akan kubunuh dia. Abu Dzar Ghifari melanjutkan, ketika kemiskinan masuk melalui pintu, Iman akan keluar mela lui jendela"

Dalam kontek ini kita bisa menganalisa persoalan Indonesia dan Acheh Sumatra, dimana sejak kawasan ini dikuasai Suharto  s/d Yudhoyono, mayoritas Rakyat Indonesia dan Acheh hidup dalam kondisi ekonomi yang morat-marit. Hanya segelintir rakyat yang hidup mewah dari usahanya sendiri  dan segahagiannya dari kedekatannya dengan penguasa yang despotic tadi.

Sebelum kemunculan Jokowi dan Ahok sepertinya Indonesia itu tidak ada harapan lagi untuk mengembalikan hak rakyatnya (baca kekayaan negara adalah milik rakyat yang akan dikembalikan manakala negara dipimpin oleh manusia Habil). Hal ini disebabkan bahwa korupsi sudah mendarah daging atau membudaya. Ini terindikasi bahwa Indonesia pra Jokowi – Ahok adalah termasuk negara yang despotic klas tinggi di Asia dan Afrika. Sayapun yakin bahwa Allah tidak akan membiarkan terlalu lama rakyat menderita disuatu negara. Betapa kuatnya persekongkolan Fir’un, Karun, Hamman dan Bal’m di zaman pra Nabi Musa dan Harus as, namun aklhirnya runtuh juga via Musa dan Harun. Perlu kita garisbawahi bahwa kendatipun Fir’un cs sudah tenggelam dan mati di laut Merah, ideology mereka tetap hidup biarpun pada mulanya bergerak dibawah tanah. Kemunculan Samiri merupakan sinyal-sinyal kemunculan ideology Fir’un cs kembali. Demikian juga kemunculan «samiri-samiri» paska kewafatan Rasulullah saww, berlangsung terus sampai ke zaman kita sekarang ini.

Secara ideology, hanya ada dua kutup saja manusia yang saling bermusuhan di planet Bumi ini, kutub Qabil dan Habil. Bendera Qabil senantiasa diperagakan oleh manusia-manusia yang tidak berwawasan kemanusiaan sementara bendera Habil diperjuangkan oleh manusia-manusia yang berwawasan kemanusiaan.

Dari gambaran diatas realitanya sekarang di Indonesia dimunculkan Allah dua figur manusia yang berwawasan kemanusiaan dan mereka itu pintar, jujur, berani dan kawi, tidak mudah mengalah kepada manusia-manusia yang berwawasan Qabil yang telah begitu lama meninabobokkan rakyat jelata via alimpalsu (Para Bal’am). Justeru itu jangan heran kalau manusia-manusia kutup Qabil begitu gencar berdaya upaya agar Indonesia tetap berada dalam permainan politik kotor mereka, kendatipun anda lihat pakaian mereka mentreng-mentreng yang mereka peroleh dari hasil korupsi, baik korupsi biasa maupun korupsi yang legitimate.

Korupsi di Indonesia dulu pra Jokowi – Ahok, ada disemua lini lembaga pemerin tahan, bukan saja di badan Legislatif, yudikatif dan eksekutif tetapi juga lembaga-lembaga yang ikut melanggengkan kekuasaan manusia kutub Qabil, yaitu MUI dan ormas-ormas berkedok agama seperti FPI dan semacamnya.

Ketika Jokowi dan Ahok sadar akan tujuan kekuasan yang harus berpihak rakyat mayoritas, mereka mulai bersemayam dihati mayoritas rakyat Jakarta, sungguhpun belum meluas seluruh Nusantara, termasuk Acheh – Sumatra, masih banyak rakyat yang belum sadar akan wawasan kemanusiaannya. Justeru itu para koruptor kelas kakap berdaya upaya bagaimana cara agar rakyat terpropokasi bahwa Jokowi dan Ahok harus disingkirkan. Hal ini tidak obahnya seperti kaum yang tidak berdaya membuktikan bahwa pengikut Ahlulbayt bukan Islam, dengan cara mempropokasi bahwa mereka punya Qur-an yang berbeda. Kalau propokasi mereka semacam itu mampu mereka yakini rakyat mayoritas, berhasillah mereka menghancurkan komunitas pengikut Ahlulbayt macam di Sampang Dan belahan Bumi lainnya seperti di Timur Tengah yang sedang mulai membuka mata orang-orang yang mau berfikir secara ‘arif.

Justeru itu para koruptor kelas kakap memanfaatkan para Alim palsu disetiap lini pemerintahan untuk membuat propokasi murahan  bahwa Ahok telah menistakan agama Islam. Ironisnya yang benar-benar menistakan agama yang dilakukan dengan persekongkolan «Fir’un, Karun, Hamman dan Bal’am» di priode Suharto sampai Yudhoyono tidak nampak dalam pikiran mereka, kenapa? Sebab mereka adalah bahagian dari persekongkolan Fir-un, Karun, Hamman dan Bal’am.

Saat manusia kutub Qabil berkuasa di Indonesia dulu, Qabil-qabil di lembaga DPR (Dewan Penipu Rakyat) memilih presiden setiap priode yang telah ditetapkan. Lalu presidennya memilih menteri-menterinya dari Qabil-qabil yang ada di lembaga DPR, makanya rakyat dengan mudah mereka tipu. Kini ketika Jokowi jadi Presiden, terpaksa juga beliau pilih dari lembaga DPR untuk jabatan menteri-menterinya. Diantara mereka masih ada yang masih berpikiran Qabil hingga berdaya upaya untuk menghancurkan Pemerintah Jokowi secara intern. Ini adalah tugas Jokowi untuk membersihkan kabinetnya dari unsur-unsur bahaya laten tersebut.

Saat jokowi sedikit lambat membereskan kabinetnya, para manusia kutub Qabil macam Fadli Zon dengan lantang bersuara, mendiskreditkan Jokowi dan Ahok. Saya juga melihat Padli Zon ikut demo bersama Ketua FPI dan juga Amin Rais memberikan semangat kepada sebagian rakyat yang belum sadar. Fadli adalah wakil di DPR yang berarti kekuatan Qabil masih agak kuat di lembaga legislatif priode Jokowi – Ahok ini. Untungnya PDIP dan Nasdem sudah sadar untuk memiliki wawasan kemanusiaan via memihak rakyat jelata dibawah pimpinan Jokowi – Ahok. Adapun Golkar sebagai kenderaan Suharto yang mampu mempermainkan DR Amin Rais pasca Referendumnya dulu, masih kita ragukan sepakter
jangnya.

Berbicara Golkar, terbawa nama Amin Rais yang mampu melengserkan Raja koruptor tersebut. Namun kesalahan mutlak Amin adalah ketidakmantapannya ideology Islam dalam bereferendum. Semestinya suharto dan kenderaan politiknya harus ikut dilengserkan, hingga Indonesia benar-benar bebas dari sepakterjang manusia-manusia kutub qabil. Akibat kelengahan Amin, percuma saja kejatuhan Suharto, rakyat jelata tetap saja hidup morat-marit dibawah kekuasaan presiden-presiden berikutnya.


Semoga orang-orang yang kita sebutkan masuk perangkap manusia qabil sadar untuk memperbaiki jati dirinya (bertaubat) bukan malah menganggap kita telah menyakiti hati mereka. Kita melihat sudah banyak pihak yang sudah sadar macam tentara dan polisi. Kalau tentara dan polisi sudah berwawasan kemanusiaan, merupakan sinyal-sinyal bahwa Rakyat Indonesia secara mayority akan mendapat “angin segar” di bawah kepemimpinan Jokowi – Ahok. Semoga kekuasaan "qabil" benar-benar berakhir di Nusantara ini dan berganti dengan kepemimpinan "Habil”

Billahi fi sabililhaq
hsndwsp 

di Acheh - Sumatra





Tidak ada komentar:

Posting Komentar