Senin, 05 Desember 2011

TANPA IMAM YANG HAQ, TAWAF MELINGKARI KA'BAH SAMA DENGAN MELINGKARI ISTANA HIJAU YAZID



SETIAP HARI ADALAH ASYURA, SETIAP BULAN ADALAH MUHARRAM 
DAN SETIAP TEMPAT ADALAH KARBALA, 
(SELOGAN SYAHID DR ALI SYARIATI, PEMIKIR ISLAM YANG MAMPU MELULUH
LANTAKKAN ASUMSI BARAT HINGGA MASIH BELUM SIUMAN SAMPAI HARI INI, DEMIKIAN MENGGEMA DI REPUBLIK ISLAM IRAN HINGGA REVOLUSI BERHASIL)

Taqi Muntazhery
Acheh - Sumatra




Bismillaahirrahmaanirrahiim




Apa yang perlu kita analisa ketika berhadapan dengan fenomena yang sama sebagaimana saat yang di hadapi Imam Hussein as di Karbala? Apakah cu kup sekedar mengulangi selogan yang dikemukakan para arsitek Revolusi Islam Iran tersebut? Al Qur-an tanpa dianalisa maknanya untuk diaplikasikan dalam kehidupan nyata tidak berbeda dengan buku-buku yang ditulis para ahli yang tujuannya seke  dar komersil. Demikian juga peringatan Hari Asyura tanpa usaha kita untuk menangkap esensinya agar kita mengenal persis mana komunitas yang ditentang oleh Imam Hussein agar kita hari ini juga menentangnya. Dengan cara demikianlah kita mendapat penilain Allah sebagai pembela Imam Hussein, keluarga dan sahabat setianya.

Apabila kita sekedar memperingati hari 'Asyura tanpa kita analisa mana fenomena Yazid di zaman ki ta masing-masing, yakinlah andaikata Yazid bin Muawiyah dapat dihadirkan kembali ke   tengah - te ngah komunitas kita, diapun akan bergegas untuk bergabung dalam setiap acara peringatan hari Asyu ra. Apabila anda mampu memahami apa yang saya maksudkan ini, anda akan mengatakan: "Sandiwa ra yang bagaimana  lagi sedang berlangsung di dalam system "Yazid yazid modern" sekarang ini?


Pembaca yang mulia
Syahid DR Ali Syariati telah begitu jelas memperkenalkan makna dari selo gan yang sangat revolusi oner tersebut diatas: "Setiap hari adalah Asyura, setiap bulan adalah Muharram dan setiap tempat ada lah Karbala". Artinya bagi siapapun yang meyakini diri sebagai pengikut Imam Hussein akan bertem pur melawan setiap fenomena yang sama sepakterjangnya dengan sepakter jang Yazid bin Muawi yah. Perlawanan Imam Hussein terhadap Yazid bin Muawiyah di Karbala adalah pertempuran antara "yang haq dan yang bathil". Fenomena inilah yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan bahkan sedang men-Dunia sekarang ini.


Ketika Habil hendak dibunuh Qabil yang durhaka itu, Habil tidak melawan nya, kenapa? Agar pembu nuhan tersebut benar-benar terjadi bahwa diawal sejarah kehidupan manusia terjadinya "perang" antara yang haq dan yang bathil agar manusia belakangan dapat mengambil i'tibar ketika meneruskan kehidupan di planet Bumi ini bahwa Dunia tidak sunyi dari pertempuran antara yang haq dan yang bathil sebagai arena ujian Allah untuk diseleksi, mana yang bakal menjadi penghuni Neraka dan ma na yang akan mewarisi Surga.

Paska kematian Habil, Dunia dipimpin oleh Qabil secara dekaden. Artinya Qabil masih saja mengkla im bahwa dirinya penerus kepemimpinan ayahnya, Nabi Adam as. Padahal sepak terjang Qabil berto lak belakang dengan esensi agama ayahnya. Pembela darah Habil diwarisi oleh Nabi Ibrahim, Musa, Isa, Muhammad, Imam Ali, Hasan, Hussein serta 9 orang Imam lanjutannya. Sedangkan sepakterjang Qabil diwarisi oleh Namrud, Fir'un, Abu Sofyan, Muawiyah, Yazid dan "basyar-basyar" lainnya.


Ketika Imam Hussein as melihat kerusakan (fasad fil ardh) ditangan Yazid, beliau tidak bersikap seba gaimana Habil berhadapan dengan Qabil. Ini dymensi revolusioner sang Imam yang sangat penting untuk dianalisa dengan cermat. Hal ini terlihat jelas bahwa Imam Hussein dibekali dengan senjata walaupun jumlah pengikutnya hanya sekitar 73 orang (baca sangat sedikit dibandingkan dengan ang katan perang Yazid yang berjumlah sekitar 30 ribu orang). Andaikata seluruh peserta Haji memahami dan meyakini khutbah Imam Hussein bahwa tanpa Imam yang haq, tawaf melingkari Ka'bah adalah sama dengan melingkari istana hijau Yazid. Dengan kata lain bukan saja tidak sah Hajinya tetapi bah kan tidak ada gunanya mengaku beragama Nabi Muhammad saww (baca masuk katagory hypocrite). Sepakterjang inilah yang sangat disayangkan, dialami banyak orang yang mengaku dilidah beriman sementara Allah berkata:". . . . . . . wama hum bimukminin" (QS, 2: 8). Andaikata seluruh jamaah Haji saat itu ikut bersama Imam Hussein as ke Karbala, Imam dan keluarganya tidak akan terbunuh dan bahkan besar kemungkinan Imam akan menang di Karbala.


Demikian juga andaikata kaum Muslimin tidak membiarkan rakyat Bahrain, Yaman dan kawasan lain nya dibantai oleh "Yazid-yazid" modern di Timur-Tengah sekarang ini, besar kemungkinan revolusi sudah berhasil. Sayangnya kita tidak berbuat untuk rakyat-rakyat tertindas di Timur-Tengah sama se perti kita bela orang Palestina. Padahal "Palestina" bukan saja Palestina tetapi juga "Timur-Tengah" dan malah sepakterjang rezim - rezim zalim sudah mendunia. Apakah terlalu sulit untuk dipahami nya?

Sebahagian orang yang mengaku bermazhab Syiah di Indonesia hanya terbatas dengan mengeluarkan airmata ketika memperingati hari syahidnya Imam Hussein di medan Karbala, tetapi setelah itu merekapun sepertinya tidak berbeda dengan pengikut Yaziz bin Muawiyah bin abu Sofyan, bersatu padu dalam system despotic yang Yaziddin itu. Ini membuktikan bahwa mereka baru sebatas berilmu Syiah hingga mereka hanya mengetahui kalau Imam Hussein teranianya di Padang Karbala, namun tidak memiliki Ideology Imam Hussein yang pantang bersatupadu dalam system taghut zalim dan hipokrit. Sebahagian mereka memiliki banyak ilmu tentang Syiah dan 12 Imamnya hingga mereka layak disebut Ilmuwan Syiah namun sebetulnya mereka masih belum apa-apa dan tidak jauh berbeda dengan Islam non Syiah. Untuk berguru tentang Syiah, tentang Karbala tentang Imam Hussein me mang mudah tetapi untuk memahami Syiah Alawi (baca Syiah merah), Imam Hussein dan Karbala di perlukan mendalami Ideologynya.


Kalau kita terbatas pada ilmu Syiah, para Imam dan Karbala, belum mampu menganalisa fenomena yang ditentang Syi'ah dan Imam Hussein as di Kar bala di zaman kita masing-masing, kita masih saja bersatu-padu dan bahkan masih mengidentifikasikan diri kita sebagai fenomena dimana Yazid men jadi prototypenya fenomena tersebut. Itulah yang dinamakan Syiah hitam atau syiah dekaden. Syi'ah sejati atau syi'ah Alawi adalah syi'ah merah. Mereka bukan saja berilmu Syiah tetapi juga berideolo gy syiah, para Imam dan Karbala.

Agama manapun memiliki dua wajah yang saling bertentangan, wajah dekaden dan wajah ideology. Islam berwajah dekaden seolah-olah melibatkan dirinya dalam kejahatan, menumbuhkan reaksioneris me, kelambanan, dan ke lumpuhan. Agama Islam semacam ini telah mengekang spirit kebebasan dan secara culas membenarkan status quo. Sedangkan

Dalam bentuknya yang tidak ideologis agama adalah suatu kumpulan keper cayaan turun-temurun dan perasaan individual, suatu imitasi terhadap upaca ra-upacara, aturan-aturan, kebiasaan-kebiasaan agama dan praktek-praktek yang sudah berurat berakar dari satu generasi kegenerasi lainnya. Jenis agama semacam ini menunjukkan semangat kolektif dari suatu kelompok masyarakat. Agama seperti ini tidak pernah nenemukan esensinya hingga memperlihatkan penetangannya terhadap spirit dan se mangat kemanusiaan yang sesungguhnya.

Praktek agama seperti ini sampai hari ini berkembang dan tumbuh subur dalam system yang hipokrit, dimana mereka masih mengaku beragama Muhammad tetapi mereka tidak lagi memiliki ideology Muhammad, Ali dan Hussein di Kar bala. Sebahagian mereka dari kampung berpindah ke kota. Di sana mereka menimba ilmu diberbagai perguruan tinggi, hingga memungkinkan mereka menjadi "orang besar" setelah bergabung dengan orang-orang pemerintahan. Mereka menjadi kaya, memiliki rumah yang fantastis, gaji yang tinggi dan mobil yang mewah. Kebanyakan dari mereka hidup miskin dan menderita tetapi tetap saja berdaya upaya agar tidak ketinggalan ketika musim maulid tiba, ken datipun Rasulullah sendiri melarangnya, namun mereka sepertinya tidak pernah mengetahui adanya larangan. Tidak obahnya seperti kebiasaan orang Kristian memperingati hari lahirnya Yesus, seper tinya mereka tidak pernah sadar bahwa tgl 25 Desemeber itu bukan hari lahirnya Nabi Isa as tetapi hari 'lahirnya' dewa matahari. Demikian juga pohoncemara yang mereka hias sebagai pohon Natal, padahal pohon tersebut tidak per nah exist di tempat kelahiran Nabi Isa bin Maryam. http://www. youtube.com/watch?v=YDTC5n8mfzI&feature=related

Di kalangan Syiah jaman Syah Redha Palevi Iran, juga demikian kondisi masyarakat, dimana orang-o rang miskin walau makanpun tidak menentu, berdaya upaya walau dengan cara menabung guna mem beli lampu pompa, rantai untuk flagelasi (memukul - mukul tubuh dalam peringatan syahidnya Imam Hussein di Karbala), alat bunyi-bunyian dan jubah hitam. Ironisnya acara tersebut dikordinir pengua sa. Pada hari Asyura malah semua orang dipaksakan harus mengalir airmata tetapi satu hari setelah itu atau esoknya pemerintah membuat hari bergembira dimana tidak dibenarkan seorangpun mena ngis kecuali ditangkap polisi. Jadi semua mereka (baca penguasa plus rakyatnya memang syiah tetapi syiah Safawi bukan syiah Alawi. Syiah Alawi tidak di benarkan berkembang sampai Imam Khomai ni, Syahid Dr Ali Syariati dan Murtadha Mutahhari cs muncul, hingga mampu meluluhlantakkan penguasa Safavid dan berdirinya system Islam "Syiah Alawi"  (baca system Islam berdasarkan teory "Wilayatul Fakih" karya Imam Khomaini sendiri) yang belum ada duanya di zaman kita sekarang ini.


Mudah - mudahan tulisan singkat ini menjadi renungan bagi bangsa-bangsa yang sedang tertindas di zaman kita ini. Kita harus belajar memahami Karba la hingga menemukan fenomena "karbala" dika langan kita masing-masing. Kita harus mampu memahami mana sosoknya 'Yazid' dan mana sosok 'Hussein' di zaman kita dan dikalangan kita masing - masing. Lalu berserulah agar bersatu "Hussein-hussein" untuk meluluhlantakkan "yazid-yazid". Dengan cara demikianlah kita terlepas dari api Nera ka, bukan hanya dengan mengalirkan air mata saja di hari 'Asyura atau berpuasa agar dapat pahala se dangkan dalam kehidupan sehari - hari kita, bersatupadu dalam system yang sama dengan system yang ditentang Imam Hussein as di Karbala.
(Barakallah li walakum)

http://www.youtube.com/watch?v=JyWul35JnjY&feature=related




























Sabtu, 03 Desember 2011

ISLAM ITU SATU TETAPI KENAPA JUGA BANYAK GOLONGAN YANG SALING BERBEDA? INI AKIBAT HADIST PALSU






Saya belum sempat menganalisa tulisan ini. Buat sementara waktu telusurilah sejarah berikut ini yang sudah terbukti keabsahannya hingga terbukti andaikata ada kesilapan tulisan tersebut diatas:                                                                                                         
http://jakfari.files.wordpress.com/2008/05/wafat_nabi_dan_suksesi_di_saqifah.pdf
http://jakfari.files.wordpress.com/2008/05/wafat_nabi_dan_suksesi_di_saqifah.pdf




NIAT BAIK SAJA TIDAK CUKUP TAMPA DIBARENGI DENGAN PEMAHAMAN ESENSI ISLAM.

Mohon ma'af ini belum di sempurnakan.
Insya Allah akan disempurnakan nanti...

https://buletinmitsal.wordpress.com