Senin, 31 Oktober 2011

KWALITAS UMMAH DAN IMAMAH SANGAT MENENTUKAN KEBERLANSUNGAN SUATU REVOLUSI


BETAPA SERING SUATU REVOLUSI "MEMAKAN ANAK - ANAKNYA" SENDIRI
"KUMAN" YANG TERPENDAM DI BAWAH TANAH MENJADI "KEPOMPONG"
TEMANMU YANG DULU MELAMBAIKAN TANGAN
BERPATAH BALIK MENGEPALKAN TINJU 
JUSTERU ITU WASPADALAH
hsndwsp
Acheh - Sumatra
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Dulu ada revolusi Perancis yang terkenal dengan renaissance yang bermakna "kembali". Dibawah pimpi nan Mrtin Luther, mereka menemukan kembali jalan yang benar dalam hidup di Dunia kendatipun belaka ngan Kembali dekaden sebagaimana kita saksikan di Eropa dan Amerika Serikat dimana mereka kembali tenggelam dalam sepak terjang "Kapitalisme" yang sangat merugikan kemanusiaan. 99 % rakyat AS dan Eropa pada umumnya sekarang menjadi korban kapitalisme yang di mainkan fenomena 1 % (baca kapita lis).

Revolusi Perancis terjadi akibat sepakterjang ulama-ulama palsu plus penguasa yang korup, menampilkan spakterjang yang hipokrit. Mereka senantiasa mengatakan bahwa untuk menjadi manusia yang saleh, kita tidak boleh kawin supaya cinta kita semata-mata kepada Tuhan. Untuk itu mareka juga mengatakan bah wa manusia tidak boleh makan binatang berdarah. Alasannya akan memicu sexualitas hingga cinta kita beralih kepada lawan jenis. Mereka menganjur kan agar manusia makan buah-buahan, sayur-sayuran dan telur-teluran. Ironisnya para agamawantersebut makan daging secara sembunyi-sembunyi. Akibatnya me reka juga berzina direlung-relung gereja.

Akibat sepakterjang yang hipokrit itu, para intelektual akhirnya berontak. Sebahagian mereka beralih kepa da Markist Sosialis atau Atheis, sementara yang lainnya tetap percaya pada Tuhan. Mereka pada mula nya menemui ajaran 'Isa bin Maryam murni dibawah pimpinan Martin Luther. Komunitas pencetus Revo lusi Perancis tersebut terkenal denga istilah 'Kristen Protestant'. Para intelektual yang mantap Ideology itulah yang mencetuskan Revolusi.

Menarik sekali ketika kita mempelajari revolusi Islam Iran dimana para ulama ideolog dan intelektual yang Ulama (baca Imam Khomaini dan DR Ali Syariati), menggerakkan roda revolusi yang diikuti oleh segenap lapisan masyarakat. Keberhasilan revolusi Iran bukan saja sekedar menumbangkan rezim Syah Reda Palevi yang diktator dan korup tetapi juga berhasil membangun system yang belum ada duanya de wasa ini, yakni "Wilayatul Fakieh", dimana sungguhpun dikepalai oleh seorang Presiden sebagai man dataris MPR, para Ulama (Fakieh) adalah pemegang kunci systemnya. Dengan kata lain diatas kedudu kan Presiden dan DPR masih ada lembaga tertinggi negara lainnya yaitu 12 orang Ulama Fakieh. Diatasnya masih ada satu tingkat lagi yang disebut "Imam", dimana dulunya ditempati Imam Khomaini dan sekarang digantikan oleh Ayatullah Sayyed Ali Khamenei.

Untuk memahami Wilayatul Fakieh silakan klik disini: http://www.princeton.edu/lisd/projects/PORDIR/research/wilayat%20al-faqih.pdf

Latar belakang revolusi Islam Iran:
Iran jaman Syah Rezda Palevi juga memiliki "Ulama" sebagai supporter nomor wahid, dimana sepak termjang ulama ini bukan untuk membimbing rakyat jelata agar tidak sesat dalam hidup di Dunia sebagai mana tugas Ulama Warasatul Ambya, melainkan untuk melanggengkan kekuasaan "Majikannya". Fenome na ini dapat dilacak di Saudi Arabya, Mesir, Libya dan hampir seluruh negara di Timur Tengah. Mung kin anda masih ingat ketika "ulama" Saudi Arabya berfatwa bahwa haram hukumnya melawan Muammar Gaddafi. Apabila kita menganalisa bagaimana sepak terjang ulama di Saudi Arabya, kita mampu menarik kesimpulan bahwa fenomena ulama yang demikian bukan saja di Arab Saudi tetapi juga diseluruh negara yang penduduknya beragama Islam mayority. Apabila anda hanya terbatas pada para ulama di Saudi A rabya saja, dapat dipastikan anda belum mampu memahami fenomena secara ideology. Anda menmaha mi bahwa ulama Saudi Arabya tidak benar hanya setelah mendengar langsung pernyataan ulama yang malang itu tetapi anda tidak mampu menemukan fenomena lain dimana memiliki "anatomi" yang sama da lam perspektif ideology.

Akibat menyaksikan sepak terjang penguasa Zalim plus ulama palsu demikian menyebalkan, membuat mereka (baca sebahagian rakyat Iran) berkesimpulan justru Markis Sosialislah yang benar, bukan Islam. Mereka tidak mampu memahami bahwa itu bukan Ulama dan bukan penguasa Islam tetapi ulama dan pe nguasa yang sekedar mengaku beragama Islam dengan hanya bermodalkan ucapan "Dua Kalimah Syaha dah" tanpa memahami esensinya. Justru itu negara manapun yang dikepalai penguasa dengan dukungan ulama palsu alias ulama "Bal'am", kehidupan rakyatnya lebih buruk dari negara-negara yang dikepalai oleh non Islam. Untuk lebih jelas lihatlah Indonesia yang dikepalai oleh jenis "manusia" seperti itu, dima na sejak dari Soekarno sampai Yudhoyono, rakyat jelata senantiasa menderita hidupnya, sementara seba hagian yang lainnya yang berpendidikan sampai keperguruan tinggi tetap shaja terlena oleh sepak terjang ulama pensupport penguasa hipokrit tadi.

 Ketika sebahagian rakyat Iran menyaksikan fenomena yang merugikan rakyat jelata, mereka berduyun-duyun masuk Komunis atau Atheis.Tetapi alhamdulillah kemunculan Ayatullah Imam Khomaini dan DR Ali Syari'ati,  untuk mendefinisikan Islam kembali atau menampilkan Islam yang originier, membuat mere ka kembali menjadi Monotheis setelah terlanjur masuk Atheis beberapa lama. Sehubungan dengan persioalan ini lihatlah di Esensi Haji I, II, III dan IV: http://achehkarbala.blogspot.com/2009/06/esensi-haji-3.html

Pembaca yang mulia!
Betapa anehnya kita yang menyaksikan revolusi rakyat sedunia sekarang ini yang dimulai dari Tunisia hingga terinspirasi ke seluruh Timur Tengah, Afrika Utara, bahkan sampai ke Amerika Serikat dan seba hagian besar kawasan Eropa dan Asia, masih saja terlena. Apa yang membuat kita terlena? Ketika kita analisa kenapa suatu komunitas manusia terlena dalam hidupnya, kita menemukan bahwa masalah yang paling fundamental adalah ketidak benaran tujuan hidup kita. Memang kita mengaku beragama Islam, me mang kita mengucapkan dua kalimah syahadah tetapi pemahaman agama kita sebatas ritual saja, yaitu Mengucapkan dua kalimah syahadah, shalat, Shaum dan naik haji yang bertujuan sekedar mendapat ampunan dosa. Pemahaman agama semacam itu sangat menguntungkan penguasa zalim plus ulama palsu nya. Islam satu dimensi adalah Islamnya orang awwam. Mereka berkemungkinan besar dimaafkan Allah disebabkan alasan-alasan yang dibenarkan Allah sebagaimana Allah swt memasukkan anak yang mati sebelum baligh ke dalam Surga walaupun anak orang munafiq sekalipun apalagi anak orang non Islam

Perlu juga kita perjelas bahwa revolusi rakyat berkemungkinan berhasil dengan alasan bersatu padu dalam fenomena 99 % rakyat di Dunia yang sama sama menderita ekonomi dibawah domonasi kaum kapitalis yang berjumlah hanya 1 %. Fenomena ini masih merupakan langkah pertama. Betapa sering suatu revolusi memakan "anak-anaknya" sendiri. Betapa sering setelah tumbangnya kekuasaan despotik, kuman-kuman yang terpendam di bawah "permukaan tanah", menjadi "kepompong" untuk selanjutnya berpatah balik menyerang "esensi" revolusi dengan telak sekali hingga kezaliman dalam bentuk lain menjelma tanpa disadari, sudah berada dalam kondisi seperti yang dialami sebelumnya. Sahabat yang dulu melambaikan tangan sekarang berpatah balik, mengacungkan tinjunya. Apabila tujuan hidup mayoritas ummah belum benar menurut "kaca mata" Allah swt sebagai Pemilik Alam Semesta, besar kemungkinan revolusi akan menemui kegagalan. Memang kita telah mengalahkan musuh tetapi kita berhadapan dengan teman kita sendiri yang tidak memiliki tujuan hidup untuk mencari redha Allah. Tujuan hidup mereka untuk mencari kesenangan Dunia semata-mata, demi tercapai tujuannya mereka halalkan apa saja.  Dari itu waspadalah........... 



Billahi fi sabililhaq

hsndwsp

di Ujung Dunia




 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar