Jumat, 29 April 2011

IMAM KHUSUS (BACA 12 IMAM ) LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA DARIPADA NABI UMUM

LUKISAN IMAM ALI AS
AHMADINEJAD ( REPRESENTANT OF LEADER)
SALAH SATU SAMPEL KAMPUNG DI RII
SAKSIKANLAH BAGAIMANA KEMAJUAN WANITA RII
Bismillaahirrahmaanirrahiim


KATAKANLAH WAHAI MUHAMMAD
AKU TIDAK MINTA BALASAN APAPUN ATAS RISALAH
YANG AKU SAMPAIKAN KEPADA KALIAN KECUALI KECINTAAN KALIAN TERHADAP KELUARGAKU
(QS, AS SYURA, 23)
hsndwsp
Acheh - Sumatera

Titel Imam khusus dalam Islam lebih tinggi daripada titel Nabi umum. Harap di garis bawahi titel Nabi umum. bukan Nabi khusus. Nabi itu sama kemuliaannya dalam pandangan orang mukmin tetapi berbeda dalam kapasitasnya. Nabi yang memandu ribuan ummah tentu berbeda dengan Nabi yang memandu ratusan jutaan ummah, apa lagi Nabi yang memandu ummah seluruh Dunia seperti Nabi Muhammad saww.

Sebagian orang sepertinya akan bertambah bengong atau confused ketika mem baca keterangan hsndwsp ini. Sebabnya mereka tidak berpedoman dengan Qur-an tetapi berpedoman dengan Pancasila dimana kami kerap mempelintirkan sebagai Puncasilap. Artinya disanalah puncasilap orang-orang yang bersatupadu dalam system taghut yang menzalimi kaum dhu'afa, hipocrite dan korrupt. Apabila mereka tetap bersatupadu dalam system taghut seperti itu, mereka kelak akan terkena tempelakan Allah dengan ayat-ayat dalam surah Yasin sendiri, di mana mereka lazimnya menggunakan surah Yasin itu sebagai bacaan saja dan bahkan dulu pernah mengkordinirnya sebagai alat bacaan sebagai hukum-hakam katanya, bukan sebagai Hudallinnas, yakni petunjuk bagi manusia (QS, al Baqa rah 2)

Mereka itu umpama seorang Camat, kepala kecamatan jajahan Hindunesia di Acheh - Sumatera yang mendapat kiriman surat dari atasannya, pak Gubernur. Saat pak Gubernur menanyakan kepada bawa hannya (baca Camat) apakah sudah menerima surat saya. Si Camat menjawabnya: "Ya, Pak! Surat ba pak saya baca tiap malam Jum'at kliwon, saya taruk wewangian dan saya cium setiap mem bacanya". "Bagus sekali" kata sang Gubernur. "Tapi itu tanah yang saya suruh cari untuk membangun sebuah balai PKK, mana?", timpa sang Gubernur. "Ooo, itu yang belum ada, pak", jawab si Camat. Lalu gu bernur itu memecat camat tersebut disebabkan pesan yang ada di surat tersebut tidak dipahaminya, ke cuali asik membaca-baca saja. Perlu digaris bawahi bahwa "camat" disini relevan dengan orang yang keliru tetapi "Gubernur" tidaklah relevan dengan Pemilik Alam semesta. Permisalan ini sekedar memu dahkan pemahamannya bagaimana kelirunya sebahagian manusia yang sudah mengucapkan "Dua kali mah syahadah" tetap saja tidak ada nilainya disisi Allah swt.

Nabi Ibrahim disamping mendapat titel Nabi dari Allah juga mendapat titel Imam, demikian juga nabi Muhammad saww. Hal ini tidak dapat dipahami oleh para ilmuwan yang bersatupadu dala system Taghut zalim, hipocrite dan kor rupt, kecuali para Ideolog dan pengikutnya. Kenabian Muhammad saww bera khir setelah meninggalnya beliau sedangkan keimamahannya belum berakhir tetapi diteruskan oleh 12 orang Imam, yang dimulai dengan Imam Ali bin Abi Thalib dan berakhir dengan Imam Mahdi al Muntazhar. Para Imam ini diangkat Allah melalui pengumuman Rasul Nya Muhammad saww di Ghadirkhum.

Mereka yang berjumlah 12 orang itu merupakan sebagai hujjah Allah di kolong langit. Andaikata Allah tidak mengutus mereka untuk melanjutkan keimamahan RasulNya, Muhammad Rasulullah, Islam murni itu tidak akan tersisa lagi seba gaimana nasib ummah nabi Musa dan ummah nabi 'Isa bin Maryam. Realitanya ummah Nabi Musa dan Harun berpatah balik ketika Musa pergi kesuatu tempat atas perintah Allah. Sepertinya tidak mungkin, bagaimana ummah yang telah diselamatkan dari sepakterjang Fir'un, Karun, Hamman dan Bal'am itu dengan mudahnya terpengaruh kepada si Samiri, meninggalkan Nabi Harun, wakil Musa as. Kalau fenomena ini mampu kita analisa kita juga tidak sebengong sebahagian orang ketika membaca tulisan hsndwsp tentang berpatah baliknya ummah Muhammad saww, tidak mengikuti Imam yang di tunjuk Allah dan Ra sul Nya (baca Imam Ali serta 11 Imam lanjutannya) setelah peresmiannya Imam Ali as di Ghadirkhum.

Sehubungan dengan pengangkatan Imam Ali as di Ghadirkhum, semua para jamaah yang baru saja menyelesaikan Haji Wada', berbaiat kepada Imam 'Ali, kecuali Umar bin Kattab, dimana bukan hanya menjabat tangan Imam Ali tapi juga berkata: "Tah niah ya Abbal Hasan, anda sudah menjadi pemimpin kaum Muslimin dan Muslimah". Ironisnya setelah itu Umar membuat rapat gelap dibe lakang Ka'bah bersama Abu bakar, Usman dan kawan setia lainnya. Perjanjian apa yang mereka buat dibelakang Ka'bah? Menjauhkan Imam Ali dari kedudu kannya sebagai Khalifah yang sah. Inilah sebabnya mereka yang sering menen tang Rasulullah itu berakibat sangat fatal ketika sakratul maut (baca kitab Su laim bin Qais Al Hilaly atau kitab Akhirnya Kutemukan Kebenaran).

Orang-orang yang belum banyak melakukan kesalahan dalam beragama masih mampu meneliti keterangan hsndwsp yang terkesan "keras" ini hingga menemu kan kebenaran dalam beragama, tetapi bagi orang yang fanatik buta merasakan kepahitan yang luar biasa dan langsung mengambil kesimpulan bahwa mustahil orang yang sebaik sebahagian para sahabat Rasulullah itu berpatah balik hingga memusuhinya. Sebetulnya fenomena sebahagian para sahabat Rasulullah itu termasuk dalam suul khatimah yang sering digembar-gemburkan para fanatik buta. Adalah mus tahil bagi Allah secara tiba-tiba orang yang benar-benar beriman kepada Nya menyatakan tidak beriman ketika menghadapi sakratul maut. Suul khatimah itu terjadi bagi orang yang baik pada mulanya tetapi berpatah balik di kemudiannya. Hal ini terjadi disebabkan adanya i'tikat yang tidak baik juga pada diri seseo rang, misalnya "ambisius" kepemimpinan. Ambisius kepemimpinan inilah yang membuat mereka masuk suul khatimah yang fatal ketika menghadapi sakratul maut.

Orang - orang yang belum memahami persoalan Imamah itu sebaiknya hati-hati dalam menanggapi tulisan orang yang belum mereka ketahui kecuali memang terlalu fanatik buta, mengikuti endatunya yang sesat sebagaimana firman Allah berikut ini: "Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?" (Q.S, al Baqarah. 2 : 170)

Allah juga berfirman: "Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukup lah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk? (Q.S, al Maidah. 5 : 104)

Selanjutny baca juga firman Allah yang diulang sampai 3 kali: "Dan sesung guhnya telah Kami mudahkan Al Qur'an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?"(QS, al Qatar (54) : 17, 22, 32, 40)

Kembali ke persoalan Imam khusus dan Nabi umum.
Yang dimaksudkan kedudukan Imam lebih tinggi daripada nabi yang diutus disi ni adalah nabi yang umum. Hal itu sesuai dengan petunjuk Allah swt dalam Al Qur-anul Karim. Allah swt memberitahukan kita kisah hidup Nabi Ibrahim as bahwa setelah diberikan percobaan dengan nyawa, harta dan anak, Allah bermak sud untuk meninggikan lagi kedudukannya. Disebabkan Nabi dan panggilan Khalil tidak menggambarkan kedudukan yang tertinggi, maka kedudukan Imam lah yang lebih tinggi dimana nabi juga boleh dianugerahkan dengannya.

Allah berfirman: "Dan apabila Tuhannya mencoba Ibrahim dengan perkataan tertentu, dia dapat melaksanakannya, Dia berfirman: `Sesungguhnya Aku akan menjadikan kamu Imam atas manusia`. Ibrahim berkata:`Dan keturunanku ju ga?. Janji Ku tidak termasuk mareka yang dhalim" (Q.S, 2: 124) Ayat ini me nunjukkan kedudukan Imam, dan juga membuktikan bahwa derajat Imami lebih tinggi dari derajat Nabi, sebab kedudukan Nabi Ibrahim telah dinaikkan dari Nabi kepada Imam. Perlu diketahui bahwa nabi Khusus lebih tinggi derajatnya daripada nabi Umum. Nabi Muhammad adalah Nabi Khusus yang tertinggi diantara nabi-nabi Khusus lainnya. Apakah terlalu rumit untuk dipahami keterangan seperti ini?

Demikianlah yang dimaksudkan Imam Khomaini sementara Para Malaikat ja ngankan dibanding dengan para Imam, dengan nabi Umum saja lebih tinggi ke dudukan para nabi. Kita yang masih lemah kemampuan berfikir memang agak tercengang ketika ada orang yang mengatakan bahwa para Malaikat lebih rendah dari Manusia Repre sentant (baca Imam). Mungkin redaksi kalimatnya tidak enak kedengarannya. Justeru itu kita ganti saja kata "rendah denbgan kata tinggi". Sehingga redaksinya terbaca: "Kedudukan para Imam khusus lebih tinggi dibandingkan kedudukan para Malaikat di sisi Allah swt dan juga dalam persepsi manusia yang benar jalan hidupnya di Dunia ini".


Kemungkinan besar terjadi kesilapan berpikir lainnya dalam hal ini adalah dise bab kan mereka memfokuskan pada "bahan baku" yang digunakan Allah untuk membuat para Malaikat dari Sinar, sementara Manusia termasuk Nabi umum, Imam dan Nabi Khusus berasal dari tanah yang terkesan "hina" dipijak manusia setiap hari. Mereka lupa kalau Spirit Allah yang dikombinasikan dengan tanah tadi, membuat sebahagian manusia (baca Nabi umum, Imam dan Nabi Khusus) lebih unggul daripada para Malaikat. Hal ini dapat kita lihat dalam Al Qur-an ketika Allah memberitahukan para Malaikat bahwa Dia hendak menjadikan seorang Khalifah (baca wakil Tuhan, nabi Umum).

Para Malaikat menanyakan kenapa Allah menjadikan manusia yang nantinya akan mengadakan kerusakan dan pertumbuhan darah. Sepertinya para Malaikat mengatakan kenapa tidak mereka saja, yang akan menjadi khalifah Nya yang senantiasa bertasbih dan memuji Nya. Ternyata Allah menjawab bahwa Dia mengetahui apa yang tidak diketahui para Malaikat. Lalu Allah membuktikan pernyataan Nya itu. Ketika para Malaikat bernegosiasi dengan Nabi Adam ternyata Adam lebih unggul daripada Para Malaikat. Inilah bukti "manusia" lebih unggul daripada para Malaikat. Perlu digaris bawahi bukan seluruh manusia, melainkan manusia yang benar jalan hidupnya saja, sesuai petunjuk Allah swt. Lita juga harus mampu berpikir bahwa manusia yang tersesat jalan hidupnya alias tidak mengikuti petunjuk Allah swt (Pemilik Alam semesta), bukan saja lebih rendah kedudukannya daripada para Malaikat, bahkan tidak termasuk manusia. Menurut Syahid DR Ali Syariati makhluk yang seperti itu bukan manusia tetapi "basyar":
http://achehkarbala.blogspot.com/2009/09/basyar-adalah-makhluk-yang-tidak.html

Patut kita salut kepada para Malaikat bahwa ketika terbukti mereka kalah dalam negosiasinya dengan nabi Adam, langsung mengakuinya dengan mengucapkan: "Maha suci Engkau ya Allah kami tidak mengetahui kecuali yang telah Engkau ajarkan". Sementara manusa kebanyakan tetap membeladiri secara membabi buta kendatipun mereka sudah dibuktikan kesalahannya dengan ayat-ayat Allah. Setelah itu Allah memerintahkan kepada seluruh Malaikat yang dibuat dari Sinar dan dari Api agar sujud kepada Adam. Ketika itu seluruh Malaikat yang dijadikan dari Sinar tundukpatuh kepada perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam kecuali "Malaikat" yang dijadikan dari Api (baca Iblis). Mereka berdalih bahwa mereka lebih duluan lahir daripada Adam, mereka lebih mulia daripada Adam yang berasal dari tanah tembikar. Mereka sesung guhnya takab bur, angkuh dan sombong sebagaimana sifat sifat tersebut dapat dilihat pada kebanyakan manusia yang menukik ke tanah, tidak mampu menggapai Spirit Allah, Roh Suci. Mereka arogan dan brutal ketika memiliki power. Mereka tidak menggunakan power itu untuk membela kaum yang tertindas, sebaliknya menambah beban kepada kaum yang lemah. (Q.S. 2 : 30 S/D 34)

Kita tutup tulisan ini dengan ucapan Imam Ali as: "Bukankah Allah tidak per nah membiarkan hamba-hambanya terlepas dari hujjah-Nya? dan siapa lagi se lain Ahlul Bayt yang berasal dari ranting-ranting pohon Rasulullah yang diber kati, kelanjutan kelompok pilihan Allah yang telah dijauhkan dari segala koto ran dan telah disuci kan-Nya dengan sesuci-sucinya? Dijauhkan mereka dari se gala penyakit kekufuran, dan diwajibkan atas setiap Muk'min agar mencintai me reka sebagaimana difirmankan dalam Qur-an: "Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba-hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang menger jakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri 1345. (QS. 42: 23)

Ketika ayat tersebut diatas turun para sahabat bertanya pada Rasulullah saww : "Wahai Rasulullah, siapakah keluarga anda? Siapakah mereka yang wajib dicintai oleh kami?" Rasulullah menjawab: "Mereka adalah Ali, Fathimah dan kedua putra nya". Nabi mengulangi jawaban beliau sampai tiga kali.


Billahi fi sabililhaq
hsndwsp
di Ujung Dunia

Notice:
Kaisaniah, Qaddahiyyah dan Ghulat, mereka itu sesungguhnya bukan Syiah tapi disebut Syiah oleh orang-orang yang memusuhi Syiah. Hal ini memang seringkali fitnah itu dialamat kan kepada Syiah Imamiah 12 ( Mulai dari zaman Imam Ali Bin Abi Thalib s/d zaman kita ini, dimana Imam Mahdi sedang dalam keadaan ghaib al kubra) 

Untuk lebih jelas silakan baca literatur berikut ini:


Dalil tentang : Utamanya Para Imam Ahlulbait dari para Malaikat.

 Ucapan Rasulullah saw tentang Lebih Utamanya Para Imam Ahlulbait dari para Malaikat.

 Ash-Shaduq telah meriwayatkan di dalam kitab al-‘Ilal dan kitab Ikmal ad-Din, juga dalam bab 26 dari kitab “Uyun ar-Ridha, dari Abul Qasim Hasan bin Muhammad bin Sa’id al-Hatsimi al-Kufi, di masjidnya di kota Kufah, pada tahun 354 Hijriyah, dari Furat bin Ibrahim bin Furat al-Kufi, dari Muhammad bin Ali bin Ahmad al-Hamadani, dari Abul Fadhl Abbas bin Abdullah al-Bukhari, dari Muhammad bin Qasim bin Ibrahim bin Abdullah bin Qasim bin Muhammad bin Abu Bakr, dari Abdussalam bin Shalih al-Harawi, dari Ali bin Musa ar-Ridha, dari ayahnya Musa bin Ja’far, dari ayahnya Ja’far bin Muhammad, dari Ayahnya Muhammad bin Ali, dari Ayahnya Ali bin Husain, dari Ayahnya Husain bin Ali , dari Ayahnya Ali bin Abi Thalib yang berkata, Rasulullah saw telah bersabda :

 “Allah tidak menciptakan makhluk yang lebih utama dariku dan lebih mulia dariku.”

 Ali as berkata, “Wahai Rasulullah, mana yang lebih utama, engkau atau Jibril…?”

 Rasulullah saw menjawab, “Wahai Ali, sesungguhnya Allah SWT telah mengutamakan para nabi dan para rasul-Nya atas para malikat-Nya, dan Dia telah mengutamakan aku atas seluruh para nabi dan para rasul. Adapun keutamaan setelahku adalah milik engkau hai Ali dan para imam sesudahmu. Sesungguhnya para malaikat adalah pelayan kita dan pelayan para pecinta kita.

 “Hai Ali, sesungguhnya para malaikat pengangkat ‘Arsy dan para malaikat yang ada di sekelilingnya, semuanya bertasbih sambil memuji Tuhan mereka, dan memohonkan ampunan bagi orang-orang yang beriman kepada wilayah kita.

 “Hai Ali, sekiranya tidak ada kita niscaya Allah tidak akan menciptakan Adam dan Hawa, surga dan neraka, dan langit dan bumi. Bagaimana kita tidak lebih utama dari malaikat padahal kita telah mendahului mereka dalam mengesakan dan mengenal Allah SWT, dalam bertasbih, mensucikan dan bertahlil kepada-Nya. Karena yang pertama diciptakan oleh Allah adalah roh kita, lalu Allah menjadikan kita berbicara dengan mengesakan dan mengagungkan-Nya.

 “Kemudian Allah menciptakan para malaikat. Manakala mereka melihat roh kita sebagai sebuah cahaya mereka mengagungkan kita, maka kita bertasbih kepada Allah supaya para malaikat tahu bahwa kita adalah salah satu dari makhlik Allah dan bahwa dia terbebas dari sifat-sifat kita, maka para malaikat pun bertasbih kepada Allah mengikuti tasbih kita dan mensucikan Allah dari sifat-sifat kita.”

 “Manakala mereka melihat besarnya kedudukan kita, maka kita bertahlil supaya para malaikat tahu bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa kita adalah mahluk dan bukan tuhan yang wajib di sembah bersama Allah atau tidak bersama-Nya maka para malikat pun mengucapkan La ilaha Illallah.

 “Manakala para malaikat melihat besarnya tempat kita, maka kita membesarkan Allah ( mengucapkan Takbir ) supaya para malikat tahu bahwa Allah lebih besar dari dapat di gapai oleh tempat yang besar.”

 “Manakala para malikat melihat kemuliaan dan kekuatan yang telah Allah jadikan untuk kita, maka kamipun mengucapkan Lahauwla wala quwwata illa billah, supaya para malaikat tahu bahwa kita tidak menpunyai daya dan kekuatan kecuali dengan daya dan kekuatan Allah.”

 “Manakala para malaikat melihat berbagai nikmat yang diberikan Allah kepada kita dan mewajibkan makhluq untuk menaati kita, maka kami mengucapkan Alhamdulillah, supaya para malaikat tahu bahwa merupakan hak Allah atas kita untuk mengucapkan segala puji bagi Allah atau segala nikmatnya, maka para malaikat pun mengucapkan Alhamdulillah,”

 “Dengan perantaran kita mereka mendapat petunjuk untuk dapat mengenal Allah meng-Esakan-Nya, bertasbih kepada-Nya, bertahlil kepada-Nya, memuji dan mengagungkan-Nya.”

 “Kemudian Allah menciptakan Adam lalu meletakan kita di tulang sulbinya. Kemudian Allah memerintahkan para malikat bersujud kepada Adam sebagai penghormatan dan pengaguman kita.”

 “Sujud para malaikat pada Allah merupakan ibadah kepada-Nya sedangkan sujud mereka kepada Adam merupakan penghormatan dan ketaatan karena kita berada di tulang sulbinya. Bahgaimana kita tidak lebih utama dari para malaikat padahal mereka semua telah sujud kepada Adam.”

 “Manakala aku di mikhrajkan ke langit, jibril mengumandangkan adzan dua kali-dua kali dan mengumandangkan iqomah dua kali-dua kali. Kemudian dia berkata kepadaku, “Maju, hai Muhammad.”

 “Aku berkata kepadanya, “Wahai Jibril, “Apakah aku perlu mendahuluimu…?”

 “Jibril berkata, “Tentu. Karena Allah telah mengutamakan para nabi-Nya atas seluruh malaikatnya, dan terutama telah mengutamakanmu. ‘Maka aku maju dan menjadi imam Sholat bagi mereka. Tidak ada kesombongan disini.”

 “Ketika kami telah sampai kepada tirai cahaya, jibril berkata kepadaku, “Maju, Wahai Muhammad, ‘lalu Jibril mundur dariku, “Aku berkata dalam keadaan seperti ini engkau meninggalkanku, ‘Jibril berkata, ‘Wahai Muhammad ini batas akhirku. Allah telah menetapkan batas akhirku sampai tempat ini jika aku melewatinya niscaya sayapku terbakar, karena telah melanggar batas-batas Allah.”

 “Kemudian tuhanku mendorongku kedalam cahaya hingga aku sampai ketempat Masya Allah dari ketinggian kerajaan-Nya kemudian aku di panggil wahai Muhammad.” Aku menjawab, ‘Aku menyambut seruan-Mu dan siap menerima perintah-Mu, wahai tuhanku, Maha Suci dan Maha Tinggi Engaku,.’

 “Lalu aku diseru kembali, ‘Hai Muhammad, engkau hambaku dan Aku Tuhanmu, hanya kepada-Ku engkau menyembah dan hanya kepada-Ku engkau bertawakal. Engakau adalah cahaya-Ku ditengah hamba-hamba-Ku, rasul-Ku kepada para makhlu-Ku, dan hujjah-Ku atas ciptaan-Ku. Aku ciptakan surga bagi orang yang mengikutimu dan Aku ciptakan neraka bagi orang yang menentang dan melawanmu. Aku wajibkan kemulian-Ku bagi para wasihmu dan Aku wajibkan ganjaran-Ku bagimu.”

 “Aku berkata. “Siapakah para wasihku…?:”

 “Maka terdengar seruan, ‘Wahai Muhammad, para wasihmu tertulis pada tiang Arsy. ‘

 “Maka di hadapan tuhanku aku melihat kearah arsy, diasana aku melihat ada dua belas cahaya, dan pada masing-masing cahaya terdapat garis hijau dimana tertulis diatasnya nama seseorang wasihku. Yang pertama Ali bin Abu Tholib dan yang terakhir Mahdi dari ummatku.”

 “Aku berkata, ‘Wahai Tuhanku, apakah mereka ini para wasihku sepeninggalku..?’

 “Lalu terdengar seruan, ‘Hai Muhammad, mereka itu para wali-Ku, para kekasih-Ku, para sahabat sejati-Ku, dan para hujjah-Ku atas makhluk-Ku. Mereka adalah para wasih dan khalifahmu, dan makhluk terbaik-Ku setelah kamu. Demi kemulian dan keagungan-Ku, Aku akan menangkan agama-Ku dengan perantaraan mereka, Aku akan tinggikan kalimat-Ku dengan perantaraan mereka, dan Aku akan bersihkan bumi-Ku dari musuh-musuh-Ku dengan perantaraan yang terakhir dari mereka, dan Aku akan jadikan dia sebagai pemilik bumi belahan barat dan bumi belahan timur, serta Aku akan tundukan baginya angin dan awan yang susah di atur, Aku akan mengangkatnya dari sebab akibat, Aku akan menolongnya dengan tentara-Ku, dan Aku akan membantunya dengan para malaikat-Ku, hingga seruan-Ku menjadi tinggi dan dia mampu menghimpun seluruh makhluk-Ku dalam meng-Esakan-Ku. Kemudian Aku akan kekalkan kekuasaanya, dan Aku akan gilirkan hari-hari diantara para wali-Ku hingga hari kiamat.”

 ====================================

 Musa bin Abdullah, penyusun Kitab ini berkata, “Hadist ini shohih dan dapat di percaya.” Hadist ini datang dalam bentuk redaksi yang berbeda-beda, namun isi kandungannya mutawatir dan di sepakati di kalangan imamiyah. Mereka mempunyai beragam teks dan seluruh penggalan hadis ini. Kami tidak dapat menyebutkan semuanya…..

 (karena panjangnya penjelasan ini, maka saya cukupkan sampai di sini )

 ( Refensi dari kitab. “Madinah al-Balaghah” Bab.5, hal 150-153 )

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar