Jumat, 10 Juli 2009

DARI IBADAH RITUAL SAMPAI SOSIAL (AGAMA DUA DIMENSI)



Bismillahirrahmaanirrahiim



ORANG-ORANG YANG BERIMAN
SENANTIASA MENGINAGT ALLAH SAMBIL DUDUK, BERDIRI
DAN BERJALAN

hsndwsp
Acheh - Sumatra

Hai orang-orang yang beriman
janganlah harta dan anak-anakmu melalaikan kamu
dari mengingat Allah.
Barangsiapa yang berbuat demikian,
maka mereka itulah orang - orang yang rugi
(QS. 63: 9)




Dijaman sekarang ini ternyata banyak sekali hal-hal yang membuatmanusia lalai dari mengingat Allah, Tuhan yang haq bagi segenap penduduk Langit dan Bumi untuk tunduk patuh kepadanya. Diantara hal yang membuat manusia itu lalai dari mengingat Allah yang paling populer sekarang ini ialah permainan bola kaki Internasional yang dipancarkan melalui layar-layar kaca ke hampir setiap rumah dewasa ini. Justru itu saya menghimbau kepada saudaraku yang seiman dan seagama, agar merenungkan sejenak bagaimana yang dikatakan Allah orang-orang yang beriman. Apakah sudahcukup puas kita mengaku diri sebagai orang yang beriman sementara sedikit saja diberikan ujian oleh Allah berupa permainan"bola kaki",langsung kita tinggal shalat. Padahal kita sedikitpun tidak punya alasan untuk tidak shalat, dimana fasilitas cukup tersedia untuk itu.


Andaikata tingkat bolakaki saja dapat membuat kita lalai untuk mengingat Allah, bayangkan ketika kita berpiknik atau kegiatan lainnya pasti juga lupa kepada Allah dengan alasan sukar mencari air. Padahal sekiranya kita benar-benar orang yang beriman pasti kita mempersiapkan air satu jeregen yang kita yakini lebih penting dari persiapan-persiapan lainnya, demikian jugalah dengan Mushallanya. Yang jelas bagi orang-orang yang benar-benar beriman tidak ada alasan untuk lupa kepada Allah kapanpun dan dimanapun kita berada. Perlu digaris bawahi bahwaMengingat Allah bukanlah hanya terbatas pada Shalat saja, tapi kapansaja dan dimana saja sebagai contoh,ketika kita berjualan misalnya. Sepasang pakaian telah dibelikan oleh seseorang yang kita kenal dan percaya dengan harganya 100.000.

Berhubung orang tersebut tidak membawa uang yang cukup pada hariitu, dia minta janji agar pakaian itu tidak dijual kepada orang lain daninsya Allah besok dia akan datang kembali. Namun apa yang terjadi ?Baru beberapa jam saja berlalu orang lain datang dan menawarkan pakaian yang sama. Ketika kita katakan bahwa pakaian itu telah dibeli orang lain, pembeli itu menawarkan harga malah duakali lipat yaitu 200.000. Disinilah kita diuji apakah kita termasuk orang yang ingat kepada Allah atau tidak. Apakah kita termasuk orang yang berimanatau hanya dimulut saja.Ingatlah firman Allah: "Dan diantara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukanlah orang yang beriman. Mereka hendak menipuAllah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri sendiri tapi mereka tidak sadar" (QS. 2 : 8 - 9)

Banyak Khatib yang berkhutbah sampai berbuih-buih liurnya,tapi hati nya terpaku kepada honor yang akan diberikan sebentar lagi, juga tidak termasuk orang yang ingat kepada Allah. Hampir disemua Mesjid dewasa ini disediakan honor setelah Khatib berkhutbah, sementara di jaman Rasulullah takpernah terjadi hal seperti itu. Honor itu berfariasi. Dikota Metropolitan dimana Presiden, Mentri dan orang-orang "besar" lain
nya bercokol, sebahagian besar Khatib memanfaatkan kesempatannya itu untuk memuji penguasa dengan menggunakan bahasa ilmiah gadd gan nya -- minimal tidak membeberkan kedhaliman apa saja yang dilakukan penguasa. Justru itu para khatib itu mendapatkan honor yang sangat lumaian. Honor itu malah mengalir sampai ke hari-hari tuanya sebab dia sudah memfungsikan dirinya sebagai "Bal'am" alias ulama gadongan yang menuhankan penguasa, namun dia tidak sadar. Manusia semacam itu senantiasa meninabobokkan kaum dhu'afa agar tidak melawan kedhaliman penguasa dengan kekerasan tapi cukup hanya berdoasaja agar dijauhkan Allah dari malapetaka. Orang-orang semacam itumengaku diri sebagai orang beriman, sementara Allah mengatakan:"wamahum bimukminin". (Na'uzubillahi min zalik)

Andaikata kita tidak berani menegur atau mengkritik kedhaliman pengeasa, kita harus bersikap seperti "penghuni gua" di jaman Diclianus, raja zalim. Dengan cara emikianlah kita menjelamatkan aqidah. Bagi kaum dhuafa yang tidak mampu meninggalkan negrinya untuk hijrah keluar negeri, mereka dapat menjelamatkan imannya dengan "Taqiyyah". Namun bagi yang mampu berhijrah tidak dibenarkan untuk bertaqiyyah. Andaikata seluruh khatib di Indonesia bersatupadu sebagaimana diperintah kan Allah, mereka dapat mengkritik penguasa dhalim serentak diseluruh mesjid dalam negri tersebut. Dengan demikian penguasa dhalim tidakmampu menangkap mereka. dengan cara demikianlah para khatib yang benar imannya membela kaum dhu'afa. Dengan kekuatan yang digalang para khatib saja mampu meluluhlantakkan kekuasaan yang despotik, konon pula kalau di suatu negri ada pejuangnya dan para intelektual yang beriman.

Namun yang kita saksikan para khatib tidak bersatu untuk melawan kedhaliman. Mereka menempatkan diri sebagai bagian dari penguasa. Mereka memfungsikan diri sebagai Bal'am yang menuhankan "fir'aun" dimana mana hampir seluruh dunia dewasa ini. Dengan demikian jelaslah sesungguhnya mereka tidak termasuk khatibyang beriman. Tulisan ini bukan untuk menghujat mereka tapi, menghentakkan mereka agar bertaubat sebelum terlambat. Khususnya kepada para khatib di Acheh bersatulah semuanya untuk dapat menyelamatkan aqidah, tidak terfokus hanya pada ibadah ritual (baca Hablum minallah) tapi juga ibadah sosial (baca Hablum minannas. Itulah Islam murni, Islam dua dimensi, secara fertikal danhorizontal.


Billahi fi sabililhaq
Ali al Asytar
di Ujung Dunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar